PADA PT SALIM IVOMAS PRATAMA Tbk PERIODE

advertisement
ANALISIS KINERJA KEUANGAN AKIBAT FLUKTUASI
HARGA CPO (Crude Palm Oil) PADA PT SALIM IVOMAS
PRATAMA Tbk PERIODE 2011-2014
MUHAMMAD ALFI SYAHRI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas
Pratama Tbk periode 2011-2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Muhammad Alfi Syahri
H24134052
ABSTRAK
MUHAMMAD ALFI SYAHRI. Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi
Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 20112014. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang
akan dipertimbangkan oleh investor untuk melakukan investasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis
rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan economic value added (EVA). Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan keuangan
perusahaan, buku literatur, jurnal dan internet. Metode penelitian rasio
profitabilitas berdasarkan perhitungan Net Profit Margin (NPM), Return On Asset
(ROA) dan Return On Equity (ROE), rasio likuiditas berdasarkan perhitungan
Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) dan perhitungan Economic Value
Added (EVA). Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang
dihasilkan perusahaan masih kurang baik. Disisi lain, perusahaan memiliki rasio
likuiditas yang baik. Sedangkan EVA menghasilkan angka negatif. Secara
keseluruhan kinerja keuangan perusahaan masih dalam kategori kurang baik,
sehingga para investor harus meninjau kembali kinerja para manajernya terkait
pengelolaan aset dan modal yang diberikan kepada perusahaan.
Kata kunci: EVA, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.
ABSTRACT
MUHAMMAD ALFI SYAHRI. Financial Performance Analysis of CPO (Crude
Palm Oil) Fluctuation Effect for PT Salim Ivomas Pratama Tbk period 20112014. Supervised by BUDI PURWANTO.
The financial performance of a company is the one of the important
factors that will beseriously considered by investors to invest in longterm
investment. This study was aimed to analyze the financial performance of
company by based on: (a) profitability ratio, (b) liquidity ratio, (c) economic
value added (EVA). This study used secondary data obtained through the
company’s financial reports, literature books, journals and the internet. The
research method of profitability ratios based on calculations of Net Profit Margin
(NPM), Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE), Liquidity Ratios
based on calculations Current Ratio (CR) and the Quick Ratio (QR) and
calculation of Economic Value Added (EVA). The analisys explained that the
company’s resulting has bad profitability ratios. On the other hand, the company
has good liquidity ratios. While EVA produces a negative number. Overall the
company's financial performance is still in the unfavorable category, therefore
investors should review the performance of the managers related to asset
management and capital provided to the company.
Keywords: EVA, liquidity ratio and profitability ratio.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN AKIBAT FLUKTUASI
HARGA CPO (Crude Palm Oil) PADA PT SALIM IVOMAS
PRATAMA Tbk PERIODE 2011-2014
MUHAMMAD ALFI SYAHRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Akibat Fluktuasi Harga CPO (Crude
Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 20112014
Nama
: Muhammad Alfi Syahri
NIM
: H24134052
Disetujui oleh
Dr Ir Budi Purwanto, ME
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Akibat
Fluktuasi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk Periode
2011-2014 yang merupakan bagian dari syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai gelar Sarjana di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan saya dalam pengerjaan
skripsi ini pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini karena
tanpa bantuan serta motivasinya penulis tidak dapat membuat skripsi ini dengan
baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Muhammad Alfi Syahri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
15
DAFTAR GAMBAR
15
DAFTAR LAMPIRAN
15
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Analisis Kinerja Keuangan
5
Laporan Keuangan
5
Rasio Keuangan
6
Metode Economic Value Added (EVA)
7
Penelitian Terdahulu
8
METODE PENELITIAN
9
Kerangka pemikiran
9
Waktu dan Tempat Penelitian
10
Pengolahan dan Analisis Data
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran Umum Perusahaan
15
Kinerja Keuangan Perusahaan
18
Rasio Profitabilitas
18
Rasio Likuiditas
21
EVA (Economic Value Added)
23
Implikasi Manajerial
27
SIMPULAN DAN SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA
31
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Harga rata-rata CPO Rupiah per kg periode 2011-2014
Nilai NOPAT tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Nilai IC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Nilai WACC tahun 2011-2014
Nilai COC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Nilai EVA tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Implikasi Manajerial
1
24
24
25
26
26
28
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik fluktuasi laba PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014
2 Produksi dan Penjualan CPO PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode
2011-2014
3 Kerangka pemikiran penelitian
4 Hasil NPM periode 2011-2014
5 Hasil ROA periode 2011-2014
6 Hasil ROE periode 2011-2014
7 Hasil current ratio periode 2011-2014
8 Hasil quick ratio periode 2011-2014
9 Grafik NOPAT, COC dan EVA periode 2011-2014
2
3
10
19
20
21
22
23
27
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Proses perhitungan rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE)
Proses perhitungan rasio likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio)
Proses perhitungan EVA (IC, WACC, COC dan EVA)
Lanjutan lampiran 3
35
36
37
38
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang akan
dipertimbangkan oleh investor untuk melakukan investasi. Dalam melakukan
investasi, seorang investor akan memberikan sebagian dana kepada perusahaan
yang memiliki tingkat pengembalian deviden yang diharapkan oleh pemegang
saham sehingga dana yang telah tertanam di perusahaan akan menjadi jalur
income yang baik bagi investor. Kondisi perekonomian Domestik turut
menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan yang ada didalamnya. Selama
lima tahun terakhir tingkat inflasi di Indonesia tertinggi pada akhir agustus 2013
dengan nilai inflasi sebesar 8,79% yang menyebabkan harga-harga barang
semakin meningkat sehingga berdampak pada beban pokok penjualan yang
semakin tinggi dan dapat mengurangi laba bersih perusahaan. Selain itu, harga
minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) juga mengalami penurunan
harga seiring dengan melemahnya ekonomi Indonesia selama beberapa tahun
terakhir.
Perusahaan kelapa sawit yang terdampak dari fluktuasi tersebut antara lain
adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk yang mengalami perubahan produksi,
penjualan serta pendapatan internalnya. PT Salim Grup merupakan gabungan dari
beberapa perusahaan yaitu PT IIP, PT Lonsum Tbk, PT IBS, PT SOG, dan PT
BML yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan minyak nabati,
oleh karena itu perusahaan Salim Ivomas Pratama Tbk layak untuk diteliti karena
merupakan gabungan dari beberapa perusahaan kelapa sawit di Indonesia.
Badan pengawas perdagangan berjangka komoditi (BAPPEBTI) telah
merilis harga CPO Indonesia pada awal tahun 2015 yang dapat dijadikan salah
satu acuan untuk mengetahui kondisi komoditas pertanian di Indonesia. Daftar
harga CPO pada periode 2011-2014 terdapat pada Tabel 1 yang menunjukkan
bahwa adanya penurunan harga CPO secara signifikan yang dialami oleh
Indonesia yang disebabkan oleh nilai tukar Rupiah.
Tabel 1 Harga rata-rata CPO rupiah per kg periode 2011-2014
Bulan/Tahun
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Rata rata per tahun
2011
10.187
10.106
8.483
8.678
9.198
9.031
8.597
8.509
8.638
8.148
8.743
8.532
106.846
8.904
Sumber : BAPPEBTI (2015)
2012
8.887
9.223
9.774
10.070
8.867
8.635
8.873
8.706
8.512
7.221
7.137
6.896
102.802
8.567
2013
7.664
7.921
7.738
7.588
7.728
7.927
7.802
8.264
8.719
9.005
9.931
10.203
100.489
8.374
2014
9.739
10.002
10.223
9.664
9.610
9.454
9.146
7.739
7.688
7.947
8.027
7.623
106.863
8.905
2
Rp 000
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 harga rata-rata
CPO sebesar Rp8.904 dan di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,78%
yaitu menjadi Rp8.567, kemudian pada tahun 2013 harga CPO lokal juga
mengalami penurunan sebesar 2,25% atau sebesar Rp8.374. Sementara itu, pada
tahun 2014 harga CPO sudah mengalami peningkatan harga sebesar Rp8.905 atau
setara dengan 6,34% dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan harga yang
dialami BAPPEBTI selama kurun waktu empat tahun adalah Rp8.687 (8.904 +
8.567 + 8.374 + 9.905 / 4) yang berarti pada tahun 2011 harga CPO masih diatas
harga pasaran sedangkan tahun 2012-2014 harga CPO dibawah rata-rata pasar.
Selain itu, perubahan laba komprehensif juga diperlihatkan pada laporan
laba rugi perusahaan yang mengalami fluktuasi seiring terjadinya perubahan harga
CPO (Crude Palm Oil) dan inflasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan.
Hal ini harus menjadi perhatian perusahaan untuk mengatur strategi yang efektif
dan efisien agar tidak mengalami kerugian dan menyebabkan kebangkrutan
perusahaan. Kondisi tersebut terdapat pada Gambar 1 yang grafik pertumbuhan
laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada periode 2011-2014.
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
Laba
2011
2012
2013
2014
2.251.296
1.516.101
635.277
1.109.361
Gambar 1 Grafik fluktuasi laba PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat fluktuasi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan, pada tahun 2011-2012 perusahaan mengalami
penurunan laba sebesar Rp 735.195 atau turun sebesar 32,66%. Di tahun 2013,
perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar Rp 880.824 atau turun sebesar
58,10%. Pada tahun 2014, laba perusahaan mengalami peningkatan yang baik
yaitu sebesar 42,73%, hal ini disebabkan karena harga CPO mulai stabil dan
penjualan meningkat. Laju pertumbuhan laba perusahaan adalah sebesar Rp
1.378.009 (2.251.296 + 1.516.101 + 635.277 + 1.109.361 / 4) yang berarti pada
tahun 2011 dan 2012 kondisi laba perusahaan diatas laba rata-rata per tahun,
sedangkan pada tahun 2013 kondisi laba perusahaan mengalami penurunan
signifikan dan pada tahun 2014 laba perusahaan mulai naik mendekati laba ratarata perusahaan.
