Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah

advertisement
Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah
A. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membuat sistem semi tertutup atau
semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut.
Masyarakat menurut para ahli yaitu:
a. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
b. Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan.
c. Paul B. Harton & C Hunt
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup
bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok/kumpulan manusia.
d. J.L Gillin & J.P Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
e. Emile Durkheim
Masyarakat adalah suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar anggota
sehingga menampilkan suatu realitas tertentu yang mempunyai ciri-ciri sendiri.
f. Karl Mark
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
informasi
atau
perkembangan
akibat
adanya
pertentangan
antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Jadi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu
wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama dan saling berhubungan maupun
berinteraksi satu sama lain hingga memiliki tradisi, kebiasaan, sikap dan persatuan
yang sama.
B. Kebudayaan
Kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Menurut para ahli yang dimaksud dengan kebudayaan adalah:
a. E B Taylor
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup
pengetahuan,
kepercayaan,
seni,
moral,
hukum,
adat
istiadat
dan
kecakapan-kecakapan serta kebiasaan-kebiasaan lainnya.
b. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari
tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar yang tersusun dalam
menghidupi masyarakat.
c. Kennedy
Kebudayaan adalah keyakinan dari nilai-nilai milik bersama menjadi
pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat.
d. Schein
Kebudayaan adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau
pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi
masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid dan akhirnya
diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang,
memikirkan dan merasakan masalah-masalah tersebut.
Jadi kebudayaan adalah suatu hasil ciptaan pola hidup bersama-sama dalam
suatu masyarakat berabad-abad tahun yang lalu hingga menghasilkan suatu kebiasaan
yang dilakukan ataupun ada dalam masyarakat tersebut secara sengaja maupun tidak
sengaja.
C. Kebudayaan Sekolah
Kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat namun
kebudayaan sekolah memiliki ciri-ciri yang khas. Kebudayaan sekolah merupakan
norma-norma
dalam
kehidupan
di
lingkungan
sekolah.
Sekolah
bertugas
menyampaikan kebudayaan kepada generasi muda namun harus memperhatikan
masyarakat maupun kebudayaan umum.
Sekolah merupakan salah satu intitusi social yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah
merupakan suatu sistem sosial yang memiliki organisasi yang berbeda dengan sistem
sosial yang lain hal ini dikarenakan sekolah memiliki tata tertib, kebiasaan,
upacara-upacara, mars/hymne sekolah, pakaian seragam dan lambang-lambang
lainnya yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan.
Timbulnya sub-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup
besar dari murid yang terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi seperti ini
dapat berkembang pola kelakuan yang khas dari anak muda yang tampak dari
pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain
timbulnya kebudayaan sekolah adalah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai
dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di sekolah
itu.
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama
kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
1. Unsur-unsur kebudayaan sekolah
Kebudayaan sekolah memiliki beberapa unsur penting yaitu:
a. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan
prasarana lainnya)
b. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidik.
c. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru,
siswa, staf administrasi, tata usaha dan non teaching specialist.
d. Nilai-nilai, norma, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
Hedley Beare mendiskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori
a. Unsur yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar
sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang dianggap
penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan
secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih
kongkrit yang akan dicapai oleh sekolah.
b. Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual meliputi:

