WARTA EKONOMI VOL. 02 NO. 02 AGUSTUS 2013

advertisement
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
PELAKSANAAN PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENCETAK PENGUSAHA
DI PT ARTHA GRAHA SUKSES MANDIRI
Oleh :
TA. Hariyono , Muryati 2), Noor Shodiq Askandar 3)
Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Islam Malang
1)
ABSTRACT
Models implemented by PT Artha Graha Sukses Mandiri gives entrepreneurship training
in order to generate the participants to become an entrepeneur. Meanwhile, the models
implemented are a) first model: mental reinforcement, b) second model: evaluation and
motivation award, c) third model: time efficiency and communication implementation, and d)
promotion model. However, the obstacles involve: a) advertisement published has not yet
gained appropriate response from the training participants, b) to avoid being jobless, c) have
not performed the best ability, d) easily get discouraged, e) being doubtful in having a try out, f)
product quality is not put in details. In addition, the solutions comprise: a) the Internet
utilization, b) develop a concept namely “there will always be a better tomorrow”, c) self
improvement, d) motivation encouragement, e) develop mental bravery in doing job
experiment, and f) develop self awareness. Based on these results it can be concluded that PT.
Artha Graha Sukses Mandiri form idealized Entrepreneurship trainees become an independent
owner.
Keywords: training models, entrepreneurship, obstacles, solutions
PENDAHULUAN
Mungkin dalam kehidupan kita, seringkali membayangkan betapa enaknya menjadi
pengusaha. Pengusaha bisa punya rumah mewah, banyak uang, dan segalanya yang
nikmat-nikmat bisa dipenuhi dengan mudah. Mau bepergian tinggal pesan tiket pesawat, mau
makan tinggal mencari restoran dengan mudah, atau mau memenuhi keinginannya, dengan
gampang bisa dipenuhi (Askandar, 2011: 1).
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang
dibayangkan banyak orang, karena setiap orang bisa belajar berwirausaha. Menurut King,
wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang
selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan);
kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang
memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang.
Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Setiap orang memiliki cita-cita,
impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja
dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya
imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara
lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran
itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat
mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: dari manakah aku
berasal? dimanakah aku saat ini? dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku
wariskan kepada dunia ini? (Zulkarnaen, 2012: 45).
Berupaya untuk berubah merupakan salah satu kata kunci dalam mencapai kesuksesan
itu. Seseorang yang semula berstatus penganggur, akhirnya bisa berubah berstatus memiliki
pekerjaan, karena adanya usaha yang gigih seperti membangun kewirausahaan
(entrepreneurship) untuk menjadi pekerja dan dari pekerja bisa berubah lagi menjadi
pengusaha. Lantas dari pengusaha ini bisa mengubah mental karyawan atau pekerja supaya
bisa melaksanakan aktifitas yang menguntungkan masa depannya, seperti di kemudian hari
149
150
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
menjadi owner.
Berdasarkan pemikiran itulah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
pelatihan entrepreneurship yang bertujuan mencetak pengusaha di PT Artha Graha Sukses
Mandiri, karena suatu perusahaan, diantaranya di PT Artha Graha Sukses Mandiri, termasuk
perusahaan yang tidak memikirkan kepentingan atau keuntungan berbentuk uang atau
bertambahnya kekayaan perusahaan semata, tetapi juga memikirkan dan menunjukkan
upaya-upaya yang berkaitan dengan pembentukan sumber daya manusia guna memenuhi
kepentingan bangsa di masa mendatang, khususnya di sektor pembangunan ekonomi.
Berdasarkan latar belakang itu tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam tulisan
ini adalah bagamanakah model-model pelaksanaan pelatihan entrepreneurship dalam
mencetak pengusaha di PT Artha Graha Sukses Mandiri? dan apa saja hambatan dan solusinya
dalam melaksanakan pelatihan entrepreneurship untuk mencetak pengusaha di PT Artha Graha
Sukses Mandiri?
METODE PENELITIAN
Jenis, Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lincoln dan Gubatentang menyebut,
bahwa karakteristik penelitian kualitatif, yaitu latar ilmiah, manusia sebagai alat atau instrumen
penelitian, metode kualitatif, analisa data secara induktif, data terutama bersifat deskriptif,
lebih mementingkan proses dibandingkan hasil, adanya “batas” yang ditentukan oleh fokus
penelitian, adanya kriteria keabsahan data. (Moleong, 2002: 4).
