WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 PELAKSANAAN PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENCETAK PENGUSAHA DI PT ARTHA GRAHA SUKSES MANDIRI Oleh : TA. Hariyono , Muryati 2), Noor Shodiq Askandar 3) Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Islam Malang 1) ABSTRACT Models implemented by PT Artha Graha Sukses Mandiri gives entrepreneurship training in order to generate the participants to become an entrepeneur. Meanwhile, the models implemented are a) first model: mental reinforcement, b) second model: evaluation and motivation award, c) third model: time efficiency and communication implementation, and d) promotion model. However, the obstacles involve: a) advertisement published has not yet gained appropriate response from the training participants, b) to avoid being jobless, c) have not performed the best ability, d) easily get discouraged, e) being doubtful in having a try out, f) product quality is not put in details. In addition, the solutions comprise: a) the Internet utilization, b) develop a concept namely “there will always be a better tomorrow”, c) self improvement, d) motivation encouragement, e) develop mental bravery in doing job experiment, and f) develop self awareness. Based on these results it can be concluded that PT. Artha Graha Sukses Mandiri form idealized Entrepreneurship trainees become an independent owner. Keywords: training models, entrepreneurship, obstacles, solutions PENDAHULUAN Mungkin dalam kehidupan kita, seringkali membayangkan betapa enaknya menjadi pengusaha. Pengusaha bisa punya rumah mewah, banyak uang, dan segalanya yang nikmat-nikmat bisa dipenuhi dengan mudah. Mau bepergian tinggal pesan tiket pesawat, mau makan tinggal mencari restoran dengan mudah, atau mau memenuhi keinginannya, dengan gampang bisa dipenuhi (Askandar, 2011: 1). Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang bisa belajar berwirausaha. Menurut King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: dari manakah aku berasal? dimanakah aku saat ini? dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini? (Zulkarnaen, 2012: 45). Berupaya untuk berubah merupakan salah satu kata kunci dalam mencapai kesuksesan itu. Seseorang yang semula berstatus penganggur, akhirnya bisa berubah berstatus memiliki pekerjaan, karena adanya usaha yang gigih seperti membangun kewirausahaan (entrepreneurship) untuk menjadi pekerja dan dari pekerja bisa berubah lagi menjadi pengusaha. Lantas dari pengusaha ini bisa mengubah mental karyawan atau pekerja supaya bisa melaksanakan aktifitas yang menguntungkan masa depannya, seperti di kemudian hari 149 150 WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 menjadi owner. Berdasarkan pemikiran itulah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pelatihan entrepreneurship yang bertujuan mencetak pengusaha di PT Artha Graha Sukses Mandiri, karena suatu perusahaan, diantaranya di PT Artha Graha Sukses Mandiri, termasuk perusahaan yang tidak memikirkan kepentingan atau keuntungan berbentuk uang atau bertambahnya kekayaan perusahaan semata, tetapi juga memikirkan dan menunjukkan upaya-upaya yang berkaitan dengan pembentukan sumber daya manusia guna memenuhi kepentingan bangsa di masa mendatang, khususnya di sektor pembangunan ekonomi. Berdasarkan latar belakang itu tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagamanakah model-model pelaksanaan pelatihan entrepreneurship dalam mencetak pengusaha di PT Artha Graha Sukses Mandiri? dan apa saja hambatan dan solusinya dalam melaksanakan pelatihan entrepreneurship untuk mencetak pengusaha di PT Artha Graha Sukses Mandiri? METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lincoln dan Gubatentang menyebut, bahwa karakteristik penelitian kualitatif, yaitu latar ilmiah, manusia sebagai alat atau instrumen penelitian, metode kualitatif, analisa data