ISSN. 2088-6268 Vol.3, No. 1, Juni 2011 ISSN 2088-6268 JURNAL JURNAL KOMPILEK KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIE Kesuma Negara Blitar sebagai terbitan berkala yang menyajikan informasi dan analisa Atika Syuliswati PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD UNIVERSITY persoalan GOVERNANCE ilmu ekonomi baik ekonomi, manajemen maupun akuntansi. PADAstudi PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DI POLITEKNIK NEGERI MALANG Sandi Eka Suprajang PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK Pelindung: TERHADAPKEPUTUSAN PEMBELIAN KEPUASAN Ketua STIE KesumaDAN Negara Blitar PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR MEREK YAMAHA DI KOTA BLITAR Aris Sunandes PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN ArisPROFITABILITAS Sunandes SE.,MM PERUSAHAAN TERHADAP DAN NILAI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA LISTING DI Sekretaris Redaksi: BURSA EFEK INDONESIA Afif Nur Rahmadi ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK DAN KENYAMANAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM Pelaksana Redaksi: MENGGUNAKAN JASASiti SPORT CENTER (Studi Kasus Mensana Sunrowiyati, SE., MM Sport Center Futsal Kediri) Pemimpin Redaksi: Vera Noviana, SE., Ak Sandi Eka Suprajang SE.,MM Retno Murnisari PERSEPSI MANAGER TERHADAP FUNGSI CONTROLLER Lutvi Haviludin Najib/ Elfia Nora Prof. POLA Dr. H.HUBUNGAN Pudjihardjo, SE, MS – Universitas ANALISIS MODAL SOSIAL DENGANBrawijaya ORGANIZATIONAL Iwan Setya Putra, CITIZENSHIP SE., MM.BEHAVIOUR Ak. – STIE Kesuma (OCB) Negara SEBAGAI KINERJA SE.,Msi.,Ak PRODUKSI PADA KARYAWAN YudhantaPENOPANG Sambharakreshna – Universitas Trunojoyo BAGIAN PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM KOTA BATU Imam Bukhori PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOLEKSI Alamat Redaksi:MOTIVASI DAN SARANA PERPUSTAKAAN TERHADAP Kampus STIE Kesuma Negara BERKUNJUNG Yudiarto Perdana Putra/Nur Laely ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS UNTUK Telepon/Fax: MENILAI KINERJA(0342)802330 KEUANGAN PADA KOPERASI / (0342)813779 MANUNGGAL UNIVERSITAS KADIRI Rony Ika Setiawan PENGARUH FINANCIAL KUALITAS KEHIDUPAN KERJA http//www.stieken.ac.id DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI KERJA (Studi Kasus pada Winner Gym Kota Blitar) JURNAL KOMPILEK Penyunting: Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur - 66111 on-line: E-mail: [email protected] [Vol 7, No. 1] Hal. 1 - 109 Juni 2015 Diterbitkan oleh: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813779 Email : [email protected] [STIE KESUMA NEGARA BLITAR] Vol.7, No. 1, Juni 2015 ISSN 2088-6268 JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Diterbitkan pleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIE Kesuma Negara Blitar sebagai terbitan yang menyajikan informasi dan analisa persoalan ilmu ekonomi, manajemen, maupun akuntansi. Pelindung Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM. Pemimpin Redaksi Aris Sunandes, SE., MM. Sekretaris Redaksi Vera Noviana, SE., Ak. Pelaksana Redaksi Siti Sunrowiyati, SE., MM. Sandi Eka Suprajang, SE., MM. Penyunting Tanto Askriyandoko Putro, SE., MM. Reviewers: Prof. Dr. HM. Pudjihardjo, SE, MS – Universitas Brawijaya Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM – STIE Kesuma Negara Yudhanta Sambharakreshna SE., MSi., Ak – Universitas Trunojoyo Alamat Redaksi: Kampus STIE Kesuma Negara Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur – 66111 Telepon/Fax: (0342) 802330 / (0342) 813788 on-line: http//www.stieken.ac.id E-mail: [email protected] ii Vol.7, No. 1, Juni 2015 ISSN 2088-6268 JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Daftar Isi : Atika Syuliswati PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE PADA PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DI POLITEKNIK NEGERI MALANG (Hal. 1-12) Sandi Eka Suprajang PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAPKEPUTUSAN PEMBELIAN DAN KEPUASAN PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR MEREK YAMAHA DI KOTA BLITAR (Hal. 13-23) Aris Sunandes PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (Hal. 24-36) Afif Nur Rahmadi ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK DAN KENYAMANAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA SPORT CENTER (Studi Kasus Mensana Sport Center Futsal Kediri) (Hal. 37-45) Retno Murnisari PERSEPSI MANAGER TERHADAP FUNGSI CONTROLLER (Hal. 46-65) Lutvi Haviludin Najib/ Elfia Nora ANALISIS POLA HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) SEBAGAI PENOPANG KINERJA PRODUKSI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM KOTA BATU (Hal. 66-79) Imam Bukhori PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOLEKSI DAN SARANA PERPUSTAKAAN TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG (Hal. 80-88) Yudiarto Perdana Putra/Nur Laely ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MANUNGGAL UNIVERSITAS KADIRI (Hal. 89-98) Rony Ika Setiawan PENGARUH FINANCIAL KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI KERJA (Studi Kasus pada Winner Gym Kota Blitar) (Hal. 99-109) iii Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 ANALISIS POLA HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) SEBAGAI PENOPANG KINERJA PRODUKSI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM KOTA BATU Lutvi Haviludin Najib Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Elfia Nora Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Abstract: This study aims to analyze the pattern of social capital relationships with its third pillars: confidence (trust), social networking, and social norms which can cause additional and voluntary behavior conducted outside the employee's role and duty called as Organizational Citizenship Behavior (OCB) as the support of production performance. In addition, this study also addressed how systems work and the characteristics of the employees can form a higher social capital so that employees will often show positive behavior (OCB) which appears on the aspects of altruism, courtesy, conscientiousness, civic virtue, and sportsmanship. This research is carried out on groups of production employees at KSU Brosem Batu as Koperasi Serba Usaha