Pedoman perawatan ginekologi baru untuk perempuan dengan HIV Oleh: hivandhepatitis.com, 3 Desember 2010 Dengan meningkatnya jumlah perempuan di AS yang hidup dengan HIV/AIDS, para dokter ahli kebidanan perlu mengalamatkan kontrasepsi yang unik, perawatan pra kehamilan dan kehamilan, dan persyaratan ginekologis umum. Dalam panduan yang diterbitkan pada tanggal 3 Desember 2010, American College of Obstetricians dan Gynecologists (College) menekankan bahwa para dokter ahli kebidanan akan memainkan peran lebih besar dalam menyediakan perawatan ginekologi rutin untuk ibu yang terinfeksi HIV karena perempuan-perempuan ini hidup lebih lama dan lebih sehat. Sekitar 27% dari semua kasus HIV/AIDS di Amerika Serikat saat ini terjadi di kalangan perempuan, naik dari 7% pada tahun 1985. Perempuan berkulit hitam dan Hispanik sangat terpengaruh, mencakup 80% dari semua perempuan dengan HIV pada saat ini. Hubungan heteroseksual menyumbang 72% dari penularan HIV di antara perempuan di AS. “Sebagian besar perempuan yang hidup dengan HIV di AS saat ini berada pada usia reproduksi mereka,” kata Hal C. Lawrence, MD, wakil presiden dari kegiatan praktek untuk College. “Sebagaimana jumlah perempuan yang didiagnosis dengan HIV meningkat, para dokter ahli kebidanan akan melihat lebih banyak pasien HIV positif. Pedoman ini mencakup pemeriksaan kesehatan yang direkomendasikan, konseling dan perawatan ginekologi rutin untuk perempuan ini.” Perawatan Ginekologi College merekomendasikan skrining HIV rutin untuk semua perempuan berusia 19-64 tahun, dan skrining ditargetkan bagi perempuan yang memiliki faktor risiko yang berada di luar rentang usia ini, misalnya, aktif secara seksual atau remaja pengguna narkoba suntikan yang lebih muda dari 19 tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan College merekomendasikan bahwa semua perempuan usia reproduksi diskrining untuk HIV setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka, tetapi tidak ada konsensus tentang seberapa sering mereka harus diuji ulang. Para dokter ahli kebidanan harus meninjau faktor-faktor risiko pasien mereka setiap tahun untuk menentukan kebutuhan untuk pengujian ulang. Beberapa perempuan harus ditawarkan untuk mengulangi skrining HIV setidaknya setiap tahun, termasuk mereka yang: menggunakan narkoba suntikan, memiliki pasangan seks pengguna narkoba suntikan atau yang positif HIV; menukarkan seks untuk narkoba atau uang; telah didiagnosa dengan IMS di masa lalu; atau memiliki lebih dari satu pasangan seks sejak tes terakhir HIV mereka. College merekomendasikan bahwa perempuan dengan HIV diobati secara agresif untuk infeksi menular seksual (IMS) lainnya. “Memiliki IMS lain selain HIV dapat meningkatkan risiko penularan HIV kepada orang lain,” kata Roxanne M. Jamshidi, MD, yang membantu dalam pengembangan pedoman baru. Hal ini karena memiliki IMS lainnya, meningkatkan jumlah virus HIV. CDC merekomendasikan skrining tahunan – atau lebih sering, jika diperlukan – untuk IMS yang dapat disembuhkan seperti sifilis, gonore, dan klamidia di antara perempuan dengan HIV yang aktif secara seksual. Pada umumnya, perempuan dengan HIV memiliki tingkat yang lebih tinggi dari radang vagina karena bakteri dan jamur dibandingkan dengan perempuan lain. “Infeksi ini tampak lebih umum dan lebih persisten di antara perempuan dengan HIV yang memiliki penekanan kekebalan tubuh,” kata Dr. Jamshidi. Pengobatan untuk infeksi jamur untuk perempuan dengan HIV yang memiliki penekanan kekebalan tubuh mungkin membutuhkan pengobatan yang lebih lama, dan perempuan dengan infeksi jamur berulang mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang untuk mencegah jamur di masa depan. Prevalensi dan human papillomavirus (HPV) yang bertahan lebih sering terjadi pada perempuan dengan HIV, dan keduanya meningkat dengan memburuknya penekanan kekebalan tubuh. Dengan demikian, College merekomendasikan bahwa perempuan dengan HIV melakukan skrining serviks dua kali pada tahun pertama setelah didiagnosis dan melakukan skrining setiap tahun untuk menghindari terkena kanker leher rahim. Meskipun perempuan dengan HIV yang mendapatkan skrining yang dianjurkan tidak memiliki tingkat lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan perempuan lain, namun mereka, secara umum, memiliki tingkat lebih tinggi dari prakanker vagina, vulva, dan perianal. Mereka juga Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Pedoman perawatan ginekologi baru untuk perempuan dengan HIV berada pada peningkatan risiko untuk kanker dubur dibandingkan dengan populasi umum. Pengawasan dekat harus dilakukan ke daerah-daerah dalam penanggulangan HIV