secara induktif, data terutama bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dibandingkan hasil, adanya “batas” yang ditentukan oleh fokus penelitian, adanya kriteria keabsahan data. (Moleong, 2002: 4). Pemilihan lokasi penelitian di PT Artha Graha Sukses Mandiri berdasarkan tiga alasan, pertama, PT Artha Graha Sukses Mandiri terletak di salah satu wilayah kota besar di Jawa Timur, yang sangat kompetitif dalam bidang ketenagakerjaan, khsusnya dalam menangani masalah pengangguran, kedua, salah satu bidang garapan utama PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah pencetakan seorang pekerja untuk menjadi pengusaha, dan ketiga, peneliti sedang bekerja PT Artha Graha Sukses Mandiri. Dengan bekerja di PT Artha Graha Sukses Mandiri, peneliti mengetahui secara empirik kondisi riil PT Artha Graha Sukses Mandiri. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasinya adalah pimpinan di PT Artha Graha Sukses Mandiri yang berjumlah 8 (delapan) orang. Dengan jumlah seperti ini, maka populasinya menjadi sampel secara keseluruhan. Sumber dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer ditempuh dengan wawancara mendalam dan pedoman wawancara (interview guide) yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari atau mendalami referensi. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan beberapa tahapan, yakni pengorganisasian, editing, dan penafsiran data. PEMBAHASAN Pelaksanaan Model-model Pelatihan 1) Pembentukan Mental PT Artha Graha Sukses Mandiri memberlakukan beberapa model pelatihan entrepreneurship yang bermanfaat bagi karyawan atau peserta. Pembentukan mental merupakan salah satunya. Pembentukan mental dilakukannya selain dalam bentuk pembekalan materi dan strategi berbisnis, berdagang, atau memasarkan barang dalam bentuk kegiatan secara empirik (terjun ke tengah masyarakat atau menghadapi (menjawab) pasar (masyarakat), mereka juga diberi penjelasan bahwa strategi pelaksanaan model WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 penguatan mental melalui cara terjun langsung ini mengandung “ancaman” dalam bentuk sanksi sistem gugur atau dirinya bisa terkena diskwalifikasi jika gagal. Keinginan yang kuat dan kegigihan merupakan bagian dari perwujudan sikap dan mental para peserta. McGregor menyatakan dalam teori Y, para karyawan diasumsikan sebagai orang yang berambisi, mau menerima tanggung jawab bahkan mencari wewenang agar bisa bekerja secara optimal dengan potensi diri yang dimiliki. Para karyawan dianggap secara alamiah menikmati pekerjaan serta termotivasi sendiri berprestasi (Hasnaini, 2012). Begitu pula di PT Artha Graha Sukses Mandiri, mereka yang bermaksud menjadi pekerja di perusahaan ini, adalah dikategorikan sebagai seseorang yang mempunyai ambisi atau keinginan besar, mau menerima tanggungjawab, dan bahkan berhasrat menjadi wirausahawan yang sukses. Terjun langsung di masyarakat yang digariskan PT Artha Graha Sukses Mandiri dengan model pembentukan mental, yang ditandai dengan kegigihannya ini, menempatkan subyek sosial seperti konsumen menjadi unsur penting yang menentukan. 2) Evaluasi dan Motivasi Model kedua yang diterapkan di PT Artha Graha Sukses Mandiri tentang evaluasi dan pemberian motivasi. Evaluasi berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan oleh karyawang guna merumuskan atau menentukan program dan aktifitas esoknya. Sedangkan motivasi diberikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri dengan target untuk membangkitkan semangat karyawan dalam melakukan aktifitas atau mencegah karyawan dari kemungkinan terjerumus dalam sikap dan perilaku yang buruk. Mc Gregor menyebut, bahwa: kreativitas, intelektualitas, otonomi, dan keahlian yang dimiliki karyawan diapresiasi oleh manajemen yang menggunakan teori Y dalam teknik motivasinya. Walaupun begitu, teori Y tetap memanfaatkan penilaian untuk remunerasi, insentif, dan