that produces Apple Cider “BOSEM”. This study uses modal analysis with its three pillars: trust, social networking and social norms that occurred in the group of employees that will be the existence of social capital which can foster a positive attitude within the organization that can encourage individuals to behave in order to achieve production targets. This study uses a qualitative case study approach. The results of this study indicate that social capital has a pattern of relationships with Organizational Citizenship Behavior (OCB). The higher sense of trust, social networks and the norms of the group of employees, the employees will often unwitting display of OCB in the group. Extra behavior conducted by employees can raise awareness to always help each other and work together, which in turn creates work productivity. The existence of this relationship, it is suggested that social capital is able to move the of the group effectively to encourage positive behavior for desired organization in the achievement of organizational goals at KSU Brosem that is productivity. Keywords: Social Capital, OCB, KSU Brosem PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang pantas untuk ditumbuhkembangkan sebagai badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir (Hutasuhut, 2001:23). Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah perekonomian rakyat. Kebijaksanaan pemerintah ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas 66 kekeluargaan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dijelaskan bahwa bangun usaha yang sesuai adalah koperasi. Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia dalam Harsono (2006:13) mendefinisikan “koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong pleh keinginan member jasa kepada kawan berdasarkan prinsip seorang buat semua dan semua buat seorang”. Memperhatikan azas yang terkandung di dalam koperasi maka ada nilai lebih dari koperasi yang tidak dimiliki oleh badan usaha lainnya. Nilai-nilai kesetiakawanan, kekeluargaan, gotong royong, solidaritas, demokrasi dan kebersamaan merupakan suatu nilai lebih tersendiri bagi koperasi. Nilai-nilai Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 tersebut sebisa mungkin juga ditanamkan pada karyawan koperasi sebagai human capital. Perusahaan dalam hal ini Koperasi sebagai salah satu bentuk organisasi didirikan dengan maksud mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan tidak selalu berkaitan dengan modal produksi seperti kepemilikan mesinmesin dan alat-alat produksi saja, akan tetapi kegiatannya dewasa ini mulai didominasi oleh peranan human capital, yaitu ‘pengetahuan’ dan ‘ketrampilan’ manusia. Konsep human capital menyadari bahwa sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensi melalui pengalaman, pendidikan, keahlian, dan ide mereka (Luthans, 2006:135). Human capital merupakan sumber daya yang dinamis memainkan peran yang sangat penting sebagai agen perubahan dalam suatu perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peran karyawannya. Manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. (Hasibuan, 1995:10). Begitu juga dengan peran karyawan sebagai human capital yang tercermin dalam pengetahun dan ketrampilan, tidak selalu membawa suatu keberhasilan tanpa adanya kemampuan masyarakat untuk berhubungan satu sama lain dengan baik. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan ‘modal sosial’ (social capital). Modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999:95). Modal sosial ini mampu mendorong individu untuk bekerja sama karena saling mengenal, memahami dan saling percaya antara rekan kerja, atasan maupun bawahan. Perilaku yang tidak disyaratkan dalam pekerjaan yang ditampilkan oleh karyawan, secara tidak langsung turut meningkatkan kinerja individu serta berpengaruh langsung terhadap produktifitas perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai semuanya, individu sebagai karyawan yang ada dalam sebuah organisasi atau perusahaan perlu memiliki perilaku yang menunjang. Perilaku tersebut tidak hanya yang sesuai dengan perannya saja, namun diharapkan lebih mencurahkan perilaku ekstra dari individu tersebut, seperti penambahan jam kerja oleh karyawan sendiri tanpa adanya perintah, membantu karyawan lain dalam meyelesaikan tugas-tugas kantor tanpa memperoleh imbalan. Organ menyatakan perilaku prososial atau tindakan ekstra yang melebihi deskripsi peran yang ditentukan dalam organisasi tersebut disebut Organizational Citizenship Behavior (OCB). (Organ, 1989:157) Kota Batu merupakan salah satu Kota yang semakin dinamis dalam konteks kegiatan ekonomi masyarakat pada pelaku UMKM, dan Koperasi dalam kegiatan perdagangan dan perindustrian yang secara nyata telah memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian masyarakat lokal. Perkembangan Koperasi di Kota Batu secara kuantitas mengalami kenaikan tiap tahunnya serta memiliki keragamanan jenis Koperasi berdasarakan kelompok usaha yang dijalankan. Dari berbagai macam jenis usaha koperasi yang ada di Kota Batu, KSU (Koperasi Serba Usaha) memiliki jumlah terbanyak yang berjumlah 174 Unit. Salah satu KSU yang ada di Kota Batu dengan tingkat perkembangannya paling pesat dan akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah KSU Brosem yang memiliki usaha pokok produksi minuman kemasan Sari Apel. Rata-rata produksi sari buah apel BROSEM per bulan adalah sekitar 300 dos sari buah apel dari berbagai ukuran kemasan. Namun, pada hari besar atau hari libur, produksi sari buah apel meningkat antara 400-450 dos per bulan. Rata-rata per bulan dapat mencapai Rp 11.700.000,00. Pertumbuhan laba dari beberapa tahun lalu hingga saat ini bertahan pada kisaran 15-30%, menunjukkan bahwa KSU Brosem sebagai sebuah usaha mandiri memiliki profitabilitas yang baik. Dalam kegiatan operasionalnya, KSU Brosem mempekerjakan 25 tenaga kerja yang berasal dari masyakat sekitar, dimana 4 67 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 diantaranya adalah laki-laki, dan 21 orang perempuan. Dari 21 karyawan perempuan, 10 diantaranya berada di bagian produksi dimana dari 10 karyawan tersebut adalah ibu-ibu warga sekitar yang diberdayakan dengan jam kerja yang dimulai pukul 08.00-14.00 WIB. Dalam mempekerjakan karyawan, KSU Brosem menerapkan prinsip non diskriminatif, sehingga setiap orang yang berkualifikasi dapat bekerja sebagai karyawan, tanpa membedakan suku, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Kondisi yang menarik untuk diteliti pada karyawan bagian produksi. Dari observasi awal peneliti menemukan keunikan pada karyawan bagian produksi yaitu semuanya merupakan ibu-ibu warga sekitar. Menurut keterangan dari manajer koperasi, bahwa selama ini belum ada karyawan yang keluar atau mengundurkan diri dari Koperasi Brosem dan tidak ada kontrak kerja secara tertulis. Sistem kerja yang diterapkan menggunakan sistem kerja yang bersifat kolektif, di mana upah ditentukan oleh seberapa banyak paket sari apel yang dihasilkan pada satu kali produksi. 