BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Grand Theory of Marketing Marketing atau pemasaran dapat dijelaskan sebagai “Process by which companies create value for customers and build strong customer relationship to capture value from customer in return” (Kotler & Armstrong, 2012:5). Secara formal, American Marketing Association (AMA) dikutip oleh Kotler & Keller (2011:5) menjelaskan bahwa “Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large”. Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulankan bahwa pemasaran merupakan proses menciptakan nilai dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan lewat menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan menukar penawaran yang memiliki nilai untuk pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya. 2.2 Service Marketing Menurut Lovelock & Wirtz (2009), jasa merupakan kegiatan ekonomi yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain, paling sering menggunakan kinerja berbasis waktu untuk membawa hasil yang diinginkan pada penerima atau dalam obyek atau aset lain dimana pembeli memiliki tanggung jawab. Sering kali, pengertian akan jasa menjadi bias antara service product dan customer service. Banyak orang mengira bahwa customer service dan service product merupakan hal yang sama. Padahal, service product merupakan penawaran inti dari jasa itu sendiri. Misalnya jasa garasi mobil, salon rambut, dan laundry. Sementara itu, customer service merupakan elemen jasa tambahan untuk meningkatkan kinerja produk. Misalnya customer service pada produk mesin pencuci. Jasa ada bermacam-macam bentuknya. Lovelock & Wirtz (2009) membaginya menjadi empat kategori jasa yaitu: 7 8 1. People Processing Merupakan jasa yang ditujukan langsung pada tubuh penerima jasa tersebut. Beberapa contoh dari people processing antara lain: - Salon kecantikan - Restoran - Pusat kebugaran. 2. Possesion Processing Merupakan jasa yang ditujukan langsung pada barang fisik. Beberapa contoh dari possesion processing antara lain: - Pergudangan - Laundry dan dry cleaning. 3. Mental Stimulus Processing Merupakan jasa yang ditujukan langsung pada pikiran penerima jasa tersebut. Beberapa contoh dari mental stimulus processing antara lain: - Edukasi (bimbel, sekolah, kursus musik) - Public Relations - Konser musik 4. Information Processing Merupakan jasa yang ditujukan pada asset yang intangible. Beberapa contoh dari information processing antara lain: - Investasi atau sekuritas - Perbankan 2.2.1 Proses Pengambilan Keputusan Dalam Service Marketing Lovelock & Wirtz (2009) mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian dalam service marketing yang dibagi dalam 3 tahapan yaitu: 1. Tahapan Sebelum Pembelian Didalam tahapan ini, konsumen mencari apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan mereka. Kemudian mereka akan mencari informasi untuk mendapatkan solusi atas kebutuhan mereka. Tahapan pencarian informasi antara lain: 9 a. Pencarian kebutuhan b. Mencari solusi c. Mengidentifikasi alternatif produk jasa d. Evaluasi alternatif e. Keputusan pembelian 2. Tahapan Service Encounter Didalam tahapan ini, penyedia jasa akan dihadapkan dengan moment of truth, yakni saat-saat dimana konsumen berinteraksi dengan penyedia jasa. Di dalam tahapan ini, konsumen melakukan pembelian yang kemudian penyedia jasa akan menyampaikan jasa yang dibeli oleh konsumen mereka. 3. Tahapan Post-Encounter Didalam tahapan ini, konsumen dapat menentukan apakah dirinya puas atau tidak puas. Andaikan konsumen puas, maka konsumen akan memiliki minat untuk membeli kembali di masa depan. 2.2.2 Flower of Service Di dalam service marketing, ada teori Flower of Service (Lovelock & Wirtz, 2009) dimana teori ini mengemukakan bahwa didalam jasa harus ada 8 kelopak bunga jasa yang saling melengkapi, dimana apabila bunga tersebut tidak lengkap kelopaknya, maka bunga / jasa tersebut akan tidak menjadi utuh dan indah. Delapan kelopak tersebut antar lain: 1. Facilitating Service a. Informasi: perusahaan harus memasitkan informasi yang mereka sediakan adalah informasi yang tepat waktu dan akurat. b. Penerimaan order: proses dari penerimaan order harus ramah, cepat, dan akurat, sehingga pelanggan tidak membuang waktu mereka dan mengurangi usaha mental dan fisik mereka. c. Billing: pelanggan berharap tagihan yang diberikan kepada mereka jelas dan informatif, dan penulisan tiap item terlihat jelas dengan total yang telah dihitung. d. Pembayaran: variasi