visi, misi, tujuan dan sasaran

Kurikulum

Bahasa komunikasi

Narassi sekolah dan narasi tokoh-tokoh

Struktur organisasi

Ritual dan upacara

Prosedur belajar mengajar

Peraturan sistem ganjaran/hukuman

Layanan psikologi sosial

Pola interaksi sekolah dengan orang tua dan masyarakat
Unsur-unsur budaya sekolah jiaka ditinjau dari usaha peningkatan kualitas
pendidikan sebagai berikut:
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai
prestasi, penghargaan terhadap prestasi dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan,
misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa
jarang bekerjasama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Kultur sekolah yang netral yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu
sisi namun dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat berupa seragam guru, seragam
siswa dan lain-lain.
2. Bentuk-bentuk kebudayaan sekolah
a. Aturan-aturan dan tata tertib sekolah
Setiap sekolah memiliki peraturan-peraturan yang berbeda seperti aturan
dalam masuk kelas, kegiatan belajar dan jam pulang. Aturan-aturan ini
dibuat sesuai dengan ciri khas masing-masing.
b. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di sekolah
Ada beberapa sekolah itu memiliki ciri khas sendiri, seperti ada beberapa
sekolah yang melakukan apel pagi setiap sebelum masuk kelas.
c. Upacara-upacara
Selain upacara bendera yang dilaksanaksn pada pagi hari, ada juga upacara
seperti pada waktu ospek, ada juga upacara waktu wisuda.
d. Pakaian seragam yang diterapkan sekolah
sekolah memiliki ciri khas sendiri termasuk pakaian seragam yang menjadi
budaya sekolah. Banyak sekolah yang menerapkan pakaian seragam yang
berbeda dengan sekolah lain.
3. Ciri-ciri kebudayaan sekolah
a. Norma dan Disiplin
Norma-norma itu dapat di defenisikan sebagai standar tingkah laku
yang terdapat dalam semua masyarakat, seperti bagaimana caranya berpakaian
pada peristiwa-peristiwa tertentu atau bagaimana menegur atau menyapa
orang-orang dari kelas-kelas yang berlainan.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang membuat sesuatu menjadi
berbeda dengan yang lain. Begitu pula dengan kebudayaan sekolah. Dimana
tiap-tiap sekolah memiliki keunikan tersendiri, memiliki aturan-aturan yang
berbeda. Semua itu dipengaruhi oleh situas dan kondisi yang ada pada
lingkungan sekolah itu sendiri.
Interaksi yang terjadi terus menerus antara guru dan murid
mengharuskan
masing-masing
memahami
norma-norma
kelakuan
serta
isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Karena tanpa disiplin,
kegiatan belajar mengajar tidak dapat belajar dengan baik. Namun walaupun
demikian, norma-norma yang berlaku disekolah juga harus memperhatikan apa
yang diharapkan oleh masyarakat.
Disekolah diharapkan membentuk kelakukan tertentu dari semua murid
dan guru itulah yang menjadi norma bagi semua murid. Norma ini nyata dalam
kelakuan anak dan guru dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan
hukuman terhadap pelanggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti
upacara-upacara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa norma dan nilai yang berlaku disekolah tidak
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat yang ada
lingkungan sekolah tersebut.
b. Pola Kurikulum di Sekolah
Berdasarkan
pada
apa
yang
menjadi
fokus
pengajaran,
sekurang-kurangnya, dikenal tiga pola kurikulum, yaitu:
1) Subject Centered Design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada
bahan ajar.
2) Learner Centered Design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan
peranan siswa.
3) Problem Centered Design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada
masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
Jadi, dalam kurikulum yag dibahas tidak hanya yang berhubungan
dengan mata pelajaran yang akan dihadapi oleh peserta didik saja, melainkan
juga yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik diluar sekolah.
c. Pola Pembelajaran
Adapaun bentuk-bentuk pola pembelajaran yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar, yaitu:
1) Pola pembelajaran tradisional, yaitu pola pembelajara dengan cara tatap
muka langsung antara pendidik dengan peserta didik. Semua proses
pembelajaran langsung dari mulut atau di sampaikan melalui ceramah.
2) Pola pembelajaran dibantu media, dimana pola pembelajaran ini tidak
jauh dari berbeda dengan pola pembelajaran tradisional. Dalam
penyampaian materi pembelajarannya pendidik tidak hanya
memberikan meteri secara langsung dari mulut, tetapi juga dapat
menggunakan media dalam proses pembelajaran.
3) Memanfaatkan media, dalam proses belajar mengajar peserta didik yang
ditugaskan untuk membuat media pembelajaran. Namun pendidik tetap
harus mengontrol dan memberikan penjelasan atau keterangan
tambahan dengan hal-hal yang berkaitan dengan isi pembelajaran.
4) Bermedia, dimana pola pembelajaran yang satu ini jauh berbeda dengan
pola pembelajaran yang lain, karena pola pembelajaran ini menuntut
peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam belajar.
D. Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk
lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di
dalamnya berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan peserta
didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, norma juga kebiasaan
yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai yang mana
yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang
berkualitas. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan
nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan
semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang
berbudaya. Dalam hal ini karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya
dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a. Bernilai Strategis
Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis.
Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien,
disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik
perorangan, sehingga budaya sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh
semua warga sekolah.
b. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah
untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh
bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya
ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai
dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang
seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila
mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta
didukung dengan sarana yang memadai.
c. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya gerak
yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan
rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar
membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka
untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di
lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak
pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat
berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan
menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka di dapatkan peran kultur
sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga
sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar,
semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah mengeluh dan suasana
batin yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Kesimpulan
1. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu
dalam waktu yang cukup lama dan saling berhubungan maupun berinteraksi satu sama
lain hingga memiliki tradisi, kebiasaan, sikap dan persatuan yang sama.
2. Kebudayaan adalah suatu hasil ciptaan pola hidup bersama-sama dalam suatu
masyarakat berabad-abad tahun yang lalu hingga menghasilkan suatu kebiasaan yang
dilakukan ataupun ada dalam masyarakat tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja.
3. Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama kepala
sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan
memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
4. sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya
terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang
memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.
Download