Pemilihan lokasi penelitian di PT Artha Graha Sukses Mandiri berdasarkan tiga alasan,
pertama, PT Artha Graha Sukses Mandiri terletak di salah satu wilayah kota besar di Jawa Timur,
yang sangat kompetitif dalam bidang ketenagakerjaan, khsusnya dalam menangani masalah
pengangguran, kedua, salah satu bidang garapan utama PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah
pencetakan seorang pekerja untuk menjadi pengusaha, dan ketiga, peneliti sedang bekerja PT
Artha Graha Sukses Mandiri. Dengan bekerja di PT Artha Graha Sukses Mandiri, peneliti
mengetahui secara empirik kondisi riil PT Artha Graha Sukses Mandiri.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah pimpinan di PT Artha Graha Sukses Mandiri
yang berjumlah 8 (delapan) orang. Dengan jumlah seperti ini, maka populasinya menjadi
sampel secara keseluruhan.
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer ditempuh dengan wawancara mendalam dan
pedoman wawancara (interview guide) yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari atau mendalami referensi. Dalam penelitian
ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan beberapa tahapan, yakni pengorganisasian,
editing, dan penafsiran data.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Model-model Pelatihan
1) Pembentukan Mental
PT Artha Graha Sukses Mandiri memberlakukan beberapa model pelatihan
entrepreneurship yang bermanfaat bagi karyawan atau peserta. Pembentukan mental
merupakan salah satunya. Pembentukan mental dilakukannya selain dalam bentuk
pembekalan materi dan strategi berbisnis, berdagang, atau memasarkan barang dalam
bentuk kegiatan secara empirik (terjun ke tengah masyarakat atau menghadapi (menjawab)
pasar (masyarakat), mereka juga diberi penjelasan bahwa strategi pelaksanaan model
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
penguatan mental melalui cara terjun langsung ini mengandung “ancaman” dalam bentuk
sanksi sistem gugur atau dirinya bisa terkena diskwalifikasi jika gagal.
Keinginan yang kuat dan kegigihan merupakan bagian dari perwujudan sikap dan
mental para peserta. McGregor menyatakan dalam teori Y, para karyawan diasumsikan
sebagai orang yang berambisi, mau menerima tanggung jawab bahkan mencari wewenang
agar bisa bekerja secara optimal dengan potensi diri yang dimiliki. Para karyawan dianggap
secara alamiah menikmati pekerjaan serta termotivasi sendiri berprestasi (Hasnaini, 2012).
Begitu pula di PT Artha Graha Sukses Mandiri, mereka yang bermaksud menjadi pekerja di
perusahaan ini, adalah dikategorikan sebagai seseorang yang mempunyai ambisi atau
keinginan besar, mau menerima tanggungjawab, dan bahkan berhasrat menjadi
wirausahawan yang sukses.
Terjun langsung di masyarakat yang digariskan PT Artha Graha Sukses Mandiri
dengan model pembentukan mental, yang ditandai dengan kegigihannya ini, menempatkan
subyek sosial seperti konsumen menjadi unsur penting yang menentukan.
2) Evaluasi dan Motivasi
Model kedua yang diterapkan di PT Artha Graha Sukses Mandiri tentang evaluasi
dan pemberian motivasi. Evaluasi berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan oleh
karyawang guna merumuskan atau menentukan program dan aktifitas esoknya. Sedangkan
motivasi diberikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri dengan target untuk
membangkitkan semangat karyawan dalam melakukan aktifitas atau mencegah karyawan
dari kemungkinan terjerumus dalam sikap dan perilaku yang buruk.
