BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir,
2008:3).
Dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perantara bertemunya pihak
penyimpan dana dan peminjam dana dimana fungsi bank disini mengelola dana
simpanan nasabah yang kemudian disalurkan bagi pihak lain (debitur) yang
membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman. Selisih antara pembayaran bunga
yang diterima bank dari pinjaman dan pemberian bunga yang diberikan untuk
nasabah simpanan merupakan profit bagi bank tersebut. Selain sebagai lembaga
perantara, bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran,
karena dengan adanya bank sistem pembayaran menjadi efisien, aman dan lancar
sehingga perekonomian menjadi berjalan lancar.
B.
Jenis-jenis Bank
Jenis-jenis bank yang dijabarkan dalam buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya (Kasmir, 2010:34) adalah sebagai berikut:
9
10
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967
jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bang Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
h. dan bank lainnya
Namun setelah keluar UU Pokok perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10
Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya
menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung
Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai
berikut :
11
a. Bank Umum
Bank
yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di
seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil
(commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank
yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte
pendirian
dan
penguasaan
saham
yang
dimiliki
bank
yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah
sebagai berikut.
12
a. Bank milik pemerintah
Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki
oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula.
c. Bank milik koperasi
Kepemilikan
saham-saham
bank
ini
dimiliki
oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas
kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
e. Bank campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
13
3. Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka
bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini
disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank
tersebut. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke
luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri,
travellers cheque, pembukuan dan pembayaran letter of
credit dan transaksi lainnya.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
C.
Sumber-Sumber Dana Bank
Sumber-sumber dana bank yang dijabarkan dalam buku Manajemen
Perbankan (Herman Darmawi, 2011:13), digolongkan sebagai berikut.
1. Dana dari Modal Sendiri (ekuitas)
Dana yang termasuk modal sendiri terdiri atas berbagai pos, yaitu:
a. Modal yang disetor, yaitu dana yang disetor pertama kali
oleh pemilik (pemegang saham) waktu pendirian bank
14
tersebut. Dana modal ini biasanya tidak digunakan untuk
operasional tetapi digunakan untuk biaya promosi,
peralatan dan aset tetap lainnya.
b. Berbagai cadangan. Cadangan ini berasal dari penyisihan
sebagian laba untuk mengantisipasi risiko. Istilah yang
dipakai dalam laporan keuangan bank untuk cadangan ini
adalah penyisihan penghapusan.
c. Laba yang ditahan merupakan sebagian laba yang disetujui
rapat pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai
deviden.
d. Agio saham, modal sumbangan, selisih penjabaran laporan
keuangan, dan selisih penilaian kembali aktiva tetap,
merupakan sumber dana ekuitas.
2. Dana Pinjaman
Dana pinjaman berasal dari berbagai sumber, yaitu:
a.
Pinjaman dari bank-bank lain
b.
Pinjaman dari Bank Sentral
c.
Pinjaman dari lembaga finansial bukan bank
3. Dana dari Pasar Finansial
Pasar finansial menyediakan berbagai fasilitas untuk melancarkan jualbeli sekuritas finansial. Pasar finansial berbagi atas pasar uang untuk
15
sekuritas jangka pendek dan pasar modal untuk sekuritas jangka
panjang. Untuk mendapatkan dana, bank bisa menerbitkan sekuritas
antara lain sertifikat deposito, obligasi dan sebagainya.