pilihan yang tersedia untuk pelanggan melakukan pembayaran. Misalnya, sistem pembayaran self-service, pembayaran dengan kartu kredit, dsb. 10 2. Enhancing Service a. Konsultasi: melibatkan dialog untuk mengetahui keinginan pelanggan dan merancang solusi yang sesuai dengan pelanggan. Konseling merepresentasikan pendekatan yang lebih cocok untuk konsultasi. b. Keramahan: sangat penting bagi industri jasa people processing, karena pelangan tidak akan meninggalkan lokasi jasa hingga penyampaian jasa tuntas. c. Safekeeping: disaat pelanggan mengunjungi lokasi jasa, mereka seringkali membutuhkan bantuan untuk barang milik pribadi mereka. Seringkali mereka juga membutuhkan rasa aman. d. Exception: melibatkan jasa pendukung yang diluar rutinitas penyampaian jasa biasanya. 2.2.3 8P Dalam Service Marketing Apabila dalam pemasaran dikenal istilah 4P yakni Product, Place, Price, Promotion atau yang lebih sering disebut dengan Marketing Mix, maka menurut Lovelock & Wirtz (2009), perlu ditambah 4P lagi khusus untuk pemasaran jasa. Apabila disatukan, maka 8P tersebut antara lain: 1. Product and its element Barang atau jasa yang di tawarkan kepada konsumen, jika produk ini sangat buruk dalam designnya, maka hal tersebut tidak akan menciptakan nilai yang berarti bagi pelanggan, walaupun sisa dari 8p berjalan dengan baik. Produk merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran perusahaan. 2. Place and time Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan agar barang atau produk tersebut dapat diakses dan tersedia bagi konsumennnya. 3. Price and other user outlays Sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk memperoleh produk atau barang yang diinginkan. 4. Promotion and education Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk berkomunikasi dan promosi barang atau jasanya kepada target konsumennya. 11 5. Process Bagaimana cara perusahaan dalam menyampaikan produk atau jasanya kepada konsumen secara langsung baik prosedur dan proses. 6. Physical Environment / Evidence Segala sesuatu bentuk fisik perusahaan dalam mendukung produk atau jasa yang di tawarkan seperti gedung, kendaraan, peralatan, seragam karyawan, dsb. 7. People Personil perusahaan yang secara konstan mengadakan kontak dengan konsumen dimana konsumen akan menilai perolehan produk jasa yang diinginkan. 8. Productivity and quality Bagaimana perusahaan dapat menciptakan productivity dan quality dengan sejalan dan bukan dalam 2 mata koin yang sama dimana bila productivity tinggi maka akan mengalami penurunan pada quality. 2.3 Perilaku Konsumen Menurut Prasetijo & Ihalauw (2004), perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units) baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan – keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya. Sementara itu, menurut Peter & Olson (2010:5) Perilaku Konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek dalam hidup mereka. Perilaku konsumen melibat kan pemikiran dan perasaan dari tindakan dan pengalaman seseorang didalam proses konsumsi. Pada setiap diri konsumen, ada dua jenis respon mental konsumen saat menanggapi stimuli dan kejadian di lingkungannya, yaitu afeksi yang merupakan perasaan mengenai stimuli, kejadian, baik perasaan suka maupun tidak suka mengenai suatu produk; dan kognisi yang merupakan pemikiran konsumen, seperti kepercayaan mereka atas suatu produk. Respon Afeksi dapat menguntungkan, namun bisa juga tidak menguntungkan tergantung pada intensitas. Misalnya, emosi yang secara relatif intens seperti perasaan suka atau marah, pernyataan perasaan yang kurang kuat seperti puas atau tidak puas, suasana hati seperti bosan atau relaks, 12 dan sikap yang agak ringan seperti suka atau tidak menyukai suatu produk. Sementara respon kognisi merupakan struktur dan proses mental yang terlibat dalam pemikiran, pemahaman, dan interpretasi stimuli dan kejadian. Kognisi termasuk juga pengetahuan, pengartian, dan kepercayaan konsumen yang dibangun dari pengalaman yang tersimpan di memori mereka.