UNICEF Berharap Program GELIAT Berkelanjutan UNAIR NEWS – Program Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk UNICEF. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab terhadap anak-anak kembali menyampaikan apresiasinya kepada program yang didirikan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. “Ini program yang menarik, GELIAT ini bisa menekan angka kematian khususnya di Surabaya,” tutur Direktur Regional Asia Timur dan Pasifik (EAPRO) UNICEF, Karin Hulshof. Hulshof melontarkan apresiasi tersebut dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Selasa (21/3). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor IV, Junaidi Khotib, Ph.D., Ketua Lembaga Pendidikan, Pelatihan, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Jusuf Irianto, Ketua International Office and Partnership, Dian Ekowati, Ph.D., dan pemrakarsa GELIAT Dr. Nyoman Anita Damayanti. Menurut Hulshof, UNICEF akan lebih memperhatikan lagi kerja sama yang dibangun dengan GELIAT sejak tahun 2015. “Ada beberapa opsi terkait prospek kerja sama. Yang jelas, saya berharap hubungan ini akan terjadi secara berkelanjutan,” terang Hulshof. Pemrakarsa GELIAT, Nyoman, mengatakan saat ini pendampingan yang dilakukan oleh timnya telah menunjukkan hasil yang signifikan. Sejak awal pendampingan sampai saat ini, sebanyak 85 dari 165 ibu hamil telah melahirkan dengan selamat. Selain itu, ada 108 ibu hamil baru yang juga siap untuk didampingi oleh tim. Menurut dosen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, itu angka kematian ibu yang paling tinggi di Jawa Timur justru berada di Surabaya. “Fasilitas kesehatan yang paling bagus di Jatim adalah Surabaya, namun angka kematiannya tinggi. GELIAT ada untuk mencegah itu. Sebanyak-banyaknya dokter, sebanyak-banyaknya rumah sakit pasti kalah dengan banyaknya masyarakat yang sakit,” kata Nyoman. Tingginya angka kematian ibu disebabkan kurangnya pemahaman ibu, suami, dan keluarga mengenai kesehatan ibu dan anak. Akibatnya, ibu hamil dan anak tak teredukasi dengan benar. Ketua IOP, Dian, berharap kolaborasi antara UNAIR dan UNICEF, bisa berkontribusi secara nyata bagi masyarakat. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S Duta Besar AS untuk RI Apresiasi Program Geliat UNAIR free instagram followermake up wisudamake up jogjamake up prewedding jogjamake up wedding jogjamake up pengantin jogjaprewedding jogjaprewedding yogyakartaberita indonesiayogyakarta wooden craft Imunisasi adalah Hak untuk Hidup Sehat UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi di ujung timur Pulau Jawa, Universitas Airlangga bersama dengan United Nations for Children Fund (UNICEF) dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, menyelenggarakan seminar “Diseminasi Hasil Evaluasi Kegiatan Quick Reference”, Jumat (27/1). Seminar diselenggarakan di Hotel Premier Inn. Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan beberapa puskesmas. Dosen dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR yang juga hadir dalam acara tersebut menjadi pembicara di antaranya Hario Megatsari, S.KM., M.Kes dan Arief Hargono, drg., M.Kes. Dalam paparan yang disampaikan oleh Hario, UNAIR turut berkontribusi dalam kegiatan akselerasi imunisasi di Jatim. Kontribusi yang dilakukan UNAIR di antaranya pembuatan Buku Strategi Operasional Imunisasi, Panduan Cepat Imunisasi, Capacity Building dan Reaching Every Community. Buku Strategi Operasional Imunisasi dibuat untuk menurunkan missed opportunity (hilangnya kesempatan untuk mendapatkan imunisasi). Selain itu, lembar balik buku Panduan Cepat Imunisasi berisi tentang