Produksi CPO yang berfluktuasi setiap tahun ditunjukkan oleh perusahaan
tidak serta merta menunjukkan fluktuasi penjualan CPO perusahaan, hal ini
disebabkan karena adanya dampak kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi
global yang tidak stabil menjadikan penjualan meningkat disaat kondisi produksi
yang berfluktuasi. Kondisi tersebut terdapat pada Gambar 2 yang menjelaskan
tentang keadaan yang kontradiksi antara produksi dan penjualan CPO perusahaan.
Ribu ton
3
1000
950
900
850
800
750
700
Produksi CPO
Penjualan CPO
2011
838
829
2012
880
829
2013
810
864
2014
956
957
Gambar 2 Produksi dan Penjualan CPO PT Salim Ivomas Pratama Tbk periode
2011-2014
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2012 produksi CPO perusahaan
mengalami peningkatan sebesar 42 ton atau sebesar 5,01%, sedangkan pada tahun
tersebut perusahaan mengalami penjualan yang tetap yaitu 829 ton. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan volume ekspor dan melemahnya nilai mata uang
Rupiah sebesar 5-7 persen dibanding tahun 2011, sejalan dengan penurunan harga
komoditas akibar penurunan ekonomi global yang menyumbang 65% dari total
ekspor Indonesia. Selain itu, penurunan pemanfaatan biodisel di benua Eropa,
produksi musiman yang lebih tinggi di semester kedua serta meningkatnya
persediaan minyak sawit telah secara fignifikan menekan harga minyak sawit
sejak awal agustus 2012 yang berakibat melebarnya perbedaan harga minyak
sawit dan lemak nabati lainnya.
Tahun 2013, perusahaan mengalami penurunan produksi CPO sebanyak
70 ton atau 7,95% dari total produksi CPO perusahaan. Namun disisi lain, volume
penjualan mengalami peningkatan sebanyak 35 ton atau sebesar 4,22%.
Penurunan produksi ini seiring dengan kondisi cuaca global yang mempengaruhi
pola panen di seluruh Sumatera. Curah hujan yang berkepanjangan serta banjir
telah mengganggu proses penyerbukan, pertumbuhan dan panen tanaman selain
dampak dari musim kemarau pada tahun 2012 dan 2011 merupakan faktor
menurunnya produksi CPO perusahaan. Dari sisi penjualan, Walaupun terdapat
persaingan dari minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, harga CPO tetap
bertahan di tengah prospek pasar yang kurang menguntungkan, didukung oleh
penurunan volume produksi yang menopang harga CPO, dan tingkat diskon yang
cukup besar antara harga CPO yang diperdagangkan dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya. Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan mandat
untuk meningkatkan kadar campuran biodiesel dalam bahan bakar minyak dari
7,5% menjadi 10% efektif bulan Januari 2014. Kebijakan ini berpotensi
meningkatkan permintaan domestik atas kelapa sawit secara signifikan.
Pada tahun 2014, perusahaan mengalami kenaikan produksi CPO
sebanyak 146 ton atau meningkat sebesar 18,02% penjualan CPO perusahaan
mengalami juga peningkatan sebanyak 93 ton atau sebanyak 11,00%. Hal ini
disebabkan oleh adanya produksi tandan buah segar yang meningkat dari 2.895
ton pada tahun 2013 menjadi 3.259 ton pada tahun 2014. Selain itu, harga jual
rata-rata CPO dalam mata uang Rupiah meningkat sebesar 14% seiring pelemahan
nilai tukar Rupiah. Kebijakan Indonesia untuk memberlakukan tarif ekspor
sebesar nol persen untuk minyak sawit ketika harga di bawah US$750 per ton
4
memberikan kontribusi positif terhadap kinerja ekspor, serta memberikan dampak
positif terhadap tingkat persediaan minyak sawit.
Perumusan Masalah
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa pengukuran kinerja
berdasarkan rasio keuangan yang dilakukan sudah cukup untuk mengetahui
informasi mengenai nilai kekayaan sebenarnya dan nilai yang berhasil diciptakan
oleh perusahaan tersebut, sehingga permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti
adalah sebagai berkut: (1) Apakah fluktuasi harga CPO berpengaruh pada kinerja
keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk? (2) Bagaimana kinerja keuangan PT
Salim Ivomas Pratama Tbk berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio likuiditas?
(3) Langkah apa yang harus dilakukan perusahaan pada kondisi ekonomi tersebut?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan
berdasarkan analisis rasio profitabilitas. (2) Menganalisis kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan analisis likuiditas. (3) Menganalisis kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan EVA.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) Agar dapat menjadi
strategi pengambilan keputusan yang tepat pada saat harga CPO berfluktuasi. (2)
Agar dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif. (3) Sebagai
alat analisis profitabilitas yang realistis. (4) Untuk meningkatkan kemampuan
penaksiran aliran arus kas dan tingkat pajak serta deviden yang akan dibayarkan
secara efektif.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan seputar lingkup pengukuran kinerja keuangan PT
Salim Ivomas Pratama Tbk pada priode 2011 sampai dengan 2014 yang
berdasarkan NPM, ROA, ROE, current ratio, quick ratio dan EVA.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Wibowo “Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana cara mengerjakannya”. (Wibowo, 2011: 7). Analisis kinerja
keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk
melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis,
sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan
dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut (Lesmana dan Sutarjo, 2003).
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), penilaian kinerja perusahaan merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian kinerja
tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat diketahui sehingga hasil penilaian
tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun
peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain serta
untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Bagi
investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat
apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut
atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk
memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat
secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik.
Analisis kinerja keuangan yang biasa dilakukan adalah menggunakan
analisis rasio keuangan. Analisis kinerja yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah analisis rasio berupa ROA, ROE, NPM, current ratio, quick ratio dan
EVA.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan yang bersangkutan (Munawir 2007). Untuk menganalisis kinerja
keuangan, maka laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan
neraca (Tunggal 2001).
a. Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu (Munawir 2007).
b. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang dan modal dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Jadi posisi neraca untuk
menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu,
biasanya pada waktu di mana suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender,
sehingga sering disebut balance sheet (Munawir 2007). Dalam neraca terdapat
komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
6
sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan itu didanai.
Rasio Keuangan
Menurut Keown et al (2004), rasio keuangan adalah alat utama untuk
menganalisis keuangan. Rasio tersebut memberikan dua (2) cara, bagaimana
membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti (1) dapat
meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya dan (2) dapat
membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya. Analisis
laporan keuangan yang biasa digunakan menurut Hanafi dan Halim (2007) adalah
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio
pasar.
Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas dan rasio likuiditas. Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio
profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya, atau
disebut tingkat kemampulabaan suatu perusahaan.
b. Return On Asset (ROA)
ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba bersih atas total total aset yang dimiliki perusahaan dan
mengindikasi perusahaan menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan
baik. ROA digunakan untuk mengevaluasi aktivitas keseluruhan perusahaan.
c. Return On Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola
ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan
efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE
berhubungan langsung dengan kekayaan pemegang saham.
Menurut Fahmi (2012), rasio likuiditas merupakan kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh
membayar listrik, telefon, gaji karyawan, air, gaji teknisi, gaji lembur dan
sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term likuidity.
Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar
tertentu menjadi uang kas. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan
(Riyanto 2008). Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua), yaitu :
7
a. Current ratio (CR)
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas
solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan
utang ketika jatuh tempo. Harus dipahami bahwa penggunaan current ratio
dalam menganalisis laporan keuangan hanya mampu memberi analisa secara
kasar, karena itu perlu adanya dukungan analisis secara kualitatif yang lebih
komprehensif.
Current ratio 200% dipertimbangkan sebagai current ratio yang
memuaskan bagi perusahaan industri atau komersial, sedang bagi perusahaan
penghasil jasa angka 100% dikatakan sudah mencukupi. Kondisi perusahaan
yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan
yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga di anggap
tidak baik, karena mengindikasikan penimbunan kas, banyak piutang yang
tidak tertagih, penumpukkan persediaan, tidak efisisennya pembiayaan gratis
dari pemasok, rendahmya pinjaman jangka pendek.
b. Quick ratio (QR)
Quick ratio atau rasio cepat adalah ukuran uji solvesi jangka pendek yang
lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi
persediaan yang di anggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan
kemungkinan menjadi sumber kerugian. Standar yang berlaku untuk
menetukan apakah suatu perusahaan memiliki quick ratio baik adalah lebih
dari 100%.
Metode Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan pendekatan baru dalam penilaian kinerja perusahaan
dengan memperlihatkan kepentingan manajemen, karyawan maupun para
penyedia dana secara adil (Bastian 2007). EVA membantu manajer memastikan
bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor
dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan
meningkatkan nilainya. EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik
untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan dan merupakan ukuran
kinerja keuangan yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham
sepanjang waktu (Pradhono 2004).
Menurut Young dan O’Byne (2001), EVA sama dengan Net Operating
Profit After Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba
operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh dari operasi
berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya
yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan
yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of Capital atau
WACC). WACC adalah rataan tertimbang dari biaya setelah pajak atas masingmasing sumber modal yang digunakan perusahaan, dimana bobot mencerminkan
proporsi masing-masing sumber (biaya dari setiap komponen modal, hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham).
Konsekuensinya WACC merupakan tingkat pengembalian hasil yang harus
didapat perusahaan atas investasinya, sehingga dapat memberi kompensasi pada
8
kreditur dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian yang diharapkan
(Keown et al 2004).
Hasil perhitungan EVA akan benilai lebih besar dari nol (positif), lebih
kecil dari nol (negatif) dan sama dengan nol (Poeradisastra 2003), berarti :
a. Kondisi EVA positif (EVA > 0) mencerminkan tingkat kompensasi (nilai
kekayaan) yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Ini berarti
manajemen telah mampu menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan.