(Peter & Olson, 2010:21) Perilaku merupakan tindakan fisik dari konsumen yang dapat diobservasi dan diukur secara langsung oleh orang lain. Biasa disebut juga perilaku terbuka yang membedakannya dari aktivitas mental seperti pemikiran, yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Contoh dari perilaku antara lain belanja di toko atau di internet, membeli produk, dan membayar dengan menggunakan kartu kredit. Lingkungan merupakan hal di luar konsumen yang mempengaruhi apa yang mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka lakukan. Lingkungan termasuk juga stimuli sosial seperti tindakan orang lain di dalam budaya, sub budaya, kelas sosial, kelompok acuan, dan keluarga, yang mempengaruhi konsumen; dan stimuli fisik seperti toko, produk, iklan, dan tanda-tanda, yang dapat merubah peimikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. Gambar 2.1 The Wheel of Consumer Analysis Sumber: Peter & Olson (2010:38) 13 2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kotler (2012:135-150) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen menjadi 4 kelompok faktor, diantaranya: 1. Faktor Budaya a. Budaya: merupakan penyebab dasar adanya keinginan dan perilaku dari seseorang. Budaya bertumbuh didalam masyarakat, seorang anak mempelajari nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarganya dan institusi penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada keputusan pembelian berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. b. Sub budaya: setiap budaya memiliki sub budaya yang lebih kecil, atau kelompok dari orang-orang dengan sistem nilai berdasarkan pengalaman dan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Sub budaya termasuk kewarganegaraan, agama, kelompok rasial, dan wilayah geografis. Banyak sub budaya menjadi penting dalam segmentasi pasar, dan pemasar seringkali merancang oduk dan program pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan c. Kelas sosial: setiap kelompok masyarakat pasti memiliki bentuk struktur kelas sosial. Kelas sosial merupakan struktur divisi yang berurutan dan relatif permanen didalam masyarakat dimana anggotanya membagikan nilai, ketertarikan, dan perilaku yang sama. 2. Faktor Sosial a. Kelompok acuan: kelompok yang merupakan titik pembanding langsung maupun tidak langsung atau acuan dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Misalnya seorang anak ingin menjadi pemain basket seperti LeBron James. b. Keluarga: memberikan pengaruh yang kuat dalam perilaku pembelian konsumen. Keluarga merupakan kelompok pembelian konsumen paling penting di dalam masyarakat, dan selau diteliti secara ekstensif. Pemasar sangat tertarik dalam peran dan pengaruh dari suami, istri, dan anak-anak dalam pembelian produk dan jasa yang berbeda. 14 c. Peran dan status: merupakan posisi dari sesorang didalam setiap kelompok. Peran merupakan aktifitas orang yang mungkin akan dilakukan kepada orang-orang disekitarnya. Misalnya, seorang manager akan memutuskan untuk membeli pakaian yang mencerminkan perannya sebagai seorang manajer. 3. Faktor Personal a. Tahapan umur dan hidup: barang dan jasa yang dibeli setiap orang berubah seiring waktu. Selera pada makanan, baju, furniture, dan rekreasi terkadang berkaitan dengan umur. b. Pekerjaan: pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Misalnya karyawan membeli baju yang sesuai untuk pekerjaannya, sedangkan eksekutif membeli baju yang lebih pantas untuk bisnis. c. Situasi ekonomi: situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan produk dan toko seseorang. Pemasar perlu memerhatikan trend dalam pendapatan, tabungan, dan tingkat suku bunga. d. Gaya hidup: orang-orang datang dari sub budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama akan memiliki gaya hidup yang sedikit berbeda. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang ditunjukkan dalam psikografisnya. Melibatkan pengukuran dimensi AIO utama yakni activities (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial), interests (makanan, fashion, keluarga, rekreasi), dan opinions (mengenai dirinya sendiri, isu sosial, bisnis, dan produk). Gaya hidup menangkap sesuatu lebih dari kepribadian atau kelas sosial seseoorang. Gaya hidup menyusun pola keseluruhan dari tindakan dan interaksi sesorang di dunia. e. Kepribadian dan konsep diri: merupakan karakteristik psikologi yang unik yang membedakan seseorang atau kelompok. 