ANALISIS KINERJA KEUANGAN AKIBAT FLUKTUASI HARGA CPO (Crude Palm Oil) PADA PT SALIM IVOMAS PRATAMA Tbk PERIODE 2011-2014 MUHAMMAD ALFI SYAHRI PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Muhammad Alfi Syahri H24134052 ABSTRAK MUHAMMAD ALFI SYAHRI. Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 20112014. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang akan dipertimbangkan oleh investor untuk melakukan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan economic value added (EVA). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan, buku literatur, jurnal dan internet. Metode penelitian rasio profitabilitas berdasarkan perhitungan Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE), rasio likuiditas berdasarkan perhitungan Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) dan perhitungan Economic Value Added (EVA). Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang dihasilkan perusahaan masih kurang baik. Disisi lain, perusahaan memiliki rasio likuiditas yang baik. Sedangkan EVA menghasilkan angka negatif. Secara keseluruhan kinerja keuangan perusahaan masih dalam kategori kurang baik, sehingga para investor harus meninjau kembali kinerja para manajernya terkait pengelolaan aset dan modal yang diberikan kepada perusahaan. Kata kunci: EVA, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. ABSTRACT MUHAMMAD ALFI SYAHRI. Financial Performance Analysis of CPO (Crude Palm Oil) Fluctuation Effect for PT Salim Ivomas Pratama Tbk period 20112014. Supervised by BUDI PURWANTO. The financial performance of a company is the one of the important factors that will beseriously considered by investors to invest in longterm investment. This study was aimed to analyze the financial performance of company by based on: (a) profitability ratio, (b) liquidity ratio, (c) economic value added (EVA). This study used secondary data obtained through the company’s financial reports, literature books, journals and the internet. The research method of profitability ratios based on calculations of Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE), Liquidity Ratios based on calculations Current Ratio (CR) and the Quick Ratio (QR) and calculation of Economic Value Added (EVA). The analisys explained that the company’s resulting has bad profitability ratios. On the other hand, the company has good liquidity ratios. While EVA produces a negative number. Overall the company's financial performance is still in the unfavorable category, therefore investors should review the performance of the managers related to asset management and capital provided to the company. Keywords: EVA, liquidity ratio and profitability ratio. ANALISIS KINERJA KEUANGAN AKIBAT FLUKTUASI HARGA CPO (Crude Palm Oil) PADA PT SALIM IVOMAS PRATAMA Tbk PERIODE 2011-2014 MUHAMMAD ALFI SYAHRI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 20112014 Nama : Muhammad Alfi Syahri NIM : H24134052 Disetujui oleh Dr Ir Budi Purwanto, ME Pembimbing Diketahui oleh Dr Mukhamad Najib STP, MM Ketua Departemen Tanggal Lulus : PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk Periode 2011-2014 yang merupakan bagian dari syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan saya dalam pengerjaan skripsi ini pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini karena tanpa bantuan serta motivasinya penulis tidak dapat membuat skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016 Muhammad Alfi Syahri DAFTAR ISI DAFTAR TABEL 15 DAFTAR GAMBAR 15 DAFTAR LAMPIRAN 15 PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 5 Analisis Kinerja Keuangan 5 Laporan Keuangan 5 Rasio Keuangan 6 Metode Economic Value Added (EVA) 7 Penelitian Terdahulu 8 METODE PENELITIAN 9 Kerangka pemikiran 9 Waktu dan Tempat Penelitian 10 Pengolahan dan Analisis Data 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Gambaran Umum Perusahaan 15 Kinerja Keuangan Perusahaan 18 Rasio Profitabilitas 18 Rasio Likuiditas 21 EVA (Economic Value Added) 23 Implikasi Manajerial 27 SIMPULAN DAN SARAN 29 DAFTAR PUSTAKA 31 RIWAYAT HIDUP 39 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 Harga rata-rata CPO Rupiah per kg periode 2011-2014 Nilai NOPAT tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Nilai IC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Nilai WACC tahun 2011-2014 Nilai COC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Nilai EVA tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Implikasi Manajerial 1 24 24 25 26 26 28 DAFTAR GAMBAR 1 Grafik fluktuasi laba PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014 2 Produksi dan Penjualan CPO PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014 3 Kerangka pemikiran penelitian 4 Hasil NPM periode 2011-2014 5 Hasil ROA periode 2011-2014 6 Hasil ROE periode 2011-2014 7 Hasil current ratio periode 2011-2014 8 Hasil quick ratio periode 2011-2014 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA periode 2011-2014 2 3 10 19 20 21 22 23 27 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 Proses perhitungan rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE) Proses perhitungan rasio likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio) Proses perhitungan EVA (IC, WACC, COC dan EVA) Lanjutan lampiran 3 35 36 37 38 1 PENDAHULUAN Latar belakang Kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang akan dipertimbangkan oleh investor untuk melakukan investasi. Dalam melakukan investasi, seorang investor akan memberikan sebagian dana kepada perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian deviden yang diharapkan oleh pemegang saham sehingga dana yang telah tertanam di perusahaan akan menjadi jalur income yang baik bagi investor. Kondisi perekonomian Domestik turut menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan yang ada didalamnya. Selama lima tahun terakhir tingkat inflasi di Indonesia tertinggi pada akhir agustus 2013 dengan nilai inflasi sebesar 8,79% yang menyebabkan harga-harga barang semakin meningkat sehingga berdampak pada beban pokok penjualan yang semakin tinggi dan dapat mengurangi laba bersih perusahaan. Selain itu, harga minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) juga mengalami penurunan harga seiring dengan melemahnya ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Perusahaan kelapa sawit yang terdampak dari fluktuasi tersebut antara lain adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk yang mengalami perubahan produksi, penjualan serta pendapatan internalnya. PT Salim Grup merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yaitu PT IIP, PT Lonsum Tbk, PT IBS, PT SOG, dan PT BML yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan minyak nabati, oleh karena itu perusahaan Salim Ivomas Pratama Tbk layak untuk diteliti karena merupakan gabungan dari beberapa perusahaan kelapa sawit di Indonesia. Badan pengawas perdagangan berjangka komoditi (BAPPEBTI) telah merilis harga CPO Indonesia pada awal tahun 2015 yang dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengetahui kondisi komoditas pertanian di Indonesia. Daftar harga CPO pada periode 2011-2014 terdapat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa adanya penurunan harga CPO secara signifikan yang dialami oleh Indonesia yang disebabkan oleh nilai tukar Rupiah. Tabel 1 Harga rata-rata CPO rupiah per kg periode 2011-2014 Bulan/Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata rata per tahun 2011 10.187 10.106 8.483 8.678 9.198 9.031 8.597 8.509 8.638 8.148 8.743 8.532 106.846 8.904 Sumber : BAPPEBTI (2015) 2012 8.887 9.223 9.774 10.070 8.867 8.635 8.873 8.706 8.512 7.221 7.137 6.896 102.802 8.567 2013 7.664 7.921 7.738 7.588 7.728 7.927 7.802 8.264 8.719 9.005 9.931 10.203 100.489 8.374 2014 9.739 10.002 10.223 9.664 9.610 9.454 9.146 7.739 7.688 7.947 8.027 7.623 106.863 8.905 2 Rp 000 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 harga rata-rata CPO sebesar Rp8.904 dan di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,78% yaitu menjadi Rp8.567, kemudian pada tahun 2013 harga CPO lokal juga mengalami penurunan sebesar 2,25% atau sebesar Rp8.374. Sementara itu, pada tahun 2014 harga CPO sudah mengalami peningkatan harga sebesar Rp8.905 atau setara dengan 6,34% dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan harga yang dialami BAPPEBTI selama kurun waktu empat tahun adalah Rp8.687 (8.904 + 8.567 + 8.374 + 9.905 / 4) yang berarti pada tahun 2011 harga CPO masih diatas harga pasaran sedangkan tahun 2012-2014 harga CPO dibawah rata-rata pasar. Selain itu, perubahan laba komprehensif juga diperlihatkan pada laporan laba rugi perusahaan yang mengalami fluktuasi seiring terjadinya perubahan harga CPO (Crude Palm Oil) dan inflasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan. Hal ini harus menjadi perhatian perusahaan untuk mengatur strategi yang efektif dan efisien agar tidak mengalami kerugian dan menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Kondisi tersebut terdapat pada Gambar 1 yang grafik pertumbuhan laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada periode 2011-2014. 