Mc Gregor menyebut, bahwa: kreativitas, intelektualitas, otonomi, dan keahlian
yang dimiliki karyawan diapresiasi oleh manajemen yang menggunakan teori Y dalam
teknik motivasinya. Walaupun begitu, teori Y tetap memanfaatkan penilaian untuk
remunerasi, insentif, dan pemberian sanksi jika diperlukan. Teori Y mendorong perluasan
wawasan karyawan dan perbaikan kualitas SDM yang berkelanjutan. Penerapan teori Y
terbukti lebih menguntungkan daripada teori X khususnya dalam perusahaan-perusahaan
yang membutuhkan para profesional berkeahlian tinggi. (Hasnaini, dalam Sudarmanto,
2012: 32). Teori motivasi itu diterapkan PT Artha Graha Sukses Mandiri juga untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Teori ini relevan dengan teori
pengembangan atau peningkatan kualitas SDM, yang memang salah satu caranya adalah
dengan memberikan motivasi baik ketika seseorang atau sekelompok orang gagal maupun
sukses dalam menjalankan aktifitasnya.
3) Pemanfaatan waktu dan Aplikasi Komunikasi
Model lain yang diimplementasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah
tentang pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dan penerpan komunikasi baik dengan
pendamping, sesama karyawan atau peserta pelatihan, maupun khususnya masyarakat.
Tuntutan terhadap pemanfaatan waktu ini dapat dipahami sebagai tuntutan kepada
karyawan agar tidak mengabaikan kesempatan atau peluang, serta menjadikan peluang
atau kesempatan ini sebagai waktu untuk membangun dan mengembangkan ide,
menunjukkan kreatifitas dan mengaplikasikan langkah-langkah yang bermanfaat baik untuk
diri, sesama pekerja, maupun perusahaan.
Pemanfaatan waktu yang dijadikan model oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri itu
berhubungan dengan upaya riil membentuk seseorang menjadi entrepreneur. PT Artha
Graha Sukses Mandiri menyediakan banyak kesempatan untuk jadi wirausahawan. Hal ini
sesuai dengan teori kewirausahaan yang disampaikan Leibenstein (1979) yang menyebut,
kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau
melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
151
152
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
sepenuhnya.
Pendapat itu sejalan dengan yang dilakukan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri,
karena di PT Artha Graha Sukses Mandiri juga melatih karyawannya bukan hanya untuk
memanfaatkan pasar, tetapi juga membentuk pasar. Pada saat pasar belum belum
terbentuk, karyawan PT Artha Graha Sukses Mandiri dilatihnya untuk menciptakan. Hal ini
terkait dengan soal momentum (pemanfaatan waktu) dan jalinan komunikasi dengan
berbagai pihak.
4) Promosi
Setelah ketiga model di atas, maka yang keempat adalah model promosi. Menurut
PT. Artha Graha Sukses Mandiri, bahwa ditetapkannya model keempat ini sebagai pola
pemberian pengakuan, penghargaan, dan pengembangan, baik untuk kepentingan
karyawan, konsumen (masyarakat) maupun perusahaan. Model ini sudah bisa
dikategorikan sebagai pola penentuan keberhasilam atau kesuksesan yang berhubungan
dengan hak karyawan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan masyarakat sebagai
dampak kinerja karyawan, sehingga peserta atau karyawan, mendapatkan ucapan “selamat
datang menjadi entrepreneur muda bersama PT. Artha Graha Sukses Mandiri”. Kesuksesan
menjadi entrepreneur muda ini diperoleh melalui kerja keras atau menunjukkan kinerja
dengan pengerahan segala kemampuannya dengan berpedoman model-model
sebelumnya, khususnya pada 5 langkah dan 8 langkah yang dirumuskan dalam model
ketiga.
Dalam teori kreatifitas, model promosi yang diterapkan PT. Artha Graha Sukses
Mandiri memang tepat, karena dari yang diterapkannya, tertuju pada soal usaha berwujud
kerja keras yang di dalamnya mengandung unsur adanya kreatifitas. Gandi sudah
menyebutkan, “You may never know what results come of your action, but if you do
nothing there will be no, atau anda mungkin tidak pernah tahu hasil dari usaha-usaha yang
anda lakukan, tetapi jika anda tidak melakukan sesuatu, Anda tidak mungkin mendapatkan
hasil,” yang sebenarnya mengingatkan pada setiap orang supaya dalam hidup ini, manusia
tidak suka menyerah dalam menjawab tantangan, dan sebaliknya berusaha menunjukkan
kemampuan diinya untuk melahirkan sejarah, baik bagi diri maupun masyarakat dan
bangsanya. Kemampuan melahirkan sejarah besar sudah ditunjukkan oleh para pendahulu
atau bangsa-bangsa di muka bumi, yang kesemuanya ini berpangkal pada kerja (usaha)
keras dan cerdas yang dilakukannya (Kabul, 2007: 45).