15 4. Faktor Psikologi a. Motivasi: kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan sesorang untuk mencari kepuasan. Keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh motivasi yang tidak disadari yang bahkan tidak dimengerti oleh pembeli. Misalnya, seorang yang sudah tua membeli mobil sport karena dirinya merasa menjadi lebih muda lagi. b. Persepsi: proses dimana orang memilih, mengelompokkan, dan menginterpretasi informasi untuk membentuk gambaran yang berarti. c. Pembelajaran: perubahan didalam perilaku individu seiring dengan berbagai pengalaman yang dialaminya. Misalnya seseorang yang pernah menggunakan kamera dengan merek A di masa lalu dan cukup puas. Pada saat dirinya akan membeli kamera kembali, maka ia kemungkinan akan memilih merek A kembali dibandingkan merek lain karena pengalaman yang dimilikinya. d. Kepercayaan dan sikap: kepercayaan merupakan pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Kepercayaan bisa berdasarkan pengetahuan, opini, atau keyakinan. Sementara itu, sikap merupakan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang konsisten mengenai obyek atau ide. 2.4 Buyer Buying Behaviour Prasetijo dan Ihalauw (2004) mengemukakan ada 2 (dua) faktor yang umumnya menjadi dasar bagi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu hal-hal yang melekat pada diri individu itu sendiri, sedangkan faktor ektsernal berasal dari lingkungan sosial konsumen, yakni kelompok acuan dan keluarga, serta pengaruh bauran pemasaran. 16 2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Menurut Tom Duncan (2005), ada 4 faktor internal yang menjadi dasar atas keputusan pembelian seorang konsumen: 1. Motivasi (motivation) Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Persepsi (perception) Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut. 3. Pembentukan sikap (attitude formation) Perubahan sikap merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal. 4. Integrasi (integration) Integrasi merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. Sementara itu, menurut Prasetijo dan Ihalauw (2004), faktor ektsernal yang menjadi dasar bagi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, diantaranya: 1. Kelompok Acuan Kelompok merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pandangan pemasaran, masing-masing kelompok di mana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi perilaku pembelian dari konsumen tersebut. Kelompok acuan (reference group) adalah individu atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada seseorang dalam hal mengevaluasi, memberikan inspirasi, atau dalam perilaku konsumen. 2. Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih orang yang memiliki hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal bersama-sama. Keluarga sering juga disebut unit rumah tangga. Anggota keluarga bisa dibilang yang memberikan 17 pengaruh paling besar dalam keputusan konsumen. Masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dalam pengambilan keputusan. Seorang keluarga mungkin memiliki lebih dari satu peran, tergantung pada produk yang akan dibeli. Sumarwan (2002) mengemukakan beberapa peran dari anggota keluarga dalam pengambilan keputusan, yaitu : a. Inisiator, seorang anggota keluarga yang memiliki ide untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Ia akan memberikan informasi kepada anggota keluarga lainnya untuk mempertimbangkan dan untuk memudahkan pengambilan keputusan. b. Pemberi pengaruh, seorang anggota keluarga yang selalu diminta pendapatnya mengenai suatu produk atau merek yang akan dibeli dan dikonsumsi. Ia diminta pendapatnya mengenai criteria dan atributatribut produk yang sebaiknya dibeli. c. Penyaring informasi, seseorang anggota keluarga yang menyaring semua informasi yang masuk ke dalam keluarga tersebut. d. Pengambil keputusan, seseorang anggota keluarga yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah membeli suatu produk. e. Pembeli, suatu anggota keluarga yang membeli produk, atau yang diberi tugas untuk melakukan pembelian produk. f. Pengguna, seseorang anggota keluarga yang mengonsumsi suatu produk. 3. Marketing Mix Kotler & Armstrong (2012:51-52) mengatakan bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern. Ada 4 elemen dalam bauran pemasaran yaitu yang biasa disebut dengan konsep 4P, yaitu: a. Product Product atau produk merupakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada sasaran pasarnya. Elemen-elemen yang ada di dalam Product antara lain variasi, kualitas, desain, fitur, merek, kemasan, dan pelayanan. 18 b. Price Price atau harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk mendapatkan produk. Elemen-elemen yang ada di dalam Price antara lain harga yang tercantum, diskon, tunjangan, periode pembayaran, dan persyaratan kredit. c. Place Place atau lokasi merupakan aktivitas perusahaan yang membuat produk menjadi tersedia bagi sasaran pasar. Elemen-elemen yang ada di dalam Place antara lain channel atau saluran, jangkauan, lokasi, persediaan, transportasi, dan logistik. d. Promotion Promotion atau promosi merupakan aktivitas mengkomunikasikan manfaat produk dan membujuk sasaran pasar untuk membelinya. Elemen-elemen yang ada di dalam promosi antara lain advertising, penjualan personal, promosi penjualan, dan public relations. Gambar 2.2 Skema Bauran Pemasaran Sumber : Kotler & Armstrong (2012:52) 19 2.4.