BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan airtanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Menurut Soemarto (1989) airtanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. 2.1.1. Asal Airtanah Airtanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona jenuh air. Airtanah berasal dari permukaan tanah, misalnya hujan, sungai, danau, dan dari dalam bumi sendiri diam dan air tersebut terjadi bersamasama dengan batuannya, misalnya pada waktu terjadinya batuan endapan terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut. 2.1.2. Pembentukan Airtanah Airtanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Airtanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi airtanah (Utaya, 1990). 22 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Airtanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa airtanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permukaan. Airtanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap airtanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya. 2.1.3. Jenis Airtanah Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990), berdasarkan asal usulnya, airtanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis air, yaitu: 2.1.3.1. Air meteorit atau air vados, yaitu airtanah yang berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. 2.1.3.2. Air juvenil, yaitu airtanah yang berasal dari air magmatik (air yang berasal dari magma) atau air vulkanis. 2.1.3.3. Air fosil atau air connate, yaitu airtanah yang terjebak pada pori-pori batuan pada saat batuan tersebut terbentuk. Airtanah dapat berasal dari air tawar atau air laut dan bermineral tinggi. 23 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Berdasarkan letaknya, airtanah dapat dibedakan menjadi dua jenis air, yaitu: 2.1.3.4. Airtanah dangkal atau air preatis, yaitu airtanah yang terdapat di atas lapisan tanah yang kedap air dan dekat dengan permukaan bumi. Contohnya: air sumur 2.1.3.5. Airtanah dalam, yaitu airtanah yang terdapat pada lapisan di antara dua lapisan tanah yang kedap air. Contohnya, sumber air artesis yang airnya berasal dari air dalam tanah. 2.1.4. Mutu Airtanah Sifat fisika dan komposisi kimia airtanah yang menentukan mutu airtanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui airtanah, serta jenis air asal airtanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap airtanah, seperti pengambilan airtanah yang berlebihan, pembuangan limbah, dll (Effendi, 2003). Airtanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zatzat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap airtanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona tak jenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka airtanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan airtanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila airtanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Airtanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (Effendi, 2003). 24 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.1.5. Macam-Macam Akifer Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut: 2.1.5.1 Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer. 2.1.5.2 Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu akifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer. 2.1.5.3 Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu akifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air. 2.1.5.4 Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu akifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian akifer ini merupakan peralihan antara akifer bebas dengan akifer semi tertekan. 25 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.1.6. Gerak dan Aliran Airtanah Airtanah bergerak dari atas ke bawah, airtanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan airtanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume airtanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35). Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Airtanah akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). 2.2. Kualitas Air Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi, 2009). 26 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, mikrobiologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya. Dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air menyebutkan bahwa air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/ PER/IX/1990, menjelaskan bahwa syarat kualitas air bersih dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut: 27 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Tabel 2.1. Syarat Kualitas Air Bersih No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. PARAMETER FISIKA Bau Jumlah zat padat terlarut (TDS) Kekeruhan Rasa Suhu Warna KIMIA Besi Kadmium Kesadahan (CaCO3) Kromium, Valensi 6 Mangan Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N 8. 9. C. pH Timbal MIKRO BIOLOGI Total koliform (MPN) Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Keterangan - - Tidak berbau mg/l 1500 - Skala NTU o C Skala TCU 25 Suhu udara + 3 oC 50 Tidak berasa - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 1,0 0,005 500 0,05 0,5 10 1,0 mg/l 6,5 – 9,0 mg/l 0,05 Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml 50 Batas min – maks, khusus air hujan pH min 5,5 Bukan perpipaan air 10 Air perpipaan Keterangan: Mg = milligram Ml = milliliter L = liter Bq = Bequerel NTU = Nephelometrik turbidity Units TCU = True colour Units Logam berat merupakan logam terlarut 2.3. Sampah 2.3.1. Pengelolaan Sampah Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan. 28 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut : 2.3.1.1. Penimbulan sampah (solid waste generated) Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya. Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari. 2.3.1.2. Penanganan di Tempat (On Site Handling) Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. 