Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi - Journals | STIE Kesuma Negara

advertisement
ISSN. 2088-6268
Vol.3, No. 1, Juni 2011
ISSN 2088-6268
JURNAL
JURNAL KOMPILEK
KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIE Kesuma
Negara Blitar
sebagai terbitan berkala yang menyajikan informasi dan analisa
Atika Syuliswati
PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD UNIVERSITY
persoalan GOVERNANCE
ilmu ekonomi baik
ekonomi, manajemen
maupun akuntansi.
PADAstudi
PENYUSUNAN
ANGGARAN BERBASIS
KINERJA DI POLITEKNIK NEGERI MALANG
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS
PRODUK
Pelindung:
TERHADAPKEPUTUSAN
PEMBELIAN
KEPUASAN
Ketua STIE
KesumaDAN
Negara
Blitar PADA
KONSUMEN SEPEDA MOTOR MEREK YAMAHA DI KOTA
BLITAR
Aris Sunandes
PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN
ArisPROFITABILITAS
Sunandes SE.,MM
PERUSAHAAN TERHADAP
DAN NILAI
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA LISTING DI
Sekretaris Redaksi:
BURSA EFEK INDONESIA
Afif Nur Rahmadi
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK DAN
KENYAMANAN TERHADAP
KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM
Pelaksana
Redaksi:
MENGGUNAKAN JASASiti
SPORT
CENTER (Studi
Kasus Mensana
Sunrowiyati,
SE., MM
Sport Center Futsal Kediri)
Pemimpin Redaksi:
Vera Noviana, SE., Ak
Sandi Eka Suprajang SE.,MM
Retno Murnisari
PERSEPSI MANAGER TERHADAP FUNGSI CONTROLLER
Lutvi Haviludin Najib/
Elfia Nora
Prof. POLA
Dr. H.HUBUNGAN
Pudjihardjo,
SE, MS
– Universitas
ANALISIS
MODAL
SOSIAL
DENGANBrawijaya
ORGANIZATIONAL
Iwan Setya Putra,
CITIZENSHIP
SE., MM.BEHAVIOUR
Ak. – STIE Kesuma
(OCB) Negara
SEBAGAI
KINERJA SE.,Msi.,Ak
PRODUKSI PADA
KARYAWAN
YudhantaPENOPANG
Sambharakreshna
– Universitas
Trunojoyo
BAGIAN PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM KOTA
BATU
Imam Bukhori
PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOLEKSI
Alamat
Redaksi:MOTIVASI
DAN SARANA PERPUSTAKAAN
TERHADAP
Kampus STIE Kesuma Negara
BERKUNJUNG
Yudiarto Perdana
Putra/Nur Laely
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO
LIKUIDITAS, SOLVABILITAS,
DAN RENTABILITAS UNTUK
Telepon/Fax:
MENILAI KINERJA(0342)802330
KEUANGAN PADA
KOPERASI
/ (0342)813779
MANUNGGAL UNIVERSITAS KADIRI
Rony Ika Setiawan
PENGARUH FINANCIAL KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
http//www.stieken.ac.id
DITINJAU DARI PERSEPSI
TERHADAP KOMPENSASI KERJA
(Studi Kasus pada Winner Gym Kota Blitar)
JURNAL KOMPILEK
Penyunting:
Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur - 66111
on-line:
E-mail:
[email protected]
[Vol 7, No. 1]
Hal. 1 - 109
Juni 2015
Diterbitkan oleh:
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR
Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813779
Email : [email protected]
[STIE KESUMA NEGARA BLITAR]
Vol.7, No. 1, Juni 2015
ISSN 2088-6268
JURNAL KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Diterbitkan pleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
STIE Kesuma Negara Blitar sebagai terbitan yang menyajikan informasi dan
analisa persoalan ilmu ekonomi, manajemen, maupun akuntansi.
Pelindung
Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM.
Pemimpin Redaksi
Aris Sunandes, SE., MM.
Sekretaris Redaksi
Vera Noviana, SE., Ak.
Pelaksana Redaksi
Siti Sunrowiyati, SE., MM.
Sandi Eka Suprajang, SE., MM.
Penyunting
Tanto Askriyandoko Putro, SE., MM.
Reviewers:
Prof. Dr. HM. Pudjihardjo, SE, MS – Universitas Brawijaya
Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM – STIE Kesuma Negara
Yudhanta Sambharakreshna SE., MSi., Ak – Universitas Trunojoyo
Alamat Redaksi:
Kampus STIE Kesuma Negara
Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur – 66111
Telepon/Fax:
(0342) 802330 / (0342) 813788
on-line:
http//www.stieken.ac.id
E-mail:
[email protected]
ii
Vol.7, No. 1, Juni 2015
ISSN 2088-6268
JURNAL KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Daftar Isi :
Atika Syuliswati
PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD UNIVERSITY
GOVERNANCE PADA PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS
KINERJA DI POLITEKNIK NEGERI MALANG
(Hal. 1-12)
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAPKEPUTUSAN PEMBELIAN DAN KEPUASAN PADA
KONSUMEN SEPEDA MOTOR MEREK YAMAHA DI KOTA BLITAR
(Hal. 13-23)
Aris Sunandes
PENGARUH RISIKO KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN NILAI
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA LISTING DI BURSA
EFEK INDONESIA
(Hal. 24-36)
Afif Nur Rahmadi
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK DAN
KENYAMANAN TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM
MENGGUNAKAN JASA SPORT CENTER (Studi Kasus Mensana
Sport Center Futsal Kediri)
(Hal. 37-45)
Retno Murnisari
PERSEPSI MANAGER TERHADAP FUNGSI CONTROLLER
(Hal. 46-65)
Lutvi Haviludin Najib/
Elfia Nora
ANALISIS POLA HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) SEBAGAI
PENOPANG KINERJA PRODUKSI PADA KARYAWAN BAGIAN
PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM KOTA BATU
(Hal. 66-79)
Imam Bukhori
PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOLEKSI DAN
SARANA PERPUSTAKAAN TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG
(Hal. 80-88)
Yudiarto Perdana
Putra/Nur Laely
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO
LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS UNTUK
MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MANUNGGAL
UNIVERSITAS KADIRI
(Hal. 89-98)
Rony Ika Setiawan
PENGARUH FINANCIAL KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI KERJA
(Studi Kasus pada Winner Gym Kota Blitar)
(Hal. 99-109)
iii
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
ANALISIS POLA HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) SEBAGAI PENOPANG KINERJA PRODUKSI
PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI KOPERASI SERBA USAHA BROSEM
KOTA BATU
Lutvi Haviludin Najib
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Elfia Nora
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Abstract: This study aims to analyze the pattern of social capital relationships with its
third pillars: confidence (trust), social networking, and social norms which can cause
additional and voluntary behavior conducted outside the employee's role and duty
called as Organizational Citizenship Behavior (OCB) as the support of production
performance. In addition, this study also addressed how systems work and the
characteristics of the employees can form a higher social capital so that employees will
often show positive behavior (OCB) which appears on the aspects of altruism,
courtesy, conscientiousness, civic virtue, and sportsmanship. This research is carried
out on groups of production employees at KSU Brosem Batu as Koperasi Serba Usaha
that produces Apple Cider “BOSEM”. This study uses modal analysis with its three
pillars: trust, social networking and social norms that occurred in the group of
employees that will be the existence of social capital which can foster a positive
attitude within the organization that can encourage individuals to behave in order to
achieve production targets. This study uses a qualitative case study approach. The
results of this study indicate that social capital has a pattern of relationships with
Organizational Citizenship Behavior (OCB). The higher sense of trust, social networks
and the norms of the group of employees, the employees will often unwitting display
of OCB in the group. Extra behavior conducted by employees can raise awareness to
always help each other and work together, which in turn creates work productivity.
The existence of this relationship, it is suggested that social capital is able to move the
of the group effectively to encourage positive behavior for desired organization in the
achievement of organizational goals at KSU Brosem that is productivity.
Keywords: Social Capital, OCB, KSU Brosem
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan
perekonomian
nasional yang dihadapi dunia usaha
termasuk koperasi dan usaha kecil
menengah saat ini sangat cepat dan
dinamis. Koperasi merupakan salah
satu bentuk badan usaha yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia
yang
pantas
untuk
ditumbuhkembangkan sebagai badan
usaha penting dan bukan sebagai
alternatif
terakhir
(Hutasuhut,
2001:23).
Pemerintah
secara
tegas
menetapkan bahwa dalam rangka
pembangunan nasional dewasa ini,
koperasi
harus
menjadi
tulang
punggung dan wadah perekonomian
rakyat. Kebijaksanaan pemerintah ini
sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan
bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan asas
66
kekeluargaan.
Dalam
penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut
dijelaskan bahwa bangun usaha yang
sesuai adalah koperasi. Moh. Hatta
sebagai Bapak Koperasi Indonesia
dalam
Harsono
(2006:13)
mendefinisikan
“koperasi
sebagai
usaha bersama untuk memperbaiki
nasib
penghidupan
ekonomi
berdasarkan
tolong-menolong.
Semangat tolong-menolong tersebut
didorong pleh keinginan member jasa
kepada kawan berdasarkan prinsip
seorang buat semua dan semua buat
seorang”.
Memperhatikan
azas
yang
terkandung di dalam koperasi maka
ada nilai lebih dari koperasi yang tidak
dimiliki oleh badan usaha lainnya.
Nilai-nilai
kesetiakawanan,
kekeluargaan,
gotong
royong,
solidaritas,
demokrasi
dan
kebersamaan merupakan suatu nilai
lebih tersendiri bagi koperasi. Nilai-nilai
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
tersebut
sebisa
mungkin
juga
ditanamkan pada karyawan koperasi
sebagai human capital.
Perusahaan dalam hal ini Koperasi
sebagai salah satu bentuk organisasi
didirikan dengan maksud mencapai
tujuan-tujuan
tertentu.
Dalam
mencapai tujuan tersebut, perusahaan
tidak selalu berkaitan dengan modal
produksi seperti kepemilikan mesinmesin dan alat-alat produksi saja, akan
tetapi kegiatannya dewasa ini mulai
didominasi
oleh
peranan
human
capital,
yaitu
‘pengetahuan’
dan
‘ketrampilan’ manusia. Konsep human
capital menyadari bahwa sumber daya
manusia memiliki pengetahuan dan
intelegensi
melalui
pengalaman,
pendidikan, keahlian, dan ide mereka
(Luthans, 2006:135).
Human capital merupakan sumber
daya yang dinamis memainkan peran
yang sangat penting sebagai agen
perubahan dalam suatu perusahaan.
Keberhasilan
perusahaan
dalam
mencapai
tujuan
tidak
dapat
dilepaskan dari peran karyawannya.
Manusia selalu berperan aktif dalam
setiap kegiatan organisasi, karena
manusia menjadi perencana, pelaku,
dan penentu terwujudnya
tujuan
organisasi. (Hasibuan, 1995:10).
Begitu
juga
dengan
peran
karyawan sebagai human capital yang
tercermin dalam pengetahun dan
ketrampilan, tidak selalu membawa
suatu keberhasilan tanpa adanya
kemampuan
masyarakat
untuk
berhubungan satu sama lain dengan
baik. Kemampuan ini akan menjadi
modal penting bukan hanya bagi
kehidupan ekonomi akan tetapi juga
bagi setiap aspek eksistensi sosial yang
lain. Modal yang demikian ini disebut
dengan ‘modal sosial’ (social capital).
Modal sosial (social capital) dapat
didefinisikan
sebagai
kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama,
demi mencapai tujuan-tujuan bersama,
di dalam berbagai kelompok dan
organisasi (Coleman, 1999:95). Modal
sosial ini mampu mendorong individu
untuk bekerja sama karena saling
mengenal, memahami dan saling
percaya antara rekan kerja, atasan
maupun bawahan.
Perilaku yang tidak disyaratkan
dalam pekerjaan yang ditampilkan oleh
karyawan, secara tidak langsung turut
meningkatkan kinerja individu serta
berpengaruh
langsung
terhadap
produktifitas perusahaan. Oleh karena
itu,
untuk
mencapai
semuanya,
individu sebagai karyawan yang ada
dalam
sebuah
organisasi
atau
perusahaan perlu memiliki perilaku
yang menunjang. Perilaku tersebut
tidak hanya yang sesuai dengan
perannya saja, namun diharapkan lebih
mencurahkan perilaku ekstra dari
individu tersebut, seperti penambahan
jam kerja oleh karyawan sendiri tanpa
adanya perintah, membantu karyawan
lain dalam meyelesaikan tugas-tugas
kantor tanpa memperoleh imbalan.
Organ menyatakan perilaku prososial
atau tindakan ekstra yang melebihi
deskripsi peran yang ditentukan dalam
organisasi
tersebut
disebut
Organizational Citizenship Behavior
(OCB). (Organ, 1989:157)
Kota Batu merupakan salah satu
Kota yang semakin dinamis dalam
konteks kegiatan ekonomi masyarakat
pada pelaku UMKM, dan Koperasi
dalam kegiatan perdagangan dan
perindustrian yang secara nyata telah
memberikan kontribusi signifikan bagi
perekonomian
masyarakat
lokal.
Perkembangan Koperasi di Kota Batu
secara kuantitas mengalami kenaikan
tiap
tahunnya
serta
memiliki
keragamanan
jenis
Koperasi
berdasarakan kelompok usaha yang
dijalankan.
Dari berbagai macam jenis usaha
koperasi yang ada di Kota Batu, KSU
(Koperasi Serba Usaha) memiliki
jumlah terbanyak yang berjumlah 174
Unit. Salah satu KSU yang ada di Kota
Batu dengan tingkat perkembangannya
paling pesat dan akan menjadi objek
dalam penelitian ini adalah KSU
Brosem yang memiliki usaha pokok
produksi minuman kemasan Sari Apel.
Rata-rata produksi sari buah apel
BROSEM per bulan adalah sekitar 300
dos sari buah apel dari berbagai
ukuran kemasan. Namun, pada hari
besar atau hari libur, produksi sari
buah apel meningkat antara 400-450
dos per bulan. Rata-rata per bulan
dapat mencapai Rp 11.700.000,00.
Pertumbuhan laba dari beberapa tahun
lalu hingga saat ini bertahan pada
kisaran 15-30%, menunjukkan bahwa
KSU Brosem sebagai sebuah usaha
mandiri memiliki profitabilitas yang
baik. Dalam kegiatan operasionalnya,
KSU
Brosem
mempekerjakan
25
tenaga
kerja yang berasal dari
masyakat
sekitar,
dimana
4
67
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
diantaranya adalah laki-laki, dan 21
orang perempuan. Dari 21 karyawan
perempuan, 10 diantaranya berada di
bagian produksi dimana dari 10
karyawan tersebut adalah ibu-ibu
warga sekitar yang diberdayakan
dengan jam kerja yang dimulai pukul
08.00-14.00
WIB.
Dalam
mempekerjakan
karyawan,
KSU
Brosem
menerapkan
prinsip
non
diskriminatif, sehingga setiap orang
yang berkualifikasi dapat bekerja
sebagai karyawan, tanpa membedakan
suku,
agama,
jenis
kelamin,
pendidikan, pekerjaan.
Kondisi yang menarik untuk diteliti
pada karyawan bagian produksi. Dari
observasi awal peneliti menemukan
keunikan
pada
karyawan
bagian
produksi yaitu semuanya merupakan
ibu-ibu
warga
sekitar.
Menurut
keterangan dari manajer koperasi,
bahwa selama ini belum ada karyawan
yang keluar atau mengundurkan diri
dari Koperasi Brosem dan tidak ada
kontrak kerja secara tertulis. Sistem
kerja yang diterapkan menggunakan
sistem kerja yang bersifat kolektif, di
mana upah ditentukan oleh seberapa
banyak paket sari apel yang dihasilkan
pada satu kali produksi. 1 paket sari
apel yang dihasilkan dihargai Rp.
19.000,- dan 1 paket sari apel berisi 7
dos sari apel. Jika rata-rata dalam satu
bulan menghasilkan 300 dos sari apel,
maka rata-rata penghasilan dalam satu
bulan sekitar Rp. 817.000,-. Dari
ketertarikan tersebut peneliti menarik
kesimpulan awal bahwa hubungan,
kepercayan dan komunikasi antar
karyawan yang tercermin dari konsep
modal sosial dan OCB berjalan dengan
baik. Sistem kerja yang ada juga
mendukung
terjalinnya
hubungan,
kepercayan dan komunikasi antar
karyawan. Kemudian hal itu diperkuat
dari pernyataan manajer koperasi
bahwa karyawan yang ada juga
sebagai anggota koperasi sehingga
rasa memiliki dan komitmen untuk
mencapai tujuan organisasi begtu
melekat pada karyawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis Pola hubungan Modal
Sosial
dengan
Organizational
Citizenship
Behaviour
yang
diimplementasikan
pada
karyawan
bagian produksi dalam menopang
kinerja produksi pada karyawan bagian
produksi Koperasi Serba Usaha Brosem
Kota Batu.
68
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
sudah dijelaskan, rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu apakah
modal sosial memiliki pola hubungan
dengan
Organizational
Citizenship
Behavior (OCB) sebagai penopang
kinerja produksi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
yang
sudah
dijelaskan,
tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui
modal sosial memiliki pola hubungan
dengan
Organizational
Citizenship
Behavior (OCB) sebagai penopang
kinerja produksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Modal Sosial
Modal
sosial
merupakan
serangkaian nilai-nilai atau normanorma informal yang dimiliki bersama
diantara para anggota suatu kelompok
yang
memungkinkan
terjalinnya
kerjasama
diantara
mereka.
(Fukuyama, 1995:8). Lawang dalam
Fatma (2012:13) modal sosial memiliki
penekanan dalam beberapa hal, yaitu
Jaringan,
Kepercayaan,
Norma.
Kepercayaan pada dasarnya terkait
dengan
hubungan,
harapan
dan
tindakan atau interaksi sosial. Jaringan
sosial sebagai salah satu pilar modal
sosial dapat dipahami sebagai jaring –
jaring hubungan antara sekumpulan
orang yang saling terkait baik langsung
maupun tidak langsung (Calchoun
dalam Fatma 2012:15). Norma sosial
merupakan elemen penting menjaga
agar hubungan sosial dalam suatu
sistem
sosial
masyarakat
dapat
terlaksana
sesuai
dengan
yang
diharapkan (Soekanto, 1982:53).
Modal sosial berhubungan positif
dengan kemampuan organisasi dalam
meningkatkan
komitmen
individu
terhadap organisasi. Individu-individu
yang menunjukkan tingkat partisipasi,
loyalitas, dan kepatuhan dalam proses
organisasional dalam perusahaan akan
merasakan adanya rasa memiliki
terhadap organisasi tempat ia bekerja
dan memperlihatkan tingkat keinginan
berpindah yang relatif rendah. Semakin
tinggi modal sosial yang dimiliki
individu
maka
individu
tersebut
mempunyai kemampuan bekerja sama
dengan orang lain dan mempunyai
norma informal yang dipatuhi ketika
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
menjalin hubungan dengan orang lain.
Hubungan yang terjalin dengan baik ini
akan mendorong individu melakukan
perilaku atau kegiatan yang tidak
diisyaratkan dalam pekerjaannya.
Organizational
Citizenship
Behaviour (OCB)
Organizational
Citizenship
Behavior (OCB) dalam Sloat (1999:20)
merupakan istilah yang digunakan
untuk
mengidentifikasikan perilaku
karyawan sehingga dia disebut sebagai
anggota atau karyawan yang baik.
Menurutnya, perilaku ini cenderung
melihat karyawan sebagai makhluk
sosial dibandingkan sebagai makhluk
individu yang mementingkan diri
sendiri.
Sebagai
makhluk
sosial,
manusia
mempunyai
kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan kerjanya Perilaku ini timbul
karena perasaan sebagai anggota
organisasi dan merasa puas apabila
dapat melakukan suatu yang lebih
kepada organisasi. Perasaan sebagai
anggota dan puas bila melakukan
sesuatu yang lebih hanya terjadi jika
pekerja memiliki persepsi yang positif
terhadap organisasinya.. Dalam hal ini,
pekerja ataupun karyawan dalam
melakukan segala sesuatu tidak selalu
digerakan
oleh
hal-hal
yang
menguntungkan bagi dirinya, namun
dikarenakan
karyawan
akan
mempunyai perasaan puas jika dapat
membantu
sesamanya
atau
mengerjakan sesuatu yang lebih dari
perannya
Organ dalam Novliadi (2007)
berpendapat
jika karyawan berada
dalam kondisi modal sosial yang
terjalin dengan baik maka karyawan
memiliki kecenderungan untuk lebih
ingin
melakukan
pekerjaannya
melebihi apa yang telah diisyaratkan
dalam uraian pekerjaan, dan akan
selalu mendukung tujuan organisasi
jika mereka diperlakukan oleh para
atasan dengan sportif dan dengan
penuh kesadaran serta percaya bahwa
mereka diperlakukan secara adil oleh
organisasinya. Di sini dapat dikatakan
bahwa ada keterkaitan antara modal
sosial
dengan
Organizational
Citizenship Behavior sebagai hasil
pengembangan
kemampuan atau
kapasitas
sumber
daya
manusia
sehingga pada akhirnya tercapainya
tujuan
organisasi
salah
satunya
adaalah produktifitas.
Organizational
Citizenship
Behaviour (OCB) merupakan perilaku
individu yang bebas, tidak secara
langsung atau secara eksplisit diakui
oleh sistem reward formal, dan dalam
agregat mempromosikan fungsi efisien
dan efektif organisasi. Bebas yang
dimaksud
diatas
adalah
perilaku
tersebut bukan merupakan persyaratan
yang harus dilaksanakan dalam peran
tertentu atau deskripsi kerja tertentu,
atau perilaku yang merupakan pilihan
pribadi (Podsakoff,2000:513). Dimensi
Organizational Citizenship Behaviour
(OCB) Morrison (1995:37) adalah
Altruism
yaitu
perilaku
untuk
membantu
orang
lain
dalam
menyelesaikan pekerjaannya, Civic
Virtue
yaitu
melakukan
sesuatu
aktivitas
di
luar
tugasnya,
Conscientiousness yaitu perilaku yang
melebihi prasyarat minimum seperti
kehadiran, kepatuhan terhadap aturan,
dan sebagainya, Sportmanship yaitu
Kemauan untuk bertoleransi tanpa
mengeluh, menahan diri dari aktivitasaktivitas mengeluh dan mengumpat,
dan
courtesy
yaitu
merupakan
kecenderungan
karyawan
untuk
menghindari
timbulnya
masalah
dengan rekan kerja.
Hatta dalam Harsono (2006:13)
mendefinisikan
“koperasi
sebagai
usaha bersama untuk memperbaiki
nasib
penghidupan
ekonomi
berdasarkan
tolong-menolong.
Semangat tolong-menolong tersebut
didorong pleh keinginan memberi jasa
kepada kawan berdasarkan prinsip
seorang buat semua dan semua buat
seorang.”
Anoraga
(2007:26)
mengemukakan Koperasi Serba Usaha
adalah koperasi yang memiliki lebih
dari satu jenis usaha. Sedarmayanti
(1994 :56) produktivitas adalah sikap
mental yang mempunyai semangat
untuk
melakukan
peningkatan
perbaikan.
Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja
yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam
melaksanakan
tugas
dan
tanggung jawabnya. Pada dasarnya
pengertian kinerja dapat dimaknai
secara beragam. Beberapa pakar
memandangnya sebagai hasil dari
suatu proses penyelesaian pekerjaan,
sementara
sebagian
yang
lain
memahaminya sebagai perilaku yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang
69
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
diinginkan.
Kinerja
juga
dapat
digambarkan
sebagai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, visi perusahaan yang
tertuang dalam perumusan strategi
planning suatu perusahaan. Penilaian
tersebut tidak terlepas dari proses
yang merupakan kegiatan mengolah
masukan
menjadi
keluaran
atau
penilaian dalam proses penyusunan
kebijakan/program/kegiatan
yang
dianggap penting dan berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran dan
tujuan
Menurut Ilgen and Schneider
(Williams, 2002: 94): “Performance is
what the person or system does”. Hal
senada dikemukakan oleh Mohrman et
al (Williams, 2002:94) sebagai berikut:
“A performance consists of a performer
engaging in behavior in a situation to
achieve results”. Dari kedua pendapat
ini, terlihat bahwa kinerja dilihat
sebagai suatu proses
bagaimana
sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran
kinerja
dilihat
dari
baik-tidaknya
aktivitas tertentu untuk mendapatkan
hasil
yang
diinginkan.
Menurut
Mangkunegara,
Prabu,
kinerja
diartikan sebagai : ”Hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh
seorang
pegawai
dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung
jawab
yang
diberikan
kepadanya.”
Sedangkan
menurut
Nawawi H. Hadari, yang dimaksud
dengan kinerja adalah: ”Hasil dari
pelaksanaan suatu pekerjaan, baik
yang bersifat fisik/mental maupun non
fisik/non mental.”
Dari beberapa pendapat tersebut,
kinerja dapat dipandang dari perspektif
hasil, proses, atau perilaku yang
mengarah pada pencapaian tujuan.
Oleh karena itu, tugas dalam konteks
penilaian
kinerja,
tugas
pertama
pimpinan
organisasi
adalah
menentukan perspektif kinerja yang
mana yang akan digunakan dalam
memaknai kinerja dalam organisasi
yang dipimpinnya.
METODE
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
metode
kualitatif.
Pendekatan penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Informan dalam penelitian ini adalah
Manajer KSU Brosem sebagai informan
70
kunci dan karyawan bagian produksi
KSU Brosem sebagai informan utama.
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan yang tertanam pada
karyawan bagian produksi KSU Brosem
berbentuk
kepercayaan
karyawan
kepada anggota kelompok mengenai
kapasitas kinerja yang telah menjadi
tanggung
jawab
masing-masing
anggota
kelompok serta terbiasa
bekerjasama.
Hubungan Trust dengan Altruism
Pada aspek Altruism, karyawan
mengambil sikap saling mengisi atau
melakukan pekerjaan rekan kerja yang
lain ketika ada rekan kerja tidak dapat
melakukan pekerjaan karena suatu
halangan. Terkait dengan kepercayaan
anggota karyawan untuk mengambil
resiko
dalam
mempercayakan
tugasnya kepada anggota karyawan
lain
ketika
sedang
berhalangan
bekerja,
pada
dasarnya
mereka
mengetahui
resiko
yang
harus
ditanggung
ketika
karyawan
lain
melakukan tugasnya.
Hubungan Trust dengan Civic
Virtue
Ketika
kepercayaan
dikaitkan
dengan
dukungan yang diberikan
anggota karyawan terhadap tuntutan
organisasi dalam hal ini adalah
produktivitas, maka karyawan dituntut
untuk
mengikuti
arus
tuntutan
produksi. Seperti melakukan kerja
lembur pada waktu tertentu. Selain
tuntutan
bekerja
lembur
yang
diberikan organisasi kepada anggota
karyawan, ada hal menarik ketika
anggota karyawan bekerja melebihi
jam kerja tetapi tidak dihitung lembur.
Hubungan
Trust
dengan
Conscientiousness
Kepercayaan yang mendorong
anggota karyawan bagian produksi
dalam hal kesediaan dan kemampuan
anggota
karyawan
dalam
melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sehingga nama baik organisasi
tetap terjaga baik. Misalnya menurut
salah seorang karyawan tidak perlu
”gembar-gembor” maksudnya di sini
adalah tidak
menyampaikan secara
berlebihan tentang sari apel Brosem,
dan menimbulkan kekhawatiran jika
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
ternyata apa yang disampaikan tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada.
Hubungan Trust dengan Courtesy
Ketika rasa saling mempercayai
anggota karyawan bagian produksi
dikaitkan dengan problem-problem
yang berkaitan dengan pekerjaan yang
dihadapi karyawan lain, maka akan
muncul sikap sopan santun dan saling
menghormati
dalam
menyikapi
permasalahan karyawan. kepercayaan
bahwa tiap angggota karyawan dapat
mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi. percaya jika rekan kerjanya
bisa mengatasi permasalahan tanpa
harus dicampuri oleh karyawan lain.
Tetapi tidak semua permasalahan
dapat diselesaikan sendiri atau hilang
dengan sendirinya. Jika seperti itu
maka rekan kerja yang lain akan
membantu menemukan solusi atas
permaslahan yang terjadi dengan cara
kekeluargaan.
Hubungan
Trust
dengan
Sportmanship
Aspek Sportmanship akan sangat
berperan pada kelompok ketika antara
karyawan satu dengan karyawan lain
saling mempercayai untuk mendukung
kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan di KSU Brosem
bagian produksi. Dukungan yang
terlihat ketika ada karyawan yang
melakukan
kesalahan
pada
saat
bekerja dan diingatkan oleh temannya
tanpa merasa sakit hati.
Social Network
Bentuk
jaringan
dalam
menjalin hubungan di dalam kelompok
karyawan bagian produksi KSU Brosem
selain hubungan kerja (hubungan
produksi fungsional) adalah jaringan
pertemanan
(friendships)
dan
kekeluargaan. Selain jaringan antar
individu, dalam kelompok ini terbentuk
juga jaringan dengan bagian lain dari
KSU Brosem. Hubungan ini tampak
ketika bagian toko yang diketuai oleh
Ibu Emi salah seorang karyawan KSU
Brosem selalu berkoordinasi dengan
bagian
produksi
mengenai
stock
barang yang ada di outlet Brosem.
Hubungan Social Networks dengan
Altruism
Berdasarkan
jaringan
yang
dibangun anggota karyawan bagian
produksi KSU Brosem yaitu hubungan
yang berbentuk pertemanan dan
kekeluargaan, terdapat fakta menarik
dari aspek altruism yaitu ketika salah
satu karyawan tidak dapat bekerja
karena suatu halangan. Ternyata ada
karyawan lain dengan senang hati
menggantikan karyawan yang tidak
bisa bekerja tersebut demi tercapainya
target produksi.
Hubungan Social Networks dengan
Civic Virtue
Pada aspek Civic Virtue, pekerja
sebagai
anggota
kelompok
bisa
berloyalitas untuk membangun dan
memajukan organisasi KSU Brosem.
Hubungan yang terjalin antara anggota
karyawan bagian produksi dengan KSU
Brosem tidak hanya sebagai karyawan
dengan pemberi kerja, tetapai mereka
juga sebagai anggota Koperasi Serba
Usaha Brosem, yang sangat
lebih
menarik lagi adalah ketika karyawan
bekerja tanpa ada kontrak kerja secara
tertulis tetapi memiliki loyalitas yang
tinggi
terhadap
organisasi
KSU
Brosem.
Hubungan Social Networks dengan
Concientiousness
Jaringan ini dikaitkan dengan
perilaku karyawan yang bersikap
melaksanakan tanggung jawab lebih
dari apa yang diharapkan organisasi.
Berkaitan dengan tugas karyawan
bagian produksi, maka tanggungjawab
mereka tentu pada produk yang
dihasilkan yaitu Sari Apel Brosem
sesuai dengan standart kualitas yang
diharpakan KSU Brosem itu sendiri.
mereka memanfaatkan jaringan diluar
organisasi yang mereka miliki dengan
mempromosikan produk sari apel
Brosem.
Anggota
karyawan
memanfaatkan jaringan yang mereka
miliki untuk mempromosikan produk
mereka dengan rasa tanggung jawab
atas kebenaran informasi produk sari
apel Brosem.
Hubungan Social Networks dengan
Courtesy
Ketika jaringan dikaitkan dengan
perilaku kelompok dalam menghadapi
problem-problem
yang
berkaitan
dengan
pekerjaan
pada
bagian
produksi,
maka
kelompok
ini
cenderung menggunakan
jaringan
yang
bersifat
hubungan
kerja,
pertemanan dan kekeluargan dalam
menyikapi
permasalahan
produksi.
71
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
anggota karyawan selalu berkoordinasi
dengan rekan kerja dan manajer ketika
menghadapi masalah produksi.
Hubungan Social Networks dengan
Sportmanship
Ketika
jaringan
dihubungkan
dengan perilaku yang memandang
aspek-aspek postif baik dari organisasi
maupun sesama rekan kerja, maka
dalam
kelompok
ini
tidak
memanfaatkan jaringan yang mereka
miliki
untuk
membahas
atau
membicarakan
isu-isu
negatif
mengenai rekan kerjanya. Anggota
karyawan
bagian
produksi
tidak
memanfaatkan jaringan yang mereka
miliki untuk hal-hal yang negatif
terutama yang berkaitan dengan rekan
kerja mereka.
Sosial Norm (Norma Sosial)
Norma
sosial
juga
dapat
mencegah karyawan berbuat sesuatu
yang menyimpang dari kebiasaan yang
berlaku di dalam organisasi KSU
Brosem. Peraturan atau norma-norma
yang dianut kelompok kerja ini
terbentuk dari kesadaran masingmasing anggota karyawan dan menjadi
sebuah
kebiasaan.
Sikap
saling
menghormati, sportif dan peduli ini
terlihat ketika karyawan melihat rekan
kerjanya
melakukan
suatu
penyimpangan atau kesalahan di
lingkungan pekerjaan.
Hubungan Social Norm dengan
Altruism
Perilaku yang muncul adalah jika
salah satu karyawan bagian produksi
KSU
Brosem
melakukan
penyimpangan, maka karyawan lain
tidak segan untuk menegur rekannya
dengan cara yang sopan untuk bekerja
sesuai aturan. Begitu pula sebaliknya,
ketika
karyawan
bersangkutan
melakukan
kesalahan
atau
penyimpangan pada saat bekerja maka
ketika diingatkan oleh rekan kerja
selalu diterima dengan baik tanpa rasa
sakit hati.
Hubungan Social Norm dengan
Civic virtue
Ketika mengamati norma sosial
dan hubungannya dengan Civic virtue
pada
anggota
karyawan
bagian
produksi KSU Brosem, maka meraka
munculkan
kesadaran
tentang
bagaimana menyampaikan informasi
72
tentang KSU Brosem kepada pihak dari
luar. Secara tidak langsung anggota
karyawan bagian produksi memiliki
batasan-batasan
yang
kemudian
menjadi sebuah peraturan tidak tertulis
mengenai bagaimana dan apa saja
informasi yang perlu dan tidak perlu
dikemukakan terhadap pihak diluar
KSU Brosem.
Hubungan Social Norm dengan
Conscientiousness
Karyawan bagian produksi KSU
Brosem mempunyai tanggung jawab
yang baik ketika bekerja bahkan ketika
karyawan yang bersangkutan sedang
mengalami permaslahan. Karyawan
bagian produksi KSU Brosem juga
memilik
tanggungjawab
pada
peraturan-peraturan dalam bekerja
bagaimanapun kondisi mereka pada
saat itu.
Hubungan Social Norm dengan
Courtesy
Karyawan bagian produksi KSU
Brosem
cenderung
menampilkan
perilaku untuk bersikap sopan, ramah,
bersahabat
ketika
ada
anggota
karyawan baru yang masuk. Bagi
karyawan baru sangat ditekankan
terutama
mengenai
pemahaman
peraturan-peraturan yang ada pada
kelompok kerja.
Hubungan Social Norm dengan
Sportmanship
Hubungan norma sosial dengan
sportmanship
terlihat
ketika
bagaimana sikap karyawan ketika
menyikapi konflik yang terjadi antar
anggota. Tetapi konflik jarang terjadi
antar
anggota
karyawan
bagian
produksi
KSU
Brosem.
terlihat
pemahaman
anggota
karyawan
terhadap rasa kekeluargaan sebagai
sumber norma dan peraturan mereka
terapkan dengan baik.
Konstruksi Pola Hubungan Modal
Sosial
dengan
OCB
Sebagai
Penopang Kinerja Produksi
Konstruksi pola hubungan yang
akan peneliti rumuskan pada penelitian
ini berdasarkan atas Modal Sosial yang
melekat
pada
karyawan
yang
kemudian membentuk perilaku sosial
organisasi yang disebut dengan OCB.
Konstruksi ini memperhatikan ketiga
dimensi modal sosial yang meliputi
Trust, Social Network dan Social Norm.
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
Kemudian
masing-masing dimensi
modal sosial tersebut terhubung dan
membentuk perilaku Altruism, Civic
Virtue, Conscientiousnes, Courtesy dan
Sportmanship
yang
merupakan
dimensi dari OCB.
Konstruksi Pola Hubungan Trust
dengan OCB
Kepercayaan merupakan unsur
modal sosial yang paling penting
sebagai pembentuk perilaku sosial
organisasi pada kelompok karyawan
bagian produksi KSU Brosem yang
menggunakan sistem kerja kolektif.
Ketika salah satu karyawan tidak bisa
optimal dalam bekerja maka akan
mempengaruhi kinerja seluruh anggota
kelompok
dan
berimbas
pada
menurunnya produktifitas. Maka dari
itu, anggota karyawan bagian produksi
KSU Brosem dituntut mempunyai rasa
saling percaya dan tanggungjawab
bersama pada seluruh pekerjaan.
Kepercayan pada kelompok kerja
terbentuk karena sistem kerja yang
mengharuskan
anggota
karyawan
melakukan pekerjaan kolektif, di mana
hasil
yang
didapat
merupakan
akumulasi hasil kerja bersama. Selain
sistem kerja, kepercayaan terbentuk
karena kebiasaan dan kebersaamaan
anggota karyawan bagian KSU Brosem
yang terbentuk selama kurang lebih
sepuluh tahun dalam satu lingkungan
tempat kerja atau pabrik KSU Brosem.
Sesuai dengan pendapat Lawang
(2005) “kepercayaaan beberdasar pada
pengetahuan yang dimiliki seorang
individu, mengetahui latar belakang
atau data pribadi seseorang, saling
mengenal, saling memiliki kepentingan
, setia akan kewajiban, meningkatkan
diri dan kebersamaan serta untuk
melakukan tugas bersama.”
Dari aspek Altruism, karyawan
mengambil sikap saling mengisi atau
melakukan pekerjaan rekan kerja yang
lain ketika ada rekan kerja tidak dapat
melakukan pekerjaan karena suatu
halangan. Dan sebaliknya, karyawan
percaya bahwa rekan kerja yang
menggantikan
dapat
melakukan
tugasnya dengan baik.
Hasbullah (2006 : 11) trust atau
rasa percaya adalah suatu bentuk
keinginan untuk mengambil resiko
dalam hubungan-hubungan sosialnya
yang didasari oleh perasaan yakin
bahwa yang lain akan melakukan
sesuatu seperti yang diharapkan dan
senantiasa bertindak dalam satu pola
tindakan yang saling mendukung.
Paling tidak, yang lain tidak akan
bertindak
merugikan
diri
dan
kelompoknya.
Terkait
dengan
kepercayaan
anggota karyawan untuk mengambil
resiko
dalam
mempercayakan
tugasnya kepada anggota karyawan
lain
ketika
sedang
berhalangan
bekerja,
pada
dasarnya
mereka
mengetahui
resiko
yang
harus
ditanggung
ketika
karyawan
lain
melakukan tugasnya. Resiko yang akan
dihadapi antara lain akan kehilangan
penghasilan pada hari itu karena tidak
masuk kerja. Begitu pula sebaliknya,
ketika karyawan menerima tugas dari
karyawan lain yang tidak masuk kerja
otomatis beban kerjanya bertambah
dengan
upah
upah
yang
tidak
bertambah. Pada akhirnya anggota
karyawan bagian produksi KSU Brosem
senantiasa saling mengisi tanpa pamrih
dengan
resiko
yang
ada
demi
tercapainya target produksi.
Ketika
kepercayaan
dikaitkan
dengan aspek civic virtue yang
merupakan
dukungan
anggota
karyawan terhadap tuntutan organisasi
dalam hal ini adalah produktivitas,
maka
karyawan
dituntut
untuk
mengikuti arus tuntutan produksi.
Seperti
waktu
produksi
ketika
mendekati Bulan Puasa dan Hari Raya,
otomatis permintaan produk Sari Apel
Brosem meningkat dibanding hari
biasa.
Pada
kondisi
seperti
ini
karyawan dituntut bekerja lembur
untuk memenuhi permintaan produksi.
Selain tuntutan bekerja lembur
yang diberikan organisasi kepada
anggota karyawan, ada hal menarik
ketika anggota karyawan bekerja
melebihi jam kerja tetapi tidak dihitung
lembur. Situasi seperti ini terjadi ketika
hanya ada satu atau beberapa anggota
karyawan
saja
yang
melakukan
pekerjaan tersebut seperti melipat
kardus dan mempromosikan sari apel
Brosem. Jadi dapat disimpulkan ketika
kepercayaan
anggota
karyawan
diperlihatkan pada perilaku dukungan
anggota karyawan pada organisasi
maka hasil postif akan diraih organisasi
KSU Brosem.
Ketika kepercayaan dihubungkan
dengan consientiousness, Sikap-sikap
yang ditunjukkan anggota karyawan
bagian
produksi
yaitu
bekerja
semaksimal mungkin dengan selalu
73
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
menjaga sikap dan mematuhi prosedur
sehingga produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diinginkan. Kemudian
tidak
gembar-gembor dalam
arti
menyampaikan
informasi
tentang
produk Sari Apel Brosem sesuai
dengan kualitas dan standart yang
telah ditetapkan sehingga membuat
konsumen menaruh kepercayaan pada
organisasi dan menjaga nama baik
KSU Brosem di mata konsumen.
Sebagaimana dijelaskan Fukuyama
(1995), “kepercayaan adalah harapan
yang
tumbuh di dalam
sebuah
masyarakat yang ditunjukkan oleh
adanya perilaku jujur, teratur, dan
kerjasama berdasarkan norma-norma
yang dianut bersama.”
Kepercayaan yang ditunjukkan
anggota
karyawan
pada
akhirya
membentuk sikap tanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan
standart
yang
sudah
ditetapkan. Bila melihat kepercayaan
anggota
karyawan
dihubungkan
dengan aspek courtesy, maka akan
muncul sikap sopan santun dan saling
menghormati
dalam
menyikapi
permasalahan
karyawan.
Anggota
karyawan
percayaan
bahwa
tiap
angggota karyawan dapat mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi.
Pernyataan menarik dari Ibu Saadah
”ibarat urip mung kari bonuse”
mengandung makna bahwa tidak perlu
menghabiskan waktu untuk hal-hal
atau permaslahan yang dianggap
sepele. Lebih baik menggunakan waktu
sebaik-baiknya
untuk
hal
yan
bermanfaat
dan
meminimalisir
permaslahan-permaslahan
dalam
pekerjaan baik pribadi atau dengan
karyawan
lain.
Sikap
saling
menghormati
akan
membawa
pengaruh positif baik untuk diri sendiri
ataupun untuk organisasi.
Terakhir ketika aspek kepercayaan
dihubungkan
dengan
aspek
sportmanship, maka perilaku yang
ditujukkan anggota karyawan saling
mempercayai
untuk
mendukung
kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan di KSU Brosem
bagian produksi. Dukungan yang
terlihat ketika ada karyawan yang
melakukan
kesalahan
pada
saat
bekerja dan diingatkan oleh temannya
tanpa merasa sakit hati. Dengan begitu
toleransi antar anggota karyawan tetap
terjaga dan menjadi sebuah dukungan
terhadap
kinerja
KSU
Brosem.
74
Toleransi terjalin berkat kesadaran
angggota karyawan pada persamaan
status sebagai sesama karyawan.
Konstruksi Pola Hubungan Social
Networks dengan OCB
Ketika jaringan sosial dihubungkan
dengan OCB, terdapat fakta menarik
dari aspek altruism yaitu ketika salah
satu karyawan tidak dapat bekerja
karena suatu halangan. Ternyata ada
karyawan lain dengan senag hati
menggantikan karyawan yang tidak
bisa bekerja tersebut demi tercapainya
target
produksi.
Hubungan
yang
terjalin lama membuat masing-masing
anggota karyawan saling pengertian
terhadap persoalan rekan kerja ketika
tidak bisa bekerja. Selain itu mereka
sadar ketika tidak bisa memenuhi
target produksi karena ketidak hadiran
satu orang, maka penghasilan mereka
pada saat itu juga berkurang.
Pada aspek Civic Virtue, hubungan
karyawan dengan KSU Brosem sebagai
anggota kelompok mempunyai loyalitas
untuk membangun dan memajukan
organisasi KSU Brosem. Hal ini
disebabakan peran ganda mereka
sebagai karyawan sekaligus sebagai
anggota koperasi.
Dukungan dalam bekerja selalu
ditampilkan
dengan
baik
dengan
harapan kinerja produksi semakin
membaik
dan
menghasilkan
keuntungan pada KSU Brosem dan
pada akhirya anggota karyawan bagian
produksi mendapatkan penghasilan
tambahan dari SHU. Sangat menarik
ketika karyawan bekerja tanpa ada
kontrak kerja secara tertulis tetapi
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
organisasi KSU Brosem.
Ketika jaringan dikaitkan dengan
courtesy, yaitu perilaku karyawan
dalam menghadapi problem-problem
yang berkaitan dengan pekerjaan pada
bagian produksi, maka mereka ini
cenderung menggunakan
jaringan
yang
bersifat
hubungan
kerja,
pertemanan dan kekeluargan dalam
menyikapi
permasalahan
produksi.
Ketika
menghadapi
sebuah
permasalahan,
anggota
karyawan
selalu berkoordinasi dengan rekan
kerja dan manajer ketika menghadapi
masalah produksi. Dengan demikikan,
permasalahan yang muncul tidak
berlarut-larut sehingga menghambat
proses produksi.
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
Selanjutnya jaringan dihubungkan
dengan sportmanship, perilaku yang
memandang aspek-aspek postif baik
dari organisasi maupun sesama rekan
kerja, maka dalam kelompok ini tidak
memanfaatkan jaringan yang mereka
miliki
untuk
membahas
atau
membicarakan
isu-isu
negatif
mengenai rekan kerjanya. Selama isu
tersebut
belum
diketahui
kebenarannya dan tidak mengganggu
kinerja karyawan yang bersangkutan,
maka sikap anggota kelompok ini
cenderung membiarkan. Terkecuali
ketika isu tersebut sudah diketahui
kebenarannya sehingga mengganggu
kinerja dan yang bersangkutan sendiri
bercerita
mengenai
permasalahan
kepada rekan kerja, maka barulah isu
tersebut
dibicarakan
dengan
kekeluargaan
tanpa
menyakiti
perasaan.
Karyawan yang bersangkutan.
Mereka sadar jika isu-isu yang belum
tentu kebenarannya dipermaslahkan
maka akan mengganggu kinerja atau
produktifitas. Cara mereka menyikapi
isu-isu negatif sangat bijak karena
sudah bekerja bersama kurang lebih
sepuluh tahun. Berkaitan dengan
loyalitas karyawan Steers dan Porter
dalam
Soegandhi
(2013
:
3)
menyatakan
bahwa
timbulnya
loyalitas
kerja
dipengaruhi
oleh
empat
faktor.
Salah
satunya
karakteristik pribadi yang
meliputi
usia,
masa
kerja,
jenis kelamin,
tingkat pendidikan, prestasi yang
dimiliki,
ras
dan beberapa sifat
kepribadian.
Konstruksi Pola Hubungan Social
Norms dengan OCB.
Norma sosial berhubungan positif
dengan dimensi-dimensi OCB pada
karyawan
bagian
produksi
KSU
Brosem. Hal ini terlihat ketika normanorma dan peraturan yang telah
disepakati menjadi sarana perekat dan
pengikat hubungan yang terjalin antar
karyawan sebagai bentuk komitmen
dan loyalitas terhadap organisasi.
Gibsen (1996:412) berpendapat bahwa
norma
mempunyai
karakteristik
tertentu bagi anggota
kelompok.
Pertama,
norma
dibentuk
hanya
berkaitan dengan pada hal yang berati
bagi kelompok. kebanyakan tidak
pernah dinyatakan secara formal,
tetapi entah bagaimana diketahui
anggota kelompok. Kedua, norma
diterima dalam berbagai tingkat oleh
anggota, dan ketiga, norma diterapkan
ke setiap anggota atau hanya beberapa
anggota saja.
Pola Hubungan Modal Sosial yang
Membentuk OCB pada Karyawan
Bagian Produksi KSU Brosem
Pada analisis konstruksi hubungan
modal sosial yang melekat pada tiap
karyawan dapat diwujudkan dalam
sebuah perilaku karyawan yang disebut
dengan OCB. Kemudian dapat dibentuk
pola hubungan modal sosial dengan
OCB yang diimplementasikan pada
karyawan bagian produksi KSU Brosem
sebagai penopang kinerja produksi
karyawan.
Struktur
pola
ini
memperhatikan tingkat OCB yang
diwujudkan dalam perilaku karyawan
dan pengaruhnya pada produktivitas
karyawan
.
Tabel. Pola Hubungan Modal Sosial yang Membentuk OCB pada Karyawan
Bagian Produksi KSU Brosem
Dimensi Modal Sosial
Dimensi OCB
Implikasi perilaku
pada produktifitas
Trust (K)
Altruism (K.A)

saling mengisi dan
 saling percaya dan
 mempercayakan
pengertian antar
tanggungjawab dalam
pekerjaan pada rekan
karyawan yang
mengambil resiko
kerja pada saat
berhalangan masuk
bersama pada seluruh
berhalangan masuk
kerja
pekerjaan
kerja demi tercapainya
 kepercayaan antar
target produksi
anggota karyawan untuk
Civic virtue (K.Cv)

Tercapainya target
bekerja sama
 Kepercayaan terhadap
produksi KSU Brosem
 kepercayaan antar
organisasi (KSU Brosem)
anggota karyawan yang
mengenai kesedian
dibentuk dari sistem kerja
bekerja lembur baik
kolektif
yang diberi upah dan
75
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
 kepercayaan antar
anggota karyawan untuk
menjaga keeratan
hubungan
Social Networks (Js)

Jaringan antar anggota
karyawan bagian
produksi KSU Brosem
(hubungan kerja,
pertemanan, dan
kekeluargaan)

Jaringan anggota
karyawan bagian
produksi KSU Brosem
dengan bagian lain KSU
Brosem.

Jaringan anggota
karyawan bagian
produksi KSU Brosem
dengan pihak luar.
76
tidak diberi upah
Conscientiousnes (K.Cs)
 Kepercayaan diri dan
rasa tanggung jawab
karyaawan terhadap
produk Sari Apel Brosem
yang mereka produksi
merupakan produk
dengan kualitas yang
baik
Courtesy (K.C)
 Kepercayaan antar
karyawan untuk tidak
mencampuri
permasalahan pribadi
karyawan lain tanpa
diminta.
 Anggota karyawan
percaya bahwa rekan
kerja memiliki
kebijaksanaan dalam
menyelesaikan masalah
pribadi
Sportmanship (K.S)
 Kepercayaan anggota
karyawan pada nasehat
rekan kerja ketika
melakukan kesalahan
Altruism (Js.A)
 Memanfaatkan jaringan
pertemanan antar
anggota karyawan yang
sudah terjalin lama
untuk mengisi pekerjaan
yang ditinggalkan karena
suatu halangan
Civic Virtue (Js.Cv)
 Loyalitas karyawan
bagian produksi KSU
Brosem yang berperan
ganda sebagai karyawan
dan juga sebagai
anggota KSU Brosem,
dan tetap memiliki
loyalitas yang tinggi
tanpa kontrak kerja
Conscientiousnes (Js.Cs)
 Memanfaatkan jaringan
dengan konsumen untuk
promosikan dan
menyampaikan informasi
tentang produk Sari Apel
Brosem dengan rasa
tanggungjawab
 Menumbuhkan rasa
tanggungjawab
karyawan dalam
melaksanakan
pekerjaan.
 Terjaganya
kepercayaan konsumen
terhadap produk Sari
Apel Brosem

Terjalinnya sikap
saling menghormati
dan sopan santun.
 Terjalinnya toleransi
antar anggota
karyawan.
 Memperlancar proses
produksi karena
ketidakhadiran rekan
kerja.

Tingkat loyalitas
karyawan yang tinggi
sehingga
mempengaruhi
produktifitas kerja.

Terjaganya
kepercayaan
konsumen sehingga
omset penjualan
terus meningkat.
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
Social Norm (Ns)

Peraturan tidak tertulis
yang terbentuk dari
kesadaran
masingmasing
anggota
karyawan
bagian
produksi KSU Brosem
dan menjadi sebuah
kebiasaan

Peraturan yang bersifat
kolektif dan mengikat
tanpa
memandang
status.
Courtesy (Js.C)
 Memanfaatkan jaringan
antar karyawan dan
manajer untuk
berkoordinasi mengenai
permasalahan yang
sedang melanda
organisasi.
Sportmanship (Js.S)
 Memanfaatkan jaringan
untuk kepentingan
positif.
 Tidak memanfaatkan
jaringan yang mereka
miliki untuk
membicarakan hal-hal
negatif rekan kerja
ataupun KSU Brosem .
Altruism (Ns.A)
 Kepedulian karyawan
dalam menyampaikan
kesalahan rekan kerja
ketika melakukan
penyimpangan dengan
sopan.
Civic Virte (Ns.Cv)
 Pemahaman mengenai
batasan-batasan
informasi apa saja yang
boleh dan tidak boleh
disampaikan pada pihak
luar mengenai
permaslahan interen
KSU Brosem
Conscientiousnes (Ns.Cs)
 Kesadaran anggota
karyawan untuk bersikap
profesianal ketika
mnegalami permaslahan
pribadi pada saat
bekerja.
Courtesy (Ns.C)
 Kepedulian terhadap
karyawan baru dan
memberikan penjelasan
mengenaiperaturanperaturan serta
kebiasaan karyawan
bagian produksi KSU
Brosem.
Sportmanship (Ns.S)
 Pemahhaman asas
kekeluargaan sebagai
sumber peraturan dan
norma untuk mengatasi
konflik pada koperesi
dalam hal ini KSU
Brosem.

Cepat
terselesaikannya
masalah internal yang
menggangu proses
produksi

Tercipta suasana
kondusif di
lingkungan kerja.

Kembali lancarnya
pekerjaan karena
karyawan yang
melakukan kesalahan
sudah diingatkan
tanpa sakit hati.

Terjaganya nama
baik dan citra KSU
Brosem di mata
masyarakat terutama
konsumen

Tumbuhnya sikap
profesionalisme dan
tanggung jawab
karyawan

Cepat
beradaptasinya
karyawan baru
sehingga proses
produksi bisa
berjalan normal
bahkan lebih baik

Terciptanya suasana
kondusif di
lingkungan kerja.
77
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa modal sosial memiliki pola
hubungan
dengan
Organizational
Citizenship Behavior (OCB) sebagai
penopang kinerja produksi. Dengan
semakin tinggi rasa kepercayaan,
jaringan sosial dan norma pada
kelompok karyawan tersebut, maka
tanpa disadari karyawan akan sering
menampilkan OCB dalam kelompok
tersebut. 1) Aspek Trust (kepercayaan)
sebagai salah satu aspek modal sosial
yang
membentuk
perilaku
OCB
karyawan bagian produksi KSU Bosem.
Rasa
saling
percaya
dan
tanggungjawab anggota karyawan KSU
Brosem dalam
mengambil resiko
bersama pada seluruh pekerjaan dan
kesediaan untuk bekerja sama ini
dibentuk melalui sitem kerja kolektif
yang diterapkan manajer KSU Brosem
untuk menjaga keeratan hubungan.
Aspek kepercayaan ini kemudian
membentuk
sikap-sikap
karyawan
untuk saling percaya pada sesama
karyawan, percaya pada organisasi,
dan memiliki rasa tanggungjawab pada
produk yang dihasilkan. 2) Social
Networks
(jaringan
sosial)
yang
terbentuk pada karyawan bagian
produksi KSU Brosem berupa jaringan
hubungan kerja, pertemanan, dan
kekeluargaan. Selain hubungan antar
karyawan, terdapat juga hubungan
dengan bagian lain dan juga hubungan
dengan pihak luar. Hubungan jaringan
sosial dengan OCB ditampilkan dalam
perilaku mengisi pekerjaan rekan kerja
karenasuatu halangan, loyalitas dan
peran ganda sebagai karyawan dan
juga anggota koperasi, memanfaatkan
jaringan
dari
luar
untuk
mempromosikan produk sari apel
Brosem, sarana koordinasi, dan tidak
memanfaatkan
jaringan
untuk
kepentingan individu. 3) Aspek Sosial
Norms (norma sosial), peraturan yang
terbentuk dari kesadaran anggota
karyawan
dan
menjadi
sebuah
kebiasaan
yang
mengikat
tanpa
memandang status. Hubungan norma
sosial dengan OCB berupa perilaku
karyawan
yang
bersikap
peduli
terhadap rekan kerja yang melakukan
kesalahan,
pemahaman
mengenai
batas-batas
informasi
internal,
kesadaran untuk bersikap profrsional,
kepedulian terhadap karyawan baru,
78
pemahaaman atas asas koperasi yaitu
kekeluargaan.
Saran
Berdasar
kesimpulan
dari
penelitian ini maka saran yang ingin
disampaikan
oleh
peneliti
terkait
dengan
OCB
sebagai
perilaku
tambahan di luar peran kerjanya
adalah:
1)
Karyawan
yang
menginginkan nilai dan tujuannya
tercapai dengan baik, perlu memupuk
tumbuh dan berkembangnya modal
sosial. Dengan modal sosial yang
tersedia dapat mendorong lahirnya
perilaku - perilaku positif yang berguna
bagi
organisasi
dalam
hal
ini
perusahaan. 2) Agar stok modal sosial
terus
tumbuh,
karyawan
dalam
melakukan hubungan sosial hendaknya
Melandaskan hubungan yang dilakukan
pada sebuah kepercayaan (trust)
sebagai perwujudan mengemban tugas
yang dipercayakan kepada individu
sebagai
anggota
kelompok,
memperluas
dan
mengembangkan
hubungan yang ada dengan jaringan
sosial (social networking) yang dimiliki
secara kolektif baik dalam internal
kelompok maupun dalam membangun
jaringan dengan pihak luar kelompok,
melakukan fungsi kontrol terhadap
hubungan
yang
dibangun
yang
diwujudkan
melalui
kepatuhan
terhadap seperangkat peraturan (social
norms) yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2002.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Anoraga, P, Nanik, W. 2007.
Dinamika Koperasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Calchoun. 1994. Ps. Komunikasi dan
Pengembangan
Masyarakat.
Berdasar Materi Kuliah Sosiologi
Umum.. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian. IPB
Coleman J. 1999. Social Capital in the
Creation of Human Capital.
American Journal of Sociology
94:95-120.
Fukuyama, Francis, 2001, Sosial
Capital;
Civil
Society
and
Development,
Third.
World
Quarterly, Vol 22. dalam Peran
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 1 Juni 2015
Modal Sosial dalam Percepatan
Pembangunan.pdf.
(repository.ipb.ac.id/bitstream/h
andle/.../2007fad.pdf)
diakses
18 Agustus 2010.
Gibson, Ivancevic dan Donnelly.
1996.
Organisasi
PerilakuStruktur-Proses Jilid 1. Jakarta :
Bina Aksara.
Hadari Nawawi, 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk
Bisnis Yang Kompetitif, Cetakan
Ke-4, Yogyakarta: Gajah Mada
Univercity Press.
Hasbullah, J. 2006. Social Capital
(Menuju
Keunggulan Budaya
Manusia Indonesia). Jakarta :
MR-United Press.
Hasibuan,
Melayu
Sp.
1995.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia : Dasar dan Kunci
Keberhasilan, Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.
Lawang, Robert. 2005. “Kapital
Sosial
Dalam
Perspektif
Sosiologik : Suatu Pengantar”.
FISIP UI Press.
Organ, D.W. & Konovsky, M. 1989.
Cognitive
VS
Affective
Determinants Of Organizational
Citizenship Behavior, Journal of
Applied Psychology, Vol.74 :
157-164
Podsakoff PM, MacKenzie SB, Paine
JB,
Bachrach
DG.
2000.
Organizational
Citizenship
Behaviors: A Critical Review of
the Theoretical and Empirical
Literature and Suggestions for
Future Research. Journal of
Management 26: 513 563.
Sedarmayanti, 2009. Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung : CV. Mandar Maju.
Soekanto, Soerjon.1982. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta : CV.
Rajawali.
William M, 2002. The Management
and Control of Quality, 5th ed.,
Ohio:
South-Western.
79
Download