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Kotler & Keller (2011:152), terdapat 5 tahap keputusan pembelian, yaitu : 1. Pengenalan kebutuhan Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong, misalnya rasa lapar dan haus. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal. Misalnya seseorang menonton iklan televisi tentang liburan di Hawaii yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan sesuatu pembelian. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius. 2. Pencarian informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mepelajari produk tertentu. 3. Evaluasi alternatif Orang pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai alternatif yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai pilihan merek. Konsumen tidak menggunakan satu proses evaluasi yang sederhana dalam semua situasi pembeli. Sebaliknya, beberapa proses evaluasi digunakan sekaligus. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita berasumsi bahwa 20 setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut – atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap tingkat-tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek berbeda lewat prosedur evaluasi. Konsumen didapati menggunakan satu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Kadang – kadang konsumen sangat cermat dalam mempertimbangkan pembelian suatu produk tetapi ada kalanya mereka hanya mengevaluasi sedikit bahkan hanya berdasarkan dorongan sesaat tergantung pada intuisi. Kadang konsumen mengambil keputusan sendiri, kadangkala mereka bertanya kepada orang lain, misalnya saudara, teman, dan penjual. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi sedang berjalan, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli. 4. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang bersangkutan dan membuat keputusan pemesanan yang berhubungan dengan pembeli. Selain itu keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan pembelian. Pemilihan ini dilalukan atas dasar hasil evaluasi ditahap sebelumnya. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. 21 5. Perilaku pasca pembelian Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena meperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusan. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu konsumen merasa nyaman dengan merek. 2.5 Motivasi Pembelian Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa biologis, yang timbul dari keadaan ketegangan seperti lapar, haus, atau ketidaknyamanan. Lainnya adalah psikologis, yang timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau kepemilikan. Abraham Maslow dikutip oleh Kotler (2012, 148) membagi kebutuhan dalam 5 tingkatan atau hirearki, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman. 2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs) Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu 22 banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif. 3. Kebutuhan untuk bersosialisasi (social needs) Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan. 4. Kebutuhan untuk dihargai atau harga diri (esteem needs) Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self-actualization). 5. Kebutuhan akan pengakuan atau aktualisasi diri (self-actualization needs) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirearki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya. 23 Gambar 2.3 Hirearki Kebutuhan Maslow Sumber: Kotler (2012:148) Kebutuhan menjadi motif ketika terangsang untuk tingkat yang cukup intensitas (Kotler, 2012:147). Sebuah motif (atau drive) adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan. Menurut Wells dan Prensky dikutip dalam Albari (2002), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta mulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan Schiffman dan Kanuk dikutip dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam dan luar diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan. Motivasi dibagi menjadi dua macam, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 24 2.5.1 Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik melibatkan terlibat dalam perilaku karena itu adalah pribadi menguntungkan, pada dasarnya, melakukan kegiatan untuk kepentingan diri sendiri daripada keinginan untuk beberapa hadiah eksternal. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Herlina, 2012). Sebagai contoh kongkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Menurut Coon & Mitterer (2010), motivasi intrinsik terjadi ketika kita bertindak tanpa penghargaan eksternal yang jelas. Sementara itu, Brown (2007) mengatakan motivasi intrinsik mengacu pada alasan mengapa kita melakukan kegiatan tertentu untuk kepuasan atau kesenangan yang datangnya dari internal. Hamzah B. Uno dikutip dalam Danial (2008:34) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai motif yang timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang sudah ada di dalam diri sendiri, yaitu sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, dari ketiga definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi intrinsik mengacu pada perilaku yang didorong oleh manfaat dan kebutuhan yang datangnya dari internal. Dengan kata lain, motivasi untuk terlibat dalam perilaku muncul dari dalam diri individu karena secara intrinsik bermanfaat. Ini berbeda dengan motivasi ekstrinsik, yang melibatkan terlibat dalam perilaku dalam rangka untuk mendapatkan manfaat eksternal atau menghindari hukuman. Contoh perilaku yang merupakan hasil dari motivasi intrinsik meliputi: 1. Berpartisipasi dalam olahraga karena Anda menemukan kegiatan yang menyenangkan 2. Memecahkan teka-teki kata karena Anda menemukan tantangan yang menyenangkan dan menarik 3. Bermain game karena Anda merasa menarik 25 Berikut ini adalah beberapa macam teori motif yang termasuk kedalam motivasi intrinsik menurut Danial (2008:34-35): 1. Ketetapan atau konsistensi Motif ini dimaksudkan untuk mempertahankan sebuah pandangan dunia yang bertalian secara logis yang terorganisir. Rasa percaya atau informasi yang kurang konsisten dengan kenyataan menciptakan ketegangan dan kebutuhan untuk menjelaskan situasi tersebut. Kecenderungan konsumen menerima hubungan yang positif antara harga dan kualitas merupakan hasil dari motif konsistensi. Motif konsistensi juga mencerminkan rasa kepercayaan konsumen atas suatu produk. 2. Pengelompokan atau kategorisasi Motif ini untuk mengumpulkan informasi yang kompleks agar menjadi teratur. Konsumen yang menghadapi lingkungan yang kompleks, dorongan untuk mempermudah pengalamannya dengan tindakan mengkategorikan pengalaman-pengalaman tersebut. Hal ini terjadi jika konsumen termotivasi untuk mempersiapkan mentalnya dalam mengkategorikan pengalamannya dengan mendapatkan kembali dari memorinya. 3. Otonomi atau kemandirian. Motif ini merupakan intisari dari karakteristik individu dalam merealisasikan diri melalui pembentukan yang terintegrasi dan identitas yang otonom. Teori motif ini memberikan penekanan pada perkembangan kebutuhan konsumen. Otonomi merupakan pendekatan humanistik yang mengarah pada apa yang memotivasi seseorang. Teori motivasi ini memberikan pandangan pada perkembangan kebutuhan konsumen. 4. Teori teleologis Motif teleologis konsumen konstan memperbandingkan pikirannya atau menghendaki situasi berdasarkan persepsinya dengan situasi yang ada sekarang. Mencoba membuat situasi yang nyata menjadi sesutu yang mungkin untuk pikirannya. Bermacam-macam aktivitas seperti produk, pelayanan, dimonitor konstan oleh konsumen untuk menentukan apakah gap antar dorongan atau kehendak dengan penerimaan situasi yang ada itu meningkat atau berkurang. Motif ini membandingkan antara persepsi konsumen dengan situasi yang sebenarnya terjadi. 26 5. Pengurangan ketegangan (tension reduction) Motif ini digunakan untuk mengurangi atau menghindari tekanan yang timbul bila kebutuhan tidak terpenuhi. Ketegangan reduksi untuk memotivasi konsumen memperoleh keseimbangan. Suatu reduksi untuk kepuasan dan ketegangan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Konsumen dimotivasi untuk mereduksi atau mengurangi ketegangan yang dihadapi agar terjadi keseimbangan pada dirinya. Motif ini umumnya memilih produk yang dapat mengurangi rasa jenuh atau bosan. 6. Pertahanan diri (ego defense) Banyaknya konsumen merasa bahwa situasi kehidupan yang beragam dapat menimbulkan tantangan terhadaop ego. Situasi ini menciptakan rasa malu pada lingkungan sosial, tantangan terhadap harga diri dan bentuk lainnya dari bahaya psikologi. Motif mempertahankan diri merupakan dorongan untuk melindungi self image diriya. Pada umumnya konsumen tidak ingin diketahui kekurangan dirinya, untuk itu konsumen akan menutupi atau mempertahankan dirinya. 