informasi singkat mengenai program imunisasi sebagai rujukan petugas kesehatan dan media promosi tentang pentingnya imunisasi. Terobosan-terobosan ini merupakan upaya baru dalam akselerasi cakupan imunisasi. Selanjutnya Arief Hargono, drg., M.Kes. menjelaskan mengenai program REC. REC merupakan program baru yang baru diimplementasikan di Surabaya. Kegiatan ini meliputi identifikasi masyarakat risiko tinggi, perencanaan kesehatan di puskesmas, menjalin kerjasama puskesmas dengan kelompok risiko tinggi, pemantauan masyarakat risiko tinggi secara rutin, dan penguatan sumber daya. “Pada prinsipnya (imunisasi) adalah kesetaraan. Tidak melihat status sosial, semua anak memiliki hak untuk hidup sehat sehingga juga punya hak untuk imunisasi,” pesannya. (*) Penulis: Rekha Finazis Editor: Defrina Sukma S UNICEF: Program GELIAT UNAIR Begitu Menjanjikan Masa Depan UNAIR NEWS – Sejak pertengahan tahun 2015, Universitas Airlangga memiliki program pengabdian masyarakat di bidang kesehatan. Adalah program Gerakan Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) yang melibatkan sivitas akademika, baik mahasiswa, karyawan, alumni, dan dosen, untuk mendampingi ibu hamil di enam puskesmas di Surabaya. Program itu pun masih berlanjut hingga sekarang. Keberadaan komunitas itu akhirnya mengundang kedatangan Chief Communication, Resource Mobilization and Partnerships United Nations for Children Fund (UNICEF) Indonesia Michael Klaus, dan perwakilan UNICEF Surabaya. Delegasi UNICEF itu tertarik untuk mengetahui kerja sama yang telah dilakukan dengan UNAIR, seperti GELIAT. Kedatangan perwakilan UNICEF disambut baik oleh Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) UNAIR Prof. Jusuf Irianto, ketua sekaligus pendiri GELIAT UNAIR Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., dan perwakilan fakultas. Klaus mengatakan, kegiatan GELIAT cukup menarik baginya karena keterlibatan mahasiswa untuk mengentaskan permasalahan kesehatan anak yang begitu kompleks, khususnya di Surabaya. “Kedatangan kami di sini adalah untuk bertemu dengan mitra universitas yang telah memiliki kerja sama, khususnya di bidang kesehatan ibu dan anak. Kami berdiskusi tentang detail kerja sama, dan apa saja potensi yang bisa dikembangkan. Kami ingin mengetahui bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam mendukung program GELIAT, sebab permasalahan ibu hamil masih begitu kompleks, seperti komplikasi penyakit, hingga kematian,” tutur Klaus ketika diwawancarai usai pertemuan. Keterlibatan mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa aktif dari jenjang sarjana hingga doktoral untuk melakukan pendampingan kepada ibu hamil sampai masa nifas berakhir. Pendampingan itu dilakukan dalam bentuk komunikasi melalui telepon, pesan pendek, dan berkunjung langsung ke rumah ibu hamil bersama kader. Klaus menambahkan, bahwa program GELIAT begitu menjanjikan di masa depan. Hal ini dikarenakan program ini membantu mengurangi kematian ibu dan anak. Ke depan, ia berharap, UNAIR bisa melibatkan lebih banyak mahasiswa, dan ibu hamil dalam program GELIAT. Ia juga memberi masukan agar UNAIR memanfaatkan teknologi digital dalam membantu pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil. Klaus mencontohkan program imunisasi di Jakarta. Ibu hamil dan anak usia wajib imunisasi, di Jakarta diberi pengingat melalui kiriman pesan singkat ke nomor telepon seluler yang bisa dihubungi. Para ibu diingatkan untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan sehingga anak bisa mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. “Saya berharap agar UNAIR bisa melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam program ini, dan memanfaatkan teknologi digital agar seluruh informasi bisa disampaikan secara tepat kepada ibu hamil,” pesan Klaus. Klaus yang merupakan kepala bagian komunikasi dan kemitraan UNICEF Indonesia itu juga mengatakan, ke depan pihaknya akan kembali berkunjung ke UNAIR untuk berdiskusi dan memperluas bidang kerja sama. Sementara itu, pendiri GELIAT Nyoman mengatakan, bahwa sampai saat ini program GELIAT masih terus berkembang. Kegiatan GELIAT bahkan diikutsertakan dalam program Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) Tematik di Surabaya. Secara reguler, komunikasi 119 mahasiswa pendamping GELIAT dengan para bidan dan kader puskesmas diwadahi dalam forum sebuah aplikasi pesan instan agar pertukaran informasi menjadi lebih mudah. Untuk memudahkan pemantauan kegiatan pendampingan terhadap 165 ibu hamil, mahasiswa pendamping dibekali dengan logbook yang rutin dikumpulkan kepada tim GELIAT. Sedangkan, dalam pertemuan rutin ibu hamil, mahasiswa dibekali dengan buku kesehatan ibu dan anak. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan Unicef dan Geliat UNAIR Simulasikan e-Tools Aplikasi Monitoring Terbaru UNAIR NEWS – Dalam rangka melanjutkan kerjasama dengan Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) Universitas Airlangga, United Children’s Fund (UNICEF) melakukan kunjungan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR. Pada kunjungan yang berlangsung Kamis (12/8) ini, UNICEF memberikan pelatihan bertajuk “Training on e-Tools UNICEF for Trip and Report Monitoring Progress Implementation Partnership Activities 2016-2017” di Aula Sabdoadi, FKM UNAIR. Pelatihan ditujukan untuk melakukan simulasi terkait program monitoring terbaru dari UNICEF yang berbasis perangkat lunak. Selain ditujukan untuk mengintegrasikan proses laporan kegiatan, dengan diadakan pelatihan ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan kertas dalam pembuatan laporan guna mendukung gerakan peduli lingkungan yang tengah digalakkan UNICEF. Simulasi disampaikan langsung oleh dua perwakilan UNICEF dari kantor pusat di New York, USA, yakni Mark Globinsky dan Ida Zenda. Acara ini tidak hanya dihadiri komponen GELIAT UNAIR, melainkan beberapa lembaga lain yang juga bekerjasama dengan UNICEF. Aplikasi e-Tools merupakan aplikasi terbaru dan masih kali kedua dikenalkan oleh UNICEF. Sebelumnya, aplikasi e-Tools dikenalkan pertama kali di Myanmar, kemudian di Indonesia sebagai negara kedua. Menurut Armunanto perwakilan UNICEF Indonesia, e-Tools tersebut masih membutuhkan pengembangan, sehingga dari perbaikannya. simulasi ini dapat didiskusikan perihal “Sebelum nantinya resmi rilis pada sekitar Desember, e-Tools perlu untuk terus dikembangkan agar benar-benar siap digunakan nantinya,” tambah Armunanto. GELIAT UNAIR telah memulai kerjasama dengan UNICEF sejak tahun 2015. Program GELIAT yang dibentuk atas prakarsa Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, MS., saat ini telah menunjukkan hasil yang signifikan. Menurut Nyoman, pendampingan yang awalnya dilakukan pada 165 ibu hamil tersebut, tercatat 85 diantaranya telah berhasil melahirkan dengan selamat. Sementara itu, ada sekitar 108 ibu hamil baru yang siap untuk didampingi oleh tim GELIAT UNAIR. Selain itu, Nyoman juga menambahkan bahwa pendampingan akan dilanjutkan hingga selesainya masa nifas. Upaya ini untuk menekan kasus meninggalnya ibu setelah proses melahirkan. “Nantinya kami ingin memusatkan pendampingan juga pada bayi. Hal ini untuk menurunkan kasus kematian bayi setelah proses kelahiran. Karena