Jika mengacu pada teori yang disampaikan Gandi tersebut, maka salah satu kata
kunci yang digunakan oleh PT. Artha Graha Sukses Mandiri terletak pada “usaha”.
Kreatifitas merupakan bagian dari usaha, yang pada intinya mengajak pada setiap
karyawan PT. Artha Graha Sukses Mandiri untuk membangun dan mengembangkan
kapabilitas, skill, komitmen tinggi pada pekerjaan demi tejadinya perubahan atau
pembaruan besar, baik yang berhubungan dengan kepentingan diri, sesama, masyarakat
(konsumen), maupun perusahaan.
Teori kreatifitas yang disampaikan Gandi itu sejalan dengan yang disampaikan oleh
Askandar (2012: 45), bahwa salah satu faktor yang membuat usaha mikro, kecil dan
menengah sulit bersaing di level nasional atau yang lebih besar karena kurangnya
kreativitas dalam usaha. Artinya, model promosi yang diterapkan PT. Artha Graha Sukses
Mandiri merupakan usaha yang dilakukan untuk melahirkan banyak kreator yang bukan
hanya bisa bermanfaat secara mikro, tetapi juga makro.
Perubahan atau pembaruan dari kondisi yang membebani atau ketidakmajuan
seseorang, masyarakat dan perusahaan menjadi atmosfir yang membebaskan,
menyejahterakan, dan memakmurkan adalah ditentukan oleh usaha atau kreatifitas yang
ditunjukkan seseorang atay sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan
menjalankan suatu aktifitas kerja. Tanpa ada usaha dan kreatifitas yang dilakukannya, maka
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
perubahan yang mendukung kepentingannya tidak akan bisa diperolehnya.
Hambatan dan solusi
1) Hambatan
Pertama, respon iklan yang rendah. Meskipun kata dalam iklan dibuat menarik,
namun tidak selalu besar respon yang diberikan masyarakat kepadanya. Begitu pula,
meskipun perusahaan PT Artha Graha Sukses Mandiri secara rutin memasang iklan, baik
melalui koran maupun internet (website), akan tetapi respon calon peserta pelatihan kerja
tergolong masih rendah. Macam-macam alasan yang diberikan oleh pelamar tetap lazim,
karena secara umum, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mampu membeli dan
menggunakan produk-produk teknologi. Hal ini juga relevan dengan jumlah orang miskin di
Indonesia, yang secara umum tidak mampu membeli alat-alat atau instrumen yang bisa
memberikannya sumber informasi. Kalau respon masyarakat masih rendah, maka otomatis
ada sebagian smberdaya manusia yang tidak mengerti kalau PT Artha Graha Sukses
Mandiri mengiklankan lowongan pekerjaan.
Kedua, asal ada pekerjaan. Dalam kajian konstitusi (UUD 1945) memang
disebutkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan yang layak dan berhak
memilih pekerjan, akan tetapi ketika sudah menjatuhkan pilihan atas suatu pekerjaan,
idealitasnya, seseorang ini mempunyai komitmen atas pekerjaan yang dipilihnya.
Sayangnya, ada saja karyawan PT. Artha Graha Sukses Mandiri, menunjukkan sikap atau
tutur kata seperti “yang penting ada pekerjaan”.
Ketiga, tidak mengerahkan segala kemampuannya. Tidak sedikit ditemukan
karyawan yang mengikuti pelatihan entrepreneurship yang tidak atau belum mengeluatkan
kemampuannya secara totalitas. Mereka menerima apa yang dilakukan tanpa ada
keinginan melakukan pembaruan cara atau strategi kinerjanya, seperti saat terjun di
lapangan, mereka tidak maksimal mencari konsumen atau menghubungi pelanggan.
Mereka terperangkap dalam slogan-slogan yang menyebut, bahwa “hidup itu hanya
sekedar menjalani”, dan hidup bukan untuk memperbanyak aktifitas yang produktif, karena
bisa meninggal dunia kapan saja.