7. Pernyataan (assetion) Teori motif pernyataan merupakan teori motif konsumen dala berprestasi, kesuksesan, kekaguman, dan kekuatan Kebutuhan untuk berprestasi dan kekuasan merupakan motif assertion. Produk dan pelayanan yang diperoleh merupakan simbol kepuasan keberhasilan dari motif assertion. Motif ini mendorong konsumen untuk menjadikan produk sebagai simbol atau image, beberapa bahkan menjadikan produk tersebut sebagai gaya hidup. 8. Motif pembentukan identitas (identification) Teori motif identifikasi merupakan motif untuk mendapatkan kepuasan atas keputusan pembelian suatu produk sehingga merasa dirinya diterima oleh lingkungan dan merasa senang untuk memainkan peran serta untuk merasa dibutuhkan oleh lingkungannya. 27 2.5.2 Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik terjadi ketika kita termotivasi untuk melakukan perilaku atau terlibat dalam suatu kegiatan dalam rangka untuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman (Plotnik & Kouyoujiman, 2011). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Herlina, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi ekstrinsik merupakan dorongan atau keperluan atau keinginan yang oerku disertai perangsang dari luar. Sementara itu, Hamzah B. Uno dikutip dalam Danial (2008:35) mendefinisikan motivasi ekstrinsik sebagai motif yang timbul karena adanya pengaruh dari luar atau lingkungan yang menimbulkan motivasi dalam diri untuk melakukan tindakan. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergantung dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya terdapat aktivitas yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan keputusan pembelian. Contoh perilaku yang merupakan hasil dari motivasi ekstrinsik meliputi: 1. Belajar karena Anda ingin mendapatkan nilai yang baik 2. Membersihkan kamar Anda untuk menghindari ditegur oleh orang tua Anda 3. Berpartisipasi dalam olahraga untuk memenangkan penghargaan 4. Bersaing dalam kontes untuk memenangkan beasiswa 5. Dalam masing-masing contoh, perilaku dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hasil negatif. Berikut ini adalah beberapa macam teori motif yang termasuk kedalam motivasi ekstrinsik menurut Danial (2008:34-35): 1. Sifat (attributor) Motif yang timbul untuk mengerti dan menyimpulkan kejadian dapat dipertimbangkan sebagai motif sifat. Dalam hal ini difokuskan pada orientasi konsumen ke arah kejadian eksternal dalam lingkungan. Dorongan untuk merencakan apa sebab sesuatu terjadi, mengertahui sebab-sebab kejadian penting, dan mengerti dunia seseorang, hal ini merupakan karakteristik dari motif atribut. Motif ini mendorong konsumen untuk memilih produk yang 28 mudah dimengerti atau dianggap dapat mendukung aktivitas penggunanya (sesuai dengan kegiatan penggunanya). 2. Tujuan atau sasaran Konsumen yang dipengaruhi oleh motif ini akan menggunakan penilaian objektif dan informasi eksternal sebagai pengganti pemikir internal untuk menarik simpulan mengenai nilai, sikap, dan kesukaan. Banyak konsumen tidak memahami dirinya dengan merefleksikan dirinya sendiri. Untuk dapat mengamati perilaku orang lain kita harus mengerti motif apa ang melatarbelakangi perilaku konsumen yang menghendaki mengembangkan suatu pendapat terhadap sesuatum pertama kali mereka mengulangi tingkah lakunya, dan kemudian atas dasar pengalaman sebelumnya mereka dapat bersikap terhadap sesuatu tersebut. Oleh karena itu, sikap konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh tindakan sebelumnya terhadap jenis dan merek barang tersebut. 3. Stimulasi Beberapa konsumen memiliki kebutuhan untuk stimulasi. Secara alamiah mempunyai perasaan ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru. Motif stimulasi diyakini bertanggung jawab pada perilaku inovatif diantara konsumen. Konsumen dengan motif stimulasi memungkinkan loyalitas yang rendah. Hal ini menyebabkan konsumen mencoba produk dan merek baru dan menghindari penggunaan satu merek dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, loyalitas mereka cukup sukar untuk konsumen yang mempunyai motif stimulasi tinggi. 