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 Laba 2011 2012 2013 2014 2.251.296 1.516.101 635.277 1.109.361 Gambar 1 Grafik fluktuasi laba PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat fluktuasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan, pada tahun 2011-2012 perusahaan mengalami penurunan laba sebesar Rp 735.195 atau turun sebesar 32,66%. Di tahun 2013, perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar Rp 880.824 atau turun sebesar 58,10%. Pada tahun 2014, laba perusahaan mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar 42,73%, hal ini disebabkan karena harga CPO mulai stabil dan penjualan meningkat. Laju pertumbuhan laba perusahaan adalah sebesar Rp 1.378.009 (2.251.296 + 1.516.101 + 635.277 + 1.109.361 / 4) yang berarti pada tahun 2011 dan 2012 kondisi laba perusahaan diatas laba rata-rata per tahun, sedangkan pada tahun 2013 kondisi laba perusahaan mengalami penurunan signifikan dan pada tahun 2014 laba perusahaan mulai naik mendekati laba ratarata perusahaan. Produksi CPO yang berfluktuasi setiap tahun ditunjukkan oleh perusahaan tidak serta merta menunjukkan fluktuasi penjualan CPO perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya dampak kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi global yang tidak stabil menjadikan penjualan meningkat disaat kondisi produksi yang berfluktuasi. Kondisi tersebut terdapat pada Gambar 2 yang menjelaskan tentang keadaan yang kontradiksi antara produksi dan penjualan CPO perusahaan. Ribu ton 3 1000 950 900 850 800 750 700 Produksi CPO Penjualan CPO 2011 838 829 2012 880 829 2013 810 864 2014 956 957 Gambar 2 Produksi dan Penjualan CPO PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014 Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2012 produksi CPO perusahaan mengalami peningkatan sebesar 42 ton atau sebesar 5,01%, sedangkan pada tahun tersebut perusahaan mengalami penjualan yang tetap yaitu 829 ton. Hal ini disebabkan oleh peningkatan volume ekspor dan melemahnya nilai mata uang Rupiah sebesar 5-7 persen dibanding tahun 2011, sejalan dengan penurunan harga komoditas akibar penurunan ekonomi global yang menyumbang 65% dari total ekspor Indonesia. Selain itu, penurunan pemanfaatan biodisel di benua Eropa, produksi musiman yang lebih tinggi di semester kedua serta meningkatnya persediaan minyak sawit telah secara fignifikan menekan harga minyak sawit sejak awal agustus 2012 yang berakibat melebarnya perbedaan harga minyak sawit dan lemak nabati lainnya. Tahun 2013, perusahaan mengalami penurunan produksi CPO sebanyak 70 ton atau 7,95% dari total produksi CPO perusahaan. Namun disisi lain, volume penjualan mengalami peningkatan sebanyak 35 ton atau sebesar 4,22%. Penurunan produksi ini seiring dengan kondisi cuaca global yang mempengaruhi pola panen di seluruh Sumatera. Curah hujan yang berkepanjangan serta banjir telah mengganggu proses penyerbukan, pertumbuhan dan panen tanaman selain dampak dari musim kemarau pada tahun 2012 dan 2011 merupakan faktor menurunnya produksi CPO perusahaan. Dari sisi penjualan, Walaupun terdapat persaingan dari minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, harga CPO tetap bertahan di tengah prospek pasar yang kurang menguntungkan, didukung oleh penurunan volume produksi yang menopang harga CPO, dan tingkat diskon yang cukup besar antara harga CPO yang diperdagangkan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan mandat untuk meningkatkan kadar campuran biodiesel dalam bahan bakar minyak dari 7,5% menjadi 10% efektif bulan Januari 2014. Kebijakan ini berpotensi meningkatkan permintaan domestik atas kelapa sawit secara signifikan. Pada tahun 2014, perusahaan mengalami kenaikan produksi CPO sebanyak 146 ton atau meningkat sebesar 18,02% penjualan CPO perusahaan mengalami juga peningkatan sebanyak 93 ton atau sebanyak 11,00%. Hal ini disebabkan oleh adanya produksi tandan buah segar yang meningkat dari 2.895 ton pada tahun 2013 menjadi 3.259 ton pada tahun 2014. Selain itu, harga jual rata-rata CPO dalam mata uang Rupiah meningkat sebesar 14% seiring pelemahan nilai tukar Rupiah. Kebijakan Indonesia untuk memberlakukan tarif ekspor sebesar nol persen untuk minyak sawit ketika harga di bawah US$750 per ton 4 memberikan kontribusi positif terhadap kinerja ekspor, serta memberikan dampak positif terhadap tingkat persediaan minyak sawit. Perumusan Masalah Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa pengukuran kinerja berdasarkan rasio keuangan yang dilakukan sudah cukup untuk mengetahui informasi mengenai nilai kekayaan sebenarnya dan nilai yang berhasil diciptakan oleh perusahaan tersebut, sehingga permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berkut: (1) Apakah fluktuasi harga CPO berpengaruh pada kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk? (2) Bagaimana kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio likuiditas? (3) Langkah apa yang harus dilakukan perusahaan pada kondisi ekonomi tersebut? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis rasio profitabilitas. (2) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis likuiditas. (3) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan EVA. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) Agar dapat menjadi strategi pengambilan keputusan yang tepat pada saat harga CPO berfluktuasi. (2) Agar dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif. (3) Sebagai alat analisis profitabilitas yang realistis. (4) Untuk meningkatkan kemampuan penaksiran aliran arus kas dan tingkat pajak serta deviden yang akan dibayarkan secara efektif. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan seputar lingkup pengukuran kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk pada priode 2011 sampai dengan 2014 yang berdasarkan NPM, ROA, ROE, current ratio, quick ratio dan EVA. 5 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kinerja Keuangan Menurut Wibowo “Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya”. (Wibowo, 2011: 7). Analisis kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut (Lesmana dan Sutarjo, 2003). Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian kinerja tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat diketahui sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain serta untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik. Analisis kinerja keuangan yang biasa dilakukan adalah menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis kinerja yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis rasio berupa ROA, ROE, NPM, current ratio, quick ratio dan EVA. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan (Munawir 2007). Untuk menganalisis kinerja keuangan, maka laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan neraca (Tunggal 2001). a. Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Munawir 2007). b. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Jadi posisi neraca untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga sering disebut balance sheet (Munawir 2007). Dalam neraca terdapat komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, 6 sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan itu didanai. Rasio Keuangan Menurut Keown et al (2004), rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan. Rasio tersebut memberikan dua (2) cara, bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti (1) dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya dan (2) dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya. Analisis laporan keuangan yang biasa digunakan menurut Hanafi dan Halim (2007) adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: a. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut tingkat kemampulabaan suatu perusahaan. b. Return On Asset (ROA) ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas total total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasi perusahaan menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. ROA digunakan untuk mengevaluasi aktivitas keseluruhan perusahaan. c. Return On Equity (ROE) ROE mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung dengan kekayaan pemegang saham. Menurut Fahmi (2012), rasio likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telefon, gaji karyawan, air, gaji teknisi, gaji lembur dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term likuidity. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan (Riyanto 2008). Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua), yaitu : 7 a. Current ratio (CR) Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Harus dipahami bahwa penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya mampu memberi analisa secara kasar, karena itu perlu adanya dukungan analisis secara kualitatif yang lebih komprehensif. Current ratio 200% dipertimbangkan sebagai current ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri atau komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa angka 100% dikatakan sudah mencukupi. Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga di anggap tidak baik, karena mengindikasikan penimbunan kas, banyak piutang yang tidak tertagih, penumpukkan persediaan, tidak efisisennya pembiayaan gratis dari pemasok, rendahmya pinjaman jangka pendek. b. Quick ratio (QR) Quick ratio atau rasio cepat adalah ukuran uji solvesi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang di anggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Standar yang berlaku untuk menetukan apakah suatu perusahaan memiliki quick ratio baik adalah lebih dari 100%. Metode Economic Value Added (EVA) EVA merupakan pendekatan baru dalam penilaian kinerja perusahaan dengan memperlihatkan kepentingan manajemen, karyawan maupun para penyedia dana secara adil (Bastian 2007). EVA membantu manajer memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan dan merupakan ukuran kinerja keuangan yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu (Pradhono 2004). Menurut Young dan O’Byne (2001), EVA sama dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh dari operasi berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of Capital atau WACC). WACC adalah rataan tertimbang dari biaya setelah pajak atas masingmasing sumber modal yang digunakan perusahaan, dimana bobot mencerminkan proporsi masing-masing sumber (biaya dari setiap komponen modal, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham). Konsekuensinya WACC merupakan tingkat pengembalian hasil yang harus didapat perusahaan atas investasinya, sehingga dapat memberi kompensasi pada 8 kreditur dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (Keown et al 2004). Hasil perhitungan EVA akan benilai lebih besar dari nol (positif), lebih kecil dari nol (negatif) dan sama dengan nol (Poeradisastra 2003), berarti : a. Kondisi EVA positif (EVA > 0) mencerminkan tingkat kompensasi (nilai kekayaan) yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Ini berarti manajemen telah mampu menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan. Semakin positif EVA, berarti semakin bagus kinerja perusahaan tersebut, yaitu manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. b. Kondisi EVA negatif (EVA < 0) menunjukan adanya penurunan nilai kekayaan karena laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi setimpal dengan investasi yang ditanam. c. Kondisi EVA sama dengan nol (EVA = 0) berarti laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan pemodal dan kinerja keuangan perusahaan tergolong sehat. Penelitian Terdahulu Nama/Tahun Judul Skripsi Anugrah p Analisis (2011) Kinerja Keuangan Pada PT London Sumatera Indonesia Tbk Periode 20052009 Sari I (2011) N Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) periode 20082009 (Studi Kasus PT. Bank Metode Hasil Rasio Berdasarkan perhitungan Profitabilitas rasio keuangan berupa ROA dan & EVA EPS, nilai yang dicapai selama periode 2005-2009 cenderung meningkat. EVA yang dihasilkan perusahaan selama periode 20052009 menghasilkan angka yang positif (EVA>0) yang cenderung meningkat. Ini menunjukan bahwa perusahaan telah berkinerja baik dan sudah dapat menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi investor dan perusahannya sendiri. Selain itu, perusahaan telah mampu menghasilkan nilai tambah pasar selama periode 2005-2009. Rasio Berdasarkan rasio keuangan Profitabilitas perusahaan, tingkat pendekatan laba & EVA melalui ROE menurun pada tahun 2009 sebesar 25,11%, ROA sebesar 2,15%, dan EPS sebesar Rp 186,73. Perusahaan memperoleh hasil EVA yang positif pada tahun 2008 sebesar Rp 1.076.900.927 dan akhir 2009 memperoleh EVA negatif sebesar Rp (7.137.252). Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai tambah bagi investor, maka perusahaan perlu melakukan 9 Muamalat Indonesia Tbk) Hidayansyah Analisis P F (2013) Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ beberapa strategi, salah satunya dengan cara dapat meningkatkan pendapatan operasi utama perusahaan dan meningkatkan laba operasi tanpa adanya penambahan biaya modal. Rasio Hasil pengolahan data menunjukkan Profitabilitas nilai NPM dari tahun 2008-2011, yaitu 0,842%; 0,518; 0,733; 8,897 dengan nilai rataan dari tahun 20082011 sebesar 2,746%. Nilai ROA dari tahun 2008-2011, yaitu 0,078; 0,165; 0,189; 0,705, di mana secara rataan masih kurang dari 1%. Nilai ROE dari tahun 2008-2011, yaitu 5,139; 8,242; 2,480; 10,502 dengan nilai rataan 6,591. Nilai pada rasio profitabilitas akan di bandingkan dengan rataan tingkat SBI dari tahun 2008-2011, yaitu 7,407% dan harapan pemegang saham, yaitu 20%. Dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas yang dihasilkan perusahaan masih di bawah tingkat SBI dan harapan pemegang saham, sehingga tingkat kemampulabaan perusahaan masih kurang baik. METODE PENELITIAN Kerangka pemikiran Analisis kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk ini didasarkan pada laporan keuangan selama 4 (empat) periode terakhir (2011-2014). Metode pengukuran menggunakan alat analisis Rasio Profitabilitas: Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan, atau prestasi operasi di masa lalu dan menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan bersangkutan. Analisis rasio Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)juga dapat menunjukkan bagaimana perusahaan menghasilkan laba yang akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Dan perhitungan Rasio Likuiditas dengan analisis Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka 10 pendeknya dari aset lancar yang dimiliki serta metode Economic Value Added (EVA) dengan metode NOPAT dan COC yang dapat memberikan hasil perhitungan apakah PT Salim Ivomas Pratama Tbk telah berhasil memberikan nilai tambah ekonomi perusahaan itu sendiri dan pemegang sahamnya. Kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat pada Gambar 3. PT SIMP Tbk Investor Kinerja Keuangan Rasio Profitabilitas NPM ROA & ROE Kemampuan menghasilkan profit Rasio Likuiditas Current Ratio & Quick Ratio EVA NOPAT Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek & jangka panjang COC Nilai ekonomis yang diciptakan Analisis Kinerja Keuangan PT SIMP Tbk Implikasi Manajerial Rekomendasi Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan terhadap PT Salim Ivomas Pratama Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 hingga Mei 2016. 11 Sumber data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data Sekunder (secondary data) adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Penelitian kuantitatif menghasilkan pemetaan berupa gambaran angka dan juga statistik (Saifuddin 2004). Pengumpulan data penelitan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa literatur-literatur dan laporan keuangan tahunan (laporan laba rugi dan neraca). Data yang digunakan, seperti laporan keuangan konsolidasi, Laporan Neraca dan Laporan Rugi Laba selama empat (4) periode (2011-2014), profil perusahaan dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikel-atikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Pengolahan data secarara kualiatif menggunakan metode deskriptif seperti penguraian aspek profil dan sistem manajemen PT Salim Ivomas Pratama Tbk. Metode analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk dengan mengunakan perhitungan nilai rasio keuangan (ROA, ROE dan NPM), current ratio dan quick ratio dan EVA menggunakan rumus matematik dan Microsoft Office Excel 2010. Hasil tersebut kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan yang umum digunakan investor untuk menilai perusahaan dalam menciptakan kekayaan baginya dapat dilihat dari Rasio Profitabilitas, yaitu ROA, ROE dan NPM. Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: a. Net Profit Margin (NPM) Rasio ini menghitung kemampuan perusahan meghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Perhitungan rasio NPM adalah: .......................................................................(1) b. Return On Equity (ROA) Formula yang digunakan untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut: 12 ......................................................................(2) c. Return On Asset (ROE) Formula yang digunakan untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut: .......................................................................(3) Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Harahap (2009:301), Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. secara umum ada dua (2) hal dalam penelitian ini, yaitu: a. Current Ratio Current ratio menunjukkan akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. .............................................(4) Keterangan : Current asset = aset lancar Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang. Current liabilities = utang lancar Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar. Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investmentdalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.(Fahmi 2011:61) b. Quick Ratio Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering 13 mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. ...................................(5) Keterangan : Inventories = persediaan Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. Analisis Economic Value Added (EVA) Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) “EVA merupakan alat komunikasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal”. Menurut Abdullah (2003 : 142), dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Oleh karena itu, EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para pemegang saham dan bukan berdasarkan nilai buku yang bersifat histories. Langkah-langkah dalam analisis EVA adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham dimana tingkat pengembalian didefinisikan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. ......................................................................................(6) Dimana: : tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t : harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t : harga saham perusahaan perlembar bulam ke-t-1 : dividen pada bulan ke-t 2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rata-rata pasar ...................................................................................