4. Dana dari Masyarakat
Dana simpanan masyarakat merupakan jumlah dana terbesar yang
paling diandalkan oleh bank. Simpanan ini terdiri dari berbagai bentuk:
a. Simpanan dalam bentuk rekening giro
b. Simpanan dalam bentuk tabungan
c. Simpanan dalam bentuk deposito berjangka
Dana yang dihimpun dari simpanan masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga
(DPK). Dana pihak ketiga atau DPK merupakan dana yang dipercayakan
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Besar
kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh suatu bank merupakan suatu
barometer dalam menilai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank yang
bersangkutan. DPK merupakan sumber dana bank yang utama sehingga jika pada
suatu bank pertumbuhan DPK menunjukan kecenderungan yang menurun, maka
dapat memperlemah kegiatan operasional bank. Jenis simpanan yang ditawarkan
oleh bank sebagai wadah penghimpunan dana dari masyarakat yang dijabarkan
oleh Eddie Rinaldy dalam bukunya (2008 : 11), terdiri dari :
1. Giro
Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, kartu ATM
16
(kartu debet), sarana penarikan pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Simpanan giro digolongkan sebagai sumber dana murah
dan sifatnya bebas yaitu dapat dilakukan penyetoran dan penarikan setiap
waktu sepanjang jam operasional bank masih buka. Bahkan dapat
dilakukan penarikan kapan saja dalam jumlah terbatas melalui anjungan
tunai mandiri (ATM). Dikatakan sebagai dana murah, karena beban biaya
relatif kecil, penyimpanan dana tidak diberikan bunga tetapi imbalan yang
dinamakan jasa giro dalam presentase yang relatif rendah. Pada umumnya
simpanan giro oleh pemiliknya digunakan untuk kepentingan bisnis, yaitu
untuk menampung hasil penerimaan dari relasi bisnisnya dan untuk
pembayaran kepada para relasi bisnis. Instrumen penarikan yang
digunakan adalah cek dan bilyet giro yang mempunyai fungsi giralisasi
sehingga dapat diajukan penagihan atau penarikannya melalui mekanisme
kliring.
2. Tabungan
Tabungan merupakan simpanan yang sifatnya bebas terbatas artinya bebas
dalam melakukan penyetoran dan terbatas dalam penarikan. Nasabah dapat
melakukan penyetoran sepuas-puasnya sepanjang operasional bank masih
buka. Akan tetapi tidak dapat melakukan penarikan sebagaimana halnya
simpanan giro. Dari batasan tersebut tampak bahwa perbedaan yang sangat
prinsip dengan simpanan giro terletak pada instrumen penarikan yang
digunakan dan pihak yang dapat melakukan penarikan. Instrumen
17
penarikan atas rekening tabungan digunakan kuitansi yang sifatnya tidak
dapat dipindahtangankan. Di samping itu kuitansi ini tidak dapat dijadikan
warkat kliring. Jika pengambilan uang atau dana atas rekening tabungan
bukan oleh pemegang rekening harus dengan cara menerbitkan surat kuasa
kepada
pihak
yang
akan
menerima
penarikan
tersebut.
Dalam
perkembangannya, penarikan atas rekening tabungan dapat dilakukan
melalui anjungan tunai mandiri yang dapat dilakukan dalam waktu 24 jam
setiap hari. Namun jumlah yang dapat ditarik terutama dalam bentuk tunai
dibatasi dalam jumlah tertentu. Bank akan memberikan bunga dalam
presentase tertentu terhadap rekening tabungan yang sistem dan besarnya
berbeda pada setiap bank. Dari segi biaya relatif murah jika diukur dengan
beban biaya bunga simpanan berjangka. Oleh karena itu para bankir
berlomba-lomba menarik minat masyarakat untuk menabung pada
banknya.
3. Deposito Berjangka
Simpanan dalam bentuk deposito berjangka penyetorannya dilakukan oleh
nasabah sebesar nilai nominal sebagaimana yang tertulis dalam warkatnya
(bilyet). Kemudian pada saat jatuh tempo, nasabah akan menerima
kembali simpanannya sebesar nilai nominal ditambah bunga sesuai yang
diperjanjikan. Deposito berjangka ini tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu
hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo. Jika nasabah tetap ingin
melakukan pencairan deposito biasanya pihak bank akan membebankan
18
biaya pinalty kepada nasabah yang jumlahnya sudah disepakati
sebelumnya. Sesuai dengan sifatnya, deposito berjangka tidak dapat
dialihkan atau dipindah tangankan, maka deposito berjangka disebut
sebagai surat yang berharga dan tidak dapat diperdagangkan.
4. Deposito On Call
Deposito On Call adalah bentuk lain dari deposito berjangka, namun
berbeda dalam sistem penarikannya. Dalam aplikasinya pemilik dana
dapat menentukan jangka waktu penyimpanan jauh lebih singkat
dibanding deposito berjangka yang minimal penempatannya berjangka 1
bulan. Dikarenakan fleksibilitas dalam penentuan jangka waktu maka
terdapat pula ketentuan nominal dalam penempatan deposito on call ini.
Dana yang berasal dari simpanan berjangka seperti deposito berjangka,
deposito on call termasuk dana yang relatif mahal karena beban bunganya
relatif tinggi.
D.
Sertifikat Bank Indonesia
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/16/PBI/2012 tentang fasilitas
pendanaan jangka pendek bagi bank umum terdapat pada Bab I Pasal 1 (6)
mengenai ketentuan umum, Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah
satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
19
nilai rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan
uang primer yang beredar (www.bi.go.id, diakses 9 November 2013, 9.21).
1. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak
awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga
BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan
BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti
pelelangan. Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat
berharga oleh bank sentral. Bank Indonesia melakukan operasi pasar
terbuka untuk mempengaruhi peredaran rupiah di pasar yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Bank sentral
melakukan operasi pasar terbuka ini dengan melakukan penjualan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Penjualan SBI ini dilakukan melalui
lelang sehingga mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang.
2. Fungsi Sertifikat Bank Indonesia
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia diumumkan oleh Dewan
Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan
moneter tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar
20
Bank Overningt (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini di
harapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan
pada
gilirannya
suku
bunga
kredit
perbankan.
Dengan
mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank
Indonesia pada umumnya akan menaikan suku bunga SBI apabila
inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, Sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga
SBI apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran
yang telah ditetapkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
bersinergi dengan BI rate, dimana BI rate menjadi acuan bagi
penentuan suku bunga pada seluruh bank di Indonesia.
E.
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Diartikan juga sebagai naiknya
terus menerus tingkat harga pada suatu perekonomian akibat kenaikan permintaan
agregat atau penurunan penawaran agregat. Indeks harga konsumen adalah ukuran
tingkat harga sebagai indikator inflasi. IHK dihitung setiap bulan berdasar
perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga seluruh
ibukota propinsi di Indonesia (D.Soebagiyo & E.H.Prasetyawati, 2002 : 101-102)
dalam Hedy dan M. Taufiq (2010).
21
1. Laju Inflasi
Laju inflasi merupakan gambaran harga-harga, harga yang tinggi
menggambarkan inflasi yang tinggi sementara harga yang stabil
menggambarkan angka inflasi yang rendah. Laju inflasi yang tinggi
dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam
menghimpun dana masyarakat, karena inflasi menyebabkan tingkat
suku bunga riil menjadi turun, dan menyebabkan keinginan
masyarakat menjadi turun untuk menabung. Jika perbankan terhambat
dalam menghimpun dana dari masyarakat maka kemampuan bank
untuk memberikan kredit kepada masyarakat juga menurun, sehingga
akan menimbulkan kegiatan investasi di sektor riil menjadi menurun
karena sektor riil sulit mendapatkan dana dari perbankan, hal ini akan
berakibat daya serap tenaga kerja menjadi menurun atau banyak terjadi
pengangguran (Aulia Pohan, 2008:52).
2. Jenis Inflasi
Berdasarkan asal-usulnya inflasi dapat dibedakan menjadi inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation) dan inflasi yang berasal
dari luar negeri (Imported inflation), inflasi yang berasal dari dalam
negeri adalah inflasi yang sumber penyebabnya berasal dari keadaan
perekonomian dalam negeri sendiri. Timbulnya inflasi ini karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang yang
baru, panen yang gagal dan sebagainya. Inflasi yang berasal dari luar
22
negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar
negeri, sehingga akan mempengaruhi barang-barang yang di impor
maupun yang di ekspor. Hedy dan M Taufiq (2010).
3. Cara Menghitung Inflasi
Untuk menghitung inflasi dengan dasar CPI (Consumer Price Index)
atau Indeks Harga Konsumen (IHK), rumusnya adalah :
Inflasi
= [(IHKn–IHKn-1)/IHKn-1]x100%
Keterangan:
IHKn
= IHK pada tahun/bulan tertentu
IHKn-1
= IHK pada tahun/bulan sebelumnya
Jadi tinggal hitung saja angka-angka IHK dalam rentang waktu
tertentu. Di Indonesia statistik harga secara khusus statistik harga
konsumen/retail dikumpulkan dalam rangka penghitungan Indeks
Harga Konsumen (IHK). Indeks ini merupakan salah satu indikator
ekonomi
yang
secara
umum
dapat
menggambarkan
tingkat
inflasi/deflasi harga barang dan jasa.
F.
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lainnya. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:397).
23
Dalam suatu perekonomian kebijakan nilai tukar atau kurs valuta asing
berperan penting untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan ekonomi di suatu
negara. Seperti mengkoreksi ketidakseimbangan neraca pembayaran dalam
mendukung industrialisasi dan mengendalikan inflasi. Nilai tukar atau kurs mata
uang asing menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) adalah rasio
antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar
pada waktu tertentu.Sartono (2001) dalam Hedy dan M. Taufiq (2010).