pada perempuan, rekomendasi mereka menyatakan. Vaksin HPV Gardasil telah terbukti aman untuk anak yang positif HIV, namun apakah hal tersebut aman dalam mencegah HPV pada perempuan atau anak remaja dengan HIV masih belum diketahui. Rekomendasi CDC untuk vaksinasi HPV pada anak dan remaja adalah sama, tanpa memandang status HIV. Kontrasepsi Kontrasepsi dual (menggunakan dua jenis kontrasepsi pada saat yang sama) adalah cara yang optimal untuk perempuan dengan HIV untuk mengurangi risiko penularan HIV dan IMS lainnya serta untuk mencegah kehamilan. Meskipun kondom adalah satu-satunya metode efektif untuk menghindari IMS saat berhubungan seksual, mereka bukan cara yang paling efektif untuk mencegah kehamilan. “Perempuan dengan HIV akan perlu menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks, tetapi mereka juga perlu menggunakan kontrasepsi tambahan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,” kata Dr. Jamshidi. Secara keseluruhan, kontrasepsi hormonal adalah aman untuk perempuan dengan HIV, tapi kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin umumnya tidak dianjurkan untuk perempuan yang memakai obat antiretroviral tertentu karena potensi masing-masing untuk mengurangi efektivitas obat lain. Perangkat Intraurine (IUD) sering menjadi pilihan kontrasepsi yang baik untuk perempuan dengan HIV Perawatan pra kehamilan dan kehamilan Pengenalan obat antiretroviral selama dekade terakhir ini telah secara signifikan menurunkan tingkat penularan HIV dari ibu-ke-anak di AS sampai kurang dari 1%. Karena semakin banyak perempuan dengan HIV memilih untuk memiliki anak, para dokter kebidanan perlu mempersiapkan diskusi pra kehamilan rinci dengan pasien mereka tentang bagaimana untuk menghindari penularan virus ke bayi, pasangannya, atau untuk diri mereka sendiri dari pasangan yang HIV positif. Menularkan HIV ke bayi dapat sangat dikurangi dengan ARV selama kehamilan untuk mencegah virus pada tingkat tidak terdeteksi, dengan menghindari menyusui, dan dengan memberikan bayi yang baru lahir ARV pencegahan selama beberapa minggu setelah lahir. “Perempuan dengan HIV dapat memiliki kehamilan sehat dan bayi sehat, tetapi dibutuhkan perencanaan yang matang,” kata Dr. Jamshidi. Mencapai kehamilan tanpa menularkan virus kepada pasangan adalah terbaik jika dicapai melalui inseminasi buatan dan bukan hubungan seks tanpa kondom. Inseminasi donor dari laki-laki HIV-negatif adalah pilihan paling aman bagi perempuan yang HIV negatif tapi yang pasangannya yang HIV positif, menurut The College. Mati haid Jumlah perempuan yang mengalami mati haid meningkat, menurut The College. Studi menunjukkan bahwa rata-rata usia mati haid antara perempuan dengan HIV adalah sekitar tiga sampai empat tahun lebih muda dari perempuan lain. “Ini mungkin karena merokok, penyalahgunaan narkoba, dan berat badan rendah yang umum di kalangan perempuan dengan HIV,” kata Dr. Jamshidi. Massa tulang rendah adalah lebih umum di kalangan perempuan dengan HIV yang mendekati masa mati haid, namun data pengobatan osteoporosis dalam subset dari perempuan ini masih kurang. Namun, peningkatan aktivitas fisik, berhenti merokok, dan menggunakan suplemen kalsium dan vitamin D, adalah saran standar untuk mencegah keropos tulang yang lebih lanjut. Buletin Praktek # 117, “Perawatan Ginekologi untuk Perempuan dengan Human Immunodeficiency Virus,” ini diterbitkan dalam edisi Desember 2010 dari jurnal Obstetrics & Gynecology. Tentang ACOG American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) adalah kelompok dokter terkemuka di –2– Pedoman perawatan ginekologi baru untuk perempuan dengan HIV Amerika Serikat yang menyediakan perawatan kesehatan bagi perempuan. Sebagai sebuah organisasi swasta, sukarela, keanggotaan nirlaba yang memiliki sekitar 55.000 anggota, American College of Obstetricians Gynecologists secara kuat mengadvokasi kualitas perawatan untuk perempuan dengan HIV, mempertahankan standar tertinggi dari perawatan klinis dan pendidikan berkelanjutan bagi anggotanya, mempromosikan pendidikan pada pasien, dan meningkatkan kesadaran di antara para anggotanya dan masyarakat terhadap isu yang terus berubah dalam menghadapi perawatan kesehatan perempuan. Ringkasan: New Gynecological Care Guidelines for Women with HIV Sumber: American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice Bulletin No. 117: Gynecologic care for women with human immunodeficiency virus. Obstetrics & Gynecology 116(6): 1492-1509. December 2010. American College of Obstetricians and Gynecologists. New Focus on Care for HIV+ Women as More Live Longer with the Disease. Press release. November 22, 2010. –3–