Semakin positif EVA, berarti semakin bagus kinerja perusahaan tersebut, yaitu
manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik.
b. Kondisi EVA negatif (EVA < 0) menunjukan adanya penurunan nilai kekayaan
karena laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi setimpal
dengan investasi yang ditanam.
c. Kondisi EVA sama dengan nol (EVA = 0) berarti laba yang tersedia impas
untuk memenuhi harapan pemodal dan kinerja keuangan perusahaan tergolong
sehat.
Penelitian Terdahulu
Nama/Tahun Judul Skripsi
Anugrah p Analisis
(2011)
Kinerja
Keuangan
Pada PT
London
Sumatera
Indonesia Tbk
Periode 20052009
Sari I
(2011)
N Analisis
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
dengan
Metode
Economic
Value Added
(EVA)
periode 20082009 (Studi
Kasus PT.
Bank
Metode
Hasil
Rasio
Berdasarkan
perhitungan
Profitabilitas rasio keuangan berupa ROA dan
& EVA
EPS, nilai yang dicapai selama
periode
2005-2009
cenderung
meningkat. EVA yang dihasilkan
perusahaan selama periode 20052009 menghasilkan angka yang
positif (EVA>0) yang cenderung
meningkat. Ini menunjukan bahwa
perusahaan telah berkinerja baik dan
sudah dapat menghasilkan nilai
tambah ekonomis bagi investor dan
perusahannya sendiri. Selain itu,
perusahaan
telah
mampu
menghasilkan nilai tambah pasar
selama periode 2005-2009.
Rasio
Berdasarkan rasio keuangan
Profitabilitas perusahaan, tingkat pendekatan laba
& EVA
melalui ROE menurun pada tahun
2009 sebesar 25,11%, ROA sebesar
2,15%, dan EPS sebesar Rp 186,73.
Perusahaan memperoleh hasil EVA
yang positif pada tahun 2008 sebesar
Rp 1.076.900.927 dan akhir 2009
memperoleh EVA negatif sebesar
Rp (7.137.252). Untuk dapat
meningkatkan kinerja keuangan dan
nilai tambah bagi investor, maka
perusahaan
perlu
melakukan
9
Muamalat
Indonesia
Tbk)
Hidayansyah Analisis
P F (2013)
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Real Estate
PT. XYZ
beberapa strategi, salah satunya
dengan cara dapat meningkatkan
pendapatan
operasi
utama
perusahaan dan meningkatkan laba
operasi tanpa adanya penambahan
biaya modal.
Rasio
Hasil pengolahan data menunjukkan
Profitabilitas nilai NPM dari tahun 2008-2011,
yaitu 0,842%; 0,518; 0,733; 8,897
dengan nilai rataan dari tahun 20082011 sebesar 2,746%. Nilai ROA
dari tahun 2008-2011, yaitu 0,078;
0,165; 0,189; 0,705, di mana secara
rataan masih kurang dari 1%. Nilai
ROE dari tahun 2008-2011, yaitu
5,139; 8,242; 2,480; 10,502 dengan
nilai rataan 6,591. Nilai pada rasio
profitabilitas akan di bandingkan
dengan rataan tingkat SBI dari tahun
2008-2011, yaitu 7,407% dan
harapan pemegang saham, yaitu
20%. Dapat diketahui bahwa rasio
profitabilitas
yang
dihasilkan
perusahaan masih di bawah tingkat
SBI dan harapan pemegang saham,
sehingga tingkat kemampulabaan
perusahaan masih kurang baik.
METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran
Analisis kinerja keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk ini didasarkan
pada laporan keuangan selama 4 (empat) periode terakhir (2011-2014). Metode
pengukuran menggunakan alat analisis Rasio Profitabilitas: Net Profit Margin
(NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk menunjukan
perubahan dalam kondisi keuangan, atau prestasi operasi di masa lalu dan
menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan bersangkutan.
Analisis rasio Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE)juga dapat menunjukkan bagaimana perusahaan menghasilkan laba
yang akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Dan perhitungan Rasio
Likuiditas dengan analisis Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) yang
digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka
10
pendeknya dari aset lancar yang dimiliki serta metode Economic Value Added
(EVA) dengan metode NOPAT dan COC yang dapat memberikan hasil
perhitungan apakah PT Salim Ivomas Pratama Tbk telah berhasil memberikan
nilai tambah ekonomi perusahaan itu sendiri dan pemegang sahamnya. Kerangka
pemikiran yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat pada Gambar 3.
PT SIMP Tbk
Investor
Kinerja Keuangan
Rasio
Profitabilitas
NPM
ROA &
ROE
Kemampuan
menghasilkan profit
Rasio
Likuiditas
Current Ratio
& Quick Ratio
EVA
NOPAT
Kemampuan memenuhi
kewajiban jangka pendek &
jangka panjang
COC
Nilai ekonomis
yang diciptakan
Analisis Kinerja Keuangan PT SIMP Tbk
Implikasi Manajerial
Rekomendasi
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap PT Salim Ivomas Pratama Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Juli 2015 hingga Mei 2016.
11
Sumber data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data
Sekunder (secondary data) adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan
disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi
lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip
resmi. Penelitian kuantitatif menghasilkan pemetaan berupa gambaran angka dan
juga statistik (Saifuddin 2004). Pengumpulan data penelitan dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder berupa literatur-literatur dan laporan keuangan
tahunan (laporan laba rugi dan neraca).
Data yang digunakan, seperti laporan keuangan konsolidasi, Laporan
Neraca dan Laporan Rugi Laba selama empat (4) periode (2011-2014), profil
perusahaan dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang terkait
dengan penelitian, internet, jurnal dan artikel-atikel lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft
Office Excel 2007. Pengolahan data secarara kualiatif menggunakan metode
deskriptif seperti penguraian aspek profil dan sistem manajemen PT Salim Ivomas
Pratama Tbk. Metode analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja
keuangan PT Salim Ivomas Pratama Tbk dengan mengunakan perhitungan nilai
rasio keuangan (ROA, ROE dan NPM), current ratio dan quick ratio dan EVA
menggunakan rumus matematik dan Microsoft Office Excel 2010. Hasil tersebut
kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan yang umum digunakan investor untuk menilai perusahaan
dalam menciptakan kekayaan baginya dapat dilihat dari Rasio Profitabilitas, yaitu
ROA, ROE dan NPM. Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio
profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menghitung kemampuan perusahan meghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Perhitungan rasio NPM adalah:
.......................................................................(1)
b. Return On Equity (ROA)
Formula yang digunakan untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:
12
......................................................................(2)
c. Return On Asset (ROE)
Formula yang digunakan untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut:
.......................................................................(3)
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin
bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan
ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
Harahap (2009:301), Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat
memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus
mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang
jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus
segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. secara umum ada dua (2) hal
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Current Ratio
Current ratio menunjukkan akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
.............................................(4)
Keterangan :
Current asset = aset lancar
Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang.
Current liabilities = utang lancar
Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun.
Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari kas atau
konversi kas dari aktiva lancar.
Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah
dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu
tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah
seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat
penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan
adanya over investmentdalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang
besar yang tak tertagih.(Fahmi 2011:61)
b. Quick Ratio
Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio
dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan
persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
13
mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.
Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
...................................(5)
Keterangan :
Inventories = persediaan
Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat
dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar
kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
Analisis Economic Value Added (EVA)
Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) “EVA merupakan alat
komunikasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh
manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk
menghubungkan dengan pasar modal”. Menurut Abdullah (2003 : 142), dengan
perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai
ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Oleh karena itu, EVA dihitung
berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai
pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para pemegang saham dan bukan
berdasarkan nilai buku yang bersifat histories. Langkah-langkah dalam analisis
EVA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham dimana tingkat
pengembalian didefinisikan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu
selisih antara harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya.
......................................................................................(6)
Dimana:
: tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
: harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t
: harga saham perusahaan perlembar bulam ke-t-1
: dividen pada bulan ke-t
2.
Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian
rata-rata pasar
...................................................................................(7)
( )
Dimana :
(
)
∑
.......................................................................................(8)
: tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
: indeks harga saham gabungan bulan ke-t
: indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1
: tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam
satu tahun
14
: jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)
3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha
(β).
....................................................................................................(9)
∑
(
)(
∑
(
)
.....................................................................(10)
)
..............................................................................(11)
Dimana :
: kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat
pengembalian pasar
: varian tingkat pengembalian pasar
4.
Menentukan tingkat bunga bebas risiko ( ). Tingkat bunga bebas risiko
adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa
menanggung risiko, biasanya bentuk investasi ini berlaku pada obligasi
pemerintah.
5.
Menghitung biaya ekuitas (Cost of Equity) atau modal sendiri (Ke).
(
)
Dimana :
( )
6.
..............................................................................(12)
...............................................................................(13)
: tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
: tingkat bunga bebas risiko
: koefisien risiko perusahaan (beta)
: Market Premium Risk (Premi Risiko Pasar)
Perhitungan Biaya Hutang
(
)................................................................................(14)
Dimana :
(
7.
)
: beban bunga dibagi jumlah hutang jangka panjang
: faktor korelasi
Menghitung biaya atas modal, yang dilakukan dengan metode Weighted
Average Cost of Capital (WACC).
......................................................................(15)
Dimana :
: proporsi hutang
: proporsi modal saham
: biaya hutang
15
: biaya modal saham
8.
Perhitungan NOPAT.
Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba
perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki
utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Sartono (2001:100)
NOPAT = Laba Bersih + Beben bunga...................................................(16)
Dimana :
Laba Bersih (NPAT) : Net Profit After Taxes
Beban bunga
: biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan
9.
