Global Markets Group SUm Daily Industry Update Economic Research 22 Juli 2016 Info Industri Bank Indonesia (BI) bakal melonggarkan aturan Loan To Value (LTV) Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dengan pelonggaran tersebut, pinjaman perbankan untuk KPR akan lebih tinggi sehingga uang muka atau Down Payment (DP) yang dibayar masyarakat bisa lebih murah. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung memastikan, aturan ini akan keluar pada bulan Agustus, namun tanggalnya masih terus didiskusikan. Menurutnya, sosialisasi sudah dilakukan sejak bulan lalu. Dengan adanya aturan ini, diharapkan pengajuan KPR pun meningkat dan bank lebih mudah dalam melakukan penyaluran kredit, setidaknya di sektor properti. Dengan cara ini, diharapkan risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam dapat ditahan dan pertumbuhan ekonomi dapat digenjot. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan ada 534 izin usaha pertambangan (IUP) yang dicabut karena tidak memiliki status "clean and clear" (CnC). Pencabutan izin tersebut terkait dengan upaya penertiban IUP dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penertiban Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Sudirman mengatakan tujuan utama pencabutan IUP tersebut adalah menyehatkan industri mineral dan batu bara (minerba) sehingga diisi oleh badan usaha taat hukum secara legal serta memenuhi persyaratan. IUP dinyatakan CnC jika memenuhi aspek administrasi dan kewilayahan. Dari sisi administrasi, IUP harus memiliki kelengkapan dokumen cadangan, penerbitannya sesuai dengan peraturan dan perundangan, serta memiliki izin usaha yang masih berlaku. Sementara itu dari sisi kewilayahan, IUP tidak boleh memiliki wilayah yang tumpang tindih, baik wilayah eksplorasi maupun produksi. Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan sejumlah IUP yang dicabut umumnya karena tidak diperpanjang atau "expired". Colliers International Indonesia mencatat penjualan lahan industri di kawasan Jakarta dan sekitarnya pada kuartal II/2016 tumbuh 49,7% menjadi 29,03 hektare dari kuartal sebelumnya sebesar 19,39 hektare. Pencapaian tersebut terutama ditopang oleh PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) yang telah berhasil menjual lahan sleuas 11,2 hektare hingga saat ini. Adapun total penjualan lahan industri hingga akhir tahun 2015 sebesar 347,51 hektare, sehingga bila dihitung total penjualan lahan industri pada kuartal II/2016 baru mencapai 13,9% dari total penjualan lahan industri sepanjang 2015. Sektor logistik masih memimpin tumbuhnya penjualan lahan industri. Kondisi ini sudah terjadi dua tahun belakangan, di mana tren pembelian lahan industri sektor logistik masih paling laris. Rinciannya, sektor logistik memimpin dengan 48%, lalu otomotif 19%, farmasi 6%, pengecoran 4%, bahan kimia 4, plastik 4%, pengembang 2%, baja 2%, minyak dan gas 1%, pabrik 1%, pengemasan 1%, dan lain-lain 7%. Sementara harga jual lahan di kuartal II tahun ini berbeda-beda sesuai dengan lokasinya. Lahan industri di Serang Banten mengalami kenaikan terutama setelah PT Modernland Realty Tbk (MDLN) menaikkan harga lahan. Namun, harga lahan di Serang tersebut masih di bawah harga rata-rata industri. Lalu di Bekasi ada kawasan industri yang menaikkan harga karena kawasannya sangat stategis namun ada yang juga menurunkan harga untuk bisa mengejar penjualan di tengah kodnisi ekonomi yang lesu. Adapun, harga rata-rata penjualan kawasan industri di Bekasi sebesar Rp2,4 juta-Rp3,5 juta per meter persegi (m2) tergantung dari beberapa spesifikasi seperti kualitas dan fasilitas kawasan tersebut dan penyewa. Harga tersebut merupakan harga tertinggi dibanding daerah lainnya. Sementara, kawasan industri Karawang ditawarkan dengan mata uang US$, dengan harga US$170 – US$200. Hingga saat ini, hanya Karawang yang menawarkan penjualan lahan berdenominasi US$. Paket diskon tarif listrik 30% sebagai bagian Paket Kebijakan ekonomi jilid III yang diluncurkan Pemerintah pada Oktober 2015 lalu ramai peminat. Sejak diberlakukan pada Januari 2016, pemberian diskon tarif 30% bagi tambahan pemakaian listrik untuk pelaku industri telah diikuti oleh 1.073 pelanggan industri skala menengah dan skala besar dengan