PENDAHULUAN Latar Belakang Di zaman sekarang ini tingkat kesuburan tanah di Indonesia umumnya semakin menurun. Hal ini diakibatkan oleh tingginya eksploitasi tanah, penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanah serta pola penanaman komoditas monokultur. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kesuburan tanah seperti memperbaiki fisik dan kimia tanah dirasa kurang efektif. Perlu ditetapkan penggunaan bahan organik yang dirasakan dapat menjadi salah satu penyelesaian bagi peningkatan kesuburan tanah. Pengaruh penggunaan pupuk pada lingkungan telah merupakan masalah utama sejak tahun 1960-an. Ketika masalah ini pertama kali mendapatkan perhatian masyarakat umum, tidak begitu ada bukti ilmiah untuk menyokong mereka yang berpendapat bahwa pupuk merupakan ancaman besar terhadap lingkungan atau mereka yang meyakini bahwa bahaya lingkungan dari aplikasi pupuk adalah kecil atau tidak ada sama sekali. Untungnya saat ini ada sejumlah nyata data yang baik yang darinya dapat dibuat beberapa kesimpulan yang definitif. Kekhawatiran mengenai pupuk dalam kaitannya dengan kualitas lingkungan telah terfokus terutama pada percepatan eutrofikasi. Eutrofikasi, yakni pertumbuhan dan pelapukan yang cepat dari vegetasi akuatik, paling sering dibatasi oleh konsentrasi fosfat (P) dan kadang-kadang nitrogen (N) dalam air. Tidak dapat disangkal bahwa eutrofikasi telah merupakan suatu masalah dibeberapa daerah. Karena penggunaan terbesar N2 yang disemat secara industri dan P yang ditambang adalah untuk pupuk-pupuk pertanian, merupakan hal yang Universitas Sumatera Utara alamiah saja bahwa kekhawatiran akan muncul mengenai penggunaan pupuk dan eutrofikasi (Engelstad, 1998). Hara yang diperlukan untuk produksi tanaman telah disediakan sebagian atau seluruhnya dari sumber-sumber organik, bahkan saat ini, dengan digunakannya puluhan juta ton pupuk setiap tahunnya di Amerika Serikat bahan organik tetap merupakan suatu sumber utama hara untuk produksi tanaman. Pertumbuhan tanaman ditaksir mengambil 11,9 juta ton N, tetapi petani ditaksir mengembalikan N ke tanah sebesar 3 juta ton dalam residu tanaman, 1,4 juta ton dalam kotoran hewan, dan 7,2 juta ton dalam N2 yang disemat secara biologi, disamping 9,5 juta ton sebagai pupuk N. Maka, sumber-sumber organik ditaksir memasok 55% dari N yang ditambahkan pada tanah untuk produksi tanaman (Engelstad, 1997). Perhatian terhadap sumber organik hara telah meningkat cukup besar dari peningkatan sejak krisis energi di tahun 1970-an. Sebagian besar dari perhatian peningkatan yang besar dalam biaya produksi komersial dan oleh proyeksi peningkatan yang akan terus berlanjut dalam harga pupuk dan ketidakpastian pasokan pada tahun-tahun mendatang. Maka banyak petani yang menggunakan metode-metode alternatif untuk mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Penggalakan penggunaan pupuk kompos dianggap penting sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kompos mengandung bahan organik yang mengandung unsur makro dan mikro yang berguna bagi kesuburan tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Sifat bahan organik sebagai penyangga tanah dapat meningkatkan daya ikat pupuk kimia sehingga Universitas Sumatera Utara efisiensinya akan meningkat. Harga pupuk kompos yang relatif terjangkau oleh petani membuat pupuk kompos lebih diminati. Penggunaan pupuk kompos di Indonesia terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi tanah berlebihan. Pemerintah juga menunjukkan keseriusannya menanggapi masalah tersebut dengan mengikuti program pelestarian lingkungan Agenda 21 dalam KTT Bumi di Rio De Janeiro. Agenda tersebut mengharuskan setiap neagara menyesuaikan kebijakan pembangunan pertaniannya pada prinsip pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) dan memasyarakatkan konsep pertanian berkelanjutan tersebut. Salah satu konsep pertanian berkelanjutan yang harus diterapkan pada sistem pertanian adalah pertanian organik (Organic Farming). Dengan ini, maka penggunaan pupuk kompos di Indoensia akan semakin meningkat. Untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap pupuk organik, perlu dilakukan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas pupuk kompos. Cakupan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas pupuk kompos sangat luas, karena meliputi aspek produksi (kualitas, kuantitas, dan biaya produksi), aspek lingkungan, dan aspek sosial. Oleh karena itu, untuk merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan produksi, digunakan pendekatan sistem (system approach). Penggunaan menghasilkan pendekatan keputusan sistem dalam yang penelitian efektif dan ini diharapkan operasional akan yang sesuai dengan tujuan produksi perusahaan. Dengan memandang sistem secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa faktor yang terkait, kompleks dan dinamis Universitas Sumatera Utara maka pendekatan sistem akan mencari keterpaduan antar elemen melalui pemahaman yang utuh. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem produksi pupuk kompos dan faktor-faktor yang mendukung tujuan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang. Hasil identifikasi sistem diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam (black box). Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. 2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang sistem produksi. 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannnya. Batasan Penelitian Penelitian mengenai sistem produksi pupuk kompos ini dibatasi hanya untuk menguraikan dan menerangkan sistem produksi pupuk kompos di CV. Mission Tani Kabupaten Deli Serdang, mulai dari penerimaan bahan baku sampai pemasaran produk. Universitas Sumatera Utara