Perhitungan EVA
EVA = NOPAT – Biaya modal...............................................................(17)
Dimana :
Biaya Modal : WACC x Modal yang diinvestasikan (IC)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Salim Ivomas Pratama Tbk merupakan gabungan dari beberapa
perusahaan yaitu PT SIMP, PT IIP, PT IBS, PT SOG dan PT BML yang bergerak
dalam perkebunan, produksi minyak goreng, minyak kelapa dan yang
bersangkutan dengan produk minyak dan lemak nabati., grup SIMP (Salim
Ivomas Pratama) memiliki sejarah operasional yang dimulai sejak awal tahun
1970-an (dalam hal ini divisi minyak goreng dan lemak nabati) dan awal tahun
1980-an (dalam hal ini divisi perkebunan). Pada tahun 1997, PT ISM
mengakuisisi kepemilikan saham beberapa perusahaan yang bergerak dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Sejak tahun 1997, Grup SIMP telah
mengembangkan bisnisnya menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi
minyak goreng dan lemak nabati yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia
melalui dua divisi utama, yaitu divisi perkebunan dan divisi minyak goreng dan
lemak nabati.
Pada tahun 1997 PT ISM mengakuisisi 80% kepemilikan saham untuk PT
SIMP, PT IBS, PT SOG dan PT BML dari Grup Salim, kemudian tahun 2004
Grup SIMP berhenti melakukan perdagangan kontrak spot dan forward untuk
komoditas yang berbasis minyak sawit di pasar domestic dan luar negeri sebagai
salah satu aktivitas utama perusahaan dan memfokuskan pada divisi perkebunan
dan minyak goreng dan lemak nabati dan juga bisnis yang berbasis kopra. Grup
juga menentukan untuk mendedikasikan seluruh hasil CPO-nya untuk diproses
sendiri, dan dengan demikian memastikan jumlah yang cukup untuk CPO yang
berkualitas tinggi dipakai secara internal untuk memproduksi minyak goreng,
16
margarin dan juga lemak nabati. Dan pada tahun 2005 PT ISM mengakuisisi sisa
kepemilikan saham sebesar 20% untuk masing-masing perusahaan yaitu PT IBS,
PT SOG dan PT BML. Memulai akuisisi lahan perkebunan karena lahan
perkebunan yang sudah ada di Propinsi Riau sebesar 56.005 hektar telah ditanami
semuanya. Dengan demikian pada tahun itu, mengakuisisi 100% kepemilikan
(dikurangi satu saham) pada dua perusahaan yaitu PT KGP dan PT CNIS dengan
harga Rp175 miliar. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki total lahan sebesar
27.000 hektar di Kalimantan Barat. PT SIMP juga mengakuisisi 93,4%
kepemilikan saham pada PT KMS dengan harga Rp75 miliar. Perusahaan ini
memiliki lahan sebesar 8.530 hektar di Kalimantan Timur dengan lahan sekitar
5.015 hektar telah ditanami dengan karet.
Pada tahun 2006 PT SIMP mengakuisisi kepemilikan saham PT SAIN
sebesar 70% melalui pembelian obligasi yang bisa dikonversi dengan dengan
harga sekitar Rp160 miliar. PT SAIN adalah perusahaan riset dan pengembangan
benih kelepa sawit yang memiliki tiga perusahaan perkebunan dengan total lahan
di Kalimantan Barat sebesar 42.000 hektar. Pada januari 2007, PT SIMP
Menyelesaikan reverse takeover pada CityAxis Holdings Limited dan evolusi
menjadi perusahaan perkebunan terintegrasi secara vertikal dan produksi minyak
goreng dan lemak nabati bermerek di Indonesia. Mengganti nama menjadi
Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) dan sebulan kemudian Saham IndoAgri,
perusahaan induk PT SIMP, diperdagangkan secara resmi di Bursa Efek
Singapura (SGX-ST). Maret 2007, PT SIMP mengakuisisi 60% kepemilikan
saham pada perusahaan perkebunan yaitu PT Mega Citra Perdana, PT Mentari
Subur Abadi dan PT Swadaya Bhakti Negaramas, menambahkan 85.600 hektar ke
lahan yang sudah dimiliki oleh Grup. Pada bulan Mei IndoAgri dan PT Salim
Ivomas Pratama (PT SIMP, anak perusahaan dengan 90% kepemilikan oleh
IndoAgri), memasuki perjanjian jual-beli dengan First Durango, the Ashmore
Funds dan Bapak Sariaatmadja untuk mengakuisisi 64,4% saham dan mandatory
convertible notes pada PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia
Tbk (Lonsum). PT SIMP melakukan tender offer untuk sisa kepemilikan 35,6%
saham pada Lonsum sesuai dengan peraturan Bapepam di Indonesia. Bulan
Oktober, PT SIMP mengakuisisi 70% kepemilikan pada PT MItra Inti Sejati
Plantation dan menambahkan total lahan Grup sebesar 12,950 hektar dan
menyelesaikan akuisisi kepemilikan sebesar 56,4% saham Lonsum. Grup menjadi
salah satu perusahaan perkebunan yang terbesar di Indonesia dengan total lahan
yang dimiliki bertambah dari 224.312 hektar menjadi 390.499 hektar dan lahan
tertanam perkebunan kelapa sawit meningkat dari 81.818 hektar menjadi 146.426
hektar setelah akuisisi. Dan bulan November hingga Desember PT SIMP
menyelesaikan tender offer dan meningkatkan 0,01% kepemilikan Grup pada
Lonsum menjadi 64,42%.
24 Maret 2008, PT SIMP menandatangani Memorandum of
Understanding yang tidak mengikat dengan PT Bangun Sriwijaya Sentosa untuk
menjelajahi kemungkinan berpartisipasi sebagai pemilik saham PT Lajuperdana
Indah (PT LPI). Bisnis utama PT LPI adalah pengelolaan perkebunan tebu.
Perusahaan juga bermaksud untuk membangun pabrik rafinasi gula yang baru
pada tahun 2010. Dan 13 Mei Anak Perusahaan PT SIMP yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) menyetujui
perjanjian usaha patungan dengan Ghanaian Council for Scientific and Industrial
17
Research (CSIR) untuk mendirikan perusahaan patungan di Ghana untuk
mengembangkan dan merealisasikan potensi genetik kelapa sawit untuk
eksploitasi secara komersial. CSIR memiliki mandate atas Ghanaian Oil Palm
Research Institute yang dimana memiliki banyak jenis kelapa sawit, plasma
nutfah dan populasi untuk pemuliaan. 28 juli, Grup mengakuisisi kepemilikan
sebesar 60% pada perusahaan-perusahaan perkebunan yaitu PT Mega Citra
Perdana, PT Mentari Subur Abadi dan PT Swadaya Bhakti Negaramas, dan
menambahkan total lahan sebesar 85.600 hektar ke lahan Grup yang sudah ada
sebelumnya.
Bulan November 2008, Lonsum menyetujui perjanjian pembelian saham
secara berkondisi untuk mengakuisisi 99,9% saham PT Tani Musi Persada (TMP),
99,9% pada PT Sumatra Agri Sejahtera (SAS) dan 90% pada PT Tani Andalas
Sejahtera (TAS). TMP, SAS dan TAS memegang ijin lokasi lebih dari 46,000
hektar lahan di Sumatra Selatan. Akuisisi ini di selesaikan pada tanggal 22
Desember 2008. PT SIMP menyetujui penjanjian jual-beli yang berkondisi untuk
mengakuisisi 100% saham yang sudah dikeluarkan oleh PT Cakra Alam Makmur
(CAM), PT Hijaupertiwi Indah Plantation (HPIP), dan PT Cangkul Bumisubur
dan seluruh anak perusahaannya, PT Pelangi Inti Pertiwi (seluruhnya disebut
"CBS"). HPIP dan CBS memegang 36.300 hektar lahan di Sumatra Selatan dan
Kalimantan Tengah. CAM memiliki dan mengoperasikan fasilitas penampungan
di pelabuhan Dumai dengan kapasitas penyimpanan sebesar 7.500 ton minyak
sawit mentah. Akuisisi ini diselesaikan pada tanggal 24 Desember 2008. Terlepas
dari itu, SIMP mengajukan untuk mengakuisisi sisa kepemilikan saham minoritas
sebesar 30% pada PT Mitra Inti Sejati Plantation (Mitra) dan 29,98% saham pada
PT Sarana Inti Pratama (SAIN). Mitra memiliki lebih dari 12.000 hektar lahan di
Kalimantan Barat. Aktivitas utama SAIN adalah riset dan pengembangan,
pemuliaan benih kelapa sawit dan memiliki tiga perkebunan kelapa sawit dengan
lahan sebesar 67.000 hektar pada bulan Oktober.
Pada tahun 2009 PT SIMP meningkatkan kepemilikan sahamnya pada PT
Sarana Inti Pratama (PT SAIN) dan PT Mitra Inti Sejati Plantation (PT MISP)
dari masing-masing 70,02% dan 70% menjadi 100%. Akuisisi saham minoritas
PT MISP adalah sesuai dengan strategi Grup untuk meningkatkan bisnis model
yang terintegrasi dan untuk meningkatkan efisiensi operasional and efektivitas
untuk eksekusi. Akuisisi saham minoritas PT SAIN adalah sesuai dengan strategi
Grup untuk menggabungkan keahlian bisnis pemuliaan benih dari PT SIMP dan
Lonsum untuk mencapai nilai tambah lebih dan produktivitas yang lebih tinggi
melalui pemuliaan benih, praktik agronomis dan proteksi tanaman yang terbaik.
PT SIMP mendirikan anak perusahaan sendiri – PT Samudera Sejahtera Pratama
(PT SSP) di Jakarta. Kegiatan utama dari anak perusahaan yang baru ini adalah
untuk memiliki tempat penampungan dan tongkang sendiri, dan mengoperasikan
bisnis pengapalan dan logistik. Pendirian PT SSP adalah sesuai dengan strategi
Grup untuk memiliki rantai pasokan yang terintegrasi dan mengurangi
ketergantungan terhadap pihak eksternal untuk pengiriman CPO dari tangki yang
terletak di pelabuhan Dumai dan Rengat di propinsi Riau, Indonesia ke fasilitas
penyulingan di Jakarta dan Surabaya.