(7) ( ) Dimana : ( ) ∑ .......................................................................................(8) : tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t : indeks harga saham gabungan bulan ke-t : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1 : tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu tahun 14 : jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12) 3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha (β). ....................................................................................................(9) ∑ ( )( ∑ ( ) .....................................................................(10) ) ..............................................................................(11) Dimana : : kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian pasar : varian tingkat pengembalian pasar 4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko ( ). Tingkat bunga bebas risiko adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung risiko, biasanya bentuk investasi ini berlaku pada obligasi pemerintah. 5. Menghitung biaya ekuitas (Cost of Equity) atau modal sendiri (Ke). ( ) Dimana : ( ) 6. ..............................................................................(12) ...............................................................................(13) : tingkat pengembalian pasar yang diharapkan : tingkat bunga bebas risiko : koefisien risiko perusahaan (beta) : Market Premium Risk (Premi Risiko Pasar) Perhitungan Biaya Hutang ( )................................................................................(14) Dimana : ( 7. ) : beban bunga dibagi jumlah hutang jangka panjang : faktor korelasi Menghitung biaya atas modal, yang dilakukan dengan metode Weighted Average Cost of Capital (WACC). ......................................................................(15) Dimana : : proporsi hutang : proporsi modal saham : biaya hutang 15 : biaya modal saham 8. Perhitungan NOPAT. Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Sartono (2001:100) NOPAT = Laba Bersih + Beben bunga...................................................(16) Dimana : Laba Bersih (NPAT) : Net Profit After Taxes Beban bunga : biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan 9. Perhitungan EVA EVA = NOPAT – Biaya modal...............................................................(17) Dimana : Biaya Modal : WACC x Modal yang diinvestasikan (IC) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Salim Ivomas Pratama Tbk merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yaitu PT SIMP, PT IIP, PT IBS, PT SOG dan PT BML yang bergerak dalam perkebunan, produksi minyak goreng, minyak kelapa dan yang bersangkutan dengan produk minyak dan lemak nabati., grup SIMP (Salim Ivomas Pratama) memiliki sejarah operasional yang dimulai sejak awal tahun 1970-an (dalam hal ini divisi minyak goreng dan lemak nabati) dan awal tahun 1980-an (dalam hal ini divisi perkebunan). Pada tahun 1997, PT ISM mengakuisisi kepemilikan saham beberapa perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Sejak tahun 1997, Grup SIMP telah mengembangkan bisnisnya menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi minyak goreng dan lemak nabati yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia melalui dua divisi utama, yaitu divisi perkebunan dan divisi minyak goreng dan lemak nabati. Pada tahun 1997 PT ISM mengakuisisi 80% kepemilikan saham untuk PT SIMP, PT IBS, PT SOG dan PT BML dari Grup Salim, kemudian tahun 2004 Grup SIMP berhenti melakukan perdagangan kontrak spot dan forward untuk komoditas yang berbasis minyak sawit di pasar domestic dan luar negeri sebagai salah satu aktivitas utama perusahaan dan memfokuskan pada divisi perkebunan dan minyak goreng dan lemak nabati dan juga bisnis yang berbasis kopra. Grup juga menentukan untuk mendedikasikan seluruh hasil CPO-nya untuk diproses sendiri, dan dengan demikian memastikan jumlah yang cukup untuk CPO yang berkualitas tinggi dipakai secara internal untuk memproduksi minyak goreng, 16 margarin dan juga lemak nabati. Dan pada tahun 2005 PT ISM mengakuisisi sisa kepemilikan saham sebesar 20% untuk masing-masing perusahaan yaitu PT IBS, PT SOG dan PT BML. Memulai akuisisi lahan perkebunan karena lahan perkebunan yang sudah ada di Propinsi Riau sebesar 56.005 hektar telah ditanami semuanya. Dengan demikian pada tahun itu, mengakuisisi 100% kepemilikan (dikurangi satu saham) pada dua perusahaan yaitu PT KGP dan PT CNIS dengan harga Rp175 miliar. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki total lahan sebesar 27.000 hektar di Kalimantan Barat. PT SIMP juga mengakuisisi 93,4% kepemilikan saham pada PT KMS dengan harga Rp75 miliar. Perusahaan ini memiliki lahan sebesar 8.530 hektar di Kalimantan Timur dengan lahan sekitar 5.015 hektar telah ditanami dengan karet. Pada tahun 2006 PT SIMP mengakuisisi kepemilikan saham PT SAIN sebesar 70% melalui pembelian obligasi yang bisa dikonversi dengan dengan harga sekitar Rp160 miliar. PT SAIN adalah perusahaan riset dan pengembangan benih kelepa sawit yang memiliki tiga perusahaan perkebunan dengan total lahan di Kalimantan Barat sebesar 42.000 hektar. Pada januari 2007, PT SIMP Menyelesaikan reverse takeover pada CityAxis Holdings Limited dan evolusi menjadi perusahaan perkebunan terintegrasi secara vertikal dan produksi minyak goreng dan lemak nabati bermerek di Indonesia. Mengganti nama menjadi Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) dan sebulan kemudian Saham IndoAgri, perusahaan induk PT SIMP, diperdagangkan secara resmi di Bursa Efek Singapura (SGX-ST). Maret 2007, PT SIMP mengakuisisi 60% kepemilikan saham pada perusahaan perkebunan yaitu PT Mega Citra Perdana, PT Mentari Subur Abadi dan PT Swadaya Bhakti Negaramas, menambahkan 85.600 hektar ke lahan yang sudah dimiliki oleh Grup. Pada bulan Mei IndoAgri dan PT Salim Ivomas Pratama (PT SIMP, anak perusahaan dengan 90% kepemilikan oleh IndoAgri), memasuki perjanjian jual-beli dengan First Durango, the Ashmore Funds dan Bapak Sariaatmadja untuk mengakuisisi 64,4% saham dan mandatory convertible notes pada PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum). PT SIMP melakukan tender offer untuk sisa kepemilikan 35,6% saham pada Lonsum sesuai dengan peraturan Bapepam di Indonesia. Bulan Oktober, PT SIMP mengakuisisi 70% kepemilikan pada PT MItra Inti Sejati Plantation dan menambahkan total lahan Grup sebesar 12,950 hektar dan menyelesaikan akuisisi kepemilikan sebesar 56,4% saham Lonsum. Grup menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang terbesar di Indonesia dengan total lahan yang dimiliki bertambah dari 224.312 hektar menjadi 390.499 hektar dan lahan tertanam perkebunan kelapa sawit meningkat dari 81.818 hektar menjadi 146.426 hektar setelah akuisisi. Dan bulan November hingga Desember PT SIMP menyelesaikan tender offer dan meningkatkan 0,01% kepemilikan Grup pada Lonsum menjadi 64,42%. 24 Maret 2008, PT SIMP menandatangani Memorandum of Understanding yang tidak mengikat dengan PT Bangun Sriwijaya Sentosa untuk menjelajahi kemungkinan berpartisipasi sebagai pemilik saham PT Lajuperdana Indah (PT LPI). Bisnis utama PT LPI adalah pengelolaan perkebunan tebu. Perusahaan juga bermaksud untuk membangun pabrik rafinasi gula yang baru pada tahun 2010. Dan 13 Mei Anak Perusahaan PT SIMP yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) menyetujui perjanjian usaha patungan dengan Ghanaian Council for Scientific and Industrial 17 Research (CSIR) untuk mendirikan perusahaan patungan di Ghana untuk mengembangkan dan merealisasikan potensi genetik kelapa sawit untuk eksploitasi secara komersial. CSIR memiliki mandate atas Ghanaian Oil Palm Research Institute yang dimana memiliki banyak jenis kelapa sawit, plasma nutfah dan populasi untuk pemuliaan. 28 juli, Grup mengakuisisi kepemilikan sebesar 60% pada perusahaan-perusahaan perkebunan yaitu PT Mega Citra Perdana, PT Mentari Subur Abadi dan PT Swadaya Bhakti Negaramas, dan menambahkan total lahan sebesar 85.600 hektar ke lahan Grup yang sudah ada sebelumnya. Bulan November 2008, Lonsum menyetujui perjanjian pembelian saham secara berkondisi untuk mengakuisisi 99,9% saham PT Tani Musi Persada (TMP), 99,9% pada PT Sumatra Agri Sejahtera (SAS) dan 90% pada PT Tani Andalas Sejahtera (TAS). TMP, SAS dan TAS memegang ijin lokasi lebih dari 46,000 hektar lahan di Sumatra Selatan. Akuisisi ini di selesaikan pada tanggal 22 Desember 2008. PT SIMP menyetujui penjanjian jual-beli yang berkondisi untuk mengakuisisi 100% saham yang sudah dikeluarkan oleh PT Cakra Alam Makmur (CAM), PT Hijaupertiwi Indah Plantation (HPIP), dan PT Cangkul Bumisubur dan seluruh anak perusahaannya, PT Pelangi Inti Pertiwi (seluruhnya disebut "CBS"). HPIP dan CBS memegang 36.300 hektar lahan di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah. CAM memiliki dan mengoperasikan fasilitas penampungan di pelabuhan Dumai dengan kapasitas penyimpanan sebesar 7.500 ton minyak sawit mentah. Akuisisi ini diselesaikan pada tanggal 24 Desember 2008. Terlepas dari itu, SIMP mengajukan untuk mengakuisisi sisa kepemilikan saham minoritas sebesar 30% pada PT Mitra Inti Sejati Plantation (Mitra) dan 29,98% saham pada PT Sarana Inti Pratama (SAIN). Mitra memiliki lebih dari 12.000 hektar lahan di Kalimantan Barat. Aktivitas utama SAIN adalah riset dan pengembangan, pemuliaan