pemberian sanksi jika diperlukan. Teori Y mendorong perluasan wawasan karyawan dan perbaikan kualitas SDM yang berkelanjutan. Penerapan teori Y terbukti lebih menguntungkan daripada teori X khususnya dalam perusahaan-perusahaan yang membutuhkan para profesional berkeahlian tinggi. (Hasnaini, dalam Sudarmanto, 2012: 32). Teori motivasi itu diterapkan PT Artha Graha Sukses Mandiri juga untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Teori ini relevan dengan teori pengembangan atau peningkatan kualitas SDM, yang memang salah satu caranya adalah dengan memberikan motivasi baik ketika seseorang atau sekelompok orang gagal maupun sukses dalam menjalankan aktifitasnya. 3) Pemanfaatan waktu dan Aplikasi Komunikasi Model lain yang diimplementasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah tentang pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dan penerpan komunikasi baik dengan pendamping, sesama karyawan atau peserta pelatihan, maupun khususnya masyarakat. Tuntutan terhadap pemanfaatan waktu ini dapat dipahami sebagai tuntutan kepada karyawan agar tidak mengabaikan kesempatan atau peluang, serta menjadikan peluang atau kesempatan ini sebagai waktu untuk membangun dan mengembangkan ide, menunjukkan kreatifitas dan mengaplikasikan langkah-langkah yang bermanfaat baik untuk diri, sesama pekerja, maupun perusahaan. Pemanfaatan waktu yang dijadikan model oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri itu berhubungan dengan upaya riil membentuk seseorang menjadi entrepreneur. PT Artha Graha Sukses Mandiri menyediakan banyak kesempatan untuk jadi wirausahawan. Hal ini sesuai dengan teori kewirausahaan yang disampaikan Leibenstein (1979) yang menyebut, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui 151 152 WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 sepenuhnya. Pendapat itu sejalan dengan yang dilakukan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri, karena di PT Artha Graha Sukses Mandiri juga melatih karyawannya bukan hanya untuk memanfaatkan pasar, tetapi juga membentuk pasar. Pada saat pasar belum belum terbentuk, karyawan PT Artha Graha Sukses Mandiri dilatihnya untuk menciptakan. Hal ini terkait dengan soal momentum (pemanfaatan waktu) dan jalinan komunikasi dengan berbagai pihak. 4) Promosi Setelah ketiga model di atas, maka yang keempat adalah model promosi. Menurut PT. Artha Graha Sukses Mandiri, bahwa ditetapkannya model keempat ini sebagai pola pemberian pengakuan, penghargaan, dan pengembangan, baik untuk kepentingan karyawan, konsumen (masyarakat) maupun perusahaan. Model ini sudah bisa dikategorikan sebagai pola penentuan keberhasilam atau kesuksesan yang berhubungan dengan hak karyawan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan masyarakat sebagai dampak kinerja karyawan, sehingga peserta atau karyawan, mendapatkan ucapan “selamat datang menjadi entrepreneur muda bersama PT. Artha Graha Sukses Mandiri”. Kesuksesan menjadi entrepreneur muda ini diperoleh melalui kerja keras atau menunjukkan kinerja dengan pengerahan segala kemampuannya dengan berpedoman model-model sebelumnya, khususnya pada 5 langkah dan 8 langkah yang dirumuskan dalam model ketiga. Dalam teori kreatifitas, model promosi yang diterapkan PT. Artha Graha Sukses Mandiri memang tepat, karena dari yang diterapkannya, tertuju pada soal usaha berwujud kerja keras yang di dalamnya mengandung unsur adanya kreatifitas. Gandi sudah menyebutkan, “You may never know what results come of your action, but if you do nothing there will be no, atau anda mungkin tidak pernah tahu hasil dari usaha-usaha yang anda lakukan, tetapi jika anda tidak melakukan sesuatu, Anda tidak mungkin mendapatkan hasil,” yang sebenarnya mengingatkan pada setiap orang supaya dalam hidup ini, manusia tidak suka menyerah dalam menjawab tantangan, dan sebaliknya berusaha menunjukkan kemampuan