1 paket sari apel yang dihasilkan dihargai Rp. 19.000,- dan 1 paket sari apel berisi 7 dos sari apel. Jika rata-rata dalam satu bulan menghasilkan 300 dos sari apel, maka rata-rata penghasilan dalam satu bulan sekitar Rp. 817.000,-. Dari ketertarikan tersebut peneliti menarik kesimpulan awal bahwa hubungan, kepercayan dan komunikasi antar karyawan yang tercermin dari konsep modal sosial dan OCB berjalan dengan baik. Sistem kerja yang ada juga mendukung terjalinnya hubungan, kepercayan dan komunikasi antar karyawan. Kemudian hal itu diperkuat dari pernyataan manajer koperasi bahwa karyawan yang ada juga sebagai anggota koperasi sehingga rasa memiliki dan komitmen untuk mencapai tujuan organisasi begtu melekat pada karyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Pola hubungan Modal Sosial dengan Organizational Citizenship Behaviour yang diimplementasikan pada karyawan bagian produksi dalam menopang kinerja produksi pada karyawan bagian produksi Koperasi Serba Usaha Brosem Kota Batu. 68 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah modal sosial memiliki pola hubungan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai penopang kinerja produksi? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui modal sosial memiliki pola hubungan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai penopang kinerja produksi. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial Modal sosial merupakan serangkaian nilai-nilai atau normanorma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. (Fukuyama, 1995:8). Lawang dalam Fatma (2012:13) modal sosial memiliki penekanan dalam beberapa hal, yaitu Jaringan, Kepercayaan, Norma. Kepercayaan pada dasarnya terkait dengan hubungan, harapan dan tindakan atau interaksi sosial. Jaringan sosial sebagai salah satu pilar modal sosial dapat dipahami sebagai jaring – jaring hubungan antara sekumpulan orang yang saling terkait baik langsung maupun tidak langsung (Calchoun dalam Fatma 2012:15). Norma sosial merupakan elemen penting menjaga agar hubungan sosial dalam suatu sistem sosial masyarakat dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan (Soekanto, 1982:53). Modal sosial berhubungan positif dengan kemampuan organisasi dalam meningkatkan komitmen individu terhadap organisasi. Individu-individu yang menunjukkan tingkat partisipasi, loyalitas, dan kepatuhan dalam proses organisasional dalam perusahaan akan merasakan adanya rasa memiliki terhadap organisasi tempat ia bekerja dan memperlihatkan tingkat keinginan berpindah yang relatif rendah. Semakin tinggi modal sosial yang dimiliki individu maka individu tersebut mempunyai kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan mempunyai norma informal yang dipatuhi ketika Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan yang terjalin dengan baik ini akan mendorong individu melakukan perilaku atau kegiatan yang tidak diisyaratkan dalam pekerjaannya. Organizational Citizenship Behaviour (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam Sloat (1999:20) merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku karyawan sehingga dia disebut sebagai anggota atau karyawan yang baik. Menurutnya, perilaku ini cenderung melihat karyawan sebagai makhluk sosial dibandingkan sebagai makhluk individu yang mementingkan diri sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan kerjanya Perilaku ini timbul karena perasaan sebagai anggota organisasi dan merasa puas apabila dapat melakukan suatu yang lebih kepada organisasi. Perasaan sebagai anggota dan puas bila melakukan sesuatu yang lebih hanya terjadi jika pekerja memiliki persepsi yang positif terhadap organisasinya.. Dalam hal ini, pekerja ataupun karyawan dalam melakukan segala sesuatu tidak selalu digerakan oleh hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya, namun dikarenakan karyawan akan mempunyai perasaan puas jika dapat membantu sesamanya atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari perannya Organ dalam Novliadi (2007) berpendapat jika karyawan berada dalam kondisi modal sosial yang terjalin dengan baik maka karyawan memiliki kecenderungan untuk lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah diisyaratkan dalam uraian pekerjaan, dan akan selalu mendukung tujuan organisasi jika mereka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuh kesadaran serta percaya bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasinya. Di sini dapat dikatakan bahwa ada keterkaitan antara modal sosial dengan Organizational Citizenship Behavior sebagai hasil pengembangan kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia sehingga pada akhirnya tercapainya tujuan organisasi salah satunya adaalah produktifitas. Organizational Citizenship Behaviour (OCB) merupakan perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau secara eksplisit diakui oleh sistem reward formal, dan dalam agregat mempromosikan fungsi efisien dan efektif organisasi. Bebas yang dimaksud diatas adalah perilaku tersebut bukan merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan dalam peran tertentu atau deskripsi kerja tertentu, atau perilaku yang merupakan pilihan pribadi (Podsakoff,2000:513). Dimensi Organizational Citizenship Behaviour (OCB) Morrison (1995:37) adalah Altruism yaitu perilaku untuk membantu orang lain dalam menyelesaikan pekerjaannya, Civic Virtue yaitu melakukan sesuatu aktivitas di luar tugasnya, Conscientiousness yaitu perilaku yang melebihi