benih kelapa sawit dan memiliki tiga perkebunan kelapa sawit dengan lahan sebesar 67.000 hektar pada bulan Oktober. Pada tahun 2009 PT SIMP meningkatkan kepemilikan sahamnya pada PT Sarana Inti Pratama (PT SAIN) dan PT Mitra Inti Sejati Plantation (PT MISP) dari masing-masing 70,02% dan 70% menjadi 100%. Akuisisi saham minoritas PT MISP adalah sesuai dengan strategi Grup untuk meningkatkan bisnis model yang terintegrasi dan untuk meningkatkan efisiensi operasional and efektivitas untuk eksekusi. Akuisisi saham minoritas PT SAIN adalah sesuai dengan strategi Grup untuk menggabungkan keahlian bisnis pemuliaan benih dari PT SIMP dan Lonsum untuk mencapai nilai tambah lebih dan produktivitas yang lebih tinggi melalui pemuliaan benih, praktik agronomis dan proteksi tanaman yang terbaik. PT SIMP mendirikan anak perusahaan sendiri – PT Samudera Sejahtera Pratama (PT SSP) di Jakarta. Kegiatan utama dari anak perusahaan yang baru ini adalah untuk memiliki tempat penampungan dan tongkang sendiri, dan mengoperasikan bisnis pengapalan dan logistik. Pendirian PT SSP adalah sesuai dengan strategi Grup untuk memiliki rantai pasokan yang terintegrasi dan mengurangi ketergantungan terhadap pihak eksternal untuk pengiriman CPO dari tangki yang terletak di pelabuhan Dumai dan Rengat di propinsi Riau, Indonesia ke fasilitas penyulingan di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 PT SIMP memasuki perjanjian dengan beberapa anggota dari Grup Salim untuk mengkonsolidasi semua usaha patungan dibawah satu perusahaan induk investasi yaitu IndoInternational Green Energy Resources Pte. 18 Ltd. (“IGER”). Sesudah restrukturisasi internal, seluruh kepemilikan efektif saham oleh PT SIMP dan Grup Salim di usaha patungan masih tetap sama. Dengan transaksi tersebut, IGER diposisikan sebagai grup agribisnis yang memiliki perkebunan kelapa sawit dan tebu untuk menjelajah potensi bisnis dikemudian hari, jika ada. Dan pada 8 Desember IndoAgri menjual 8% atau 109.521.000 saham kepemilikannya di Lonsum dan meraup dana kas sebesar Rp1,3 triliun, dimana sekitar 3,1% dijual kepada PT SIMP (90% dimiliki oleh IndoAgri) dan 4,9% dijual melalui penempatan pribadi kepada investor eksternal tertentu. Sesudah IndoAgri menjual saham Lonsum kepada investor eksternal, kepemilikan Grup terhadap Lonsum berkurang dari sekitar 64,4% menjadi 59,5%. Hal ini menghasilkan pengkatan saham publik di Lonsum dari sekitar 35,6% menjadi 40,5%. Peningkatan likuiditas saham Lonsum pada Bursa Efek Indonesia memberikan kesempatan Lonsum untuk menikmati pajak perusahaan yang lebih rendah yaitu 20% dari standar pajak perusahaan sebesar 25% berdasarkan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia. Dan pada tahun 2011 PT Salim Ivomas Pratama Tbk (Grup SIMP) dicatat di Bursa Efek Indonesia dan mulai memperdangkan sahamnya secara perdana. Saham baru yang ditawarkan adalah 3.163.260.000 dengan harga Rp 1.100 per saham. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum dapat diketahui melalui perbandingan rasio keuangan. Tingkat rasio keuangan dapat meberikan gambaran mengenai baik buruknya suatu perusahaan dibandingkan dengan suatu standar industri, dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dibandingkan dengan Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) atau dapat dilihat pula perkembangannya. Dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan profitabilitas yang terdiri NPM, ROA dan ROE, serta rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio. Kedua rasio tersebut akan dibandingkan dengan tingkat SBI dan harapan pemegang saham, dimana harapan pemegang saham 20% dari penjualan dan modal yang diinvestasikan. Tingkat SBI merupakan tingkta risk free yang digunakan di Indonesia. Selain menggunakan rasio keuangan, kinerja perusahaan juga dapat diketahui dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah perusahaan atau yang disebut dengan EVA. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional. Efektifitas manajemen dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Proses perhitungan rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE) perusahaan dapat dilihat pada (Lampiran 1). 19 Persen (%) Perhitungan Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total penjualan yang diperoleh perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas penjualan yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan. Hasil perhitungan NPM terdapat pada Gambar 4 yang menunjukkan nilai NPM perusahaan pada periode 2011-2014. 0,200 0,180 0,160 0,140 0,120 0,100 0,080 0,060 0,040 0,020 0,000 NPM 2011 0,179 2012 0,110 2013 0,048 2014 0,074 Gambar 4 Hasil NPM periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2012 nilai NPM mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 0,069% dari 0,179% menjadi 0,110% yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan penjualan tetapi tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih perusahaan. Hal ini terjadi karena beban yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp2.359.518.000 menjadi Rp2.662.103.000 di tahun 2012 atau mengalami peningkatan sebesar Rp302.585.000 Tahun 2012 ke 2013 nilai NPM juga mengalami penurunan sebesar 0,062% walaupun tidak sebesar tahun 2012 dari 0,110% menjadi 0,048% tetapi trend yang dialami perusahaan terus menurun selama tiga tahun berturut-turut, penurunan ini juga dipengaruhi oleh penurunan harga jual CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia selama tiga tahun berturut-turut, tercatat harga jual CPO rata-rata tahun 2011 sebesar Rp8.904 menjadi Rp8.567 pada tahun 2012 dan berada pada harga Rp8.374 di tahun 2013. Turunnya harga CPO lokal membuat laba bersih perusahaan juga semakin sedikit dikarenakan harga jual produk juga menurun. Di tahun 2014, nilai NPM mengalami sedikit peningkatan yaitu 0,048% di tahun 2013 menjadi 0,074% di tahun 2014 atau sebesar 0,026% yang disebabkan oleh peningkatan penjualan dan berdampak positif pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan, dari Rp635.277.000 pada tahun 2013 menjadi Rp1.109.361.000 pada tahun 2014. Kinerja NPM dari tahun 2011-2014 dapat dikatakan kurang baik karena masih dibawah tingkat rataan nilai SBI pada periode tahun tersebut sehingga dapat dikatakan kinerja NPM pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk secara keseluruhan adalah kurang baik. 20 Persen (%) Perhitungan Return on Asset (ROA) ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki yang mana menggambarkan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dikelola dalam kegiatan operasional harian. Hasil perhitungan ROA yang ada diperusahaan pada periode 2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 5. 0,100 0,090 0,080 0,070 0,060 0,050 0,040 0,030 0,020 0,010 0,000 ROA 2011 0,088 2012 0,057 2013 0,023 2014 0,036 Gambar 5 Hasil ROA periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 5 menjelaskan bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2013 nilai ROA mengalami penurunan yang signifikan karena penurunan laba dari asset yang dimiliki perusahaan, dari 0,088% pada tahun 2011 menjadi 0,057% pada tahun 2012 dan 0,023% di tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh laba bersih yang menurun seiring menurunnya harga CPO dalam negeri dan tercatat penurunan laba pada tahun 2011 ke 2012 sebesar Rp735.195.000 dan 2012 ke 2013 sebesar Rp880.824.000. Penurunan tersebut juga disebabkan oleh tingkat penjualan produk yang diproduksi perusahaan juga mengalami penurunan, salah satunya adalah penjualan CPO (Crude Palm Oil). Selain itu, tingkat inflasi juga menjadi salah satu faktor penurunan laba perusahaan. Sementara di tahun 2014 laba bersih perusahaan mulai naik menjadi 0,036% atau sebesar Rp1.109.361.000. Secara keseluruhan nilai ROA mengalami penurunan yang sangat signifikan yang diakibatkan oleh melemahnya nilai jual produk yang ada di perusahaan dan menjadi indikasi bahwa perusahaan belum mencapai keuntungan yang optimal dari pengelolaan aktivanya. Perhitungan Return on Equity (ROE) NPM dan ROA yang diperoleh perusahaan dari tahun 2011-2014 secara umum masih rendah dari harapan pemegang saham, sehingga kemampulabaan perusahaan jika dilihat dari NPM dan ROA masih kurang baik. Perhitungan laba perusahaan selanjutnya dapat dilihat dari pengelolaan ekuitas atau modal yang disetorkan pemegang saham melalui analisis ROE. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dan ekuitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diserahkan oleh investor. Hasil ROE yang dihasilkan oleh perusahaan pada periode 2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 6. Persen (%) 21 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000 ROE 2011 14,893 2012 9,421 2013 3,944 2014 6,601 Gambar 6 Hasil ROE periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa ditahun 2011-2012 nilai ROE mengalami penurunan 5,418% dari 14,839% pada tahun 2011 menjadi 9,421% pada tahun 2012, dikarenakan penurunan jumlah laba bersih dari Rp2.251.296.000 pada tahun 2011 menjadi Rp1.516.101.000 pada tahun 2012 dan juga peningkatan hutang dan ekuitas perusahaan dari Rp25.510.399.000 di tahun 2011 menjadi Rp26.574.461.000 di tahun 2012. Tahun 2012-2013 nilai ROE juga mengalami penurunan sebesar 5,477% dari 9,421% di tahun 2012 menjadi 3,944% di tahun 2013, dikarenakan peningkatan hutang dan ekuitas yang cukup besar dari Rp 26.574.461.000 ditahun 2012 menjadi Rp28.065.121.000 ditahun 2013 dan tidak diiringi oleh keuntungan yang proporsional perusahaan karena tingginya beban bunga pajak yang harus dibayarkan. Tahun 2013-2014 nilai ROE mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,657% dari 3,944% di tahun 2013 menjadi 6,601% di tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih perusahaan Rp635.277.000 di tahun 2013 menjadi Rp1.109.361.000 di tahun 2014, karena berkurangnya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan, namun peningkatan ekuitas tersebut tidak nyata yaitu Rp28.065.121.000 di tahun 2013 menjadi Rp30.996.051.000 di tahun 2014. Nilai ROE pada tahun 2011-2012 lebih besar dari nilai rataan SBI pada periode tahun tersebut walaupun sedang mengalami penurunan sehingga kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, sementara pada tahun berikutnya 2012-2013, kinerja ROE perusahaan mengalami penurunan kembali sehingga nilai ROE yang dihasilkan lebih rendah dari SBI pada periode 2012-2013. Pada tahun 2014 ROE mengalami sedikit peningkatan, namun masih tetap dibawah SBI hingga dapat dikatakan kinerja ROE dalam kategori kurang baik . Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan indikator yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dari aset lancar yang dimiliki perusahaan. Proses perhitungan rasio likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio) perusahaan dapat dilihat pada (Lampiran 2). 22 Perhitungan Current ratio (CR) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Grafik current ratio yang dicapai perusahaan dari tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 7. 300,000 Persen (%) 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0,000 CR 2011 78,287 2012 253,513 2013 234,716 2014 218,451 Gambar 7 Hasil current ratio periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio perusahaan dari tahun 2011-2014 mengalami fluktuasi. Tahun 2011 nilai current ratio 78,287%, nilai ini masih kurang dari 200% yang merupakan standar yang seharusnya dicaopai oleh perusahaan, sehingga dapat dikatakan tahun 2011 kemampuan likuidasi perusahaan dinyatakan kurang baik. Tahun 2012 nilai current ratio sebesar 253,513%, peningkatan yang signifikan diperlihatkan oleh perusahaan dari tahun 2011 yang lebih besar dari 200%, sehingga perusahaan mampu memenuhi dengan baik kebutuhan hutang ketika jatuh tempo, peningkatan nilai current ratio disebabkan oleh peningkatan aset lancar dari tahun 2011 sebesar Rp8.094.207.000 menjadi Rp26.574.461.000 di tahun 2012. Sehingga hutang lancar yang harus dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil dari jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan. Pada tahun 2013 current ratio 234,716%, nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai current ratio pada tahun 2012 yaitu 253,513%. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah hutang lancar perusahaan dari Rp10.482.468.000 di tahun 2012 menjadi Rp11.957.032.000 tahun 2013, namun penurunan current ratio perusahaan masih diatan standar pencapain perusahaan sebesar 200% karena aset lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar Rp26.574.461.000 tahun 2012 menjadi Rp28.065.121.000 tahun 2013. Kondisi ini juga terjadi pada tahun 2014 karena semakin tingginya jumlah hutang lancar yang harus dibayarkan perusahaan pada tahun tersebut. Nilai current ratio pada tahun 2014 adalah 218,451%, tetapi masih diatas nilai standar yang diharapkan oleh perusahaan dan masih dalam kategori baik. Perhitungan Quick ratio (QR) Analisis quick ratio yang telah dilakukan nilainya berfluktuasi, tahun 2011 nilainya masih dibawah 200%, sedangkan tahun 2012-2014 nilainya diatas 20%. 23 Analisis current ratio merupakan analisis secara kasar untuk mengetahui tingkat likuidasi perusahaan, sehingga masih perlu dilakukan analisis quick ratio untuk mengetahui kemampuan likuiditas perusahaan secara lebih akurat. Quick ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi dengan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tapi dengan memperhitungkan persediaan. Nilai quick ratio yang dicapai perusahaan pada periode 2011-2014 terdapat pada Gambar 8. 250,000 Persen (%) 200,000 150,000 100,000 50,000 0,000 QR 2011 62,061 2012 235,493 2013 221,597 2014 205,953 Gambar 8 Hasil quick ratio periode 2011-2014 Berdasarkan hasil perhitungan yang terlihat pada Gambar 8, terlihat bahwa nilai quick ratio yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan sudah lebih dari 100%. Pada tahun 2011 quick ratio 62,061%, tahun 2012 meningkat menjadi 235,493%, di tahun 2013 menurun menjadi 221,597% dan tahun 2014 turun kembali menjadi 205,953%. Nilai quick ratio yang kurang dari 100% ini disebabkan tingginya tingkat persediaan pada perusahaan yang lebih besar dibandingkan aset lancar yang dapat diuangkan, karena persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Dengan pengukuran quick ratio ini dapat dikatakan kemampuan aktiva lancar yang likuid yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan sangat baik. EVA (Economic Value Added) EVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang menghitung laba ekonomis sebenarnya yang berhasil diciptakan oleh suatu perusahaan. EVA dapat membantu investor, atau pemegang saham dalam melihat suatu gambaran mengenai peningkatan, atau penurunan laba ekonomi yang sebenarnya tercipta dari kinerjanya. Nilai EVA suatu perusahaan dapat diketahui dari pengurangan NOPAT terhadap COC. Suatu perusahaan dapat dikatakan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya, jika NOPAT lebih besar dari COC dan sebaliknya. Proses perhitingan EVA dapat dilihat pada Lampiran 3. 24 Analisis Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT merupakan laba yang diperoleh perusahaan dari operasi perusahaan ditambah dengan biaya bunga. Pada tahun 2011-2014 nilai NOPAT mengalami fluktuasi. Hasil perhitungan NOPAT dari tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai NOPAT tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Tahun Laba Bersih Beban Bunga NOPAT (a) (b) (c)=(a)+(b) 2011 2.251.296 420.345 2.671.641 2012 1.516.101 472.012 1.988.113 2013 635.277 473.875 1.109.152 2014 1.109.361 681.048 1.790.409 Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah) Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 NOPAT yang dihasilkan perusahaan cukup tinggi yaitu Rp2.671.641 namun pada periode 20112012 mengalami penurunan menjadi Rp1.988.113 penurunan tersebut diakibatkan oleh penurunan laba bersih perusahaan yang diikuti meningkatnya beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan. Pada tahun 2013 NOPAT juga mengalami penurunan menjadi Rp1.109.152 dengan indikasi yang sama. Namun pada tahun 2014 NOPAT mulai mengalami peningkatan menjadi Rp1.790.409 yang disebabkan oleh peningkatan laba bersih perusahaan. Analisis Cost Of Capital (COC) COC adalah pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai biaya ini diperoleh dari perkalian antara IC dan WACC. IC adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities). WACC merupakan jumlah biaya dari masing-masing komponen modal. WACC didapat dari komponen biaya ekuitas (re), biaya hutang (rd*), proporsi hutang (D), dan proporsi ekuitas (E). Dalam perhitungan EVA nilai COC diharapkan lebih rendah daripada COC agar dapat menghasilkan EVA yang positif. Perhitungan IC dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai IC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Hutang dan Ekuitas Hutang jangka pendek tanpa bunga IC (a) (b) (c)=(a)-(b) 2011 25.510.399 4.780.071 20.730.328 2012 26.574.461 4.583.214 31.157.675 2013 28.065.121 6.460.709 34.525.830 2014 30.996.051 6.898.825 37.894.876 Tahun Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah) Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat nilai IC secara keseluruhan meningkat setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari perubahan IC yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 nilai IC Rp20.730.328 yang diperoleh dari 25 pengurangan antara total hutang dan ekuitas Rp25.510.399 dengan hutang jangka pendek tanpa bunga Rp4.780.071. Tahun 2012 terjadi peningkatan IC sebesar 8,39% dari tahun 2011 sehingga nilai IC menjadi Rp31.157.675. Tahun 2012-2013 nilai IC mengalami peningkatan kambali sebesar Rp34.525.830, atau meningkat 2,71% dari tahn sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh penurunan jumlah hutang jangka pendek tanpa bunga yang nyata dibandingkan tahun 2012. Tahun 2013-2014 nilai IC juga mengalami peningkatan sebesar 2,71% yaitu dari Rp34.525.830 di tahun 2013 menjadi Rp37.894.876 di tahun 2014 yang dikarenakan hutang jangka pendek tanpa bunga mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tingkat ekuitas perusahaan yang meningkat secara signifikan. Nilai WACC dipengaruhi oleh penggunaan hutang, ekuitas dan biaya yang timbul akibat pemakaian hutang dan model tersebut. Semakin rendah WACC, makan semakin tinggi kemungkinan perusahaan mencapai nilai tambah bagi pemegang saham. Tabel 4 menjelaskan WACC yang diperoleh perusahaan. Tabel 4 Nilai WACC tahun 2011-2014 D rd E re WACC (%) (a) (b) (c) (d) [(axb)+(cxd)] 2011 40,529 1,343 5,947 14,389 140,001 2012 39,446 1,577 6,055 9,465 119,517 2013 42,605 0,706 5,740 4,062 53,395 2014 45,777 0,682 5,422 6,612 67,070 Tahun Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah) Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 2011 hingga 2013 WACC mengalami penurunan secara