KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Sampel tanah yang diambil di sekitar kandang peternakan sapi perah UPTD Kaliurang, UPP Pingiksari Kaliurang, dan UPT Fakultas Peternakan UGM memiliki populasi bakteri yang mampu menurunkan konsentrasi amonia dan meningkatkan kadar nitrat. Isolat yang memiliki kemampuan dalam mereduksi berdasarkan pengujian senyawa pertumbuhan amonia paling (optical density), optimal pengukuran diameter koloni, dan analisis penurunan konsentrasi amonia yaitu isolat TD5 dan PS2 yang berasal dari tanah di sekitar kandang induk UPTD Kaliurang dan UPP Pingiksari kandang induk. Isolat yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan konsentrasi nitrat yaitu isolat N3 yang berasal dari tanah di sekitar kandang pedet UPTD Kaliurang. SARAN Saran yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis dan karakteristik morfologi kedua isolat tersebut, dan dilakukannya isolasi bakteri denitrifikasi yang mampu mengubah senyawa nitrat menjadi N2 bebas yang kemudian dilakukan uji sinergisme antar isolat tersebut serta aplikasinya untuk mengolah pupuk cair sehingga N terlarutnya menjadi tinggi. 58 RINGKASAN Salah satu industri peternakan di Indonesia yang dianggap ikut menyumbang pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca adalah peternakan sapi perah. Usaha peternakan sapi perah dengan skala lebih besar dari 20 ekor serta relatif terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh aktivitas peternakan, terutama berasal dari limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air sisa pembersihan ternak dan kandang Bau yang dihasilkan dari industri peternakan sapi perah dapat menimbulkan masalah dipelihara dalam lingkungan. kepadatan yang Saat ternak ditempatkan atau tinggi dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan seringkali menimbulkan masalah kesehatan pada masyarakat yang berada di sekitarnya. Penimbunan kotoran ternak sapi perah di sekitar kandang atau mengalirkannya lewat sungai merupakan salah satu penyebab utama polusi lingkungan, bau busuk, populasi lalat yang banyak, polusi air, dan gangguan kesehatan khususnya di sekitar peternakan atau daerah aliran sungai. Amonia yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan dioksidasi menjadi nitrat. Amonia dihasilkan oleh bakteri amonifikasi dan senyawa nitrit diproduksi dari proses reduksi nitrat oleh bakteri denitrifikasi. Nitrit juga berupa senyawa intermediat dari 59 proses nitrifikasi. Senyawa amonium dan nitrit bersifat toksik bila konsentrasinya sudah melebihi batas ambang. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari industri peternakan khususnya sapi perah adalah dengan menekan bau amonia yang dihasilkan oleh ternak tersebut dan menekan jumlah nitrit yang dihasilkan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tahap isolasi bakteri pereduksi amonia dan pengoksidasi nitrit dari tanah di sekitar kandang peternakan sapi perah, pengukuran diameter koloni bakteri, pengukuran pertumbuhan bakteri secara spektrofotometer pada medium cair (Optical Density; OD), dan analisis konsentrasi amonia maupun nitrat. Penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil isolasi bakteri pereduksi amonia didapatkan 9 isolat yang dianggap paling berpotensi baik dari segi warna maupun pertumbuhannya. Morfologi koloni dari 9 isolat tersebut menunjukkan 8 isolat berwarna putih susu dan 1 isolat berwarna kuning. Isolat-isolat tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi ammonium chloride (NH4Cl) yang merupakan medium yang digunakan sebagai indikator nutrien untuk bakteri dalam mereduksi senyawa amonia. Hasil pengukuran diameter koloni yang terbentuk dengan tingkat kekeruhan (optical density) pertumbuhan bakteri yang selaras hasilnya adalah isolat TD4, TD5, dan PS2, sedangkan hasil pengukuran konsentrasi amonia dalam 500 ppm menunjukkan isolat yang mampu mereduksi senyawa amonia paling tinggi adalah isolat TD3, PS2, 60 dan TD5. Ketiga isolat tersebut mampu menurunkan konsentrasi amonia dengan rata-rata 3 ppm; 2,9 ppm, dan 3,2 ppm. Penurunan konsentrasi amonia yang terjadi pada isolat TD5 dan PS2 selaras dengan pertumbuhan (optical density) dan diameter koloni yang terbentuk. Penurunan konsentrasi amonia pada isolat TD5 dan PS2 menunjukkan adanya aktivitas perombakan nutrient dan substrat amonia yang ditambahkan pada media yang ditunjukkan pada kurva pertumbuhannya mengalami peningkatan sampai jam ke 16 dan diameter koloni yang terbentuk lebih besar. Berbeda dengan isolat TD4 yang memiliki kurva pertumbuhan dan diameter koloni yang bagus tetapi pada saat dilakukan pengukuran konsentrasi amonia, penurunan amonia tidak setinggi dengan isolat TD5 dan PS2. Tahap kedua yang dilakukan adalah melakukan isolasi bakteri pengoksidasi nitrit. Hasil isolasi bakteri pengoksidasi nitrit diperoleh 5 isolat yaitu isolat N1, N2, N3, N4, dan N5. Morfologi kelima isolat tersebut adalah 3 isolat berwarna putih bening, 1 isolat berwarna kuning bening, dan 1 isolat berwarna kuning. Konsentrasi nitrat yang terbentuk pada kelima isolat menunjukkan pada jam ke 0 sampai jam ke 24 masingmasing mengalami kenaikan konsentrasi nitrat sebanyak 1 ppm. Rata-rata peningkatan konsentrasi nitrat yang terbentuk dari kelima isolat adalah 0,76 sampai 0,86 ppm. Kelima isolat yang mampu menaikkan konsentrasi nitrat tertinggi adalah isolat N3 dengan rata-rata kenaikan konsentrasi nitrat sebanyak 0,86 ppm. 61