diinya untuk melahirkan sejarah, baik bagi diri maupun masyarakat dan bangsanya. Kemampuan melahirkan sejarah besar sudah ditunjukkan oleh para pendahulu atau bangsa-bangsa di muka bumi, yang kesemuanya ini berpangkal pada kerja (usaha) keras dan cerdas yang dilakukannya (Kabul, 2007: 45). Jika mengacu pada teori yang disampaikan Gandi tersebut, maka salah satu kata kunci yang digunakan oleh PT. Artha Graha Sukses Mandiri terletak pada “usaha”. Kreatifitas merupakan bagian dari usaha, yang pada intinya mengajak pada setiap karyawan PT. Artha Graha Sukses Mandiri untuk membangun dan mengembangkan kapabilitas, skill, komitmen tinggi pada pekerjaan demi tejadinya perubahan atau pembaruan besar, baik yang berhubungan dengan kepentingan diri, sesama, masyarakat (konsumen), maupun perusahaan. Teori kreatifitas yang disampaikan Gandi itu sejalan dengan yang disampaikan oleh Askandar (2012: 45), bahwa salah satu faktor yang membuat usaha mikro, kecil dan menengah sulit bersaing di level nasional atau yang lebih besar karena kurangnya kreativitas dalam usaha. Artinya, model promosi yang diterapkan PT. Artha Graha Sukses Mandiri merupakan usaha yang dilakukan untuk melahirkan banyak kreator yang bukan hanya bisa bermanfaat secara mikro, tetapi juga makro. Perubahan atau pembaruan dari kondisi yang membebani atau ketidakmajuan seseorang, masyarakat dan perusahaan menjadi atmosfir yang membebaskan, menyejahterakan, dan memakmurkan adalah ditentukan oleh usaha atau kreatifitas yang ditunjukkan seseorang atay sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan menjalankan suatu aktifitas kerja. Tanpa ada usaha dan kreatifitas yang dilakukannya, maka WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 perubahan yang mendukung kepentingannya tidak akan bisa diperolehnya. Hambatan dan solusi 1) Hambatan Pertama, respon iklan yang rendah. Meskipun kata dalam iklan dibuat menarik, namun tidak selalu besar respon yang diberikan masyarakat kepadanya. Begitu pula, meskipun perusahaan PT Artha Graha Sukses Mandiri secara rutin memasang iklan, baik melalui koran maupun internet (website), akan tetapi respon calon peserta pelatihan kerja tergolong masih rendah. Macam-macam alasan yang diberikan oleh pelamar tetap lazim, karena secara umum, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mampu membeli dan menggunakan produk-produk teknologi. Hal ini juga relevan dengan jumlah orang miskin di Indonesia, yang secara umum tidak mampu membeli alat-alat atau instrumen yang bisa memberikannya sumber informasi. Kalau respon masyarakat masih rendah, maka otomatis ada sebagian smberdaya manusia yang tidak mengerti kalau PT Artha Graha Sukses Mandiri mengiklankan lowongan pekerjaan. Kedua, asal ada pekerjaan. Dalam kajian konstitusi (UUD 1945) memang disebutkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan yang layak dan berhak memilih pekerjan, akan tetapi ketika sudah menjatuhkan pilihan atas suatu pekerjaan, idealitasnya, seseorang ini mempunyai komitmen atas pekerjaan yang dipilihnya. Sayangnya, ada saja karyawan PT. Artha Graha Sukses Mandiri, menunjukkan sikap atau tutur kata seperti “yang penting ada pekerjaan”. Ketiga, tidak mengerahkan segala kemampuannya. Tidak sedikit ditemukan karyawan yang mengikuti pelatihan entrepreneurship yang tidak atau belum mengeluatkan kemampuannya secara totalitas. Mereka menerima apa yang dilakukan tanpa ada keinginan melakukan pembaruan cara atau strategi kinerjanya, seperti saat terjun di lapangan, mereka tidak maksimal mencari konsumen atau menghubungi pelanggan. Mereka terperangkap dalam slogan-slogan yang menyebut, bahwa “hidup itu hanya sekedar menjalani”, dan hidup bukan untuk memperbanyak aktifitas yang produktif, karena bisa meninggal dunia kapan saja. Keempat. mudah patah semangat. Ada diantara peserta atau karyawan di Artha Graha Sukses Mandiri lemah semangat, misalnya