Pada tahun 2010 PT SIMP memasuki perjanjian dengan beberapa anggota
dari Grup Salim untuk mengkonsolidasi semua usaha patungan dibawah satu
perusahaan induk investasi yaitu IndoInternational Green Energy Resources Pte.
18
Ltd. (“IGER”). Sesudah restrukturisasi internal, seluruh kepemilikan efektif
saham oleh PT SIMP dan Grup Salim di usaha patungan masih tetap sama.
Dengan transaksi tersebut, IGER diposisikan sebagai grup agribisnis yang
memiliki perkebunan kelapa sawit dan tebu untuk menjelajah potensi bisnis
dikemudian hari, jika ada. Dan pada 8 Desember IndoAgri menjual 8% atau
109.521.000 saham kepemilikannya di Lonsum dan meraup dana kas sebesar
Rp1,3 triliun, dimana sekitar 3,1% dijual kepada PT SIMP (90% dimiliki oleh
IndoAgri) dan 4,9% dijual melalui penempatan pribadi kepada investor eksternal
tertentu. Sesudah IndoAgri menjual saham Lonsum kepada investor eksternal,
kepemilikan Grup terhadap Lonsum berkurang dari sekitar 64,4% menjadi 59,5%.
Hal ini menghasilkan pengkatan saham publik di Lonsum dari sekitar 35,6%
menjadi 40,5%. Peningkatan likuiditas saham Lonsum pada Bursa Efek Indonesia
memberikan kesempatan Lonsum untuk menikmati pajak perusahaan yang lebih
rendah yaitu 20% dari standar pajak perusahaan sebesar 25% berdasarkan
peraturan pajak yang berlaku di Indonesia.
Dan pada tahun 2011 PT Salim Ivomas Pratama Tbk (Grup SIMP) dicatat
di Bursa Efek Indonesia dan mulai memperdangkan sahamnya secara perdana.
Saham baru yang ditawarkan adalah 3.163.260.000 dengan harga Rp 1.100 per
saham.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum dapat diketahui melalui
perbandingan rasio keuangan. Tingkat rasio keuangan dapat meberikan gambaran
mengenai baik buruknya suatu perusahaan dibandingkan dengan suatu standar
industri, dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dibandingkan dengan
Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) atau dapat dilihat pula perkembangannya.
Dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan profitabilitas yang terdiri NPM,
ROA dan ROE, serta rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick
ratio. Kedua rasio tersebut akan dibandingkan dengan tingkat SBI dan harapan
pemegang saham, dimana harapan pemegang saham 20% dari penjualan dan
modal yang diinvestasikan. Tingkat SBI merupakan tingkta risk free yang
digunakan di Indonesia. Selain menggunakan rasio keuangan, kinerja perusahaan
juga dapat diketahui dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menciptakan
nilai tambah perusahaan atau yang disebut dengan EVA.
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasional. Efektifitas manajemen dapat dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Proses perhitungan
rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE) perusahaan dapat dilihat pada
(Lampiran 1).
19
Persen (%)
Perhitungan Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total penjualan
yang diperoleh perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba atas penjualan yang diperoleh dari kegiatan operasional
perusahaan. Hasil perhitungan NPM terdapat pada Gambar 4 yang menunjukkan
nilai NPM perusahaan pada periode 2011-2014.
0,200
0,180
0,160
0,140
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
NPM
2011
0,179
2012
0,110
2013
0,048
2014
0,074
Gambar 4 Hasil NPM periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2012
nilai NPM mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 0,069% dari
0,179% menjadi 0,110% yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan penjualan
tetapi tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih perusahaan. Hal ini terjadi
karena beban yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada tahun 2011 sebesar
Rp2.359.518.000 menjadi Rp2.662.103.000 di tahun 2012 atau mengalami
peningkatan sebesar Rp302.585.000 Tahun 2012 ke 2013 nilai NPM juga
mengalami penurunan sebesar 0,062% walaupun tidak sebesar tahun 2012 dari
0,110% menjadi 0,048% tetapi trend yang dialami perusahaan terus menurun
selama tiga tahun berturut-turut, penurunan ini juga dipengaruhi oleh penurunan
harga jual CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia selama tiga tahun berturut-turut,
tercatat harga jual CPO rata-rata tahun 2011 sebesar Rp8.904 menjadi Rp8.567
pada tahun 2012 dan berada pada harga Rp8.374 di tahun 2013. Turunnya harga
CPO lokal membuat laba bersih perusahaan juga semakin sedikit dikarenakan
harga jual produk juga menurun.
Di tahun 2014, nilai NPM mengalami sedikit peningkatan yaitu 0,048% di
tahun 2013 menjadi 0,074% di tahun 2014 atau sebesar 0,026% yang disebabkan
oleh peningkatan penjualan dan berdampak positif pada laba bersih yang
dihasilkan perusahaan, dari Rp635.277.000 pada tahun 2013 menjadi
Rp1.109.361.000 pada tahun 2014.
Kinerja NPM dari tahun 2011-2014 dapat dikatakan kurang baik karena
masih dibawah tingkat rataan nilai SBI pada periode tahun tersebut sehingga
dapat dikatakan kinerja NPM pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk secara
keseluruhan adalah kurang baik.
20
Persen (%)
Perhitungan Return on Asset (ROA)
ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh
perusahaan terhadap total asset yang dimiliki yang mana menggambarkan
perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dikelola dalam kegiatan
operasional harian. Hasil perhitungan ROA yang ada diperusahaan pada periode
2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 5.
0,100
0,090
0,080
0,070
0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,000
ROA
2011
0,088
2012
0,057
2013
0,023
2014
0,036
Gambar 5 Hasil ROA periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 5 menjelaskan bahwa pada tahun 2011 hingga tahun
2013 nilai ROA mengalami penurunan yang signifikan karena penurunan laba
dari asset yang dimiliki perusahaan, dari 0,088% pada tahun 2011 menjadi
0,057% pada tahun 2012 dan 0,023% di tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh laba
bersih yang menurun seiring menurunnya harga CPO dalam negeri dan tercatat
penurunan laba pada tahun 2011 ke 2012 sebesar Rp735.195.000 dan 2012 ke
2013 sebesar Rp880.824.000. Penurunan tersebut juga disebabkan oleh tingkat
penjualan produk yang diproduksi perusahaan juga mengalami penurunan, salah
satunya adalah penjualan CPO (Crude Palm Oil). Selain itu, tingkat inflasi juga
menjadi salah satu faktor penurunan laba perusahaan. Sementara di tahun 2014
laba bersih perusahaan mulai naik menjadi 0,036% atau sebesar Rp1.109.361.000.
Secara keseluruhan nilai ROA mengalami penurunan yang sangat
signifikan yang diakibatkan oleh melemahnya nilai jual produk yang ada di
perusahaan dan menjadi indikasi bahwa perusahaan belum mencapai keuntungan
yang optimal dari pengelolaan aktivanya.
Perhitungan Return on Equity (ROE)
NPM dan ROA yang diperoleh perusahaan dari tahun 2011-2014 secara
umum masih rendah dari harapan pemegang saham, sehingga kemampulabaan
perusahaan jika dilihat dari NPM dan ROA masih kurang baik. Perhitungan laba
perusahaan selanjutnya dapat dilihat dari pengelolaan ekuitas atau modal yang
disetorkan pemegang saham melalui analisis ROE. ROE merupakan perbandingan
antara laba bersih dan ekuitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas modal yang diserahkan oleh investor. Hasil ROE yang
dihasilkan oleh perusahaan pada periode 2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 6.
Persen (%)
21
20,000
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0,000
ROE
2011
14,893
2012
9,421
2013
3,944
2014
6,601
Gambar 6 Hasil ROE periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa ditahun 2011-2012 nilai ROE
mengalami penurunan 5,418% dari 14,839% pada tahun 2011 menjadi 9,421%
pada tahun 2012, dikarenakan penurunan jumlah laba bersih dari
Rp2.251.296.000 pada tahun 2011 menjadi Rp1.516.101.000 pada tahun 2012 dan
juga peningkatan hutang dan ekuitas perusahaan dari Rp25.510.399.000 di tahun
2011 menjadi Rp26.574.461.000 di tahun 2012. Tahun 2012-2013 nilai ROE juga
mengalami penurunan sebesar 5,477% dari 9,421% di tahun 2012 menjadi
3,944% di tahun 2013, dikarenakan peningkatan hutang dan ekuitas yang cukup
besar dari Rp 26.574.461.000 ditahun 2012 menjadi Rp28.065.121.000 ditahun
2013 dan tidak diiringi oleh keuntungan yang proporsional perusahaan karena
tingginya beban bunga pajak yang harus dibayarkan. Tahun 2013-2014 nilai ROE
mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,657% dari 3,944% di tahun 2013
menjadi 6,601% di tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih
perusahaan Rp635.277.000 di tahun 2013 menjadi Rp1.109.361.000 di tahun
2014, karena berkurangnya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan,
namun peningkatan ekuitas tersebut tidak nyata yaitu Rp28.065.121.000 di tahun
2013 menjadi Rp30.996.051.000 di tahun 2014.
Nilai ROE pada tahun 2011-2012 lebih besar dari nilai rataan SBI pada
periode tahun tersebut walaupun sedang mengalami penurunan sehingga kinerja
perusahaan dapat dikatakan baik, sementara pada tahun berikutnya 2012-2013,
kinerja ROE perusahaan mengalami penurunan kembali sehingga nilai ROE yang
dihasilkan lebih rendah dari SBI pada periode 2012-2013. Pada tahun 2014 ROE
mengalami sedikit peningkatan, namun masih tetap dibawah SBI hingga dapat
dikatakan kinerja ROE dalam kategori kurang baik .
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan indikator yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang
dari aset lancar yang dimiliki perusahaan. Proses perhitungan rasio likuiditas
(Current Ratio dan Quick Ratio) perusahaan dapat dilihat pada (Lampiran 2).