prasyarat minimum seperti kehadiran, kepatuhan terhadap aturan, dan sebagainya, Sportmanship yaitu Kemauan untuk bertoleransi tanpa mengeluh, menahan diri dari aktivitasaktivitas mengeluh dan mengumpat, dan courtesy yaitu merupakan kecenderungan karyawan untuk menghindari timbulnya masalah dengan rekan kerja. Hatta dalam Harsono (2006:13) mendefinisikan “koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong pleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan prinsip seorang buat semua dan semua buat seorang.” Anoraga (2007:26) mengemukakan Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang memiliki lebih dari satu jenis usaha. Sedarmayanti (1994 :56) produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya pengertian kinerja dapat dimaknai secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari suatu proses penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya sebagai perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang 69 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 diinginkan. Kinerja juga dapat digambarkan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi perusahaan yang tertuang dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan Menurut Ilgen and Schneider (Williams, 2002: 94): “Performance is what the person or system does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et al (Williams, 2002:94) sebagai berikut: “A performance consists of a performer engaging in behavior in a situation to achieve results”. Dari kedua pendapat ini, terlihat bahwa kinerja dilihat sebagai suatu proses bagaimana sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Menurut Mangkunegara, Prabu, kinerja diartikan sebagai : ”Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Sedangkan menurut Nawawi H. Hadari, yang dimaksud dengan kinerja adalah: ”Hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental maupun non fisik/non mental.” Dari beberapa pendapat tersebut, kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil, proses, atau perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian metode kualitatif. Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah Manajer KSU Brosem sebagai informan 70 kunci dan karyawan bagian produksi KSU Brosem sebagai informan utama. ANALISIS HASIL PENELITIAN Trust (Kepercayaan) Kepercayaan yang tertanam pada karyawan bagian produksi KSU Brosem berbentuk kepercayaan karyawan kepada anggota kelompok mengenai kapasitas kinerja yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing anggota kelompok serta terbiasa bekerjasama. Hubungan Trust dengan Altruism Pada aspek Altruism, karyawan mengambil sikap saling mengisi atau melakukan pekerjaan rekan kerja yang lain ketika ada rekan kerja tidak dapat melakukan pekerjaan karena suatu halangan. Terkait dengan kepercayaan anggota karyawan untuk mengambil resiko dalam mempercayakan tugasnya kepada anggota karyawan lain ketika sedang berhalangan bekerja, pada dasarnya mereka mengetahui resiko yang harus ditanggung ketika karyawan lain melakukan tugasnya. Hubungan Trust dengan Civic Virtue Ketika kepercayaan dikaitkan dengan dukungan yang diberikan anggota karyawan terhadap tuntutan organisasi dalam hal ini adalah produktivitas, maka karyawan dituntut untuk mengikuti arus tuntutan produksi. Seperti melakukan kerja lembur pada waktu tertentu. Selain tuntutan bekerja lembur yang diberikan organisasi kepada anggota karyawan, ada hal menarik ketika anggota karyawan bekerja melebihi jam kerja tetapi tidak dihitung lembur. Hubungan Trust dengan Conscientiousness Kepercayaan yang mendorong anggota karyawan bagian produksi dalam hal kesediaan dan kemampuan anggota karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sehingga nama baik organisasi tetap terjaga baik. Misalnya menurut salah seorang karyawan tidak perlu ”gembar-gembor” maksudnya di sini adalah tidak menyampaikan secara berlebihan tentang sari apel Brosem, dan menimbulkan kekhawatiran jika Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 ternyata apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hubungan Trust dengan Courtesy Ketika rasa saling mempercayai anggota karyawan bagian produksi dikaitkan dengan problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan yang dihadapi karyawan lain, maka akan muncul sikap sopan santun dan saling menghormati dalam menyikapi permasalahan karyawan. kepercayaan bahwa tiap angggota karyawan dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. percaya jika rekan kerjanya bisa mengatasi permasalahan tanpa harus dicampuri oleh karyawan lain. Tetapi tidak semua permasalahan dapat diselesaikan sendiri atau hilang dengan sendirinya. Jika seperti itu maka rekan kerja yang lain akan membantu menemukan solusi atas permaslahan yang terjadi dengan cara kekeluargaan. Hubungan Trust dengan Sportmanship Aspek Sportmanship akan sangat berperan pada kelompok ketika antara karyawan satu dengan karyawan lain saling mempercayai untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan di KSU Brosem bagian produksi. Dukungan yang terlihat ketika ada karyawan yang melakukan kesalahan pada saat bekerja dan diingatkan oleh temannya tanpa merasa sakit hati. Social Network Bentuk jaringan dalam menjalin hubungan di dalam kelompok karyawan bagian produksi KSU Brosem selain hubungan kerja (hubungan produksi fungsional) adalah jaringan pertemanan (friendships) dan kekeluargaan. Selain jaringan antar individu, dalam kelompok ini terbentuk juga jaringan dengan bagian lain dari KSU Brosem. Hubungan ini tampak ketika bagian toko yang diketuai oleh Ibu Emi salah seorang karyawan KSU Brosem selalu berkoordinasi dengan bagian produksi mengenai stock barang yang ada di outlet Brosem. Hubungan Social Networks dengan Altruism Berdasarkan jaringan yang dibangun anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem yaitu hubungan yang berbentuk pertemanan dan kekeluargaan, terdapat fakta menarik dari aspek altruism yaitu ketika salah satu karyawan tidak dapat bekerja karena suatu halangan. Ternyata ada karyawan lain dengan senang hati menggantikan karyawan yang tidak bisa bekerja tersebut demi tercapainya target produksi. Hubungan Social Networks dengan Civic Virtue Pada aspek Civic Virtue, pekerja