4. Manfaat (utilitarian) Konsumen yang dipengaruhi oleh motif ini akan menggunakan lingkungan eksternal sebagai sumber daya yang berharga untuk memperoleh informasi untuk memecahkan masalah. Utilitarian merupakan motif konsumen yang mempunyai kesempatan eksternal untuk memecahkan masalah dan merupakan dorongan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat, kemampuan baru yang digunakan dalam melawan tantangan hidup. 5. Ekspresi (self expression) Konsumen kadang0kadang mempunyai dorongan untuk mengekspresikan dirinya. Mengenakan pakaian secara khas merupakan refleksi dari motivasi 29 ekspresi. Artinya untuk mengetahui apakah konsumen merasa puas setelah proses pembelian dapat dibaca dari ekspresinya. 6. Penguatan (reinforcement) Konsumen yang dipengaruhi oleh motif ini memiliki kecendrungan untuk bertindak sesuai situasi yang menguntungkan. Pengalaman yang dirasa menguntungkan dimasa lampau dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen akan mempertahankan dirinya dalam mencapai seuatu tujuan. Reinforcement dapat memperkuat respon terhadap stimulus yang dapat bersifat positive reward atau negative punishment. Motif ini mendorong konsumen untuk memilih produk yang dianggap menguntungkan baginya. 7. Teori afiliasi Merupakan motif konsumen yang menjadi dasar untuk berhubungan sosial dengan orang lain dan untuk berkelompok. Motif afiliasi merupakan dorongan atau kebutuhan konsumen untuk mengadakan hubungan interpersonal dengan orang lain. 8. Model atau contoh Merupakan motif konsumen untuk melakukan tindakan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orang lainnya. Misalnya konsumen dalam mengadakan hubungan interpersonal meniru yang dilakukan oleh konsumen lain. 2.5 State of The Art Di dalam sub-bab ini, peneliti akan membahas mengenai State of The Art dimana di sub-bab ini berisi beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti baik dari internasional maupun peneliti lokal, dimana variabel-variabel yang mereka gunakan berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini. 30 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Judul Pengaruh Motivasi, Peneliti Wahyuni (2013) Kesimpulan Penelitian ini membahas dua Persepsi, dan Sikap variabel yang digunakan oleh Konsumen Terhadap peneliti, yaitu variabel Motivasi Keputusan Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik, pembelian Sepeda dimana di dalam penelitian ini Motor Merek diwakili oleh satu nama variabel “Honda” di Kawasan yaitu variabel Motivasi. Metode Surabaya Barat analisa yang digunakan adalah analisa regresi linier berganda, dengan 125 sampel responden. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dimana variabel Motivasi memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian. 2 The Relationship of Lin & Shih Penelitian ini membahas salah University Student’s (2012) variabel atribut yang digunakan Lifestyle, Money, oleh peneliti yaitu Gaya Hidup Attitude, Personal yang termasuk di dalam variabel Value, and their Motivasi Intrinsik. Metode analisa Purchase Decision yang digunakan adalah analisa multi-regresi dengan 500 sampel responden. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dimana variabel Gaya Hidup memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian. 31 3 The Influence of Pungnirund Penelitian ini membahas salah satu Marketing Mix on (2013) variabel yang digunakan oleh Customer peneliti yaitu Service Marketing Purchasing Behavior Mix yang di dalam penelitian ini at Chatuchak Plaza terbagi kedalam 7 variabel yakni Market Product, Price, Place, Promotion, People, Physical Environment, dan Process. Metode analisa yang digunakan adalah Statistical Package for Social Science dengan 397 responden. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dimana ke-tujuh variabel diatas memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. 4 The Relationship Satit et. al. (2012) Penelitian ini membahas empat Betwen Marketing variabel atribut yang digunakan Mix and Customer oleh peneliti yaitu Product, Price, Decision-Making Place, dan Promotion. Metode Over Travel Agents: analisa yang digunakan adalah An Empirical Study analisa regresi berganda dengan 215 sampel responden. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dimana variabel Price dan Product merupakan 2 variabel marketing mix yang paling penting yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen di dalam industri travel agent. Sumber: Peneliti, 2013 32 2.7 Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, serta landasan teori yang telah disusun, maka berikut kerangka pemikiran yang akan digunakan untuk penelitian ini. Gambar 2.4 - Kerangka Pemikiran Sumber : Peneliti, 2013