mereka tidak menjadikan konsumen atau pelanggan sebagai bagian dari visi dan misinya untuk menyukseskan perusahaan dan dirinya sendiri. Kelima, kurang berani melakukan percobaan. Dalam menjalankan pemasaran atau aktifitas bisnis, salah satu mental yang seharusnya dimiliki oleh pebisnis adalah keberanian melakukan percobaan. Sayangnya, salah satu faktor yang dihadapi oleh karyawan atau peserta pelatihan PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah ketidakberanian melakukan percobaan. Mereka tidak berani melakukan sesuatu yang dianggap oleh banyak orang sebagai hal baru. Hal inilah yang dikritik teori kewirausahaan yang disampaikan oleh Kasmir (2007), bahwa entrepreneur itu orang yang berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Keenam, tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik. Hambatan lain dalam pelaksanaan pelatihan entrepreneurship di PT Artha Graha Sukses Mandiri adalah adanya peserta atau karyawan yang tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik kepada konsumen. Semakin baik mutu (kualitas) produk yang dibuat akan semakin tinggi pula nilai produk tersebut. Mutu produk yang dibuat akan mencerminkan usaha ke depan. Apakah kita dapat bertahan lama atau eksis dengan produk kita atau hanya sebentar lalu tergantikan dengan produk lainnya. 153 154 WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 2) Solusi Pertama, penggunaan produk teknologi seperti penggunaan internet dengan dasar-dasar pemanfaatan komputer disosialisasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri. Sosialisasi ini penting sebagai upaya menjawab problem sosial dan dinamika di tengah masyarakat, serta terutama mendorong peserta untuk memahami urgensinya entrepreneurship.. Entrepreneurship memiliki peran vital dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Munculnya unit-unit usaha kecil hingga usaha besar diawali melalui jiwa kewirausahaan masyarakat. Pembangunan usaha barn melalui kegiatan produktif secara perlahan merangsang atau memotivasi pertumbuhan output dan memperluas transaksi barang dan jasa dalam suatu wilayah. Dengan kata lain, entrepreneurship merupakan motor penggerak roda perekonomian (Darwanto, 2012). Kedua, mengembangkan konsep “banyak hari esok yang lebih baik”. Konsep ini tepat untuk mengingatkan karyawan, bahwa dalam hidup ini, banyak tersedia tantangan dan pilihan yang sebenarnya banyak menawarkan kebaikan dan kesejahteraan, dengan syarat oleh karyawan disikapinya secara positip. Selain itu, di dunia ini banyak jenis pekerjaan atau aktifitas yang bisa dibuat, sehingga tidak selayaknya setiap karyawan atau peserta pelatihan hanya mengerjakan sesuatu berdasarkan prinsip asal ada pekerjaann yang bisa dijalaninya. Ketiga, potensi dalam diri karyawan atau peserta pelatihan di PT Artha Graha Sukses Mandiri, ditentukan oleh kemauannya sendiri untuk mengubah. Selama karyawan di PT Artha Graha Sukses Mandiri tidak berusaha keras mengubah dirinya, maka prestasi yang baik tidak akan bisa diraihnya. Bagi para pekerja Indonesia secara umum, tuntutan itu memang merupakan keharusan setelah sekian lama bangsa Indonesia mengidap atau terjangkit penyakit-penyakit berat yang membuat rakyat dihadapkan dengan krisis multidimensi dan berkepanjangan. Jika masyarakat atau para pekerja tidak berani melakukan perubahan, maka tidak akan pernah diperoleh kemajuan dan keunggulan. Keempat, pemberian motivasi secara terus menerus. Peserta pelatihan atau karyawan PT Artha Graha Sukses Mandiri diberi motivasi agar tidak mudah patah semangat saat berhadapan dengan konsumen atau pelanggan. Diberi petuah atau nasehat apapun, rasanya tetap mustahil jika tidak ada kemauan atau semangat dari diri sendiri untuk memulai melakukan sesuatu, memulai melangkah, memulai berbuat, atau memulai melakukan aktifitas. Siagian (2003: 43) menyatakan perencanaan sumber daya manusia