sebagai anggota kelompok bisa berloyalitas untuk membangun dan memajukan organisasi KSU Brosem. Hubungan yang terjalin antara anggota karyawan bagian produksi dengan KSU Brosem tidak hanya sebagai karyawan dengan pemberi kerja, tetapai mereka juga sebagai anggota Koperasi Serba Usaha Brosem, yang sangat lebih menarik lagi adalah ketika karyawan bekerja tanpa ada kontrak kerja secara tertulis tetapi memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi KSU Brosem. Hubungan Social Networks dengan Concientiousness Jaringan ini dikaitkan dengan perilaku karyawan yang bersikap melaksanakan tanggung jawab lebih dari apa yang diharapkan organisasi. Berkaitan dengan tugas karyawan bagian produksi, maka tanggungjawab mereka tentu pada produk yang dihasilkan yaitu Sari Apel Brosem sesuai dengan standart kualitas yang diharpakan KSU Brosem itu sendiri. mereka memanfaatkan jaringan diluar organisasi yang mereka miliki dengan mempromosikan produk sari apel Brosem. Anggota karyawan memanfaatkan jaringan yang mereka miliki untuk mempromosikan produk mereka dengan rasa tanggung jawab atas kebenaran informasi produk sari apel Brosem. Hubungan Social Networks dengan Courtesy Ketika jaringan dikaitkan dengan perilaku kelompok dalam menghadapi problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan pada bagian produksi, maka kelompok ini cenderung menggunakan jaringan yang bersifat hubungan kerja, pertemanan dan kekeluargan dalam menyikapi permasalahan produksi. 71 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 anggota karyawan selalu berkoordinasi dengan rekan kerja dan manajer ketika menghadapi masalah produksi. Hubungan Social Networks dengan Sportmanship Ketika jaringan dihubungkan dengan perilaku yang memandang aspek-aspek postif baik dari organisasi maupun sesama rekan kerja, maka dalam kelompok ini tidak memanfaatkan jaringan yang mereka miliki untuk membahas atau membicarakan isu-isu negatif mengenai rekan kerjanya. Anggota karyawan bagian produksi tidak memanfaatkan jaringan yang mereka miliki untuk hal-hal yang negatif terutama yang berkaitan dengan rekan kerja mereka. Sosial Norm (Norma Sosial) Norma sosial juga dapat mencegah karyawan berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di dalam organisasi KSU Brosem. Peraturan atau norma-norma yang dianut kelompok kerja ini terbentuk dari kesadaran masingmasing anggota karyawan dan menjadi sebuah kebiasaan. Sikap saling menghormati, sportif dan peduli ini terlihat ketika karyawan melihat rekan kerjanya melakukan suatu penyimpangan atau kesalahan di lingkungan pekerjaan. Hubungan Social Norm dengan Altruism Perilaku yang muncul adalah jika salah satu karyawan bagian produksi KSU Brosem melakukan penyimpangan, maka karyawan lain tidak segan untuk menegur rekannya dengan cara yang sopan untuk bekerja sesuai aturan. Begitu pula sebaliknya, ketika karyawan bersangkutan melakukan kesalahan atau penyimpangan pada saat bekerja maka ketika diingatkan oleh rekan kerja selalu diterima dengan baik tanpa rasa sakit hati. Hubungan Social Norm dengan Civic virtue Ketika mengamati norma sosial dan hubungannya dengan Civic virtue pada anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem, maka meraka munculkan kesadaran tentang bagaimana menyampaikan informasi 72 tentang KSU Brosem kepada pihak dari luar. Secara tidak langsung anggota karyawan bagian produksi memiliki batasan-batasan yang kemudian menjadi sebuah peraturan tidak tertulis mengenai bagaimana dan apa saja informasi yang perlu dan tidak perlu dikemukakan terhadap pihak diluar KSU Brosem. Hubungan Social Norm dengan Conscientiousness Karyawan bagian produksi KSU Brosem mempunyai tanggung jawab yang baik ketika bekerja bahkan ketika karyawan yang bersangkutan sedang mengalami permaslahan. Karyawan bagian produksi KSU Brosem juga memilik tanggungjawab pada peraturan-peraturan dalam bekerja bagaimanapun kondisi mereka pada saat itu. Hubungan Social Norm dengan Courtesy Karyawan bagian produksi KSU Brosem cenderung menampilkan perilaku untuk bersikap sopan, ramah, bersahabat ketika ada anggota karyawan baru yang masuk. Bagi karyawan baru sangat ditekankan terutama mengenai pemahaman peraturan-peraturan yang ada pada kelompok kerja. Hubungan Social Norm dengan Sportmanship Hubungan norma sosial dengan sportmanship terlihat ketika bagaimana sikap karyawan ketika menyikapi konflik yang terjadi antar anggota. Tetapi konflik jarang terjadi antar anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem. terlihat pemahaman anggota karyawan terhadap rasa kekeluargaan sebagai sumber norma dan peraturan mereka terapkan dengan baik. Konstruksi Pola Hubungan Modal Sosial dengan OCB Sebagai Penopang Kinerja Produksi Konstruksi pola hubungan yang akan peneliti rumuskan pada penelitian ini berdasarkan atas Modal Sosial yang melekat pada karyawan yang kemudian membentuk perilaku sosial organisasi yang disebut dengan OCB. Konstruksi ini memperhatikan ketiga dimensi modal sosial yang meliputi Trust, Social Network dan Social Norm. Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 Kemudian masing-masing dimensi modal sosial tersebut terhubung dan membentuk perilaku Altruism, Civic Virtue, Conscientiousnes, Courtesy dan Sportmanship yang merupakan dimensi dari OCB. Konstruksi Pola Hubungan Trust dengan OCB Kepercayaan merupakan unsur modal sosial yang paling penting sebagai pembentuk perilaku sosial organisasi pada kelompok karyawan bagian produksi KSU Brosem yang menggunakan sistem kerja kolektif. Ketika salah satu karyawan tidak bisa optimal dalam bekerja maka akan mempengaruhi kinerja seluruh anggota kelompok dan berimbas pada menurunnya produktifitas. Maka dari itu, anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem dituntut mempunyai rasa saling percaya dan tanggungjawab bersama pada seluruh pekerjaan. Kepercayan pada kelompok kerja terbentuk karena sistem kerja yang mengharuskan anggota karyawan melakukan pekerjaan kolektif, di mana hasil yang didapat merupakan akumulasi hasil kerja bersama. Selain sistem kerja, kepercayaan terbentuk karena kebiasaan dan kebersaamaan anggota karyawan bagian KSU Brosem yang terbentuk selama kurang lebih sepuluh tahun dalam satu lingkungan tempat kerja atau pabrik