total tambahan pemakaian sebesar 256 Giga Watt hour (GWh). Pemberlakuan paket diskon 30% ditawarkan kepada industri sebagai program jangka panjang tiga tahun, berupa diskon tarif bagi tambahan pemakaian listrik pukul 23.00-08.00. Program ini diharapkan bisa membantu bagi industri yang karena kelesuan ekonomi, menurunkan produksi terutama pada shift tengah malam. Dengan pemberian diskon tarif ini diharapkan produksi meningkat dan menjadi bergairah kembali seperti semula. Tidak ada persyaratan khusus bagi konsumen industri yang mau mengikuti program ini, bahkan tanpa ada sanksi. Hanya saja, program ini diberikan kepada industri skala menengah dan besar, dengan daya di atas 200 kVA. Selain paket diskon tarif 30%, PLN juga mengeluarkan paket penundaan pembayaran 40% rekening listrik, yang ditawarkan sebagai program jangka pendek yakni 6 bulan dan 10 bulan kepada industri padat karya dengan daya saing relatif lemah terhadap produk impor dan direkomendasikan oleh asosiasi industri yang bersangkutan, atau direkomendasi BKPM. Hingga Juni 2016 paket penundaan pembayaran 40% telah diikuti oleh 238 pelanggan dengan total rekening yang tertunda sebesar Rp 1,25 triliun. Sebelumnya, PLN juga telah melakukan sosialisasi dengan pelaku industri serta asosiasi pengusaha untuk mendorong agar memanfaatkan program diskon 30% dan paket penundaan pembayaran 40% yang dilakukan pada bulan November 2015. Kedua paket tersebut di atas terbukti memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri di Indonesia. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya penjualan listrik hingga bulan Juni 2016 untuk industri sebesar 5,91%. Angka pertumbuhan ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan industri pada bulan Juni 2015 yang mengalami minus 2,7%. Pertumbuhan bulan Juni ini merupakan pertumbuhan terbaik yang pernah dicapai sepanjang 2,5 tahun terakhir, khususnya untuk golongan tarif I4. Adapun pertumbuhan penjualan terbesar dialami oleh industri skala besar yang mengalami peningkatan hingga 12,98%. Sementara untuk industri skala menengah mengalami peningkatan sebesar 4,03%. Selain itu, geliat pertumbuhan industri juga dipengaruhi oleh iklim ekonomi Indonesia yang baik. Realisasi program promo Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) 23.00-08.00 untuk Juni 2016 menyumbangkan tambahan penjualan energi sebesar 67,7 GWh atau setara dengan pemanfaatan kapasitas efisiensi sebesar 251 MW. Dengan demikian, sejak bulan Januari hingga Juni 2016, program tersebut telah memberikan tambahan penjualan sebesar 253,461 kWh. Hasil evaluasi pelaksanaan APBN-P 2016 yang dilaporkan pemerintah menyebutkan defisit mencapai Rp 230,7 triliun atau 1,83% terhadap Produk Domstik Bruto (PDB). Tingkat defisit itu masih di bawah target di APBN-P 2016 yaitu sebesar 2,35%. Namun demikian, defisit di smester pertama tahun ini ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 lalu, yang hanya sebesar 0,73%. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, membengkaknya defisit ini terjadi lantaran rendahnya tingkat penerimaan negara, baik dari perpajakan maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di sisi lain, belanja negara justru membengkak lebih besar dibandingkan tahun lalu. Realisasi penerimaan negara hingga semester pertama sebesar Rp 634,7 triliun, atau baru 25,5% dari target APBNP 2016. Jumlah itu terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 522 triliun dan PNBP Rp 112,1 triliun. Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Askolani mengatakan, meski defisit lebih besar dari tahun lalu pemerintah sampai akhir tahun tidak akan melebih target. Optimisme pemerintah terjadi lantaran mulai berlakunya Undang-undang pengampunan pajak alias tax amnesty. Beleid itu bisa mendorong penerimaan perpajakan yang berasal dari pembayaran uang tebusan peserta tax amnesty yang melakukan deklarasi dan repatriasi aset. Pemerintah menargetkan, kebijakan pengampunan pajak akan menambah penerimaan negara dari sisi pajak sebesar Rp 165 triliun. Secara keseluruhan total penerimaan negara pada semester II nanti diperkirakan mencapai Rp 1.151,5 triliun. Sementara di sisi belanja negara pada semester II nanti diperkirakan mencapai Rp 1.217 triliun. Pemerintah