terus menerus dari 140,001% pada tahun 2011, nilai WACC turun menjadi 119,517% pada tahun 2012 dan mengalami penurunan yang signifikan sebesar 53,395% pada tahun 2013, hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan proporsi hutang dalam struktur modal yaitu dari 39,446% di tahun 2012 menjadi 42,605% di tahun 2013. Selain itu, biaya ekuitas juga menurun sebesar 1,577% pada tahun 2012 menjadi 0,706% di tahun 2013. Hal ini dapat berpengaruh buruk pada perusahaan jika WACC selalu menurun pada tiap tahunnya dan tidak dapat menghasilkan nilai EVA yang positif. Tahun 2014 nilai WACC mengalami sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu 53,395% pada tahun 2013 menjadi 67,070% pada tahun 2014, perubahan positif tersebut juga terjadi karena adanya peningkatan dalam proporsi hutang dalam struktur modal yaitu 42,605% pada tahun 2013 dan 45,777% di tahun 2014. Selain itu, biaya ekuitas dalam struktur modal juga mengalami peningkatan sebesar 4,062% pada tahun 2013 menjadi 6,612% pada tahun 2014. Hal ini mengidikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang proporsional dari investasi yang diberikan oleh investor pada perusahaan bila dilihat dari nilai WACC yang selalu menurun setiap tahunnya. Dari hasil perhitungan IC dan WACC yang telah dilakukan maka dapat diketahui pula nilai COC pada perusahaan. Tabel 5 menunjukkan hasil dari COC yang ada di perusahaan selama periode 2011-2014. 26 Tabel 5 Nilai COC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) WACC IC COC (a) (b) (c)=(a)*(b) 2011 140,001 20.730.328 2.902.266.650 2012 119,517 31.157.675 3.723.871.843 2013 53,395 34.525.830 1.843.506.693 2014 67,070 37.894.876 2.541.609.333 Tahun Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah) Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 nilai COC sebesar Rp2.902.266.650, tahun 2012 nilai COC naik menjadi Rp3.723.871.843, kenaikan ini dikarenakan nilai IC yang meningkat dari Rp20.730.328 pada tahun 2011 menjadi Rp31.157.675 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 nilai COC mengalami penurunan sehingga menjadi Rp1.843.506.693, penurunan ini terjadi karena nilai WACC juga mengalami penurunan sebesar 66,122% dari tahun sebelumnya yaitu Rp31.157.675, walaupun IC meningkat menjadi Rp34.525.830 nilai COC juga mengalami penurunan karena penurunan yang dialami WACC sangat signifikan. Pada tahun 2014, WACC dan IC mengalami peningkatan, hal ini mengakibaatkan nilai COC perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Rp2.541.609.333. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Berdasarkan analisis EVA yang dilakukan pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2011-2014, nilai EVA selalu bernilai negatif setiap tahunnya. Perhitungan EVA dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai EVA tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) NOPAT COC EVA (a) (b) (c)=(a)-(b) 2011 2.671.641 2.902.266.650 -2.899.595.009 2012 1.988.113 3.723.871.843 -3.721.883.730 2013 1.109.152 1.843.506.693 -1.842.397.541 2014 1.790.409 2.541.609.333 -2.539.818.924 Tahun Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah) Berdasarkan Tabel 6 pada tahun 2011 nilai EVA Rp-2.899.595.009, nilai EVA negatif karena NOPAT lebih kecil dari COC yang dikeluarkan. Pada tahun 2012 nilai EVA mengalami penurunan menjadi Rp-3.721.883.730. nilai ini menurun akibat meningkatnya nilai COC menjadi Rp3.723.871.843 dari Rp2.902.266.650 di tahun 2011. Pada tahun 2013, NOPAT mengalami penurunan yang diiring penurunan COC sehingga nilai EVA mengalami kenaikan dari Rp3.721.883.730 di tahun 2012 menjadi Rp-1.842.397.541 di tahun 2013. Tahun 2014 nilai EVA kembali mengalami penurunan menjadi Rp2.539.818.924, dikarenakan COC meningkat menjadi Rp2.541.609.333, hal ini tidak serta merta menjadikan nilai EVA meningkat walaupun nilai NOPAT mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya karena nilai COC yang jauh lebih besar dari nilai NOPAT sehingga nilai EVA pada perusahaan ini tetap pada 27 kondisi negatif. Gambar 8 menunjukkan nilai EVA yang dicapai oleh perusahaan selama empat periode 2011-2014 yang dipengaruhi oleh nilai NOPAT dan COC. 5.000.000.000,00 4.000.000.000,00 3.000.000.000,00 Rupiah 2.000.000.000,00 1.000.000.000,00 0,00 -1.000.000.000,00 -2.000.000.000,00 -3.000.000.000,00 -4.000.000.000,00 -5.000.000.000,00 2011 NOPAT 2.671.641 COC 2.902.266.650 EVA -2.899.595.009 2012 1.988.113 3.723.871.843 -3.721.883.730 2013 1.109.152 1.843.506.693 -1.842.397.541 2014 1.790.409 2.541.609.333 -2.539.818.924 Gambar 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA periode 2011-2014 Berdasarkan Gambar 8, nilai EVA mengalami trend fluktuatif dan nilai EVA dari tahun 2011-2014 negatif, sehingga tidak ada nilai tambah ekonomi yang diciptakan oleh perusahaan terhadap pemegang saham. dapat diketahui bahwa nilai yang paling berpengaruh terhadap penurunan nilai EVA adalah COC, sehingga terdapat indikasi bahwa pengelolaan modal yang digunakan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila perusahaan ingin memperbaiki kinerja keuangan dan meningkatkan nilai EVA dan dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. Implikasi Manajerial Nilai rasio profitabilitas perusahaan digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dalam mengasilkan laba, atau disebut tingkat kemampulabaan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis rasio profitabilitas PT Salim Ivomas Pratama Tbk nilai NPM memiliki rataan 0,10%, nilai ROA memiliki rataan 5,09% dan nilai ROE memiliki rataan 8,70%. Secara keseluruhan nilai ini memiliki nilai pengembalian lebih kecil dibandingkan tingkat SBI dan nilai dari masing-masing rasio masih lebih rendah dibandingkan dengan harapan pemegang saham, yaitu 20%. Tingkat laba yang diperoleh perusahaan walaupun cendrung meningkat tapi nilainya masih lebih rendah dibandingkan harapan perusahaan. Selain melihat rasio profitabilitas juga diperlukan melihat kemampuan likuiditas perusahaan, yaitu melihat apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari aset lancar yang dimiliki dengan perhitungan 28 rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio. Nilai current ratio berfluktuasi dari tahun 2011-2014. Standar yang baik untuk menentukan kemampuan likuiditas perusahaan adalah 200% untuk current ratio, nilai current ratio perusahaan pada tahun 2011 lebih rendah dari 200% dan pada tahun 20122014 nilai current ratio lebih besar dari 200%. Nilai quick ratio yang baik adalah lebih dari 100%, sedangkan hasil analisis nilai quick ratio dari tahun 2011-2014 adalah lebih dari 100%. Hal ini mengidikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan likuiditas perusahaan yang baik dan memenuhi standar investasi. Analisis EVA diperlukan untuk melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah pemegang saham yang telah berinvestasi di perusahaan. Nilai EVA yang dihasilkan perusahaan mengindikasikan kemampuan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba sesungguhnya, karena dengan mempertimbangkan biaya dari setiap komponen modal untuk operasi perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah ekonomi bagi perusahaan itu sendiri dan bagi pemegang saham. Nilai EVA pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk dari tahun 2011-2014 terus bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi EVA negatif (EVA < 0) telah terjadi penurunan nilai kekayaan, dengan laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi setimpal dengan investasi yang ditanam, sehingga dapat dikatakan para manajer tidak melakukan tugasnya dengan baik. Untuk itu perusahaan harus meninjau kembali kinerja para manajer-manajer terkait pengelolaan aset dan modal. Untuk meningkatkan nilai ROA, ROE dan NPM tentunya perlu diperhatikan komponen pembentuk laba bersih, total aset dan total ekuitas, agar nilai yang dihasilkan dapat memberikan peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan. Laba dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan operasional melalui peningkatan penjualan unit. Peningkatan nilai penjualan dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah proyek, atau unit yang dibangun dan diharapkan nilai dari setiap unit dapat terus meningkat, sehingga secara tidak langsung meningkatkan nilai penjualan. Hal ini harus menggunakan strategi pemasaran yang baik dalam meningkatkan nilai proyek dan penjualan. Selain itu perusahaan harus mengoptimalkan pengelolaan aktiva dan modal yang dimiliki, agar dapat meningkatkan laba bersih. Tabel 7 menggambarkan implikasi manajerial yang terjadi dalam fungsi manajemen jika perusahaan akan mengaplikasikan metode penelitian ini. Tabel 7 Implikasi manajerial Fungsi Manajemen Planning Keuangan √ Sumberdaya Manusia Pemasaran √ Produksi dan Operasi Organizing Actuating Controling √ √ √ √ Berdasarkan Tabel 7, jika metode ini diaplikasikan kepada manajemen keuangan peusahaan maka akan berpengaruh terhadap perencanaan modal, arus kas dan pengaturan biaya masuk atau keluar perusahaan, jika diaplikasikan kepada manajemen sumberdaya manusia maka akan berpengaruh terhadap pengorganisasian biaya berupa kompensasi dan gaji, jika diaplikasikan pada 29 bidang manajemen pemasaran maka akan berpengaruh pada budget promosi dan iklan yang akan dilakukan perusahaan, jika diaplikasikan pada bidang manajemen produksi dan operasi akan berpengaruh pada bidang supply chain dan aliran distribusi produk. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, nilai NPM cenderung menurun, dimana pada tahun 2011-2014 NPM tidak mencapai 1% dan nilai rataan yang dicapai selama empat tahun (2011-2014) hanya sebesar 0,10%. Nilai ROA yang dicapai perusahaan pada periode 2011-2014 memiliki rataan sebesar 5,09% dan masih diatas 1%. Dan nilai ROE yang dicapai perusahaan selama kurun waktu empat tahun memiliki rataan sebesar 8,70% sedangkan harapan investor adalah 20%, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan berdasarkan rasio profitabilitas masih kurang baik. 2. Berdasarkan analisis rasio likuiditas pada perusahaan, pada current ratio sudah cukup baik, walaupun pada tahun 2011 nilainya masih sedikit di bawah 200%, namun secara keseluruhan nilainya tidak terlalu rendah, ataupun terlalu tinggi dengan rataan 196,242%. Pada quick ratio pada tahun 2011-2014 nilainya sudah lebih dari 100%, sehingga tingkat solvensi jangka pendek perusahaan sudah sangat baik. 3. EVA yang dihasilkan perusahaan selama periode 2011-2014 menghasilkan angka negatif (EVA<0). Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja tidak baik dan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan perusahaannya sendiri. Saran 1. Perusahaan maupun pemegang saham sebaiknya mempertimbangkan metode EVA dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, karena terkait dengan kesejahteraan pemegang saham dan kondisi perusahaan yang melakukan pengembangan di beberapa daerah yang akan dilaksanakan mulai tahun 20132014, dimana diperlukan kondisi modal, atau keuangan yang baik. 2. Dari analisis rasio keuangan dan EVA, perusahaan sebaiknya mengontrol kembali kinerja para manajernya melalui sistem pengawasan internal dengan memberi wewenang pada CEO untuk mengawasi kinerja manajernya, karena tingkat pengembalian selama ini yang tidak sesuai terhadap modal, hutang, dan aset yang telah diinvestasikan untuk kegiatan operasi perusahaan. 30 31 DAFTAR PUSTAKA Abdullah FM. 2003. Manajemen Perbankan, edisi pertama. UMM Press: Malang. Anugrah P. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT PP London Sumatera Indonesia Tbk Periode 2005-2009. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 2015. Harga CPO Lokal. https:www.bappebti.go.id/ , 24 November 2015 Bastian A. 2007. Hubungan Antara Rasio Keuangan Dengan Economic Value Added (EVA) dalam Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Fordema Volume 7 Nomer 2, November 2007: 257-270. Dewi A. 2012. Analisis Dampak Marger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2005). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan ke-1. Bandung: Alfabeta Fahmi I. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan ke-2. Bandung: Alfabeta. Harahap SS. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers: RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hidayansyah PF. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT XYZ. Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hanafi M, Halim A. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN. Lesmana R, Surjanto R. 2003. Financial Performance Analyzing. Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN/BUMD dan Organisasi Lainnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Keown AJ, David FS, John D. Martin J. William P. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Keown AJ, John D. Martin J, William P, David FS. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Munawir S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta. Poeradisastra. 2003. Analisis Laporan Keuangan, Perhitungan Economic Value Added (EVA). Erlangga, Jakarta. Pradhono. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Di dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. VII No. 2. 140166. Riyanto B. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Saifuddin A. 2004, Metode Penelitian, Cetakan ke-5, Pustaka Pelajar:Yogyakarta Sari IN. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) Periode 2008-2009 (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk) Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 32 Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi keempat. BPFE UGM: Yogyakarta. Sugiyarso G, F Winarni. 2005. Manajemen Keuangan Pemahaman Laporan Keuangan Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal Serta Pengukuran Kinerja Keuangan. Media Perssindo, Yogyakarta. Tunggal AW. 2001. Economic Value Added/ EVA: Teori, Soal, dan Kasus. Harvarindo, Jakarta. Weston JF. dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta. Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. (Edisi Ketiga). Jakarta: RajaGarafindo Persada. Young SD, O’Byrne SF. 2001. EVA dan Manajemen berdasarkan Nilai : Panduan Praktis untuk Implementasi. Lusy W, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari:EVA and Value-Based Management. Ed ke-1. 33 LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1 Proses perhitungan rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE) Perhitungan NPM Laba Bersih Penjualan NPM (%) (a) (b) (a)/(b)x100% 2011 2.251.296 12.605.311 0,179 2012 2013 2014 1.516.101 635.277 1.109.361 13.844.891 13.279.778 14.962.727 0,110 0,048 0,074 Tahun Laba Bersih (a) Total Aset (b) ROA (%) (a)/(b)x100% 2011 2.251.296 25.510.399 0,088 2012 2013 2014 1.516.101 635.277 1.109.361 26.574.461 28.065.121 30.996.051 0,057 0,023 0,036 Tahun Laba Bersih (a) Modal Sendiri (b) ROE (%) (a)/(b)x100% 2011 2.251.296 15.171.190 14,839 2012 2013 2014 1.516.101 635.277 1.109.361 16.091.993 16.108.089 16.807.051 9,421 3,944 6,601 Tahun Perhitungan ROA Perhitungan ROE 36 Lampiran 2 Proses perhitungan rasio likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio) Perhitungan Current ratio Current Assets Current Liabilities Current ratio (%) (a) (b) (a)/(b)x100% 2011 8.094.207 10.339.209 78,287 2012 26.574.461 10.482.468 253,513 2013 28.065.121 11.957.032 234,716 2014 30.996.051 14.189.000 218,451 Tahun Perhitungan Quick ratio Current Assets Current Liabilities Inventories Current ratio(%) (a) (b) 2011 8.094.207 10.339.209 (c) 1.677.576 (a)-(c)/(b)x100% 62,06114027 2012 26.574.461 10.482.468 1.889.006 235,4927771 221,5986793 205,9533582 Tahun 2013 28.065.121 11.957.032 1.568.496 2014 30.996.051 14.189.000 1.773.329 37 Lampiran 3 Proses perhitungan EVA (IC, WACC, COC dan EVA) Perhitungan D Total hutang Hutang dan Ekuitas Proporsi Hutang (D) (a) (b) (c)=(a)/(b)*100% 2011 10.339.209 25.510.399 40,529 2012 10.482.468 26.574.461 39,446 2013 11.957.032 28.065.121 42,605 2014 14.189.000 30.996.051 45,777 Tahun Perhitungan rd Tahun Beban bunga pinjaman (a) Total hutang (b) Biaya hutang (rd) (c)=(a)/(b) Tax 1-Tax rd* (d) 0,958 (e)=(c)*(d)*100% 1,343 2011 144.970 10.339.209 0,014021382 0,042 2012 175.911 10.482.468 0,016781449 0,060 0,940 1,577 2013 97.942 11.957.032 0,008191163 0,138 0,862 0,706 2014 108.474 14.189.000 0,007644936 0,108 0,892 0,682 Perhitungan E Tahun Total Ekuitas Hutang dan Ekuitas Proporsi Ekuitas (E) (a) (b) (c)=(a)/(b)*100% 2011 15.171.190 25.510.399 5,947061040 2012 16.091.993 26.574.461 6,055435329 2013 16.108.089 28.065.121 5,739540193 2014 16.807.051 30.996.051 5,422320088 Laba Rugi Total Ekuitas Biaya Ekuitas (re) Perhitungan re Tahun (a) (b) (c)=(a)/(b)*100% 2011 2.251.296 15.171.190 0,148392842 2012 1.523.137 16.091.993 0,094651856 2013 654.277 16.108.089 0,040617916 2014 1.111.232 16.807.051 0,066117012 Perhitungan NOPAT Laba Bersih Beban Bunga NOPAT (a) (b) (c)=(a)+(b) 2011 2.251.296 420.345 2.671.641 2012 1.516.101 472.012 1.988.113 2013 635.277 473.875 1.109.152 2014 1.109.361 681.048 1.790.409 Tahun 38 Lampiran 4 Lanjutan lampiran 3 Perhitungan IC (a) Hutang jangka pendek tanpa bunga (b) (c)=(a)-(b) 2011 25.510.399 4.780.071 20.730.328 2012 26.574.461 4.583.214 31.157.675 2013 28.065.121 6.460.709 34.525.830 2014 30.996.051 6.898.825 37.894.876 Hutang dan Ekuitas Tahun IC Perhitungan WACC D Tahun rd E re WACC (%) (a) (b) (c) (d) [(axb)+(cxd)] 2011 40,529 1,343 5,947 14,389 140,001 2012 39,446 1,577 6,055 9,465 119,517 2013 42,605 0,706 5,740 4,062 53,395 2014 45,777 0,682 5,422 6,612 67,070 Perhitungan COC Tahun WACC IC COC (a) (b) (c)=(a)*(b) 2011 140,001 20.730.328 2.902.266.650 2012 119,517 31.157.675 3.723.871.843 2013 53,395 34.525.830 1.843.506.693 2014 67,070 37.894.876 2.541.609.333 Perhitungan EVA NOPAT COC EVA (a) (b) (c)=(a)-(b) 2011 2.671.641 2.902.266.650 -2.899.595.009 2012 1.988.113 3.723.871.843 -3.721.883.730 2013 1.109.152 1.843.506.693 -1.842.397.541 2014 1.790.409 2.541.609.333 -2.539.818.924 Tahun 39 RIWAYAT HIDUP Muhammad Alfi Syahri dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1992 di Air Joman Kisaran, Sumatera Utara. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan sekolah dasar yang telah dilaksanakan bertempat di Dusun Kayangan Desa Balam Sempurna Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Setelah lulus dari sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah Swasta Pesantren Darularafah yang berada di Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Kota Medan. Melalui jalur USMI, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mendapat gelar Ahli Madya pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga tahun. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis pernah mendapatkan beasiswa yang berasal dari Supersemar selama satu tahun. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Manajemen Departemen Manajemen di IPB hingga selesai.