Rupiah Tertekan Kebijakan Jerman

advertisement
Rupiah Tertekan Kebijakan Jerman
Kamis, 20 Mei 2010 | 04:25 WIB
Jakarta, Kompas - Nilai tukar rupiah tertekan oleh langkah Jerman yang membuat aturan atas
instrumen surat berharga mereka. Langkah Jerman ini membuat mata uang euro semakin melemah
terhadap dollar AS sehingga sebagian dana di Indonesia tersedot ke aset-aset dalam bentuk dollar
AS.
”(Rupiah) ada sedikit melemah, memang ini yang dipicu kejadian di Jerman karena mereka
membuat aturan mengenai instrumen surat berharga mereka sehingga membuat orang lari ke
dollar,” ujar Pejabat Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (19/5), seusai
menghadiri kuliah perpisahan Sri Mulyani Indrawati di Program Magister Management Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Menurut Darmin, dampak kebijakan Jerman itu dialami oleh semua mata uang di dunia. Oleh karena
itu, nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu jauh dibandingkan dengan mata uang lain terhadap dollar
AS.
”Sekarang, rupiah masih ada di kisaran Rp 9.160 dan ini sementara saja. Nanti juga akan lebih
cerah,” ujar Darmin. BI akan senantiasa ada di pasar untuk menopang nilai tukar rupiah.
Harga saham melemah
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi UI Firmanzah mengatakan, pasar uang Indonesia perlu
diawasi karena Indonesia menganut rezim pergerakan bebas sehingga rupiah menjadi subyek
volatilitas.
Uang panas (dana-dana dari luar negeri yang ditanamkan di Indonesia hanya pada instrumen
investasi jangka pendek) masuk melalui Bursa Efek Indonesia.
”Hot money yang masuk bursa meningkat, rupiah menguat. Namun, ketika keluar, IHSG turun dan
rupiah terdepresiasi. Karena itu, perlu kita pantau. Saya rasa perlu regulasi,” ujarnya.
Ekonom Drajad H Wibowo mengatakan, keluarnya dana asing menunjukkan bahwa investasi di
pasar negara maju yang mapan jauh lebih aman dan lebih untung, baik imbal hasilnya, kurs, laju
inflasi, maupun suku bunga.
Mereka masuk ke pasar modal Indonesia. Maksud sebenarnya adalah untuk melakukan diversifikasi
portofolio, apalagi imbal hasil yang diberikan di Indonesia tergolong tinggi.
”Atas dasar itu, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia perlu segera merumuskan kebijakan
untuk mengalihkan sifat investasi asing yang short sighted (berpandangan jangka pendek).
Kebijakan kanalisasi dana-dana tersebut ke sektor perbankan juga perlu segera dirumuskan,”
ungkapnya.
Indeks harga saham dalam negeri kembali melemah akibat aksi jual saham besar-besaran
menyusul meningkatnya kekhawatiran investor terhadap krisis keuangan di Eropa.
Pelemahan ini merupakan yang paling dalam di antara penurunan indeks di seluruh bursa Asia.
Pada perdagangan Rabu (19/5), Indeks Harga Saham Gabungan yang beranggotakan 400 lebih
saham di Bursa Efek Indonesia anjlok hingga 104,7 poin atau 3,69 persen ke level 2.729. (OIN/REI)
Share on Facebook
- Beri Rating Artikel -
AA
A
Download