merupakan fungsi yang pertama-tama harus dilaksanakan dalam organisasi. Perencanaan ini perlu diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan ditetapkan. Kelima. mengembangkan mental keberanian melakukan eksperimen kerja Dengan kekuatan fisik maupun nalarnya, manusia punya potensi besar dan istimewa untuk melaksanakan tugas sejarah, diantaranya adalah reformasi pekerjaan atau reformasi mentalitasnya dalam membangun entrepreneurship (Hasan, dkk, 2012). Dijelaskan dalam firman Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum (masyarakat) sampai mereka mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada dalam diri mereka (sikap mental mereka (QS: 13: 11). Menurut ahli tafsir Al-Quran bernama Shihab, bahwa QS 13 ayat 11 itu berbicara dua macam perubahan dengan dua pelaku, pertama, perubahan keadaan diri manusia yang pelakunya adalah Allah SWT, dan kedua, perubahan keadaan diri manusia yang pelakunya adalah manusia (Hasan, dkk, 2012).. Peserta pelatihan di PT Artha Graha Sukses Mandiri juga selalu diingatkan melalui ayat ini. Bahkan ayat ini dipasang di beberapa tempat atau disampaikan sebagai motivasi pagi. WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 Keenam. peran kepemimpinan diri dimanapaun, pada saat kapanpun, dan dengan siapapun diingatkan oleh para pendamping atau pimpinan PT Artha Graha Sukses Mandiri. Diciptakannya manusia di dan ke muka bumi ini adalah sebagai pelaku perubahan. Pebisnis tidak hanya memimpin diri dan keluarganya, tetapi juga memimpin (merubah) karyawannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa PT Artha Graha Sukses Mandiri membentuk peserta pelatihan entrepreneurship yang diidealisasikan di kemudian hari bisa menjadi owner dengan berbagai model-model pelatihan, yakni model penguatan mental, model motivasi dan evaluasi, model pemanfaatan waktu dan aplikasi komunikasi, dan model promosi. Meskipun demikian, ada sejumlah hambatan dalam melaksanakan pelatihannya, yakni 1) respon iklan yang rendah, 2) asal ada pekerjaan, 3) tidak mengerahkan segala kemampuannya, 4) mudah patah semangat, 5) kurang berani melakukan percobaan, 6) tidak menjelaskan kualitas produk dengan baik. Dari macam-macam hambatan ini, dirumuskanlah macam-macam solusinya sebagai berikut: 1) Sosialisasi penggunaan produk teknologi, 2) mengembangkan konsep “banyak hari esok yang lebih baik”, 3) pengembangan potensi dalam diri peserta pelatihan, 4) pemberian motivasi secara terus menerus 5) mengembangkan mental keberanian melakukan eksperimen kerja, 6) peran kepemimpinan diri dimanapaun, pada saat kapanpun, dan dengan siapapun,. Saran Keempat model yang diimplementasikan oleh PT Artha Graha Sukses Mandiri idealnya lebih dikembangkan seiring dengan perkembangan aktifitas bisnis, di samping PT Artha Graha Sukses Mandiri sesekali waktu idealnya memproduk model pelatihan baru guna melakukan penyegaran terhadap pelatihan pada peserta. Dengan penyegaran model pelatihan ini, barangkali akan terbentuk atmosfir kinerja yang lebih dinamik dan progresif di masa kini dan mendatang. DAFTAR PUSTAKA Askandar, Noor Shodiq, Pentingnya Konsistensi dalam Bisnis, http://www.surya.co.id/ 2011/05/16/pentingnya-konsistensi-dalam-bisnis Darwanto, Peran Entrepreneurship Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, http://eprints.undip.ac.id/36859/1/ darwantoPeran_Entrepreneur_ proceed_polines.pdf. Hasan, Muhammad Tholchah, 2012, Aswaja Progresif, Malang, Lembaga Penerbitan Unisma. Kabul, Imam, 2007, Membangun Pencerahan Hati, Jakarta: Nirmana Media. Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. 155 156 WARTA EKONOMI VOL. 03 NO. 01 AGUSTUS 2014 Moleong, Lexy, 2002 Metodologi Penelitian Lualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. Siagian, P. 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara. Sudarmanto, 2012, Penyakit Membentuk Bangsa Kuat, Bandung: Bina Angkasa.