pendampingan anak sehat juga sama pentingnya dengan ibu hamil. Sehingga, kami memandang perlu melanjutkan pendampingan, seperti pembekalan ilmu dalam merawat bayi tersebut,” ujar Nyoman. Dengan keberlanjutan kerjasama antara GELIAT UNAIR dan UNICEF kali ini, Nyoman melihat adanya sumbangsih besar yang nantinya dapat meningkatkan kualitas kesehatan di Jawa Timur, khusunya Surabaya. Didukung proses monitoring yang semakin mudah dan terintegrasi lewat e-Tools, program-program kegiatan GELIAT dan UNICEF tersebut diharapkan akan semakin berjalan efektif. (*) Penulis : Okky Putri Editor : Binti Q. Masruroh Lewat GELIAT UNAIR, Pupuk Kepedulian Terhadap Kematian Ibu Hamil dan Bayi UNAIR NEWS – Banyaknya angka kematian dari ibu hamil dan bayi di Surabaya patut untuk diberi perhatian lebih. Hal inilah yang kemudian menuntun Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, MS., untuk menggagas program GELIAT UNAIR (Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Universitas Airlangga). GELIAT UNAIR adalah program kerjasama antara UNAIR dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) sebagai bentuk kepedulian terhadap tingginya kasus kematian para ibu hamil. “Siapa lagi yang mampu membantu warga kita kalau bukan dari kita sendiri. UNAIR itu sudah punya semuanya, mahasiswa juga ribuan, satu saja mau mendampingi ibu hamil untuk terhindar dari kematian itu sudah bagus,” ujarnya dalam sebuah acara talkshow di Exhibition Hall Grand City Surabaya, Kamis (12/5). Menurut Nyoman Anita, yang melatarbelakangi penggagasan GELIAT UNAIR ini adalah tingginya angka kematian ibu hamil dan anak di Kota Surabaya. Pasalnya, Kota Surabaya merupakan penyumbang tertinggi kematian ibu hamil dan bayi di Jawa Timur. “Sebanyak 5793 bayi meninggal dalam setahun di Surabaya, ini merupakan kasus tertinggi di Jawa Timur,” imbuhnya. Nyoman Anita menjelaskan bahwa penyebab utama dari kematian ibu hamil adalah lambatnya ibu hamil untuk mengenali adanya gejala atau masalah dalam kehamilannya. Hal tersebut karena didasari atas kurangnya informasi tentang kehamilan kepada ibu hamil. “Memang hamil didalam keluarga itu merupakan hal yang biasa, tapi pasti ada penyakit yang mengiringi kehamilan itu. Karena banyak ibu-ibu hamil yang mungkin kurang tau mengenai kehamilan, maka akan terlambat untuk mengenali gejala atau masalah kehamilan, dan inilah yang menjadi penyebab kematian,” jelasnya. Staf pengajar di FKM UNAIR tersebut menyayangkan kurangnya kepedulian terhadap kematian ibu hamil tersebut. Ia mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa kematian ibu hamil merupakan bagian dari takdir. “Kepedulian kita pada kematian ibu itu belum terlalu kuat, dianggap bahwa kematian itu dianggap memang sudah takdir. Tidak itu salah besar, karena ada penyakit yang mengiringi, maka harus ditindak secara medis,” kata Nyoman Anita. “Orang yang jatuh karena kecelakaan pesawat akan ramai diperbincangkan, tapi ribuan ibu hamil meninggal tak banyak yang peduli,” imbuhnya memberi keluhan Melalui Program GELIAT UNAIR yang sebagian besar relawannya merupakan mahasiswa dan dosen UNAIR tersebut, Nyoman Anita berharap dapat menurunkan kematian ibu hamil di Kota Surabaya. Memang menjadi sebuah kenyataan bahwa kematian ibu hamil akan selalu terjadi, namun baginya akan selalu ada kesempatan untuk mencegah kematian. “Mimpi saya itu, kita semua sebagai kalangan akademisi mau peduli, UNAIR sudah punya semuanya, kita punya dokter, kita punya spesialis, kita punya bidan, tapi yang penting adalah bagaimana kita mau merangkul masyarakat.” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan