model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang

advertisement
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) BERBASIS
MEDIA SOSIAL ONLINE UNTUK MUNURUNKAN
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun
TIM PENGUSUL
dr. Zaenal Sugiyanto,M.Kes (NIDN.0610076501)
Nurjanah, SKM, M.Kes (NIDN.0629107502)
Arif Kurniadi , SKom, M.Kom (NIDN.0622087601)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
JUNI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
Pencegahan Demam Berdarah belum bisa dilakukan dengan vaksin karena
belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah
memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya
(Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah , sekolah, maupun tempat-tempat
umum lainnya. Di Indonesia, kendala utama program adalah partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah.
Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik
(ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk
menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ
harus dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan
PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program yang paling
diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging) dengan
Malathion dan penaburan Abate Temephos sebab kedua cara penanggulangan
dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal yaitu
menaikkan ABJ riil ≥95. Nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue
masih mempunyai peluang menular.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model
pencegahan demam berdarah dengue untuk menurunkan angka kejadian penyakit
demam berdarah dengue, khususnya di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Keluaran kegiatan penelitian ini yaitu sebuah model upaya penurunan angka
kejadian penyakit demam berdarah dengue melalui pengembangan teknologi
yang sering mereka gunakan seperti: SMS, Blackberry Messenger dan Twitter
yang dapat dimanfaatkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat berupa
reminder, mengirim pesan kesehatan, bahkan bisa dikembangkan untuk system
kewaspadaan dini terhadap kasus DBD.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif
dan kuantitatif. Sasaran penelitian ini masyarakat dan anak sekolah di wilayah
Kecamatan Ngaliyan. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 tahap (tahun).
Pada tahap 1 (tahun ke-1), akan dilakukan penggalian permasalahan dalam
program PSN DBD dan potensi adanya dukungan kelompok masyarakat dan
anak sekolah, serta assessment pemanfaatan media sosial oleh masyarakat.
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan kesiapan
mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD. Dalam FGD akan
digali informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat,
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PSN sebelumnya, kendala dalam
penerapan model PSN dengan pendampingan yang akan diterapkan di kecamatan
tersebut untuk kemudian dianalisis dan dicari solusinya.
Penelitian tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen
semu) dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design,
untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya
penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada tahap ini untuk menggali
berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian, sehingga diharapkan dapat
mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari subjek penelitian, yang
dihasilkan dari model pembrantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah
dengue yang diterapkan.
iii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga Laporan Kemajuan Penelitian Hibah Bersaing Model
Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. KOPERTIS wilayah VI , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang
telah memberikan hibah dana penelitian
2. Rektor Universitas Dian Nuswantoro, Dr.Ir Edi Noersasongko, M.Kom,
yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam penelitian ini.
3. Dekan Fakultas Kesehatan UDINUS, Dr.dr. Sri Andarini
Indreswari,M.Kes yang telah memberikan dukungan dan ijin dalam
penelitian.
4. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang
yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang yang telah memberikan ijin
dalam penelitian.
6. Kepala UPDC Pendidikan Kecamatan Ngaliyan yang telah memberikan
ijin penelitian.
Semoga laporan kemajuan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...ii
RINGKASAN…………………………………………………………………….iii
PRAKATA.......................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHANRINGKASAN ......................................................... ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
PRAKATA ............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
A.
LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B.
Urgensi/Keutamaan penelitian ................................................................. 4
C.
Temuan atau Inovasi ............................................................................... 5
D.
Penerapannya ............................................................................................ 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................6
A.
Definisi Demam berdarah Dengue. ......................................................... 6
B.
Diagnosis DBD ......................................................................................... 6
D.
Epidemiologi DBD ................................................................................. 10
E.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ................................................. 12
F. MEDIA SOSIAL........................................................................................ 12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .........................................14
BAB 4. METODE PENELITIAN.........................................................................16
Bab. 5. HASIL YANG DICAPAI ........................................................................22
Bab. 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .............................................29
Bab 7 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34
v
DAFTAR GAMBAR
1.Kerangka konsep
2.Alur penelitian
3.Proses penelitian
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling
umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Ada sekitar 2,5 miliar orang
berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta – 100 juta terinfeksi
dan 22.000 atau 2,5% kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah
anak-anak. (WHO, 2004) Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah
mengalami letusan demam berdarah dengue. Sementara itu lebih kurang
500.000 kasus tiap tahun dirawat di rumah sakit karena sindrom demam
berdarah dengue/dengue syok dengan sekitar 10% diantaranya meninggal
dunia. (Guzman MG and Gustavo K,2001)
Tahun 2007 CFR DBD di
Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun
2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk. (WHO,
2004)
Sebenarnya vaksin untuk mencegah DBD maupun obat terhadap virus
penyebabnya belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit
ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau
nyamuk penularnya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah, sekolah,
maupun tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia pada umumnya
pengendalian nyamuk penular (vektor) DBD masih mengalami kendala.
Kendala utama adalah partisipasi masyarakat dalam pembrantasan sarang
nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur
dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari
pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah
pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus
dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan PSN
yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program pemerintah yang
paling diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging)
dengan Malathion
dan penaburan Abate Temephos. Sebab kedua cara
penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil
yang optimal, dalam arti tidak dapat menaikkan ABJ riil sama atau lebih
1
besar dari 95. Padahal nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue
masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). (Sitorus dan
Ambarita, 2004).) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik
atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan
dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik
atau
pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang
ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar
rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita,
2004. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M secara berkesinambungan
belum bisa dilaksanakan karena partisipasi masyarakat yang masih rendah.
Untuk itu diperlukan upaya pencarian model pembrantasan yang efektif yang
bisa diterapkan khususnya di Semarang dan umumnya di Indonesia.
Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia.
Sampai awal tahun 2013, jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia
diperkirakan mencapai 100 juta, sementara jumlah kartu SIM telepon seluler
yang beredar di negara ini ditaksir sekitar 250 juta unit (Kompas, 28/3/2013).
Sedangkan pengguna telepon seluler di Indonesia yang memakai layanan
teknologi 3G mencapai sekitar 20 persen dari total pemilik ponsel di
Indonesia. Sedangkan berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi
Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), hingga akhir 2011 lalu jumlah
pelanggan selular Indonesia jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk
Indonesia. Jika dibandingkan antara jumlah pengguna ponsel di Indonesia
yang mencapai 250 juta, dengan jumlah penduduk yang hanya 240 juta,
Indonesia memiliki penetrasi seluler sebesar 110 persen. Angka tersebut
disebabkan karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki dua jenis
telepon genggam untuk berkomunikasi, GSM dan CDMA.
Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media
penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus
di Masyarakat. Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil
dari petugas kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan
menggunakan SMS, serta reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini
2
ditempuh karena sekarang hampir semua masyarakat menggunakan
handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa dilakukan oleh
Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek
percontohan di Jawa Tengah.
Seiring dengan penggunaan teknologi komunikasi berupa smartphone
dan tablet, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan social
media. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk
membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan
online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun
organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan
membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan
forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna
untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs
campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian
terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan
tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010;
Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009). Media social yang paling popular
di Indonesia adalah Facebook, Youtube, Twitter, Google+ dan Whatsapps.
Pada bulan Januari 2012, pengguna Facebook di Indonesia mencapai
51.515.480 orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook
terbanyak keempat di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India tercatat mulai
dari tahun 2012 lalu. Hal ini mendorong peneliti untuk menfaatkan
handphone dan social media untuk media pemberdayaan masyarakat dalam
upaya pencegahan DBD.
Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh APJII atau Jasa Internet
Indonesia menyebutkan angka 63 juta untuk pengguna internet di Indonesia.
Sementara berdasarkan data yang dilansir oleh www.internetworldstats.com
menyebutkan angka 55 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012.
3
Penggunaan media sosial yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan upaya sosialisasi program dan pemberdayaan masyarakat secara
serempak seperti pemberantasan sarang nyamuk.
Peneliti ini akan melakukan kegiatan selama dua tahun. Pada tahun
pertama akan dilakukan Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing
rumah sebagai data awal. Kemudian akan dilakukan identifikasi
upaya
(model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam
memberantas
penyakit demam
berdarah
dengue dengan melihat
kelemahan/kekurangan upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat,
sekolah dan puskesmas dalam memberantas penyakit demam berdarah
dengue. Pada akhir penelitian tahap 1 akan dibuat model baru yang cocok
untuk
memberantas
penyakit
demam
berdarah
dengue dengan
memanfaatkan media sosial. Pada tahun kedua, akan dilakukan uji coba
model baru untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan
mengidentifikasi kelemahan/kekurangan model , kemudian memperbaiki
kelemahan/kekurangan
model dan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di
masing-masing rumah sebagai data awal. Eksperimen akan dilakukan dengan
menerapan model baru yang telah diperbaiki. Untuk menguji efektifitas
model maka akan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masingmasing rumah setelah penerapan model baru dan disimpulkan efektifitas
program
B. Urgensi/Keutamaan penelitian
1. Kasus Demam berdarah menyerang semua propinsi di Indonesia dan
setiap tahun
selalu
ada terutama
musim hujan serta potensial
menyebabkan wabah.
2. Penyakit
Demam Berdarah sering menimbulkan kematian terutama
yang mengalami DSS (Dengue Syok Syndrom).
3. Belum ada obat
atau
vaksin
berdarah.
4
untuk mengobati
penyakit demam
4. Selama ini berbagai upaya pemberdayaan masyarakat banyak menemui
kendala terutama terkait dengan peran serta masyarakat yang rendah.
Media sosial dinilai mempunyai kemungkinan besar untuk dimanfaatkan
sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut.
C. Temuan atau Inovasi
Penemuan model pemberantasan demam berdarah dengue di Kota
Semarang dengan memanfaatkan sosial media untuk meningkatkan peran
serta masyarakat.
D. Penerapannya
Model ini akan diterapkan pada masyarakat dengan tingkat penggunaan
gadget dan social media yang tinggi. Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
dinilai tepat karena lokasi ini banyak terdapat perumahan yang dihuni oleh
golongan menengah. Partisipasi untuk melakukan pemantauan jentik berkala
di daerah semacam ini rendah sehingga perlu upaya inovatif dengan
memanfaatkan teknologi.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Demam berdarah Dengue.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu dari banyak
penyakit yang
disebabkan oleh virus yang ditandai dengan demam dan
disertai dengan perdarahan. Penyabab DBD adalah virus dengue, yang
termasuk dalam group B arthopode borne virus (arboviruses). Akibat yang
ditimbulkan oleh infeksi virus dapat bervariasi, mulai dari tanpa gejala (silent
dengue infection) hingga yang paling berat yaitu Dengue Syock Syndrome
(DSS). DBD merupakan salah satu manifestasi berat dari infeksi berat dari
infeksi virus dengue. Secara klinis DBD dibedakan atas empat derajat :
1. Derajat 1. : demam disertai gejala tidak khas
2. Derajat 2 : tanda derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan / atau
perdarahan ditempat lain.
3. Derajat 3 : ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat
dan halus, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin
dan lembab, penderita menjadi gelisah
4. Derajat 4 : renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah
tak terukur
B. Diagnosis DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini termasuk demam akut,
manifestasi perdarahan, jumlah platelet rendah (100.000 / mm3 atau kurang),
dan bukti obyektif dari kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler.(WHO,2007) DBD perdarahan dapat berupa petechaie, epistaksis,
ecchymosis, perdarahan gingiva atau gastrointestinal dan hypermenorrhea.
(
Gould EA, Solomon T, 2008).
6
C. Penularan DBD
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Yang berada di
dalam dan disekitar rumah.
Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia
baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami
viremia, maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam
tubuhnya selama 8 – 10 hari (extrinsic incubation period). Pada manusia
diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit
setelah virus ke dalam tubuh .Pada nyamuk sekali virus masuk ke dalam dan
dapat berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya. Sedangkan pada manusia, penularan
hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5
hari.
1.
Faktor yang mempengaruhi timbul Faktor-faktor yang mempengaruhi
Timbulnya Wabah. (DepKes RI, 1995)
a. Herd Immunity yang rendah
Yang dimaksud dengan herd immunity atau kekebalan
masyarakat di sini adanya daya tahan masyarakat terhadap
penyebaran penyakit infeksi. Dengan demikian jika kekebalan
masyarakat rendah, maka masyarakat mudah terserang penyakit.
Sementara itu apabila jumlah penderita meningkat dengan pesat
maka timbullah keadaan wabah. Akan tetapi dapat pula terjadi kasus
penurunan kekebalan sebagian besar anggota masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh :
1) Bila sebagian dari anggota masyarakat tidak kebal lagi
7
2) Bila anggota masyarakat yang tidak memiliki kekebalan
berkelompok pada suatu daerah tertentu , sehingga kelompok
tersebut akan mudah terkena penyakit.
3) Tingginya kesempatan orang-orang yang tidak kebal untuk
nerkontak satu
sama lainnya . Timbulnya wabah disini ialah
karena orang yan kebal tidak lagi berfungsi sebagai persai
(pelindung) bagi yang tidak kebal.
b. Patogenisiti
Yang dimaksud dengan patogenisiti adalah kemampuan bibit
penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul
penyakit.
Secara
umum
disebutkan
bahwa
semakin
besar
kemampuan kuman menimbulkan penyakit, maka semakin besar
pula kemungkinan penyakit tersebut menjadi wabah.
c. Lingkungan yang buruk
Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan disini adalah
seluruh
kondisi
yang
terdapat
disekitar
organism
tetapi
mempengaruhi kehidupan dan ataupun perkembangan organisme
tersebut. Berubahnya lingkungan menjadi buruk pada dasarnya
karena ekosistem yang telah ada tidak mampu lagi menyerap
perubahan yang terjadi. Dalam keadaan seperti ini akan timbul
banyak masalah, salah satu diantaranya adalah mendorong
timbulnya wabah. Secara umum lingkungan dibedakan atas tiga
macam, yaitu : lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial.
2. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dalam
makalahnya
yang
berjudul
Epidemiologi
dan
penangulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia
saat ini , Tomas Suroso dan Ali Imran Umar pada dasarnya upaya
pengendalian nyamuk tersebut, yaitu dengan pembrantasan sarang
nyamuk (PSN), sebab pada dasarnya pembrantasan nyamuk dewasa
8
harus disertai dengan pembasmian jentik (larva) Aedes Aegypti, karena
jentik akan menjadi nyamuk dewasa dalam bebapa hari. Selama masih
ada nyamuk dewasa dan dan orang yang mengidap virusnya akan terjadi
penularan ulang. Jentik ini dapat diberantas dengan meniadakan tempat
perindukannya sehingga nyamuk tidak berkesempatan berkembang biak.
Karena Aedes Agypti berkembang biak di air bersih tergenang yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah., maka PSN ini terdiri dari :
a. Menguras bak mandi, jamban dan tempat penampungan air lainnya
sekurang-kurangnya seminggu sekali (karena perkembangan dari telur
sampai nyamuk 7-10 hari.
b. Menutup rapat tempat penampungan air (misalnya : tempayan,drum)
sehingga nyamuk tidak bisa masuk.
c. Membersihkan pekarangan atau halaman dari kaleng , botol, ban
bekas, tempurung , dan barang lain yang dapat menampung air agar
tidak menjadi sarang nyamuk.
d. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung misalnya,
secara berkala.
e. Mencegah atau mengeringkan air yang tergenang di atap atau talang
f. Menutup lubang pohon atau bamboo dengan tanah.
g. Membubuhi garam dapur pada air perangkap semut.
Disamping cara diatas, untuk mencegah penyakit DBD
biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan
memeriksa jentik secara berkala. Cara inilah kemudian dikenal dengan
metode “3M Plus”, yaitu menutup , menguras, menimbun, plus
beberapa langkah yang telah disebutkan. 22(Van der Schaar HM, 2008)
Menurut Thomas Suroso dan I Made Djaja keberhasilan
Kegiatan PSN upaya pendukung seperti :
9
a. Mengadakan
penyuluhan
kepada
masyarakat
luas
yang
berkesinambungan , dan yang diintensifkan selama satu bulan yaitu
pada waktu pelaksanaan kampanye PSN.
b. Karena usaha PSN sebenarnya sejalan dengan kampanye
ketertiban, kebersihan dan keindahan (K3) yang juga menjadi
program pemerintah, maka perlu mengintegrasikan PSN ke dalam
kampanye K3.
c. Mengadakan program penyediaan air bersih (PAB) disertai usaha
pemeliharaan kebersihannya.
d. Mengintegrasikan usaha PSN ke dalam program Usaha Kesehatan
Sekolah(UKS)dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan (PKL)
dengan menambahkan kegiatan pemeriksaan jentik saat kunjungan
puskesmas ke sekolah, tempat-tempat umum dan rumah-rumah.
e. Penanggulangan fokus, yaitu kunjungan ke rumah kasus DBD
untuk penyuluhan (disertai pemeriksaan jentik) di rumah kasus dan
rumah-rumah sekitarnya.
D. Epidemiologi DBD
Vektor penyakit ini adalah virus Aedes aegygti yang banyak terdapat di
perkotaan, dan
Aedes albopictus di pedesaan. Penyebaran penyakit DBD
pada dasarnya bukan saja terjadi secara geografis akan tetapi juga secara
vertical. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa belakangan banyak dilaporkan
kasus pada usia dini( masa bayi) dan usia dewasa yang disertai syok.
Sebelumnya DBD belum pernah dilaporkan sebagai penyebab
kematian. Akan tetapi setelah ditemukan kasus DBD yang sisertai syok di
Filipina pada tahun 1953 maka penyakit ini kemudian merupakan penyakit
yang ditakuti karena banyak menimbulkan kematian.
Bagi para praktisi yang terlibat langsung dalam penanggulangan
penyakit ini,masih sering timbul pertanyaan. Banyak penderita dengan
keadaan klinis yang berat dapat disembuhkan dengan cara sederhana,akan
tetapi sebaliknya penderita yang dikategorikan ringan dapat berkembang
menjadi berat.
10
Teori klasik secondary heterologous dari Helstead yang menjelaskan
terjadinya penyakit DBD melalui jalur teori imunologi sampai sekarang
masih tetap dianut. Sebagian besar (80%) kasus DBD di Indonesia terjadi
pada anak usia di bawah 15 th, namun proporsi kasus yang terjadi pada orang
dewasa kemudian cenderung meningkat.
Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perubahan beberapa gambaran
klinis DBD pada anak selama kurun waktu sepuluh tahun sejak 1975, juga
terjadi pergeseran usia penderita kearah yang lebih tua.
Sementara itu musim penularan DBD berkaitan dengan musim hujan.
Peningkatan insiden wabah DBD nampaknya terjadi setiap lebih kurang 5
tahun.
Jumlah penderita DBD meningkat antara bulan September sampai
pebruari yang mencapai puncaknya pada pada bulan januari. Di daerah urban
penduduk padat puncak penderita ialah bulan juni/juli bertepatan dengan awal
musim kemarau . Sedangkan menurut Soroso , kepadatan nyamuk Aedes
Aegypti akan meningkat pada waktu musim hujan , dimana terdapat banyak
genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum
dan paling penting virus di dunia saat ini. Baru-baru ini, penyakit ini telah
menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Ada sekitar 2,5
miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta infeksi
dan 22.000 kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak.1
Virus dengue (DENV) adalah arbovirus yang menyebabkan demam berdarah
(DF), demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah shock syndrome
(DSS) pada manusia.Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes betina,
terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ada banyak karakteristik yang membuat Aedes vektor sangat efisien
untuk transmisi virus, termasuk makan dan kebiasaan hidup. Nyamuk Aedes
adalah menggigit siang hari dan yang lebih disukai adalah darah manusia
dan mampu menggigit beberapa orang selama satu makan darah. Nyamuk
Aedes terdapat banyak di perkotaan dan berkembang biak di perairan stagnan
ditemukan dalam wadah, seperti ban bekas, kaleng dan sampah lainnya.
11
Distribusi dan kejadian DENV telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun
terakhir karena distribusi nyamuk meningkat, urbanisasi meningkat, kondisi
hidup yang buruk dengan kontrol nyamuk yang tidak memadai dan perjalanan
meningkat (WHO 2007 ), Guzman dan Kouri 2001). Virus dengue ditularkan
dan lazim di negara-negara tropis dan subtropis di seluruh dunia dan karena
karakteristik reproduksi dari vektor nyamuk itu sendiri.
E. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memampukan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah kegiatan menghidupkan tenaga masyarakat
agar mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas
kemampuannya. Langkah-langkah dari pengembangan masyarakat ini
meliputi:
1. pendekatan tingkat desa,
2. survei diri (community self survey, CSS)
3. perencanaan
4. pelaksanaan dan penilaian
5. pemantapan dan pembinaan.
Sejalan dengan langkah-langkah strategi pendekatan edukatif, beberapa
kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat adalahsebagai berikut: melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengenal dan
menentukan masalah melalui survei diri, membentuk dan memanfaatkan
organisasi masyarakat, mendidik kader kesehatan, membuat studi banding ke
daerah percontohan (pilot project, memberikan bimbingan administratif dan
teknis, dan memberikan dana perangsang (stimulan)
F. MEDIA SOSIAL
Media social adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk
membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan
online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun
organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan
membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan
forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna
12
untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs
campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian
terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan
tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010;
Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009).
13
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Umum Penelitian
Membuat Model Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Berbasis Media Sosial Online Untuk Menurunkan Angka
Kesakitan Demam Berdarah Dengue
B. Tujuan Khusus Penelitian
1. Mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas,
Kelurahan, Sekolah Dasar dan masyarakat untuk menurunkan angka
penyakit demam berdarah dengue.
2. Mengidentifikasi kelemahan/kekurangan upaya(model) yang telah
dilakukan Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat untuk
menurunkan angka penyakit demam berdarah dengue.
3. Mengidentifikasi media sosial online yang sering digunakan oleh
Puskesmas, Kelurahan, Sekolah Dasar dan Masyarakat.
4. Mengukur pengetahuan, sikap, lingkungan masyarakat dalam mencegah
penyakit demam berdarah dengue.
5. Melakukan pemeriksaan jentik (ABJ) di masing-masing rumah
6. Membuat
rancangan
model
pemberdayaan
masyarakat
untuk
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online
untuk menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue.
14
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu model yang bisa dipakai untuk menurunkan angka
kesakitan demam berdarah dengue.
2. Menggunakan media sosial berbasis online lebih disenangi masyarakat
dan lebih cepat dalam menyampaikan media, laporan dan reminder
kepada masyarakat.
15
BAB 4. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik dan
kesiapan mereka mengadaptasi media sosial untuk pencegahan DBD. Dalam
FGD akan digali informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PSN sebelumnya,
kendala dalam penerapan model PSN dengan pendampingan yang akan
diterapkan di kecamatan tersebut untuk kemudian dianalisis dan dicari
solusinya.
Penelitian tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan
pendekatan
penelitian
Quasi
Experiment
(penelitian
eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group PretestPosttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum
dan setelah adanya penerapan model. Metode kualitatif juga digunakan pada
tahap ini untuk menggali berbagai informasi selama pelaksanaan penelitian,
sehingga diharapkan dapat mengungkap adanya fenomena dan interaksi dari
subjek penelitian, yang dihasilkan dari model
pembrantasan
sarang
nyamuk (PSN) demam berdarah dengue yang diterapkan.
3.2 Langkah Penelitian
1. Tahun pertama
Kegiatannya meliputi :
a. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai
data awal
b. Mengidentifikasi
media sosial
berbasis online yang
sering
digunakan masyarakat.
c. Mengidentifikasi
masyarakat, sekolah
upaya (model)
yang telah
untuk menurunkan angka
berdarah dengue.
16
dilakukan
penyakit demam
d. Mengidentifikasi
kelemahan/kekurangan
upaya (model)
yang
telah dilakukan masyarakat, sekolah untuk menurunkan angka k
penyakit demam berdarah dengue
e. Membuat model baru yang berbasis media sosial berbasis web
yang cocok untuk untuk menurunkan angka
penyakit demam
berdarah dengue.
2. Tahun Kedua
Kegiatannya meliputi :
a. Membuat software media sosial berbasis online
b. Uji coba model baru untuk menurunkan angka
penyakit
demam berdarah dengue.
c. Maengidentifikasi kelemahan/kekurangan model yang diterapkan
d. Memperbaiki kelemahan/kekurangan model
e. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai
data awal
f. Penerapan model baru yang telah diperbaiki .
g. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah setelah
penerapan model baru
h. Dibandingkan hasil ABJ sebelum ada Kader DBD dengan ABJ
sesudah ada Kader DBD
i. Disimpulkan efektifitas program
17
3.3 Metode yang Digunakan
KERANGKA KONSEP
Pelayanan Kesehatan :
-Pengobatan
-Perawatan
Perilaku :
Lingkungan : sarang
nyamuk
-Pengetahuan
Angka
Kesakitan
Demam
Berdarah
Dengue (DBD), ABJ
(Angka Bebas Jentik
-Sikap
-Praktik PSN
-Larvasida
-Menggantung
pakaian
-Memelihara ikan
-Pakaian panjang
jentik
-Adanya
barangbarang bekas.
-Obat anti nyamuk
pengusir
-Kepadatan
nyamuk
air
-Mobilitas penduduk
-Tidur siang
-Tanaman
nyamuk
-Genangan
jernik(container)
Genetik
-Daya tahan
-Gizi
-Frekuensi fogging
18
Analisis Perilaku Guru dalam
pelaksanaan
pembrantasan
sarang
nyamuk
Demam
berdarah di sekolah tahun
2007 (Studi Kasus di SD
Wilayah Kerja Puskesmas
Tambak Aji Kota Semarang)
Di danai oleh Departemen
Pendidikan Propinsi Jateng
Hasil Penelitian :
1. (96,0%) guru mempunyai
pengetahuan yang baik .
2. (80%) guru mempunyai
sikap yang baik
3. (98%) guru mempunyai
praktik yang baik.
4. Tidak ada
hubungan
antara tingkat pengetahuan
dan sikap dengan praktik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Tingkat
Prevalensi
Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota
Semarang , didanai Balitbang Kota
Semarang tahun 2011
Hasil penelitian :
1. Ada pengaruh adanya barang –
barang bekas berserakan atau
Tempat Penampungan air dengan
prevalensi DBD di Kota Semarang
dengan p=0,014 dengan Probabilitas
93,4%,
2. Ada pengaruh pemberian anti
larvasida
pada
Tempat
Penampungan Air dengan prevalensi
DBD di Kota Semarang dengan
Prevalensi
0,032
dengan
probabilitas 68%
Model
Pemberdayaan
masyarakat untuk
pemberantasan
sarang
nyamuk
berbasis
media
sosial
online
untuk menurunkan
angka kesakitan
demam berdarah
dengue
tahun
2014
Peran Interleukine
12
untuk
mencegah Dengue
Syok
Syndrom
pada Tikus Balc
berdasarkan
parameter
Immunologi (TNF
alpha) tahun 2015
Menurunkan
angka
kesakitan
dan
kematian
penyakit Demam
Peran
ekstrak
manggis
untuk
larvasida jentik
nyamuk
Aedes
Aegypti
tahun
2014
19
Peran
meniran
(phyllanthus niruri
linn)
untuk
mencegah Dengue
Syok
Syndrom
pada Tikus Balc
berdasarkan
parameter
Immunologi (TNF
alpha) tahun 2016
berdarah dengue
.4. Proses penelitian pada Tiap Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Identifikasi
faktorfaktor yang
mempengar
hi
angka
kesakitan
DBD
Upaya –upaya
yang
telah
dilakukan untuk
menurunkan
angka DBD
Kendala-kendala
yang
timbul
dalam
upaya
menurunkan
angka kesakitan
DBD
Identifikasi
Media
sosial
online
yang
sering digunakan
masyarakat
Rumusan
model
pemberdaya
an
masyarakat
untuk
pembrantasa
n
sarang
nyamuk
berbasis
media sosial
online untuk
menurunkan
angka
kesakitan
DBD
Kelebihan
Uji
coba
Tahap
1
model
(Uji
coba
software)
Kelemahan
(rancangan
software)
20
Uji
coba
Tahap
II
model
Penerapan
model
pemberdayaan
masyarakat
untuk
pembrantasan
sarang nyamuk
berbasis media
sosial
online
untuk
menurunkan
angka kesakitan
DBD
3.5. Instrumen Penelitian
Focus group Discussion (FGD) untuk Kepala Sekolah, Kepala desa, Tokoh masyarakat
dan kader. Wawancara mendalam dan kuesener kepada masyarakat.
21
Bab. 5. HASIL YANG DICAPAI
A. Kecamatan Ngaliyan
Luas kecamatan Ngalian adalah 3.989,70 Ha dengan 10 kelurahan dan jumlah penduduk
sebanyak 98.087 jiwa dan memiliki 3 Puskesmas : Ngaliyan , Purwoyoso dan Tambak Aji serta
jumlah SD Negeri sebanyak : 28 .
10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Ngaliyan adalah :
1. Kelurahan Podorejo
2. Kelurahan Tambak Aji
3. Kelurahan Wonosari
4. Kelurahan Gondoriyo
5. Kelurahan Beringin
6. Kelurahan Purwosari
7. Kelurahan Kalipancur
8. Kelurahan Babankerep
9. Kelurahan Ngaliyan
10. Kelurahan Wates
Angka penderita demam berdarah (DB) di Kota Semarang tahun 2013 cukup tinggi
dibanding tahun –tahun sebelumnya. Tahun 2013 sebanyak 2184 kasus , tahun 2012 ada 1250
kasus dan tahun 2011 ada 1303 kasus. Sedangka angka kematian tahun 2013 adalah 25 orang,
tahun 2012 ada 22 orang. Peringkat tertinggi Kecamatan Ngaliyan dengan Incidence Rate (IR)
207/100.000 penduduk, disusul Kecamatan Tembalang IR 205/100.000 dan Kecamatan Genuk
156/100.000.
22
B. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Perijinan
Kegiatan perijinan penelitian dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan surat
rekomendasi penelitian/survei. Adapun rekomendasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah rekomendasi dari :
a. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang.
Surat ini dibutuhkan karena responden penelitian adalah masyarakat Kecamatan
Ngaliyan.
Dasar permintaan surat adalah Surat dari Kepala Pusat Penelitian UDINUS
Nomor :054a/A.38.02/UDN-09/IV/2014 tanggal 8 April 2014.
Surat Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota
Semarang diberikan tanggal 22 April 2014 No: 070/559/III/2014.
Kendala dalam perijinan ini tidak ada,
b. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang
Dasar permintaan surat adalah Surat dari Kepala Pusat Penelitian UDINUS
Nomor :054a/A.38.02/UDN-09/IV/2014 tanggal 8 April 2014 dan Surat
Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota
tanggal 22 April 2014 No: 070/559/III/2014. Surat dari Kepala Dinas Kesehatan
Kota Semarang diperoleh tanggal 30 April 2014 Nomer :072/4014.
Kendala dalam perijinan ini adalah surat rekomendasi membutuhkan waktu sekitar
7 hari, sehingga peneliti menunggu 7 hari dulu untuk bisa berkoordinasi dengan
Puskesmas.
c. Surat Rekomendasi dari UPDC Pendidikan Kecamatan Ngaliyan
Dasar permintaan surat adalah Surat dari Kepala Pusat Penelitian UDINUS
23
Nomor :054a/A.38.02/UDN-09/IV/2014 tanggal 8 April 2014 dan Surat
Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota
Tanggal 22 April 2014 No: 070/559/III/2014. Surat rekomendasi dari UPTD
Pendidikan Kecamatan Ngaliyan diberikan tanggal 5 mei 2014 Nomor 421.1/042.
Kendala dalam penelitian ini surat rekomendasi membutuhkan waktu sekitar 7
hari, sehingga peneliti harus menunggu dulu untuk berkoordinasi dengan Sekolah
Dasar.
Untuk kegiatan perijinan hasil sudah 100%
2. Koordinasi Kegiatan
Kegiatan penelitian ini melibatkan masyarakat, sekolah dasar negeri , dan puskesmas
. Untuk itu peneliti melakukan koordinasi dengan :
a. Kelurahan bersama dengan kader jumantik
Koordinasi kegiatan bertujuan untuk mendapatkan ijin penelitian, upaya –upaya
dan kendala – kendala dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah,
mendapatkan data kader jumantik dan kontak person kader jumantik serta
menentukan RW dan RT yang akan dijadikan sampel untuk mendapatkan data
tentang media sosial online yang sering digunakan masyarakat, data pemeriksaan
jentik .
Peneliti sudah berhasil melakukan wawancara dengan Kelurahan Kalipancur dan
Kelurahan Babankerep tentang upaya-upaya dan kendala dalam menurunkan
angka kesakitan penyakit demam berdarah, mendapatkan data nama kader
jumantik kelurahan dan kontak personnya. Sedangkan target yang akan dilakukan
wawancara masih kurang Kelurahan Tambak Aji dan Kelurahan Beringin,
sehingga kegiatan baru berjalan 50%.
Kendala kegiatan ini adalah jarak antar kelurahan yang jauh.
b. Koordinasi dengan Puskesmas
24
Koodinasi kegiatan bertujuan untuk mendapatkan data Kelurahan yang akan
dijadikan sampel untuk survei jentik dan perilaku masyarakat dalam mencegah
penyakit demam berdarah dan kondisi lingkungan rumah .
Di wilayah Kecamatan Ngaliyan terdapat 3 puskesmas : puskesmas Ngaliyan,
Puskesmas Purwoyoso dan puskesmas Tambak Aji. Peneliti baru berhasil
berkoordinasi dengan 2 puskesmas yaitu : puskesmas Ngaliyan dan puskesmas
Purwoyoso, sehingga kegiatan baru berhasil 75%.
Kendala dalam kegiatan ini adalah harus beberapa kali ke puskesmas untuk bisa
bertemu dengan petugas P2M (pemberantasan penyakit menular).
c. Koordinasi dengan Sekolah Dasar Negeri.
Koordinasi dengan sekolah dasar bertujuan untuk mendapatkan data tentang:
upaya-upaya dan kendala-kendala dalam menurunkan angka kesakitan demam
berdarah serta data tentang media sosial online yang sering digunakan sekolah.
Peneliti sudah berhasil mendapatkan data 7 sekolah dasar negeri dari 14 sekolah
dasar negeri yang direncanakan, sehingga baru mencapai 50%.
3. Mengidentifikasi
upaya-upaya
dan
kendala-kendala
telah
dilakukan
dalam
menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue.
a. Kelurahan
Peneliti sudah berhasil melakukan wawancara dengan 5 Kelurahan :
a.
Kelurahan Kalipancur
b.
Kelurahan Babankerep
c.
Kelurahan Tambak Aji
d.
Kelurahan Purwoyoso
e.
Kelurahan beringin
Sedangkan total kelurahan ada 10 , sehingga pencapaian baru mencapai 50%.
Kendala adalah jarak antar kelurahan jauh.
25
b. Sekolah Dasar Negeri
Peneliti sudah berhasil melakukan wawancara 7 SD :
1). SD Negeri Ngaliyan
2). SD Negeri Purwoyoso 04
3). SD Negeri Tambak Aji 04
4). SD Negeri Ngaliyan 2
5). SD Negeri Purwoyoso 02
6). SD Negeri Purwoyoso 05
7). SD Negeri Purwoyoso 08
Sedangkan Total sampel SD yang akan diwawancari ada 14 SD Negeri,
sehingga baru mencapai 50%
Kendala yang dialami adalah Sekolah sedang ada ujian Akhir Semester dan Ujian
Negara untuk kelas 6, sehingga baru bisa dimulai pada juni minggu ke dua.
c. Puskesmas
Peneliti sudah berhasil melalukan wawancara dengan 2 puskesmas :
1). Puskesmas Ngaliyan
2). Puskesmas Purwoyoso.
Sedangkan total puskesmas yang ada di Kecamatan Ngaliyan ada 3 buah,
sehingga baru mencapai 75%.
Kendala yang dialami petugas adalah jadwal waktu pertemuan dengan petugas
P2M (pemberantasan penyakit menular), karena sering tugas keluar.
26
4. Mengidentifikasi media sosial berbasis online yang sering digunakan.
a. Sekolah Dasar Negeri
Sudah melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah/guru UKS Sekolah Dasar
Negeri di Kelurahan Ngaliyan , Purwoyoso, Tambakaji untuk mengidentifikasi
kesiapan sekolah dasar negeri dalam penggunaan media sosial berbasis online
yang nantinya bisa digunakan dalam program pemberdayaan masyarakat dalam
pembrantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online.
Peneliti sudah berhasil melakukan wawancara 7 SD :
1) SD Negeri Ngaliyan 1
2) SD Negeri Purwoyoso 04
3) SD Negeri Tambak Aji 04
4) SD Negeri Ngaliyan 2
5) SD Negeri Purwoyoso 02
6) SD Negeri Purwoyoso 05
7) SD Negeri Purwoyoso 08
Sedangkan Total sampel SD yang akan diwawancari ada 14 SD Negeri,
sehingga baru mencapai 50%.
Kendala yang dialami adalah Sekolah sedang ada ujian Akhir Semester dan Ujian
Negara untuk kelas 6, sehingga baru bisa dimulai pada juni minggu ke dua.
b. Kelurahan
Mengidentifikasi media sosial berbasis online yang sering digunakan di Kelurahan
di wilayah Kecamatan Ngaliyan
Peneliti sudah berhasil melakukan wawancara Kelurahan :
1) Kelurahan Kalipancur
2) Kelurahan Babankerep
27
3) Kelurahan Tambak Aji
4) Kelurahan Ngaliyan
5) Kelurahan beringin
Sedangkan total kelurahan ada 10 , sehingga pencapaian baru mencapai 50%.
Kendala adalah jarak antar kelurahan jauh.
c. Puskesmas
Peneliti sudah berhasil melalukan wawancara dengan 2 puskesmas :
1). Puskesmas Ngaliyan
2). Puskesmas Purwoyoso.
Sedangkan total puskesmas yang ada di Kecamatan Ngaliyan ada 3 buah,
sehingga baru mencapai 75%.
Kendala yang dialami petugas adalah jadwal waktu pertemuan dengan petugas
P2M (pemberantasan penyakit menular), karena sering tugas keluar.
5. Pertemuan dengan petugas bagian pemberantasan penyakit menular (P2M)
Puskesmas Ngaliyan dan kader jumantik Kelurahan Kalipancur.
Hasil pertemuan menyepakati untuk pemeriksaan jentik akan dilakukan di Kelurahan
Beringin karena untuk Kelurahan Ngaliyan baru ada uji coba nyamuk jantan demam
berdarah mandul. Dari hasil pertemuan dengan petugas puskesmas tersebut peneliti
mendapatkan kontak person kader jumantik Kelurahan Ngaliyan, dan sudah
mengadakan pertemuan dengan kader tersebut sehingga ditentukan wawancara dan
pemeriksaan jentik akan dilakukan pada tanggal 6 Juli 2014.
Sedangkan dengan kader jumantik kelurahan Kalipancur sudah dilakukan dan akan
bertemu lagi rapat di kelurahan tanggal 2 juli 2014.
28
Bab. 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
1.
Melakukan wawancara dengan kuesener untuk mengidentifikasi media sosial
berbasis online yang sering digunakan masyarakat, pengetahuan dan sikap,
lingkungan rumah masyarakat di wilayah Kecamatan Ngaliyan.
Peneliti mengambil sampel yang akan dilakukan wawancara menggunakan kuesener
di Empat Kelurahan yaitu Beringin , Kalipancur dan Tambak Aji. Rencana jumlah
masyarakat yang akan dijadikan sampel ada 200 warga yang terbagi 6 RT , sehingga
setiap kelurahan mendapat 2 RT dan setiap RT ada sekitar 200 warga. Dalam
penelitian ini belum melakukan wawancara, karena untuk menentukan sampel RT
yang akan diambil berdasarkan masukan Puskesmas , Kepala Kelurahan dengan
pertimbangan seperti ada kasus warga yang mengalami sakit demam berdarah dan
ada yang meninggal dan ditemukan jentik di rumah warga. Setelah ditentukan
kemudian minta ijin kepala desa , menanyakan nama dan alamat kader jumantik,
kemudian mendatangi kader tersebut baru menyepakati waktu wawancara,
mengadakan pertemuan kader di Kelurahan. Wawancara baru akan dilakukan untuk
Kelurahan Beringin tanggal 6 Juli 2014 dan untuk kelurahan Kalipancur akan
dilakukan tanggal 12 dan 13 Juli 2014 serta Kelurahan Tambak Aji tanggal 20 juli
2014.
2. Memeriksa Angka Bebas Jentik (ABJ) rumah warga di wilayah Kecamatan Ngaliyan.
Pemeriksaan jentik nyamuk demam berdarah dilakukan di rumah warga di Kelurahan
Beringin, Kelurahan Kalipancur dan Tambak Aji. Berdasarkan hasil rapat dengan
kader jumantik Kelurahan Beringin kegiatan ini baru bisa dilakukan pada hari minggu
tanggal 6 juni 2014 dan untuk kelurahan Kalipancur akan dilakukan tanggal 12 dan
13 Juli 2014 serta Kelurahan Tambak Aji tanggal 20 juli 2014.
3. Pertemuan dengan Kelurahan Kalipancur dan kader jumantik.
Pertemuan akan dilakukan pada tanggal 2 juli 2014 di kelurahan Kalipancur untuk
menentukan jadwal wawancara , pemeriksaan jentik dan lokasi RT/RW yang akan
dijadikan sampel penelitian.
29
4. Koordinasi Kegiatan
Melanjutkan koordinasi kegiatan dengan:
a. Puskesmas Tambak Aji
Rencana akan dilakukan hari selasa tanggal 1 juli 2014 bertujuan :
1) Untuk melakukan koordinasi penelitian,
2) Melakukan wawancara upaya-upaya dan kendala-kendala yang telah
dilakukan Puskesmas dalam menurunkan angka kesakitan penyakit
demam berdarah.
3) Melakukan wawancara penggunaan media sosial berbasis online yang
digunakan puskesmas.
4) Mendapatkan data pendukung seperti kader jumantik , hasil kegiatan kader
jumantik , kasus demam berdarah dan meminta pendapat wilayah yang
akan dijadikan sampel penelitian.
b. Kelurahan Podorejo, Wonosari, Gondoriyo, Purwosari, Wates.
Rencana kegiatan akan dilakukan 2 juli s/d 4 juli 2014 bertujuan untuk :
1) Untuk melakukan koordinasi penelitian,
2) Melakukan wawancara upaya-upaya dan kendala-kendala yang telah
dilakukan kelurahan dalam menurunkan angka kesakitan penyakit demam
berdarah.
3) Melakukan wawancara penggunaan media sosial berbasis online yang
digunakan kelurahan
4) Mendapatkan data pendukung seperti kader jumantik , hasil kegiatan kader
jumantik dan meminta pendapat wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitian.
c. Koordinasi Sekolah Dasar Negeri
Kalipancur 1 , Kalipancur 2, Purwoyoso 4, Tambak Aji 1, Tambak Aji 2, Tambak
Aji 3, Ngaliyan 5
30
Rencana akan dilakukan 7 juli s/d 11 juli 2014 bertujuan untuk :
1) Untuk melakukan koordinasi penelitian,
2) Melakukan wawancara upaya-upaya dan kendala-kendala yang telah
dilakukan kelurahan dalam menurunkan angka kesakitan penyakit demam
berdarah.
3) Melakukan wawancara penggunaan media sosial berbasis online yang
digunakan kelurahan
5. Mengolah data penelitian , menganalisis data penelitian
Rencana akan dilakukan mulai tanggal 22 juli s/d 26 juli 2014.
Data yang diolah dan dianalisis meliputi :
a. Upaya –upaya dan kendala-kendala yang dilakukan Puskesmas, Kelurahan dan
Sekolah Dasar dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah;
b. Media sosial berbasis online yang sering digunakan Puskesmas, Kelurahan dan
Sekolah
Dasar
untuk
mendukung
pembuatan
model
pemberdayaan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online.
c. Pengetahuan , sikap , Lingkungan yang berhubungan dengan pencegahan
penyakit demam berdarah.
d. Pemeriksaan jentik nyamuk demam berdarah di rumah masyarakat.
6. Merancang model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) berbasis medis sosial online untuk menurunkan angka kesakitan demam
berdarah dengue.
Untuk merancang model tersebut dibutuhkan data tentang upaya-upaya dan kendala
dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue, media sosial online
yang sering digunakan masyarakat, sekolah dasar, puskesmas, kelurahan.
Rencana dilakukan mulai tanggal 4 juli s/d 9 juli 2014
31
Bab 7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Surat Rekomendasi untuk ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Pemerintah Kota Semarang , Dinas Kesehatan Kota Semarang, UPDC Pendidikan
Kecamatan Ngaliyan sudah diberikan.
2. Koordinasi kegiatan dengan Puskesmas dilakukan dengan Puskesmas Ngaliyan,
Puskesmas Purwoyoso, sedangkan Puskesmas Tambak Aji direncanakan tanggal 1
juli 2014. Koordinasi dengan Kelurahan baru mencapai 50% (5 kelurahan) dari
total 10 Kelurahan. Sedangkan koordinasi dengan Sekolah Dasar Negeri baru
mencapai 50% (7 SD N) dari total 14 SD N.
3. Mengidentifikasi upaya-upaya dan kendala-kendala telah dilakukan dalam
menurunkan angka kesakitan demam berdarah dengue. Untuk kelurahan data baru
mencapai 50% (5 kelurahan) dari total 10 Kelurahan dan Untuk Puskesmas data
baru mencapai 75% (2 Puskesmas) dari total 3 Puskesmas. Sedangkan untuk
Sekolah Dasar Negeri baru mencapai 50% (7 SD Negeri) dari total 14 SD Negeri.
4. Mengidentifikasi media sosial berbasis online yang sering digunakan. Untuk
kelurahan data baru mencapai 50% (5 kelurahan) dari total 10 Kelurahan dan
Untuk Puskesmas data baru mencapai 75% (2 Puskesmas) dari total 3 Puskesmas.
Sedangkan untuk Sekolah Dasar Negeri baru mencapai 50% (7 SD Negeri) dari
total 14 SD Negeri.
5. Untuk Rencana Kegiatan berikutnya :
a. Melakukan wawancara dengan kuesener untuk mengidentifikasi media sosial
berbasis online yang sering digunakan masyarakat, pengetahuan dan sikap,
lingkungan rumah masyarakat di wilayah Kecamatan Ngaliyan.
b. Memeriksa Angka Bebas Jentik (ABJ) rumah warga di wilayah Kecamatan
Ngaliyan.
32
6. Merancang model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) berbasis medis sosial online untuk menurunkan angka kesakitan demam
berdarah dengue.
B. Saran
1. Pelaksanaan penelitian bertepatan dengan bulan puasa dan hari raya Idul Fitri ,
mohon jadwal monitoring dan evaluasi bisa disesuaikan.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control,
2nd edition. Geneva, 2007: World Health Organization.
2. Sumarmo Poerwo Soedarmo. , Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. (1998)
Dalam: Sri Rejeki H.
3. WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah ,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
4. Guzman MG and Gustavo K, Dengue: an update. The Lancet. 2 (2001): 33-42.
5. Halstead S , Dengue. Lancet. 370, 2007 : 1644-1652.
6. Gavin Screaton , Protein Membran Prekursor (PRM) , Imperial College London, 2010
7. Rico-Hesse R, Harrison L, Nisalak A, Vaugh DW, Kalayanarooj S, Green S, Rothman
AL and Ennis FA, Molecular evolution of dengue type 2 virus in Thailand. American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene 58, (2007) : 96-101.
8. McBride WJH and Bielefeldt-Ohmann H, Dengue viral infections; pathogenesis and
epidemiology. Microbes and Infection. 2, 2000 :1041-1050
9. Sujan Shresta , Manosa Binding Lectin (MBL), Walter Reed Army Institut Penelitian dan
University of Copenhagen, Denmark, Science Daily 2011
10. Chaturvedi UC, Agarwal R, Elbishbishi EA and Mustafa AS, Cytokine cascade in
dengue hemorrhagic fever: implications for pathogenesis. FEMS Immunology and
Medical Microbiology. 28 , 2000 : 183-188.
11. Abbas AK, Lichtman AH and Pillai S, Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Saunders Elsevier, 2007
12. Lei Huan Yao et al, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic fever , American
Journal of Infectious Disease , 2008
13. Restrepo BN, Ramirez RE, Arboleda M, Alvarez G, Ospina M, Diaz FJ, Serum Levels
of Cytokines in Two Ethnic Groups with Dengue
Virus Infection. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 79(5), 2007 : 673677.
34
14. Dominique L. Piché, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of
Young Investigators, 2009
15. Raghupathy R, Chaturvedi UC, Al-Sayer H, Elbishbishi EA, Agarwal R, Nagar R,
Kapoor S, Misra A, Mathur A, Nusrat H, Azizieh F, Khan MAY and Mustafa AS.
Elevated levels of IL-8 in dengue hemorrhagic fever. Journal of Medical Virology. 56 (3)
1998 : 280-285.
16. (Ashley St John, Duke-NUS Graduate Medical Schoolin Singapura)
17. Gould EA, Solomon T, "Pathogenic flaviviruses". The Lancet 371 (9611), 2008 : 500–9.
doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042.
Dominique L.P, Immunopathogenesis of the Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of
Young Invertigator,Mount Allison University, Volume 9 2009.
18. Word Health Organization (WHO), Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian
Dengue & Demam Berdarah Dengue. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004
19. Thomas Suroso dan Ali Imron Umar , Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue , 1998
20. DepKes RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Pelaksanaan PSN DBD di Sekolah (Bagi Tim
Pembina UKS , Jakarta 1995
21. Van der Schaar HM, Wilschut JC and Smit JM, Role of antibodies in controlling
dengue virus infection. Immunobiology. 10, 2008 : 1018.
22. Heinz FX, Stiasny K and Allison SL, The entry machinery of flaviviruses. Archives of
Virology Supplementum 18, 2004 :133–137. 25
23. Charnsilpa W, Takhampunya R, Endy T, Mammen M, Libraty D and Ubol S, Nitric
oxide radical suppresses replication of wild-type dengue 2 viruses in vitro. Journal of
Medical Virology. 77(1), 2005 : 89-95.
24. Rothman et al, Immunology and Immunopathogenesis of Dengue Disease, Academic
Press, San Diego 2003 , 60 : 397-419
25. Khanam S, Etemad B, Khanna N and Swaminathan S, Induction of neutralizing
antibodies specific to dengue virus serotypes 2 and 4 by a bivalent antigen composed of
linked envelope domains III of these two serotypes. American Journal of Tropical
35
Medicine and Hygiene. 74(2), 2006 : 266-277.
26. Normile D (2007) Tropical diseases. Hunt for dengue vaccine heats up as the disease
burden grows. Science .317:1494-1495
27. Halstead, S, Neutralization and antibody-dependent enhancement of dengue viruses.
Adv. Virus Res.60, 2003 : 421-467.
28. Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD,
Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated
View". Clin. Microbiol. 2009 Rev. 22 (4): 564–81.
29. Johnson AJ and Roehrig JT, New mouse model for dengue virus vaccine testing. Journal
of Virology 73, 1998 :783-786.
30. Gubler DJ and Kuno G, eds, Dengue and dengue haemorrhagic fever. New York: CAB
International, 1997 :175-98.
31. Kathy S. Wang, David A. Frank, and Jerome Ritz. Blood, Vol 95 No. 10 pp. 3183:3190
"Interleukin-2 enhances the response of natural killer cells to interleukin-12 through upregulation of the interleukin-12 receptor and STAT4".
32. Baeyens, KJ et al. (1999)
Jan Vilaek and Tae H. Lee, Tumor Necrosis Factor, The
American Society for Biochemistry and Molecular Biology, Inc.Printed in U.S.A.No. 12,
1991 , pp. 7313-7316
33. Jan Vilaek and Tae H. Lee (1991) , Tumor Necrosis Factor, Vol. 266, No. 12, Issue of
April 25, 1991 pp. 7313-7316,1991 The Journal Biological Chemistry
34. Shigeo Koyasu and Kazuyo Moro, Type 2 innate immune responses and the natural
helper cell, Immunology 132, 2011, 475-481
35. Loems Ziegler-Heitbrock, et al, Nomenclature of monocytes and dendritic cells in blood,
The American Society of Hematology Volume 116 , 2010
36. James Whitehorn and Jeremy Farrar, Dengue , British Medical Bulletin , Oxford
University Press , 2010; 95: 161–173
37. Duke Medicine News and Communications, Duke-NUS Researchers Identify New Cell
that Attacks Dengue Virus, May 2011.
36
38. Kobporn
Boonnak,
Kaitlyn
M.
Dambach,
Gina
C.
Donofrio
Boonrat
Tassaneetrithep,1,3 and Mary A. Marovich, Cell Type Specificity and Host Genetic
Polymorphisms Influence Antibody-Dependent Enhancement of Dengue Virus Infection,
Journal of virology 2011, 85(4):1671. DOI: 10.1128/JVI.00220-10
39. Intergovermental Panel on Climate Change, Insiden Demam Berdarah Dengue di
Indonesia , 1996
40. Edson Marchiori et al, Pulmonary hemorrhage syndrome associated with dengue fever,
High-resolution computed tomography findings a case report, Orphanet Journal of Rare
Diseases 2009, 4:8 doi:10.1186/1750-1172-4-8
41. Jarman Richard, Factor Influencing Dengue virus Isolation by C6/36 Cell Culture and
Masquito Inoculation of Nested PCR
Positive Clinical, American Society of
Microbiology, 2009
42. Collin, P., Rahilly, K., Third, A., & Richardson, I. (2010). Literature review: Benefits of
social networking services. Sydney, Australia: CRC for Young People, Technology and
Wellbeing.
43. Lefebvre C. (2009). Integrating cell phones and mobile technologies into public health
practice: A social marketing perspective. Health Communication Practice, 10(4), 490–
494.
44. Lenhart, A., & Madden, M. (2007) Social networking websites and teens: An overview.
Washington,
DC:
Pew
Internet
&
American
Life
Project.
Retrieved
from
http://www.pewinternet.org/Reports/2007/Social-Networking-Websites-and-Teens.aspx
45. Dwi
Andi
Susanto.
Jumlah
pengguna
Facebook
di
Indonesia
menyusut.
http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-facebook-di-indonesiamenyusut.html. Diakses tanggal 31 Mei 2013
46. Operator
Optimalkan
Teknologi
3G.
http://tekno.kompas.com/read/2013/05/27/03081059/operator.optimalkan.teknologi.3g
37
47. Jumlah
Pengguna
Internet
di
Indonesia
dan
Dunia
(2013)
http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-pendidikan/jumlah-pengguna-internet-diindonesia-dan-dunia-2013/
48. Indonesia, Surga Industri Seluler. http://mizan.com/news_det/indonesia-surga-industriseluler.html.
38
39
40
Download