Masalah seksual lebih umum di antara perempuan HIV

advertisement
Masalah seksual lebih umum di antara perempuan
HIV-positif
Oleh: poz.com, 12 Maret 2010
Perempuan yang hidup dengan HIV secara bermakna lebih mungkin mengalami masalah seksual
dibandingkan dengan mereka yang tidak hidup dengan HIV, menurut hasil baru dari Women’s
Interagency HIV Study (WIHS) yang diterbitkan di Journal of Acquired Immune Deficiency Syndrome
(JAIDS).
Penelitian mengenai topik perilaku seksual perempuan, yang berhubungan dengan infeksi HIV, terutama
berfokus pada faktor-faktor biologis dan perilaku yang berhubungan dengan penularan virus. Meskipun
tidak ada yang meragukan pentingnya penelitian yang menganalisis dinamika penularan HIV di kalangan
perempuan, terutama penggunaan kondom dan faktor-faktor penentu perilaku risiko seksual, aspek lain
dari kesehatan seksual, termasuk kepuasan dengan hubungan seksual, sebagian besar telah diabaikan.
Masalah fungsi seksual yang umum di kalangan perempuan termasuk rasa sakit dan kesulitan atau
keterbatasan dalam keinginan seksual, hasrat, gairah dan orgasme selama aktivitas seksual. Data dari
National Health and Social Life Survey 1992, laporan studi representatif nasional paling baru terhadap
seksualitas di kalangan orang dewasa muda di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 40% perempuan
yang aktif secara seksual yang berusia 18-59 tahun menunjukkan gejala masalah seksual selama periode
12 bulan.
Ada alasan untuk percaya bahwa masalah seksual bahkan lebih sering terjadi di antara perempuan
HIV-positif dibandingkan perempuan HIV-negatif. Kondisi kesehatan dan penyakit kronis seperti
diabetes, kanker, penyakit pembuluh darah, arthritis dan hipertensi semuanya telah dikaitkan dengan
gangguan fungsi seksual, selain itu penggunaan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati
kondisi ini dapat menyebabkan hal ini. Namun studi tentang disfungsi seksual di antara perempuan yang
hidup dengan HIV sangat terbatas walaupun pada kenyataannya infeksi ini sering disertai dengan stigma,
rasa malu, ketakutan dan salah persepsi.
Data mengenai fungsi seksual dikumpulkan sebagai bagian dari Women’s Interagency HIV Study
(WIHS), sebuah kohort infeksi HIV yang sedang berlangsung di kalangan perempuan di Amerika
Serikat. Lebih dari 1.800 perempuan HIV-positif dan HIV-negatif menyelesaikan kunjungan studi yang
mencakup mengisi kuesioner singkat yang disebut Indeks Fungsi Seksual Perempuan (Female Sexual
Function Index/FSFI), yang dikembangkan untuk menilai fungsi seksual dalam uji klinis.
Perempuan dengan HIV melaporkan masalah seksual yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan
yang tidak terinfeksi HIV, Tracey Wilson, PhD, dari Downstate Medical Center di Brooklyn, New York,
dan rekannya dalam studi WIHS ini melaporkan. Sedangkan skor FSFI rata-rata adalah 18 antara
perempuan HIV-negatif, skor itu adalah 13,8 di kalangan perempuan yang hidup dengan HIV. Perbedaan
ini sangat signifikan secara statistik, artinya terlalu besar untuk terjadi secara kebetulan.
Seperti yang diharapkan dari penelitian terdahulu mengenai fungsi seksual, peserta WIHS yang
HIV-positif juga melaporkan fungsi seksual yang lebih rendah jika mereka diklasifikasikan telah
mengalami mati haid, menunjukkan gejala depresi, melaporkan tidak dalam satu hubungan atau sedang
menggunakan pengobatan untuk masalah mental, kejang, hipertensi atau penyakit jantung. Namun,
faktor-faktor ini tidak mengurangi pengaruh infeksi HIV pada skor gangguan fungsi seksual.
Jumlah CD4 juga dikaitkan dengan Indeks Fungsi Seksual Perempuan. Misalnya, perempuan dengan
jumlah CD4 199 atau lebih rendah lebih mungkin melaporkan fungsi seksual yang lebih rendah
dibandingkan dengan mereka dengan jumlah CD4 200 atau lebih tinggi.
Kelompok Wilson mencatat tingkat yang tinggi dari abstinensi yang disengaja dari studi tersebut –
sekitar 23% dari perempuan HIV-negatif dan 35% dari perempuan HIV-positif tidak terlibat dalam
hubungan seks melalui vagina, anal atau oral sejak kunjungan WIHS mereka pada enam bulan
sebelumnya. Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai hakikat sebenarnya dari masalah
seksual di antara perempuan HIV-positif dan, seperti yang disarankan oleh Tim Wilson, harus di pelajari
lebih lanjut untuk lebih memahami langkah-langkah fungsi seksual dalam konteks penyakit menular.
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Masalah seksual lebih umum di antara perempuan HIV-positif
Keterbatasan data juga mencegah Tim Wilson untuk mengambil kesimpulan, dengan kepastian, bahwa
kesulitan seksual mempengaruhi kualitas hidup perempuan. “Namun,” tulis para peneliti, “sepertinya ada
korelasi kuat antara gangguan fungsi seksual dan kepuasan emosional dan fisik dalam hubungan dengan
indeks kepuasan hidup dan kebahagiaan umum.”
Artikel asli: Sexual Problems More Common Among HIV-Positive Women
–2–
Download