22
Perhitungan Current ratio (CR)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Grafik
current ratio yang dicapai perusahaan dari tahun 2011-2014 dapat dilihat pada
Gambar 7.
300,000
Persen (%)
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0,000
CR
2011
78,287
2012
253,513
2013
234,716
2014
218,451
Gambar 7 Hasil current ratio periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio
perusahaan dari tahun 2011-2014 mengalami fluktuasi. Tahun 2011 nilai current
ratio 78,287%, nilai ini masih kurang dari 200% yang merupakan standar yang
seharusnya dicaopai oleh perusahaan, sehingga dapat dikatakan tahun 2011
kemampuan likuidasi perusahaan dinyatakan kurang baik. Tahun 2012 nilai
current ratio sebesar 253,513%, peningkatan yang signifikan diperlihatkan oleh
perusahaan dari tahun 2011 yang lebih besar dari 200%, sehingga perusahaan
mampu memenuhi dengan baik kebutuhan hutang ketika jatuh tempo, peningkatan
nilai current ratio disebabkan oleh peningkatan aset lancar dari tahun 2011
sebesar Rp8.094.207.000 menjadi Rp26.574.461.000 di tahun 2012. Sehingga
hutang lancar yang harus dibayarkan oleh perusahaan lebih kecil dari jumlah aset
lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2013 current ratio 234,716%, nilai ini lebih kecil
dibandingkan nilai current ratio pada tahun 2012 yaitu 253,513%. Hal ini
disebabkan karena peningkatan jumlah hutang lancar perusahaan dari
Rp10.482.468.000 di tahun 2012 menjadi Rp11.957.032.000 tahun 2013, namun
penurunan current ratio perusahaan masih diatan standar pencapain perusahaan
sebesar 200% karena aset lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar
Rp26.574.461.000 tahun 2012 menjadi Rp28.065.121.000 tahun 2013. Kondisi ini
juga terjadi pada tahun 2014 karena semakin tingginya jumlah hutang lancar yang
harus dibayarkan perusahaan pada tahun tersebut. Nilai current ratio pada tahun
2014 adalah 218,451%, tetapi masih diatas nilai standar yang diharapkan oleh
perusahaan dan masih dalam kategori baik.
Perhitungan Quick ratio (QR)
Analisis quick ratio yang telah dilakukan nilainya berfluktuasi, tahun 2011
nilainya masih dibawah 200%, sedangkan tahun 2012-2014 nilainya diatas 20%.
23
Analisis current ratio merupakan analisis secara kasar untuk mengetahui tingkat
likuidasi perusahaan, sehingga masih perlu dilakukan analisis quick ratio untuk
mengetahui kemampuan likuiditas perusahaan secara lebih akurat. Quick ratio
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi dengan persediaan dibagi
dengan kewajiban lancar. Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tapi dengan
memperhitungkan persediaan. Nilai quick ratio yang dicapai perusahaan pada
periode 2011-2014 terdapat pada Gambar 8.
250,000
Persen (%)
200,000
150,000
100,000
50,000
0,000
QR
2011
62,061
2012
235,493
2013
221,597
2014
205,953
Gambar 8 Hasil quick ratio periode 2011-2014
Berdasarkan hasil perhitungan yang terlihat pada Gambar 8, terlihat bahwa
nilai quick ratio yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan sudah lebih dari
100%. Pada tahun 2011 quick ratio 62,061%, tahun 2012 meningkat menjadi
235,493%, di tahun 2013 menurun menjadi 221,597% dan tahun 2014 turun
kembali menjadi 205,953%. Nilai quick ratio yang kurang dari 100% ini
disebabkan tingginya tingkat persediaan pada perusahaan yang lebih besar
dibandingkan aset lancar yang dapat diuangkan, karena persediaan merupakan
unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi
harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Dengan pengukuran
quick ratio ini dapat dikatakan kemampuan aktiva lancar yang likuid yang mampu
menutupi hutang lancar perusahaan sangat baik.
EVA (Economic Value Added)
EVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang
menghitung laba ekonomis sebenarnya yang berhasil diciptakan oleh suatu
perusahaan. EVA dapat membantu investor, atau pemegang saham dalam melihat
suatu gambaran mengenai peningkatan, atau penurunan laba ekonomi yang
sebenarnya tercipta dari kinerjanya. Nilai EVA suatu perusahaan dapat diketahui
dari pengurangan NOPAT terhadap COC. Suatu perusahaan dapat dikatakan telah
mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya, jika NOPAT lebih besar
dari COC dan sebaliknya. Proses perhitingan EVA dapat dilihat pada Lampiran 3.
24
Analisis Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT merupakan laba yang diperoleh perusahaan dari operasi
perusahaan ditambah dengan biaya bunga. Pada tahun 2011-2014 nilai NOPAT
mengalami fluktuasi. Hasil perhitungan NOPAT dari tahun 2011-2014 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai NOPAT tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Laba Bersih
Beban Bunga
NOPAT
(a)
(b)
(c)=(a)+(b)
2011
2.251.296
420.345
2.671.641
2012
1.516.101
472.012
1.988.113
2013
635.277
473.875
1.109.152
2014
1.109.361
681.048
1.790.409
Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 NOPAT yang
dihasilkan perusahaan cukup tinggi yaitu Rp2.671.641 namun pada periode 20112012 mengalami penurunan menjadi Rp1.988.113 penurunan tersebut diakibatkan
oleh penurunan laba bersih perusahaan yang diikuti meningkatnya beban bunga
yang harus dibayarkan perusahaan. Pada tahun 2013 NOPAT juga mengalami
penurunan menjadi Rp1.109.152 dengan indikasi yang sama. Namun pada tahun
2014 NOPAT mulai mengalami peningkatan menjadi Rp1.790.409 yang
disebabkan oleh peningkatan laba bersih perusahaan.
Analisis Cost Of Capital (COC)
COC adalah pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan
untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai biaya ini diperoleh
dari perkalian antara IC dan WACC. IC adalah jumlah seluruh pinjaman
perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing
liabilities). WACC merupakan jumlah biaya dari masing-masing komponen
modal. WACC didapat dari komponen biaya ekuitas (re), biaya hutang (rd*),
proporsi hutang (D), dan proporsi ekuitas (E). Dalam perhitungan EVA nilai COC
diharapkan lebih rendah daripada COC agar dapat menghasilkan EVA yang
positif. Perhitungan IC dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai IC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
Hutang dan Ekuitas
Hutang jangka pendek tanpa bunga
IC
(a)
(b)
(c)=(a)-(b)
2011
25.510.399
4.780.071
20.730.328
2012
26.574.461
4.583.214
31.157.675
2013
28.065.121
6.460.709
34.525.830
2014
30.996.051
6.898.825
37.894.876
Tahun
Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah)
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat nilai IC secara keseluruhan meningkat
setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari perubahan IC yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 nilai IC Rp20.730.328 yang diperoleh dari
25
pengurangan antara total hutang dan ekuitas Rp25.510.399 dengan hutang jangka
pendek tanpa bunga Rp4.780.071. Tahun 2012 terjadi peningkatan IC sebesar
8,39% dari tahun 2011 sehingga nilai IC menjadi Rp31.157.675.
Tahun 2012-2013 nilai IC mengalami peningkatan kambali sebesar
Rp34.525.830, atau meningkat 2,71% dari tahn sebelumnya. Peningkatan ini
disebabkan oleh penurunan jumlah hutang jangka pendek tanpa bunga yang nyata
dibandingkan tahun 2012. Tahun 2013-2014 nilai IC juga mengalami peningkatan
sebesar 2,71% yaitu dari Rp34.525.830 di tahun 2013 menjadi Rp37.894.876 di
tahun 2014 yang dikarenakan hutang jangka pendek tanpa bunga mengalami
sedikit peningkatan dibandingkan dengan tingkat ekuitas perusahaan yang
meningkat secara signifikan.
Nilai WACC dipengaruhi oleh penggunaan hutang, ekuitas dan biaya yang
timbul akibat pemakaian hutang dan model tersebut. Semakin rendah WACC,
makan semakin tinggi kemungkinan perusahaan mencapai nilai tambah bagi
pemegang saham. Tabel 4 menjelaskan WACC yang diperoleh perusahaan.
Tabel 4 Nilai WACC tahun 2011-2014
D
rd
E
re
WACC (%)
(a)
(b)
(c)
(d)
[(axb)+(cxd)]
2011
40,529
1,343
5,947
14,389
140,001
2012
39,446
1,577
6,055
9,465
119,517
2013
42,605
0,706
5,740
4,062
53,395
2014
45,777
0,682
5,422
6,612
67,070
Tahun
Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, pada tahun 2011 hingga 2013 WACC mengalami
penurunan secara terus menerus dari 140,001% pada tahun 2011, nilai WACC
turun menjadi 119,517% pada tahun 2012 dan mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 53,395% pada tahun 2013, hal ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan proporsi hutang dalam struktur modal yaitu dari 39,446% di tahun
2012 menjadi 42,605% di tahun 2013. Selain itu, biaya ekuitas juga menurun
sebesar 1,577% pada tahun 2012 menjadi 0,706% di tahun 2013. Hal ini dapat
berpengaruh buruk pada perusahaan jika WACC selalu menurun pada tiap
tahunnya dan tidak dapat menghasilkan nilai EVA yang positif.
Tahun 2014 nilai WACC mengalami sedikit peningkatan dari tahun
sebelumnya, yaitu 53,395% pada tahun 2013 menjadi 67,070% pada tahun 2014,
perubahan positif tersebut juga terjadi karena adanya peningkatan dalam proporsi
hutang dalam struktur modal yaitu 42,605% pada tahun 2013 dan 45,777% di
tahun 2014. Selain itu, biaya ekuitas dalam struktur modal juga mengalami
peningkatan sebesar 4,062% pada tahun 2013 menjadi 6,612% pada tahun 2014.