Keempat. mudah patah semangat. Ada diantara peserta atau karyawan di Artha
Graha Sukses Mandiri lemah semangat, misalnya mereka tidak menjadikan konsumen atau
pelanggan sebagai bagian dari visi dan misinya untuk menyukseskan perusahaan dan
dirinya sendiri.
Kelima, kurang berani melakukan percobaan. Dalam menjalankan pemasaran atau
aktifitas bisnis, salah satu mental yang seharusnya dimiliki oleh pebisnis adalah keberanian
melakukan percobaan. Sayangnya, salah satu faktor yang dihadapi oleh karyawan atau
peserta pelatihan PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah ketidakberanian melakukan
percobaan. Mereka tidak berani melakukan sesuatu yang dianggap oleh banyak orang
sebagai hal baru. Hal inilah yang dikritik teori kewirausahaan yang disampaikan oleh Kasmir
(2007), bahwa entrepreneur itu orang yang berani mengambil resiko untuk membuka
usaha dalam berbagai kesempatan
Keenam, tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik. Hambatan lain dalam
pelaksanaan pelatihan entrepreneurship di PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah adanya
peserta atau karyawan yang tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik kepada
konsumen. Semakin baik mutu (kualitas) produk yang dibuat akan semakin tinggi pula nilai
produk tersebut. Mutu produk yang dibuat akan mencerminkan usaha ke depan. Apakah
kita dapat bertahan lama atau eksis dengan produk kita atau hanya sebentar lalu
tergantikan dengan produk lainnya.
153
154
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
2) Solusi
Pertama, penggunaan produk teknologi seperti penggunaan internet dengan
dasar-dasar pemanfaatan komputer disosialisasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri.
Sosialisasi ini penting sebagai upaya menjawab problem sosial dan dinamika di tengah
masyarakat, serta terutama mendorong peserta untuk memahami urgensinya
entrepreneurship.. Entrepreneurship memiliki peran vital dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Munculnya unit-unit usaha kecil hingga usaha besar diawali melalui jiwa
kewirausahaan masyarakat. Pembangunan usaha barn melalui kegiatan produktif secara
perlahan merangsang atau memotivasi pertumbuhan output dan memperluas transaksi
barang dan jasa dalam suatu wilayah. Dengan kata lain, entrepreneurship merupakan
motor penggerak roda perekonomian (Darwanto, 2012).
Kedua, mengembangkan konsep “banyak hari esok yang lebih baik”. Konsep ini
tepat untuk mengingatkan karyawan, bahwa dalam hidup ini, banyak tersedia tantangan
dan pilihan yang sebenarnya banyak menawarkan kebaikan dan kesejahteraan, dengan
syarat oleh karyawan disikapinya secara positip. Selain itu, di dunia ini banyak jenis
pekerjaan atau aktifitas yang bisa dibuat, sehingga tidak selayaknya setiap karyawan atau
peserta pelatihan hanya mengerjakan sesuatu berdasarkan prinsip asal ada pekerjaann
yang bisa dijalaninya.
Ketiga, potensi dalam diri karyawan atau peserta pelatihan di PT Artha Graha
Sukses Mandiri, ditentukan oleh kemauannya sendiri untuk mengubah. Selama karyawan
di PT Artha Graha Sukses Mandiri tidak berusaha keras mengubah dirinya, maka prestasi
yang baik tidak akan bisa diraihnya. Bagi para pekerja Indonesia secara umum, tuntutan itu
memang merupakan keharusan setelah sekian lama bangsa Indonesia mengidap atau
terjangkit penyakit-penyakit berat yang membuat rakyat dihadapkan dengan krisis
multidimensi dan berkepanjangan. Jika masyarakat atau para pekerja tidak berani
melakukan perubahan, maka tidak akan pernah diperoleh kemajuan dan keunggulan.
Keempat, pemberian motivasi secara terus menerus. Peserta pelatihan atau
karyawan PT Artha Graha Sukses Mandiri diberi motivasi agar tidak mudah patah semangat
saat berhadapan dengan konsumen atau pelanggan. Diberi petuah atau nasehat apapun,
rasanya tetap mustahil jika tidak ada kemauan atau semangat dari diri sendiri untuk
memulai melakukan sesuatu, memulai melangkah, memulai berbuat, atau memulai
melakukan aktifitas. Siagian (2003: 43) menyatakan perencanaan sumber daya manusia
merupakan fungsi yang pertama-tama harus dilaksanakan dalam organisasi. Perencanaan
ini perlu diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga
kerja yang tepat untuk menduduki berbagai jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu
yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang
telah dan ditetapkan.