memastikan, akan terus mendorong realisasi penyerapan belanja, sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sumber: bisnis.com, Kontan, Detik PT Bank Maybank Indonesia – Global Markets Group 1 Global Markets Group Economic Research Indikator Konsumsi Indonesia 10 7.5 Indeks Harga Properti di 16 Kota Besar Residential Property Price Index: 16 City: Small (Indonesia) BI Rate (%) Inflation (% YoY) Core Inflation (% YoY) Residential Property Price Index: 16 City: Medium (Indonesia) 220.0 200.0 Residential Property Price Index: 16 City: Large (Indonesia) Residential Property Price Index: 16 City (Indonesia) 180.0 5 160.0 2.5 140.0 120.0 0 Jun-11 Jun-12 Jun-13 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Sumber: CEIC Sumber: CEIC Data Penjualan Otomotif Harga Komoditas Total Penjualan Mobil (Ribu Unit) 240 Total Penjualan Motor (Ribu Unit) (Kanan) 800 210 180 600 150 120 90 400 Satuan Harga Minyak Brent USD/bbl 46 CPO MYR/ton 2,368 Batubara (4,200 kcal) USD/ton Nikel 3 Bulan USD/MT 10,760 USd/lb 225 USD/TOunce 1,328 Tembaga 60 30 Komoditas 200 Emas Dunia 31 Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Perkembangan Ekspor Indonesia Sumber: BPS PT Bank Maybank Indonesia – Global Markets Group 2 Global Markets Group Economic Research Indikator Ekonomi Makro Indicators Inflation (% YoY) Inflation (% avg) Core Inflation (% YoY) Core Inflation (% avg) Exchange Rate Eop (Rp/ US$) Exchange Rate Avg (Rp/ US$) Curent Account (% GDP) Fiscal Balance (% GDP) Interest Rate BI Rat e (% p.a) Time Deposit 3 mont h (% p.a) Lending rat e working capit al (% p.a) 2013 2014 2015 2016F 2017F 8.08 6.40 4.32 4.20 12189 10564 -3.19 -2.33 8.36 6.42 4.93 4.53 12440 11885 -3.09 -2.20 3.35 6.38 3.95 4.89 13795 13458 -2.06 -2.80 3.15 3.53 3.44 3.48 13150 13377 -2.45 -2.50 4.29 4.08 3.56 3.55 13300 13170 -2.64 -2.30 7.50 7.61 12.12 7.75 8.95 12.81 7.50 7.99 12.46 6.25 6.29 11.37 6.00 5.98 11.18 26.53 13.67 20.43 34.95 21.60 13.60 1.77 1230 10.18 7744 9.62 180.9 6.25 99.4 5.58 17.29 11.51 10.83 13.16 11.58 12.29 2.16 1208 -1.78 7867 1.59 147.3 5.94 111.9 5.02 11.86 9.09 9.04 14.69 10.44 7.26 2.49 1006 -16.69 6480 -17.63 209.0 6.18 105.9 4.79 12.95 10.38 10.65 14.54 11.57 8.14 2.77 1076 6.90 6451 -0.46 324.5 5.70 110.6 5.09 13.29 11.10 12.16 15.97 12.87 9.93 2.43 1142 6.18 7077 9.71 n/a 5.40 115.5 5.45 Credit Grow th (% YoY) Propert y Credit Consumer credit Working Capit al Credit Invest ment Credit Total Credit Deposit NPL Commercial Banks (% ) Car Sales (1000 Units) Car Sales Grow th (% ) M otorcycle Sales (1000 Units) M otorcycle Sales Grow th (% ) Government Capex (Rp tn) Unemployment Rate (% ) International Reserve (US$ bn) GDP Grow th (% ) Note : the red numbers are forecas t Source : Maybank Indones ia Economic Res earch MAYBANK INDONESIA ECONOMIC RESEARCH DIVISION Sentral Senayan III, 8th Floor Jl. Asia Afrika No. 8, Gelora Bung Karno - Senayan Jakarta 10270, Indonesia Ph: +62 (021) 29228888 Fax: +62 (021) 29228849 Juniman Chief Economist [email protected] Anup Kumar Bond Analyst [email protected] Myrdal Gunarto Economist [email protected] DISCLAIMER: The information contained has been taken from sources we deem reliable. PT Bank Maybank Indonesia and/or its affiliated companies and/or their respective employees and/or agents disclaim any liabilities including the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions thereof. The information contained in this report is not to be taken as any recommendation made by PT Bank Maybank Indonesia or any other person to enter any agreement with regard to any investment mentioned in this document. This report is prepared for general circulation. It does not have regards to the specific person who may receive this report. In considering any investments you should make your own independent assessment and seek your own professional financial and legal advice. ANALYST CERTIFICATION: Each contributor to this report hereby certifies that all the views expressed accurately reflect our views3about of 3 the companies, securities and all pertinent variables. It is also certified that the biews and recommendations contained in this report are not and will not be influenced by any part or all of our compensation.