Hal ini mengidikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan
yang proporsional dari investasi yang diberikan oleh investor pada perusahaan
bila dilihat dari nilai WACC yang selalu menurun setiap tahunnya.
Dari hasil perhitungan IC dan WACC yang telah dilakukan maka dapat
diketahui pula nilai COC pada perusahaan. Tabel 5 menunjukkan hasil dari COC
yang ada di perusahaan selama periode 2011-2014.
26
Tabel 5 Nilai COC tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
WACC
IC
COC
(a)
(b)
(c)=(a)*(b)
2011
140,001
20.730.328
2.902.266.650
2012
119,517
31.157.675
3.723.871.843
2013
53,395
34.525.830
1.843.506.693
2014
67,070
37.894.876
2.541.609.333
Tahun
Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah)
Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 nilai COC
sebesar Rp2.902.266.650, tahun 2012 nilai COC naik menjadi Rp3.723.871.843,
kenaikan ini dikarenakan nilai IC yang meningkat dari Rp20.730.328 pada tahun
2011 menjadi Rp31.157.675 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 nilai COC
mengalami penurunan sehingga menjadi Rp1.843.506.693, penurunan ini terjadi
karena nilai WACC juga mengalami penurunan sebesar 66,122% dari tahun
sebelumnya yaitu Rp31.157.675, walaupun IC meningkat menjadi Rp34.525.830
nilai COC juga mengalami penurunan karena penurunan yang dialami WACC
sangat signifikan. Pada tahun 2014, WACC dan IC mengalami peningkatan, hal
ini mengakibaatkan nilai COC perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu Rp2.541.609.333.
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Berdasarkan analisis EVA yang dilakukan pada PT Salim Ivomas Pratama
Tbk selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2011-2014, nilai EVA selalu bernilai
negatif setiap tahunnya. Perhitungan EVA dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai EVA tahun 2011-2014 (dalam jutaan rupiah)
NOPAT
COC
EVA
(a)
(b)
(c)=(a)-(b)
2011
2.671.641
2.902.266.650
-2.899.595.009
2012
1.988.113
3.723.871.843
-3.721.883.730
2013
1.109.152
1.843.506.693
-1.842.397.541
2014
1.790.409
2.541.609.333
-2.539.818.924
Tahun
Sumber: Laporan keuangan PT SIMP (diolah)
Berdasarkan Tabel 6 pada tahun 2011 nilai EVA Rp-2.899.595.009, nilai
EVA negatif karena NOPAT lebih kecil dari COC yang dikeluarkan. Pada tahun
2012 nilai EVA mengalami penurunan menjadi Rp-3.721.883.730. nilai ini
menurun akibat meningkatnya nilai COC menjadi Rp3.723.871.843 dari
Rp2.902.266.650 di tahun 2011. Pada tahun 2013, NOPAT mengalami penurunan
yang diiring penurunan COC sehingga nilai EVA mengalami kenaikan dari Rp3.721.883.730 di tahun 2012 menjadi Rp-1.842.397.541 di tahun 2013.
Tahun 2014 nilai EVA kembali mengalami penurunan menjadi Rp2.539.818.924, dikarenakan COC meningkat menjadi Rp2.541.609.333, hal ini
tidak serta merta menjadikan nilai EVA meningkat walaupun nilai NOPAT
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya karena nilai COC yang jauh lebih
besar dari nilai NOPAT sehingga nilai EVA pada perusahaan ini tetap pada
27
kondisi negatif. Gambar 8 menunjukkan nilai EVA yang dicapai oleh perusahaan
selama empat periode 2011-2014 yang dipengaruhi oleh nilai NOPAT dan COC.
5.000.000.000,00
4.000.000.000,00
3.000.000.000,00
Rupiah
2.000.000.000,00
1.000.000.000,00
0,00
-1.000.000.000,00
-2.000.000.000,00
-3.000.000.000,00
-4.000.000.000,00
-5.000.000.000,00
2011
NOPAT
2.671.641
COC
2.902.266.650
EVA
-2.899.595.009
2012
1.988.113
3.723.871.843
-3.721.883.730
2013
1.109.152
1.843.506.693
-1.842.397.541
2014
1.790.409
2.541.609.333
-2.539.818.924
Gambar 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA periode 2011-2014
Berdasarkan Gambar 8, nilai EVA mengalami trend fluktuatif dan nilai
EVA dari tahun 2011-2014 negatif, sehingga tidak ada nilai tambah ekonomi yang
diciptakan oleh perusahaan terhadap pemegang saham. dapat diketahui bahwa
nilai yang paling berpengaruh terhadap penurunan nilai EVA adalah COC,
sehingga terdapat indikasi bahwa pengelolaan modal yang digunakan menjadi hal
yang harus diperhatikan apabila perusahaan ingin memperbaiki kinerja keuangan
dan meningkatkan nilai EVA dan dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang
saham.
Implikasi Manajerial
Nilai rasio profitabilitas perusahaan digunakan untuk melihat kondisi
keuangan perusahaan dalam mengasilkan laba, atau disebut tingkat
kemampulabaan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis rasio profitabilitas PT
Salim Ivomas Pratama Tbk nilai NPM memiliki rataan 0,10%, nilai ROA
memiliki rataan 5,09% dan nilai ROE memiliki rataan 8,70%. Secara keseluruhan
nilai ini memiliki nilai pengembalian lebih kecil dibandingkan tingkat SBI dan
nilai dari masing-masing rasio masih lebih rendah dibandingkan dengan harapan
pemegang saham, yaitu 20%. Tingkat laba yang diperoleh perusahaan walaupun
cendrung meningkat tapi nilainya masih lebih rendah dibandingkan harapan
perusahaan.
Selain melihat rasio profitabilitas juga diperlukan melihat kemampuan
likuiditas perusahaan, yaitu melihat apakah perusahaan mampu memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dari aset lancar yang dimiliki dengan perhitungan
28
rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio. Nilai current ratio
berfluktuasi dari tahun 2011-2014. Standar yang baik untuk menentukan
kemampuan likuiditas perusahaan adalah 200% untuk current ratio, nilai current
ratio perusahaan pada tahun 2011 lebih rendah dari 200% dan pada tahun 20122014 nilai current ratio lebih besar dari 200%. Nilai quick ratio yang baik adalah
lebih dari 100%, sedangkan hasil analisis nilai quick ratio dari tahun 2011-2014
adalah lebih dari 100%. Hal ini mengidikasikan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan likuiditas perusahaan yang baik dan memenuhi standar investasi.
Analisis EVA diperlukan untuk melihat kinerja perusahaan dalam
menghasilkan nilai tambah pemegang saham yang telah berinvestasi di
perusahaan. Nilai EVA yang dihasilkan perusahaan mengindikasikan kemampuan
kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba sesungguhnya, karena
dengan mempertimbangkan biaya dari setiap komponen modal untuk operasi
perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai
tambah ekonomi bagi perusahaan itu sendiri dan bagi pemegang saham. Nilai
EVA pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk dari tahun 2011-2014 terus bernilai
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi EVA negatif (EVA < 0) telah terjadi
penurunan nilai kekayaan, dengan laba yang tersedia tidak mampu memberikan
kompensasi setimpal dengan investasi yang ditanam, sehingga dapat dikatakan
para manajer tidak melakukan tugasnya dengan baik. Untuk itu perusahaan harus
meninjau kembali kinerja para manajer-manajer terkait pengelolaan aset dan
modal.
Untuk meningkatkan nilai ROA, ROE dan NPM tentunya perlu
diperhatikan komponen pembentuk laba bersih, total aset dan total ekuitas, agar
nilai yang dihasilkan dapat memberikan peningkatan pada kinerja keuangan
perusahaan. Laba dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan
operasional melalui peningkatan penjualan unit. Peningkatan nilai penjualan dapat
dilakukan dengan meningkatkan jumlah proyek, atau unit yang dibangun dan
diharapkan nilai dari setiap unit dapat terus meningkat, sehingga secara tidak
langsung meningkatkan nilai penjualan. Hal ini harus menggunakan strategi
pemasaran yang baik dalam meningkatkan nilai proyek dan penjualan. Selain itu
perusahaan harus mengoptimalkan pengelolaan aktiva dan modal yang dimiliki,
agar dapat meningkatkan laba bersih. Tabel 7 menggambarkan implikasi
manajerial yang terjadi dalam fungsi manajemen jika perusahaan akan
mengaplikasikan metode penelitian ini.
Tabel 7 Implikasi manajerial
Fungsi Manajemen
Planning
Keuangan
√
Sumberdaya Manusia
Pemasaran
√
Produksi dan Operasi
Organizing
Actuating
Controling
√
√
√
√
Berdasarkan Tabel 7, jika metode ini diaplikasikan kepada manajemen
keuangan peusahaan maka akan berpengaruh terhadap perencanaan modal, arus
kas dan pengaturan biaya masuk atau keluar perusahaan, jika diaplikasikan kepada
manajemen sumberdaya manusia maka akan berpengaruh terhadap
pengorganisasian biaya berupa kompensasi dan gaji, jika diaplikasikan pada
29
bidang manajemen pemasaran maka akan berpengaruh pada budget promosi dan
iklan yang akan dilakukan perusahaan, jika diaplikasikan pada bidang manajemen
produksi dan operasi akan berpengaruh pada bidang supply chain dan aliran
distribusi produk.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, nilai NPM cenderung menurun,
dimana pada tahun 2011-2014 NPM tidak mencapai 1% dan nilai rataan yang
dicapai selama empat tahun (2011-2014) hanya sebesar 0,10%. Nilai ROA
yang dicapai perusahaan pada periode 2011-2014 memiliki rataan sebesar
5,09% dan masih diatas 1%. Dan nilai ROE yang dicapai perusahaan selama
kurun waktu empat tahun memiliki rataan sebesar 8,70% sedangkan harapan
investor adalah 20%, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan rasio profitabilitas masih kurang baik.