Pengelolaan nilai tukar yang stabil akan memberikan ruang gerak untuk bank
sentral untuk menentukan kebijakan moneter untuk memengaruhi suku bunga ke
arah yang wajar (Aulia Pohan, 2008:55)
G.
Suku Bunga Penjaminan LPS
Yang dimaksud suku bunga penjaminan LPS adalah tingakt suku bunga
simpanan tertinggi yang dijaminkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam
situs www.lps.go.id, diakses 9 November 2013, 9.55, Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah yang memiliki
peranan menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif menjaga stabilitas
sistem perbankan sesuai kewenangannya. LPS menjamin pokok dan bunga/bagi
hasil yang menjadi hak nasabah dimana ditahun 2007 penjaminan LPS hanya
sampai dengan Rp. 100 juta per nasabah per bank, lalu berdasarkan pertimbangan
atas hasil data distribusi simpanan per 31 Desember 2006 yang menyebutkan
bahwa rekening bersaldo sama atau kurang dari 100 juta mencakup 98% rekening
24
simpanan maka penjaminan LPS mengalami perubahan ditahun 2008 menjadi
Rp. 2 Milyar per nasabah.
Dulu Lembaga Penjamin Simpanan melakukan penjaminan simpanan
secara menyeluruh, tetapi sekarang Lembaga Penjamin Simpanan mengubah
sistem penjaminan secara menyeluruh dengan menetapkan suku bunga
penjaminan, dimana Lembaga Penjamin Simpanan menentukan bunga simpanan
yang dijamin, jika pihak bank memberikan bunga simpanan di atas suku bunga
penjaminan maka simpanan tersebut tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan. Oleh sebab itu, suku bunga penjaminan dikelola dan dipublikasikan
oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
1. Penentuan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS
Hak
untuk
menetapkan
SBP
adalah
pemerintah
(Departemen
Keuangan). Demikian halnya disaat Unit Program Penjaminan
Pemerintah (UP3), yang mengeluarkan SBP adalah tetap oleh Bank
Indonesia. SBP diperlukan oleh LPS karena merupakan amanat tidak
langsung UU LPS, khususnya yang memuat ketentuan persyaratan
pembayaran klaim.
2. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
b. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan
sesuai dengan kewenangannya.
25
3. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan
penjaminan simpanan.
b. Melaksanakan penjaminan simpanan.
c. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka
turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.
d. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan
penyelesaian
Bank
Gagal
yang
tidak
berdampak
sistematik.
4. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank
pertama kali menjadi peserta.
c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan
bank,
laporan
keuangan
bank
dan
laporan
hasil
pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank.
e. Melakukan
rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi
atas data.
f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran
klaim.
26
g. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain
untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,
guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
h. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat
tentang penjaminan simpanan.
i. Menjatuhkan sanksi administratif.
H.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi deposito telah
diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya.
1. Sutono & Batista (2013) yang melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Penghimpunan Dana
Pada Bank Umum di Indonesia periode 2008-2012” menyatakan
bahwa SBI berpengaruh negatif terhadap dana pihak ketiga pada bank
umum di Indonesia. Terdapat pula penelitian dengan hasil yang
berbeda yaitu Ratna Damayanti (2013) melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Suku
Bunga Deposito dan Dana Deposito Bank Umum Indonesia Tahun
2003-2012”, kesimpulan yang diperoleh bahwa perubahan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah
penghimpunan dana oleh bank melalui deposito.
2. Penelitian Hedy Kuswanto dan M. Taufiq (2010) dengan judul
“Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi terhadap Suku Bunga serta
27
Implikasinya terhadap Permintaan Deposito pada Bank Umum di
Indonesia”, kesimpulan yang diperoleh bahwa inflasi berpengaruh
terhadap deposito.
3. Pada Penelitian Hedy Kuswanto dan M. Taufiq (2010) dengan judul
“Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi terhadap Suku Bunga serta
Implikasinya terhadap Permintaan Deposito pada Bank Umum di
Indonesia”, juga didapat hasil bahwa nilai tukar tidak berpengaruh
terhadap deposito di bank umum. Terdapat perbedaan dengan Fitria
Sanusi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor - Faktor
Yang
Mempengaruhi
Penghimpunan
Dana
Masyarakat
Pada
Perbankan Syariah Periode 2000-2007” menunjukkan bahwa kurs
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghimpunan Dana
Masyarakat (DPK).
4. Dalam infobanknews.com (2013) dikatakan terdapat peningkatan dana
pihak ketiga sejak kehadiran Lembaga Penjamin Simpanan.
I.
Hipotesis dan Kerangka Pemikiran
Hipotesis dari penelitian yang dilakukan berdasarkan pada permasalahan
dan tujuan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga Deposito
Perubahan kebijakan moneter melalui perubahan suku bunga SBI
akan menimbulkan efek likuiditas terhadap suku bunga pasar uang
sehingga mendorong suku bunga deposito bergerak naik atau turun.
28
Kebijakan moneter yang kontraktif direspons positif oleh suku bunga di
pasar uang. Jika BI melakukan kontraksi moneter melalui peningkatan
suku bunga SBI, maka akan direspons positif oleh suku bunga deposito.
Dari hasil penelitian Wibowo & Susi (2008), dan Triardiyanto (2009)
yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh
berlawanan arah (negatif), artinya penurunan suku bunga SBI akan
mengakibatkan kenaikan jumlah dana deposito. Hasil penelitian
tersebut konsisten dengan Sutono & Batista (2013) yang menyatakan
bahwa SBI berpengaruh negatif terhadap dana pihak ketiga pada bank
umum di Indonesia.
H1 : Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga
Deposito
2. Hubungan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga Deposito
Menurut Keynes dalam Aldrin dan Susi (2009) terjadinya inflasi
disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat ini
tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan
oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah maupun oleh swasta
dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan
(defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full employment. Hasil
penelitian Hedy Kuswanto dan M. Taufiq (2010) menyimpulkan bahwa
inflasi berpengaruh terhadap deposito. Begitu juga dengan penelitian
Isabella Hutasoit (2009) yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
29
positif dan signifikan terhadap DPK di PT. BRI Persero Tbk Cabang
Balige.
H2 :Inflasi berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga Deposito
3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dana Pihak Ketiga
Deposito
Pengelolaan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup
rendah dapat memberikan kepastian dunia usaha. Nilai tukar yang
melonjak drastis tak terkendali akan meyebabkan kesulitan dunia usaha
dalam merencanakan usahanya, terutama jika bahan baku yang harus
diimpor, dan menjual hasil produk mereka ke luar negeri. Di samping itu
pengelolaan nilai tukar yang stabil akan memberikan ruang gerak untuk
bank sentral untuk menentukan kebijakan moneter untuk mempengaruhi
suku bunga ke arah yang wajar (AuliaPohan, 2008 : 55). Berdasarkan
hasil penelitian Aldrin dan Susi (2009) didapatkan bahwa nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS berpengaruh positif yang artinya kenaikan nilai
kurs membuat kenaikan jumlah DPK pada perbankan. Namun tidak
konsisten dengan penelitian Hedy & M. Taufiq (2010) yang
menunjukkan bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK
pada Bank Umum di Indonesia.
H3 : Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga
Deposito
30
4. Hubungan Suku Bunga Penjaminan LPS terhadap Dana Pihak
Ketiga Deposito
Dalam infobanknews.com (10/09/2013) LPS dapat dikatakan telah
melaksanakan fungsi penjaminan dengan baik. Pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) rata-rata mencapai 16,42% per tahun sejak 2006,
signifikan di atas tingkat pertumbuhan periode 2000-2005 yang sebesar
8,8%. Tentu saja harus diakui bahwa hal ini tidak semata-mata
disebabkan oleh kehadiran LPS. Kondisi perekonomian yang memang
lebih baik pada tujuh tahun belakangan ini juga merupakan faktor yang
penting.
Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa adanya LPS
mempengaruhi dana pihak ketiga pada perbankan yang ada di
Indonesia.
H4 : Suku bunga penjaminan LPS berpengaruh terhadap dana pihak
ketiga deposito.
5. Model Konseptual
Berdasarkan hubungan teoritis antara variabel-variabel Pengaruh
Suku Bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Suku Bunga
Penjaminan LPS Terhadap Dana Pihak Ketiga Deposito Pada
Perbankan BUMN maka kerangka pemikiran mengenai hubungan
antara variabel dapat digambarkan sebagai berikut. (Gambar 2.1)
31
Model Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
Suku bunga SBI
(X1)
Inflasi
(X2)
Deposito
Nilai tukar rupiah
(Y)
(X3)
Suku bunga LPS
(X4)
Gambar 2.1
Download