KSU Brosem. Sesuai dengan pendapat Lawang (2005) “kepercayaaan beberdasar pada pengetahuan yang dimiliki seorang individu, mengetahui latar belakang atau data pribadi seseorang, saling mengenal, saling memiliki kepentingan , setia akan kewajiban, meningkatkan diri dan kebersamaan serta untuk melakukan tugas bersama.” Dari aspek Altruism, karyawan mengambil sikap saling mengisi atau melakukan pekerjaan rekan kerja yang lain ketika ada rekan kerja tidak dapat melakukan pekerjaan karena suatu halangan. Dan sebaliknya, karyawan percaya bahwa rekan kerja yang menggantikan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Hasbullah (2006 : 11) trust atau rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan senantiasa bertindak dalam satu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Terkait dengan kepercayaan anggota karyawan untuk mengambil resiko dalam mempercayakan tugasnya kepada anggota karyawan lain ketika sedang berhalangan bekerja, pada dasarnya mereka mengetahui resiko yang harus ditanggung ketika karyawan lain melakukan tugasnya. Resiko yang akan dihadapi antara lain akan kehilangan penghasilan pada hari itu karena tidak masuk kerja. Begitu pula sebaliknya, ketika karyawan menerima tugas dari karyawan lain yang tidak masuk kerja otomatis beban kerjanya bertambah dengan upah upah yang tidak bertambah. Pada akhirnya anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem senantiasa saling mengisi tanpa pamrih dengan resiko yang ada demi tercapainya target produksi. Ketika kepercayaan dikaitkan dengan aspek civic virtue yang merupakan dukungan anggota karyawan terhadap tuntutan organisasi dalam hal ini adalah produktivitas, maka karyawan dituntut untuk mengikuti arus tuntutan produksi. Seperti waktu produksi ketika mendekati Bulan Puasa dan Hari Raya, otomatis permintaan produk Sari Apel Brosem meningkat dibanding hari biasa. Pada kondisi seperti ini karyawan dituntut bekerja lembur untuk memenuhi permintaan produksi. Selain tuntutan bekerja lembur yang diberikan organisasi kepada anggota karyawan, ada hal menarik ketika anggota karyawan bekerja melebihi jam kerja tetapi tidak dihitung lembur. Situasi seperti ini terjadi ketika hanya ada satu atau beberapa anggota karyawan saja yang melakukan pekerjaan tersebut seperti melipat kardus dan mempromosikan sari apel Brosem. Jadi dapat disimpulkan ketika kepercayaan anggota karyawan diperlihatkan pada perilaku dukungan anggota karyawan pada organisasi maka hasil postif akan diraih organisasi KSU Brosem. Ketika kepercayaan dihubungkan dengan consientiousness, Sikap-sikap yang ditunjukkan anggota karyawan bagian produksi yaitu bekerja semaksimal mungkin dengan selalu 73 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 menjaga sikap dan mematuhi prosedur sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian tidak gembar-gembor dalam arti menyampaikan informasi tentang produk Sari Apel Brosem sesuai dengan kualitas dan standart yang telah ditetapkan sehingga membuat konsumen menaruh kepercayaan pada organisasi dan menjaga nama baik KSU Brosem di mata konsumen. Sebagaimana dijelaskan Fukuyama (1995), “kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.” Kepercayaan yang ditunjukkan anggota karyawan pada akhirya membentuk sikap tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan. Bila melihat kepercayaan anggota karyawan dihubungkan dengan aspek courtesy, maka akan muncul sikap sopan santun dan saling menghormati dalam menyikapi permasalahan karyawan. Anggota karyawan percayaan bahwa tiap angggota karyawan dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Pernyataan menarik dari Ibu Saadah ”ibarat urip mung kari bonuse” mengandung makna bahwa tidak perlu menghabiskan waktu untuk hal-hal atau permaslahan yang dianggap sepele. Lebih baik menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk hal yan bermanfaat dan meminimalisir permaslahan-permaslahan dalam pekerjaan baik pribadi atau dengan karyawan lain. Sikap saling menghormati akan membawa pengaruh positif baik untuk diri sendiri ataupun untuk organisasi. Terakhir ketika aspek kepercayaan dihubungkan dengan aspek sportmanship, maka perilaku yang ditujukkan anggota karyawan saling mempercayai untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan di KSU Brosem bagian produksi. Dukungan yang terlihat ketika ada karyawan yang melakukan kesalahan pada saat bekerja dan diingatkan oleh temannya tanpa merasa sakit hati. Dengan begitu toleransi antar anggota karyawan tetap terjaga dan menjadi sebuah dukungan terhadap kinerja KSU Brosem. 74 Toleransi terjalin berkat kesadaran angggota karyawan pada persamaan status sebagai sesama karyawan. Konstruksi Pola Hubungan Social Networks dengan OCB Ketika jaringan sosial dihubungkan dengan OCB, terdapat fakta menarik dari aspek altruism yaitu ketika salah satu karyawan tidak dapat bekerja karena suatu halangan. Ternyata ada karyawan lain dengan senag hati menggantikan karyawan yang tidak bisa bekerja tersebut demi tercapainya target produksi. Hubungan yang terjalin lama membuat masing-masing anggota karyawan saling pengertian terhadap persoalan rekan kerja ketika tidak bisa bekerja. Selain itu mereka sadar ketika tidak bisa memenuhi target produksi karena ketidak hadiran satu orang, maka penghasilan mereka pada saat itu juga berkurang. Pada aspek Civic Virtue, hubungan karyawan dengan KSU Brosem sebagai anggota kelompok mempunyai loyalitas untuk membangun dan memajukan organisasi KSU Brosem. Hal ini disebabakan peran ganda mereka sebagai karyawan sekaligus sebagai anggota koperasi. Dukungan dalam bekerja selalu ditampilkan dengan baik dengan harapan kinerja produksi semakin membaik dan menghasilkan keuntungan pada KSU Brosem dan pada akhirya anggota karyawan bagian produksi mendapatkan penghasilan tambahan dari SHU. Sangat menarik ketika karyawan bekerja tanpa ada kontrak kerja secara tertulis tetapi memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi KSU Brosem. Ketika jaringan dikaitkan dengan courtesy, yaitu perilaku karyawan dalam menghadapi problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan pada bagian produksi, maka mereka ini cenderung menggunakan jaringan yang bersifat hubungan kerja, pertemanan dan kekeluargan dalam menyikapi permasalahan produksi. Ketika menghadapi sebuah permasalahan, anggota karyawan selalu berkoordinasi dengan rekan kerja dan manajer ketika menghadapi masalah produksi. Dengan demikikan, permasalahan yang muncul tidak berlarut-larut sehingga menghambat proses produksi. Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 Selanjutnya jaringan dihubungkan dengan sportmanship, perilaku yang memandang aspek-aspek postif baik dari organisasi maupun sesama rekan kerja, maka dalam kelompok ini tidak memanfaatkan jaringan yang mereka miliki untuk membahas atau membicarakan isu-isu negatif mengenai rekan kerjanya. Selama isu tersebut belum diketahui kebenarannya dan tidak mengganggu kinerja karyawan yang bersangkutan, maka sikap anggota kelompok ini cenderung membiarkan. Terkecuali ketika isu tersebut sudah diketahui kebenarannya sehingga mengganggu kinerja dan yang bersangkutan sendiri bercerita mengenai permasalahan kepada rekan kerja, maka barulah isu tersebut dibicarakan dengan kekeluargaan tanpa menyakiti perasaan. Karyawan yang bersangkutan. Mereka sadar jika isu-isu yang belum tentu kebenarannya dipermaslahkan maka akan mengganggu kinerja atau produktifitas. Cara mereka menyikapi isu-isu negatif sangat bijak karena sudah bekerja bersama kurang lebih sepuluh tahun. Berkaitan dengan loyalitas karyawan Steers dan Porter dalam Soegandhi (2013 : 3) menyatakan bahwa timbulnya loyalitas kerja dipengaruhi oleh empat faktor. Salah satunya karakteristik pribadi yang meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, prestasi yang dimiliki, ras dan beberapa sifat kepribadian. Konstruksi Pola Hubungan Social Norms dengan OCB. Norma sosial berhubungan positif dengan dimensi-dimensi OCB pada karyawan bagian produksi KSU Brosem. Hal ini terlihat ketika normanorma dan peraturan yang telah disepakati menjadi sarana perekat dan pengikat hubungan yang terjalin antar karyawan sebagai bentuk komitmen dan loyalitas terhadap organisasi. Gibsen (1996:412) berpendapat bahwa norma mempunyai karakteristik tertentu bagi anggota kelompok. Pertama, norma dibentuk hanya berkaitan dengan pada hal yang berati bagi kelompok. kebanyakan tidak pernah dinyatakan secara formal, tetapi entah bagaimana diketahui anggota kelompok. Kedua, norma diterima dalam berbagai tingkat oleh anggota, dan ketiga, norma diterapkan ke setiap anggota atau hanya beberapa anggota saja. Pola Hubungan Modal Sosial yang Membentuk OCB pada Karyawan Bagian Produksi KSU Brosem Pada analisis konstruksi hubungan modal sosial yang melekat pada tiap karyawan dapat diwujudkan dalam sebuah perilaku karyawan yang disebut dengan OCB. Kemudian dapat dibentuk pola hubungan modal sosial dengan OCB yang diimplementasikan pada karyawan bagian produksi KSU Brosem sebagai penopang kinerja produksi karyawan. Struktur pola ini memperhatikan tingkat OCB yang diwujudkan dalam perilaku karyawan dan pengaruhnya pada produktivitas karyawan . Tabel. Pola Hubungan Modal Sosial yang Membentuk OCB pada Karyawan Bagian Produksi KSU Brosem Dimensi Modal Sosial Dimensi OCB Implikasi perilaku pada produktifitas Trust (K) Altruism (K.A) saling mengisi dan saling percaya dan mempercayakan pengertian antar tanggungjawab dalam pekerjaan pada rekan karyawan yang mengambil resiko kerja pada saat berhalangan masuk bersama pada seluruh berhalangan masuk kerja pekerjaan kerja demi tercapainya kepercayaan antar target produksi anggota karyawan untuk Civic virtue (K.Cv) Tercapainya target bekerja sama Kepercayaan terhadap produksi KSU Brosem kepercayaan antar organisasi (KSU Brosem) anggota karyawan yang mengenai kesedian dibentuk dari sistem kerja bekerja lembur baik kolektif yang diberi upah dan 75 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 kepercayaan antar anggota karyawan untuk menjaga keeratan hubungan Social Networks (Js) Jaringan antar anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem (hubungan kerja, pertemanan, dan kekeluargaan) Jaringan anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem dengan bagian lain KSU Brosem. Jaringan anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem dengan pihak luar. 76 tidak diberi upah Conscientiousnes (K.Cs) Kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab karyaawan terhadap produk Sari Apel Brosem yang mereka produksi merupakan produk dengan kualitas yang baik Courtesy (K.C) Kepercayaan antar karyawan untuk tidak mencampuri permasalahan pribadi karyawan lain tanpa diminta. Anggota karyawan percaya bahwa rekan kerja memiliki kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah pribadi Sportmanship (K.S) Kepercayaan anggota karyawan pada nasehat rekan kerja ketika melakukan kesalahan Altruism (Js.A) Memanfaatkan jaringan pertemanan antar anggota karyawan yang sudah terjalin lama untuk mengisi pekerjaan yang ditinggalkan karena suatu halangan Civic Virtue (Js.Cv) Loyalitas karyawan bagian produksi KSU Brosem yang berperan ganda sebagai karyawan dan juga sebagai anggota KSU Brosem, dan tetap memiliki loyalitas yang tinggi tanpa kontrak kerja Conscientiousnes (Js.Cs) Memanfaatkan jaringan dengan konsumen untuk promosikan dan menyampaikan informasi tentang produk Sari Apel Brosem dengan rasa tanggungjawab Menumbuhkan rasa tanggungjawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Terjaganya kepercayaan konsumen terhadap produk Sari Apel Brosem Terjalinnya sikap saling menghormati dan sopan santun. Terjalinnya toleransi antar anggota karyawan. Memperlancar proses produksi karena ketidakhadiran rekan kerja. Tingkat loyalitas karyawan yang tinggi sehingga mempengaruhi produktifitas kerja. Terjaganya kepercayaan konsumen sehingga omset penjualan terus meningkat. Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 Social Norm (Ns) Peraturan tidak tertulis yang terbentuk dari kesadaran masingmasing anggota karyawan bagian produksi KSU Brosem dan menjadi sebuah kebiasaan Peraturan yang bersifat kolektif dan mengikat tanpa memandang status. Courtesy (Js.C) Memanfaatkan jaringan antar karyawan dan manajer untuk berkoordinasi mengenai permasalahan yang sedang melanda organisasi. Sportmanship (Js.S) Memanfaatkan jaringan untuk kepentingan positif. Tidak memanfaatkan jaringan yang mereka miliki untuk membicarakan hal-hal negatif rekan kerja ataupun KSU Brosem . Altruism (Ns.A) Kepedulian karyawan dalam menyampaikan kesalahan rekan kerja ketika melakukan penyimpangan dengan sopan. Civic Virte (Ns.Cv) Pemahaman mengenai batasan-batasan informasi apa saja yang boleh dan tidak boleh disampaikan pada pihak luar mengenai permaslahan interen KSU Brosem Conscientiousnes (Ns.Cs) Kesadaran anggota karyawan untuk bersikap profesianal ketika mnegalami permaslahan pribadi pada saat bekerja. Courtesy (Ns.C) Kepedulian terhadap karyawan baru dan memberikan penjelasan mengenaiperaturanperaturan serta kebiasaan karyawan bagian produksi KSU Brosem. Sportmanship (Ns.S) Pemahhaman asas kekeluargaan sebagai sumber peraturan dan norma untuk mengatasi konflik pada koperesi dalam hal ini KSU Brosem. Cepat terselesaikannya masalah internal yang menggangu proses produksi Tercipta suasana kondusif di lingkungan kerja. Kembali lancarnya pekerjaan karena karyawan yang melakukan kesalahan sudah diingatkan tanpa sakit hati. Terjaganya nama baik dan citra KSU Brosem di mata masyarakat terutama konsumen Tumbuhnya sikap profesionalisme dan tanggung jawab karyawan Cepat beradaptasinya karyawan baru sehingga proses produksi bisa berjalan normal bahkan lebih baik Terciptanya suasana kondusif di lingkungan kerja. 77 Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial memiliki pola hubungan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai penopang kinerja produksi. Dengan semakin tinggi rasa kepercayaan, jaringan sosial dan norma pada kelompok karyawan tersebut, maka tanpa disadari karyawan akan sering menampilkan OCB dalam kelompok tersebut. 1) Aspek Trust (kepercayaan) sebagai salah satu aspek modal sosial yang membentuk perilaku OCB karyawan bagian produksi KSU Bosem. Rasa saling percaya dan tanggungjawab anggota karyawan KSU Brosem dalam mengambil resiko bersama pada seluruh pekerjaan dan kesediaan untuk bekerja sama ini dibentuk melalui sitem kerja kolektif yang diterapkan manajer KSU Brosem untuk menjaga keeratan hubungan. Aspek kepercayaan ini kemudian membentuk sikap-sikap karyawan untuk saling percaya pada sesama karyawan, percaya pada organisasi, dan memiliki rasa tanggungjawab pada produk yang dihasilkan. 2) Social Networks (jaringan sosial) yang terbentuk pada karyawan bagian produksi KSU Brosem berupa jaringan hubungan kerja, pertemanan, dan kekeluargaan. Selain hubungan antar karyawan, terdapat juga hubungan dengan bagian lain dan juga hubungan dengan pihak luar. Hubungan jaringan sosial dengan OCB ditampilkan dalam perilaku mengisi pekerjaan rekan kerja karenasuatu halangan, loyalitas dan peran ganda sebagai karyawan dan juga anggota koperasi, memanfaatkan jaringan dari luar untuk mempromosikan produk sari apel Brosem, sarana koordinasi, dan tidak memanfaatkan jaringan untuk kepentingan individu. 3) Aspek Sosial Norms (norma sosial), peraturan yang terbentuk dari kesadaran anggota karyawan dan menjadi sebuah kebiasaan yang mengikat tanpa memandang status. Hubungan norma sosial dengan OCB berupa perilaku karyawan yang bersikap peduli terhadap rekan kerja yang melakukan kesalahan, pemahaman mengenai batas-batas informasi internal, kesadaran untuk bersikap profrsional, kepedulian terhadap karyawan baru, 78 pemahaaman atas asas koperasi yaitu kekeluargaan. Saran Berdasar kesimpulan dari penelitian ini maka saran yang ingin disampaikan oleh peneliti terkait dengan OCB sebagai perilaku tambahan di luar peran kerjanya adalah: 1) Karyawan yang menginginkan nilai dan tujuannya tercapai dengan baik, perlu memupuk tumbuh dan berkembangnya modal sosial. Dengan modal sosial yang tersedia dapat mendorong lahirnya perilaku - perilaku positif yang berguna bagi organisasi dalam hal ini perusahaan. 2) Agar stok modal sosial terus tumbuh, karyawan dalam melakukan hubungan sosial hendaknya Melandaskan hubungan yang dilakukan pada sebuah kepercayaan (trust) sebagai perwujudan mengemban tugas yang dipercayakan kepada individu sebagai anggota kelompok, memperluas dan mengembangkan hubungan yang ada dengan jaringan sosial (social networking) yang dimiliki secara kolektif baik dalam internal kelompok maupun dalam membangun jaringan dengan pihak luar kelompok, melakukan fungsi kontrol terhadap hubungan yang dibangun yang diwujudkan melalui kepatuhan terhadap seperangkat peraturan (social norms) yang dimiliki. DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Anoraga, P, Nanik, W. 2007. Dinamika Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta. Calchoun. 1994. Ps. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Berdasar Materi Kuliah Sosiologi Umum.. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB Coleman J. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. American Journal of Sociology 94:95-120. Fukuyama, Francis, 2001, Sosial Capital; Civil Society and Development, Third. World Quarterly, Vol 22. dalam Peran Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015 Modal Sosial dalam Percepatan Pembangunan.pdf. (repository.ipb.ac.id/bitstream/h andle/.../2007fad.pdf) diakses 18 Agustus 2010. Gibson, Ivancevic dan Donnelly. 1996. Organisasi PerilakuStruktur-Proses Jilid 1. Jakarta : Bina Aksara. Hadari Nawawi, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Cetakan Ke-4, Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press. Hasbullah, J. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta : MR-United Press. Hasibuan, Melayu Sp. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Lawang, Robert. 2005. “Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik : Suatu Pengantar”. FISIP UI Press. Organ, D.W. & Konovsky, M. 1989. Cognitive VS Affective Determinants Of Organizational Citizenship Behavior, Journal of Applied Psychology, Vol.74 : 157-164 Podsakoff PM, MacKenzie SB, Paine JB, Bachrach DG. 2000. Organizational Citizenship Behaviors: A Critical Review of the Theoretical and Empirical Literature and Suggestions for Future Research. Journal of Management 26: 513 563. Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : CV. Mandar Maju. Soekanto, Soerjon.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali. William M, 2002. The Management and Control of Quality, 5th ed., Ohio: South-Western. 79