Kelima. mengembangkan mental keberanian melakukan eksperimen kerja Dengan
kekuatan fisik maupun nalarnya, manusia punya potensi besar dan istimewa untuk
melaksanakan tugas sejarah, diantaranya adalah reformasi pekerjaan atau reformasi
mentalitasnya dalam membangun entrepreneurship (Hasan, dkk, 2012). Dijelaskan dalam
firman Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum (masyarakat)
sampai mereka mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada dalam diri mereka (sikap mental
mereka (QS: 13: 11). Menurut ahli tafsir Al-Quran bernama Shihab, bahwa QS 13 ayat 11
itu berbicara dua macam perubahan dengan dua pelaku, pertama, perubahan keadaan diri
manusia yang pelakunya adalah Allah SWT, dan kedua, perubahan keadaan diri manusia
yang pelakunya adalah manusia (Hasan, dkk, 2012).. Peserta pelatihan di PT Artha Graha
Sukses Mandiri juga selalu diingatkan melalui ayat ini. Bahkan ayat ini dipasang di beberapa
tempat atau disampaikan sebagai motivasi pagi.
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
Keenam. peran kepemimpinan diri dimanapaun, pada saat kapanpun, dan dengan
siapapun diingatkan oleh para pendamping atau pimpinan PT Artha Graha Sukses Mandiri.
Diciptakannya manusia di dan ke muka bumi ini adalah sebagai pelaku perubahan. Pebisnis
tidak hanya memimpin diri dan keluarganya, tetapi juga memimpin (merubah)
karyawannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa PT Artha Graha Sukses
Mandiri membentuk peserta pelatihan entrepreneurship yang diidealisasikan di kemudian hari
bisa menjadi owner dengan berbagai model-model pelatihan, yakni model penguatan mental,
model motivasi dan evaluasi, model pemanfaatan waktu dan aplikasi komunikasi, dan model
promosi. Meskipun demikian, ada sejumlah hambatan dalam melaksanakan pelatihannya,
yakni
1) respon iklan yang rendah,
2) asal ada pekerjaan,
3) tidak mengerahkan segala kemampuannya,
4) mudah patah semangat,
5) kurang berani melakukan percobaan,
6) tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik.
Dari macam-macam hambatan ini, dirumuskanlah macam-macam solusinya sebagai
berikut:
1) Sosialisasi penggunaan produk teknologi,
2) mengembangkan konsep “banyak hari esok yang lebih baik”,
3) pengembangan potensi dalam diri peserta pelatihan,
4) pemberian motivasi secara terus menerus
5) mengembangkan mental keberanian melakukan eksperimen kerja,
6) peran kepemimpinan diri dimanapaun, pada saat kapanpun, dan dengan siapapun,.
Saran
Keempat model yang diimplementasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri idealnya
lebih dikembangkan seiring dengan perkembangan aktifitas bisnis, di samping PT Artha Graha
Sukses Mandiri sesekali waktu idealnya memproduk model pelatihan baru guna melakukan
penyegaran terhadap pelatihan pada peserta. Dengan penyegaran model pelatihan ini,
barangkali akan terbentuk atmosfir kinerja yang lebih dinamik dan progresif di masa kini dan
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Askandar, Noor Shodiq, Pentingnya Konsistensi dalam Bisnis, http://www.surya.co.id/
2011/05/16/pentingnya-konsistensi-dalam-bisnis
Darwanto, Peran Entrepreneurship Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat, http://eprints.undip.ac.id/36859/1/
darwantoPeran_Entrepreneur_ proceed_polines.pdf.
Hasan, Muhammad Tholchah, 2012, Aswaja Progresif, Malang, Lembaga Penerbitan Unisma.
Kabul, Imam, 2007, Membangun Pencerahan Hati, Jakarta: Nirmana Media.
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
155
156
WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014
Moleong, Lexy, 2002 Metodologi Penelitian Lualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Siagian, P. 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarmanto, 2012, Penyakit Membentuk Bangsa Kuat, Bandung: Bina Angkasa.
Download