29 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce). 2.3.1.3. Pengumpulan (collecting) Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumahrumah menuju ke lokasi TPS. 2.3.1.4. Pengangkutan (transfer and transport) Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir. 2.3.1.5. Pengolahan (treatment) Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah : 2.3.1.5.1. Transformasi Fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. 2.3.1.5.2. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara. 30 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.3.1.5.3. Pembuatan Kompos (Composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. 2.3.1.5.4. Energy Recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan. 2.3.1.4. Pembuangan Akhir Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah. 31 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.3.2. Metode Pembuangan Akhir Sampah Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa dijumpai di Indonesia dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Pada umumnya metode pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan di TPA berupa proses landfilling (pengurugan). Secara umum, berdasarkan sistem operasionalnya, terdapat tiga metode pembuangan akhir sampah, yaitu sanitary landfill, controlled landfill dan open dumping. 2.3.2.1. Skema Sanitary Landfill Merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian sampah dihamparkan hingga lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan sampah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Lalu pada bagian atas timbunan tanah penutup harian tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Terdapat juga saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang dihasilkan dari proses degradasi limbah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi. 32 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.3.2.2. Skema Controlled Landfill Controlled landfill atau lahan urug terkendali diperkenalkan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada awal tahun 1990-an merupakan perbaikan atau peningkatan dari cara open dumping tetapi belum sebaik sanitary landfill. Pada skema ini pelapis dasar berupa lapisan geomembran. Aplikasi tanah penutup harian dilakukan setiap 5-7 hari. Setelah masa layan habis, dilakukan penutupan akhir. Tetapi sampai saat ini metode controlled landfill masih dianggap mahal. 2.3.2.3. Skema Open Dumping Skema open dumping ini paling banyak diterapkan di Indonesia. Prinsip kerjanya sederhana: buang, tidak ada penanganan lebih lanjut terhadap sampah. Keuntungan utama dari sistem ini adalah murah dan sederhana. Kekurangannya, sistem ini sama sekali tidak memperhatikan sanitasi lingkungan. Sampah hanya ditumpuk dan dibiarkan membusuk sehingga menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain, menimbulkan bau tak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter, mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan. Tabel 2.2 memaparkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai skema pengoperasian lahan urug. 33 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Tabel 2.2 Perbandingan Skema Lahan Urug (Damanhuri, 2004) Skema Lahan Urug 1. 2. 3. Kelebihan Teknis pelaksanaan mudah. 1. Personil lapangan relatif sedikit. 2. Biaya operasi dan perawatan yang relatif rendah. 3. 4. Open Dumping 5. 6. 1. 2. Controlled landfill 3. 1. Sanitary Landfill 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dampak negatif terhadap lingkungan dapat diperkecil. Lahan dapat digunakan kembali setelah dipakai. Estetika lingkungan cukup baik. Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan lain. Biaya Investasi lebih rendah dibandingkan metode lain Dapat menerima berbagai tipe sampah Fleksibel terhadap fluktuasi kuantitas sampah Lahan dapat digunakan kembali setelah pemakaian 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kekurangan Terjadi pencemaran udara oleh gas, bau dan debu. Pencemaran airtanah oleh air lindi. Resiko kebakaran cukup besar Mendorong tumbuhnya sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk). Mengurangi estetika lingkungan. Lahan tidak dapat digunakan kembali. Operasi lapangan relatif lebih sulit. Biaya operasi dan perawatan cukup besar. Memerlukan personalia lapangan yang cukup terlatih. Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit. Aplikasi tanah penutup harian yang mahal. Aplikasi sistem lapisan penutup akhir. Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas metan menjadi sumber energi. Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan intalasi pengolah air lindi. Dengan meningkatnya populasi semakin sulit untuk menentukan lahan Jika Operasi tidak sesuai dapat berubah seperti metode open dumping Lahan dapat mengalami penurunan dan memerlukan perawatan yang periodik Gas yang dihasilkan dapat meledak, misal metan, dan berbahaya bila tidak dikelola dengan baik 34 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.4. Pencemaran Air 2.4.1. Pengertian Pencemaran Air Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Pencemaran air dapat disebabkan oleh limbah industri, pertanian, rumah tangga. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, dan oli. Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun airtanah. 2.4.2. Sumber Pencemaran Airtanah/Kontaminan Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut : 2.4.2.1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah). 2.4.2.1. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida). 2.4.2.1. Penggunaan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut. 35 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.4.2.1. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran). 2.4.4. Faktor yang Mempengaruhi Masuknya Air Lindi Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke airtanah adalah kondisi curah hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas lindi. Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan menghasilkan jumlah lindi banyak. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola operasional Tempat Pembuangan Sampah Akhir. Semakin banyak lindi, maka akan semakin berpotensi untuk masuk ke dalam airtanah dan mencemari sumur. Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat. Tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila 36 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah, sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butirbutir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara. Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh. Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya pencemaran terhadap sumur. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama. Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka potensi semakin tercemarnya oleh lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya. Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah. 2.5. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini, dengan judul “Pengaruh keberadaan tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitarnya”. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan sampah di TPA sangat berpengaruh terhadap kualitas air sumur masyarakat di sekitarnya, khususnya parameter mikrobiologi yaitu coliform dan eshercia coli. Parameter kimianya dari ketiga sumur penduduk dan sumur di depan kantor TPA semua sudah memenuhi standart baku mutu menurut KEPMENKES No. 416/MENKES/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan 37 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 kualitas air, namun untuk sumur pantau di TPA ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu yang diijinkan yaitu kadmium, timbal dan mangan. Tabel 2.3 Penelitian yang relevan Peneliti Tuti Haslinda 1998 Suhartini 2008 Miftakhurrohman 2015 Judul Penelitian Hubungan sanitary landfill dengan kualitas airtanah dan kesehatan masyarakat (studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi Pengaruh keberadaan tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitarnya Kajian kualitas airtanah di sekitar TPA Semali, Desa Semali Kec. Sempor Kab. Kebumen Rumusan Masalah Bagaimana hubungan lokasi pembuangan sampah dengan system Sanitary Landfill di TPA Bantar Gebang terhadap kualitas airtanah. Bagaimana kemungkinan penyebaran berbagai jenis pencemar yang membahayakan kesehatan manusia. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di TPA Piyungan, Bagaimana dampak operasional pengelolaan sampah di TPA Piyungan terhadap kualitas air sumur penduduk di sekitarnya. Bagaimana kualitas airtanah yang berada di sekitara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Semali di Desa Semali Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan lokasi pembuangan sampah dengan system Sanitary Landfill di TPA Bantar Gebang terhadap kualitas airtanah. Mengetahui kemungkinan penyebaran berbagai jenis pencemar yang membahayakan kesehatan manusia. Mengetahui cara operasional pengelolaan sampah di TPA Piyungan, Mengetahui dampak operasional pengelolaan sampah di TPA Piyungan terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya. Menganalisis kualitas airtanah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Semali di Desa Semali Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dengan maching date yaitu dengan uji laboratorium, kemudian dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 untuk mutu air bersih dan Kep-51/MENLHI/110/1995 untuk air limbah Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik analisis dengan menggunakan uji lab dan membandingkan pada Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air Penelitian ini menggunakan metode survei. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan memberikan uraian berdasarkan indikator analisis yaitu Permenkes no. 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air 38 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.6. Kerangka Pikir Air merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup. Tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi hewan dan tumbuhan. Oleh manusia, air digunakan untuk mandi, mencuci, dan sebagai air minum. Tidak semua air bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama air yang digunakan sebagai air minum. Air yang digunakan sebagai air minum harus memiliki kualitas yang baik dan tidak tercemar. Penggunaan air yang telah tercemar sebagai sebagai air minum akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Keberadaan sumber pencemar akan mencemari daerah di sekitarnya, TPA sampah merupakan salah satu dari sumber pencemar yang dapat mempengaruhi daerah di sekitarnya melalui air lindi. Pembuangan air lindi ke dalam tanah secara bebas akan merusak kualitas airtanah di sekitar TPA Sampah terutama airtanah dangkal. Bahan pencemar yang terkandung di air dapat diketahui melalui uji laboratorium untuk mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung di dalam air. Hasil dari uji laboratorium bisa dicocokkan dengan standar baku mutu air bersih menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Penulis mengangkat tema ini karena di sekitar TPA Sampah Semali terjadi perubahan warna air setelah tidak berfungsinya tempat penampung air lindi yang dihasilkan oleh sampah. Secara singkat, penelitian ini bisa digambarkan pada Gambar 1. sebagai berikut: 39 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 Kerangka Pikir Diagram Alir TPA Sampah Air Lindi Airtanah Pencemaran terhadap airtanah Uji Laboratorium Parameter mutu air Analisis kualitas bersih airtanah Kelayakan airtanah untuk air bersih 40 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016 2.7. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Semakin dekat sumur dari saluran air tercemar air lindi dari TPA Sampah Semali, maka airtanah akan semakin tidak memenuhi standar baku mutu air bersih”. 41 Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016