2. Berdasarkan analisis rasio likuiditas pada perusahaan, pada current ratio sudah
cukup baik, walaupun pada tahun 2011 nilainya masih sedikit di bawah 200%,
namun secara keseluruhan nilainya tidak terlalu rendah, ataupun terlalu tinggi
dengan rataan 196,242%. Pada quick ratio pada tahun 2011-2014 nilainya
sudah lebih dari 100%, sehingga tingkat solvensi jangka pendek perusahaan
sudah sangat baik.
3. EVA yang dihasilkan perusahaan selama periode 2011-2014 menghasilkan
angka negatif (EVA<0). Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja
tidak baik dan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham
dan perusahaannya sendiri.
Saran
1. Perusahaan maupun pemegang saham sebaiknya mempertimbangkan metode
EVA dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, karena terkait dengan
kesejahteraan pemegang saham dan kondisi perusahaan yang melakukan
pengembangan di beberapa daerah yang akan dilaksanakan mulai tahun 20132014, dimana diperlukan kondisi modal, atau keuangan yang baik.
2. Dari analisis rasio keuangan dan EVA, perusahaan sebaiknya mengontrol
kembali kinerja para manajernya melalui sistem pengawasan internal dengan
memberi wewenang pada CEO untuk mengawasi kinerja manajernya, karena
tingkat pengembalian selama ini yang tidak sesuai terhadap modal, hutang, dan
aset yang telah diinvestasikan untuk kegiatan operasi perusahaan.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah FM. 2003. Manajemen Perbankan, edisi pertama. UMM Press:
Malang.
Anugrah P. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk Periode 2005-2009. Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 2015. Harga CPO Lokal.
https:www.bappebti.go.id/ , 24 November 2015
Bastian A. 2007. Hubungan Antara Rasio Keuangan Dengan Economic Value
Added (EVA) dalam Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Fordema Volume 7
Nomer 2, November 2007: 257-270.
Dewi A. 2012. Analisis Dampak Marger dan Akuisisi Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek Indonesia periode 2005). Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan ke-1. Bandung: Alfabeta
Fahmi I. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan ke-2. Bandung: Alfabeta.
Harahap SS. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers:
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Hidayansyah PF. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT
XYZ. Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hanafi M, Halim A. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): UPP
STIM YKPN.
Lesmana R, Surjanto R. 2003. Financial Performance Analyzing. Pedoman
Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN/BUMD
dan Organisasi Lainnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Keown AJ, David FS, John D. Martin J. William P. 2001. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Keown AJ, John D. Martin J, William P, David FS. 2004. Manajemen Keuangan :
Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Munawir S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Poeradisastra. 2003. Analisis Laporan Keuangan, Perhitungan Economic Value
Added (EVA). Erlangga, Jakarta.
Pradhono. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings
dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang
Saham. Di dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. VII No. 2. 140166.
Riyanto B. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
Saifuddin A. 2004, Metode Penelitian, Cetakan ke-5, Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Sari IN. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic
Value Added (EVA) Periode 2008-2009 (Studi Kasus PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk) Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
32
Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi keempat.
BPFE UGM: Yogyakarta.
Sugiyarso G, F Winarni. 2005. Manajemen Keuangan Pemahaman Laporan
Keuangan Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal Serta Pengukuran
Kinerja Keuangan. Media Perssindo, Yogyakarta.
Tunggal AW. 2001. Economic Value Added/ EVA: Teori, Soal, dan Kasus.
Harvarindo, Jakarta.
Weston JF. dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Jilid 1.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. (Edisi Ketiga). Jakarta: RajaGarafindo
Persada.
Young SD, O’Byrne SF. 2001. EVA dan Manajemen berdasarkan Nilai :
Panduan Praktis untuk Implementasi. Lusy W, penerjemah. Jakarta (ID):
Salemba Empat. Terjemahan dari:EVA and Value-Based Management. Ed
ke-1.
33
LAMPIRAN
34
35
Lampiran 1 Proses perhitungan rasio profitabilitas (NPM, ROA dan ROE)
Perhitungan NPM
Laba Bersih
Penjualan
NPM (%)
(a)
(b)
(a)/(b)x100%
2011
2.251.296
12.605.311
0,179
2012
2013
2014
1.516.101
635.277
1.109.361
13.844.891
13.279.778
14.962.727
0,110
0,048
0,074
Tahun
Laba Bersih
(a)
Total Aset
(b)
ROA (%)
(a)/(b)x100%
2011
2.251.296
25.510.399
0,088
2012
2013
2014
1.516.101
635.277
1.109.361
26.574.461
28.065.121
30.996.051
0,057
0,023
0,036
Tahun
Laba Bersih
(a)
Modal Sendiri
(b)
ROE (%)
(a)/(b)x100%
2011
2.251.296
15.171.190
14,839
2012
2013
2014
1.516.101
635.277
1.109.361
16.091.993
16.108.089
16.807.051
9,421
3,944
6,601
Tahun
Perhitungan ROA
Perhitungan ROE
36
Lampiran 2 Proses perhitungan rasio likuiditas (Current Ratio dan Quick Ratio)
Perhitungan Current ratio
Current Assets
Current Liabilities
Current ratio (%)
(a)
(b)
(a)/(b)x100%
2011
8.094.207
10.339.209
78,287
2012
26.574.461
10.482.468
253,513
2013
28.065.121
11.957.032
234,716
2014
30.996.051
14.189.000
218,451
Tahun
Perhitungan Quick ratio
Current Assets
Current Liabilities
Inventories
Current ratio(%)
(a)
(b)
2011
8.094.207
10.339.209
(c)
1.677.576
(a)-(c)/(b)x100%
62,06114027
2012
26.574.461
10.482.468
1.889.006
235,4927771
221,5986793
205,9533582
Tahun
2013
28.065.121
11.957.032
1.568.496
2014
30.996.051
14.189.000
1.773.329
37
Lampiran 3 Proses perhitungan EVA (IC, WACC, COC dan EVA)
Perhitungan D
Total hutang
Hutang dan Ekuitas
Proporsi Hutang (D)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)*100%
2011
10.339.209
25.510.399
40,529
2012
10.482.468
26.574.461
39,446
2013
11.957.032
28.065.121
42,605
2014
14.189.000
30.996.051
45,777
Tahun
Perhitungan rd
Tahun
Beban bunga
pinjaman
(a)
Total
hutang
(b)
Biaya hutang
(rd)
(c)=(a)/(b)
Tax
1-Tax
rd*
(d)
0,958
(e)=(c)*(d)*100%
1,343
2011
144.970
10.339.209
0,014021382
0,042
2012
175.911
10.482.468
0,016781449
0,060
0,940
1,577
2013
97.942
11.957.032
0,008191163
0,138
0,862
0,706
2014
108.474
14.189.000
0,007644936
0,108
0,892
0,682
Perhitungan E
Tahun
Total Ekuitas
Hutang dan Ekuitas
Proporsi Ekuitas (E)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)*100%
2011
15.171.190
25.510.399
5,947061040
2012
16.091.993
26.574.461
6,055435329
2013
16.108.089
28.065.121
5,739540193
2014
16.807.051
30.996.051
5,422320088
Laba Rugi
Total Ekuitas
Biaya Ekuitas (re)
Perhitungan re
Tahun
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)*100%
2011
2.251.296
15.171.190
0,148392842
2012
1.523.137
16.091.993
0,094651856
2013
654.277
16.108.089
0,040617916
2014
1.111.232
16.807.051
0,066117012
Perhitungan NOPAT
Laba Bersih
Beban Bunga
NOPAT
(a)
(b)
(c)=(a)+(b)
2011
2.251.296
420.345
2.671.641
2012
1.516.101
472.012
1.988.113
2013
635.277
473.875
1.109.152
2014
1.109.361
681.048
1.790.409
Tahun
38
Lampiran 4 Lanjutan lampiran 3
Perhitungan IC
(a)
Hutang jangka pendek
tanpa bunga
(b)
(c)=(a)-(b)
2011
25.510.399
4.780.071
20.730.328
2012
26.574.461
4.583.214
31.157.675
2013
28.065.121
6.460.709
34.525.830
2014
30.996.051
6.898.825
37.894.876
Hutang dan Ekuitas
Tahun
IC
Perhitungan WACC
D
Tahun
rd
E
re
WACC (%)
(a)
(b)
(c)
(d)
[(axb)+(cxd)]
2011
40,529
1,343
5,947
14,389
140,001
2012
39,446
1,577
6,055
9,465
119,517
2013
42,605
0,706
5,740
4,062
53,395
2014
45,777
0,682
5,422
6,612
67,070
Perhitungan COC
Tahun
WACC
IC
COC
(a)
(b)
(c)=(a)*(b)
2011
140,001
20.730.328
2.902.266.650
2012
119,517
31.157.675
3.723.871.843
2013
53,395
34.525.830
1.843.506.693
2014
67,070
37.894.876
2.541.609.333
Perhitungan EVA
NOPAT
COC
EVA
(a)
(b)
(c)=(a)-(b)
2011
2.671.641
2.902.266.650
-2.899.595.009
2012
1.988.113
3.723.871.843
-3.721.883.730
2013
1.109.152
1.843.506.693
-1.842.397.541
2014
1.790.409
2.541.609.333
-2.539.818.924
Tahun
39
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Alfi Syahri dilahirkan pada tanggal 24 Desember 1992 di Air
Joman Kisaran, Sumatera Utara. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan sekolah dasar yang telah dilaksanakan bertempat di Dusun Kayangan
Desa Balam Sempurna Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir,
Riau. Setelah lulus dari sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke
Madrasah Aliyah Swasta Pesantren Darularafah yang berada di Desa Lau Bakeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Kota Medan.
Melalui jalur USMI, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi untuk mendapat gelar Ahli Madya pada Program Diploma Institut Pertanian
Bogor (IPB) selama tiga tahun. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis
pernah mendapatkan beasiswa yang berasal dari Supersemar selama satu tahun.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana (S1) di
Fakultas Ekonomi Manajemen Departemen Manajemen di IPB hingga selesai.
Download