II-1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen

advertisement
Bab II Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen Proyek
Manajemen proyek merupakan penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas,
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja1.
Fungsi
Input
Output
Manajemen Proyek
Tujuan,
Perencanaan
Optimasi Kinerja Proyek
Sasaran,
Pengorganisasian
- Biaya
Informasi,
pelaksanaan
- Mutu
Data serta
Pengendalian
- Waktu
Sumber Daya
- Safety / K3
Gambar 2.1 Proses Manajemen Proyek
Dari gambar 2.1 dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek dimulai
dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian yang didasarkan atas input-input
seperti tujuan dan sasaran proyek, informasi dan data yang digunakan, serta
penggunaan sumber daya yang benar dan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan.
Dalam proses sesungguhnya, pemimpin dalam organisasi proyek
mengelola dan mengarahkan segala perangkat dan sumber daya yang ada dengan
kondisi terbatas, tetapi berusaha memperoleh pencapaian paling maksimal yang
sesuai dengan standar kinerja proyek dalam hal biaya, mutu, waktu, dan
keselamatan kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mendapatkan produk
akhir yang maksimal, segala macam kegiatan pada proses manajemen proyek
1
Ir. Abrar Husen, MT, Manajemen Proyek (Penerbit Andi, 2009)
II-1
Bab II Kajian Pustaka
direncanakan dengan sedetail dan seakurat mungkin untuk mengurangi
penyimpangan-penyimpangan. Dan bila ada tindakan koreksi dalam proses
selanjutnya, diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak.
2.2.
Pengendalian Proyek
Konsep pengendalian yang efektif diproyek dikenal dengan nama
Management By Exception (MBE), yaitu teknik membandingkan antara
perencanaan terhadap parameter proyek yang dapat diukur setiap saat, laporan
hanya dilakukan pada saat tertentu jika terdapat kejanggalan atau performa yang
tidak memenuhi standar. Ada tiga variabel penting yang harus dikendalikan
selama proses pelaksanaan suatu proyek2, yaitu :
1. Kualitas proyek
2. Waktu pelaksanaan proyek
3. Biaya pelaksanaan proyek
Yang diharapkan oleh manajemen adalah tercapainya kualitas pekerjaan
sesuai persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan,
dan masih dalam batas anggaran yang disediakan (budget), bahkan kalau bisa
dibawah budget yang ada.
Ketiga aspek tersebut diatas, adalah saling terkait satu dengan yang lain,
dan terakhir bermuara ke biaya. Artinya, kualitas dan waktu pelaksanaan berisiko
terhadap membengkaknya biaya, bila tidak dikendalikan dengan baik.
2.3.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah salah satu tolak ukur kinerja proyek yang
sangat mempengaruhi hasil akhir dari tujuan dan sasaran proyek. Mutu, sebagai
acuan bagi kepuasan pelanggan, sebaiknya diperlakukan dan dikendalikan dengan
standar yang telah teruji sebelumnya. Pengendalian mutu bukan hanya dilakukan
dengan cara-cara inspeksi/pemeriksaan lalu dilakukan tindakan koreksi pada
periode tertentu, tetapi selama proses berlangsungnya pembuatan produk.
2
Asiyanto, Construction Project Cost Management, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2005)
II-2
Bab II Kajian Pustaka
Verivikasi dilakukan bila dalam pengawasan dan pemeriksaan ditemukan
penyimpangan terhadap prosedur.
2.4.
Pengendalian Waktu
Yang dimaksud dengan pengendalian waktu adalah pengendalian waktu
pelaksanaan proyek, agar proyek dapat diselesaikan dalam batas waktu yang
ditetapkan. Keterlambatan penyelesaian proyek, tentu akan membawa resiko
bertambahnya biaya.
Total durasi suatu proyek adalah ditentukan oleh durasi tiap-tiap jenis
pekerjaan, dimana tiap-tiap jenis pekerjaan ditentukan saat mulainya. Sedang
durasi tiap-tiap jenis pekerjaan diperoleh dari tingkat produktivitas yang akan
dicapai oleh sejumlah sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, bila dalam
realisasinya, pekerjaan tidak diselesaikan sesuai rencana waktunya, maka ini
berarti realisasi tingkat produktivitas dari sejumlah sumber daya tersebut
menurun, atau lebih rendah dari rencana, yang akibatnya tentu saja biaya menjadi
nai. Belum lagi pengaruh dari biaya tidak langsung, yang akan bertambah
sebanding dengan bertambahnya waktu.
Namun dengan demikian akan dipercepat dari waktu normalnya, juga
dapat menyebabkan turunya produktivitas, atau diperlukan tambahan sumber daya
yang akan digunakan, berarti akibatnya adalah kenaikan biaya pelaksanaan.
Begitu juga dalam penyusunan time schedule , suatu kegiatan ditetapkan
durasinya terlalu cepat, lebih cepat dari waktu normalnya, maka akan diperlukan
jumlah sumber daya yang lebih banyak, yang akibatnya bisa saja produktivitas
persumber dayanya jadi menurun. Sehingga harga satuannya akan naik. Jumlah
naiknya harga satuan pekerjaan yang dipercepat, tentu tidak sama setiap
pekerjaan.
Oleh karena itu, dalam pengendalian waktu pelaksanaan proyek, bila suatu
saat proyek terlambat, perlu dilakukan percepatan waktu pelaksanaan salah satu
atau lebih dari suatu kegiatan, agar durasi total dari proyek tidak terlampaui, untuk
menghindari pinalti berupa denda. Dengan demikian, biasanya kita harus memilih
kegiatan mana saja yang berpengaruh terhadap total durasi proyek (biasanya
II-3
Bab II Kajian Pustaka
kegiatan-kegiatan yang masuk dalam lintasan kritis), yang harus dipercepat
dengan resiko tambahnya biaya yang paling kecil.
Jadi dalam kaitannya dengan pengendalian biaya maka tindakan dalam
pengendalian waktu pelaksanaan, ada beberapa alternatif sesuai dengan
kondisinya, antara lain adalah sebagai berikut :
•
Menepati total durasi proyek yang telah ditetapkan, untuk menghindari
resiko denda dan dampak lainnya yang merugikan, terutama adalah
kesulitan pengaturan sumber daya perusahaan (alat, tenaga, dan modal)
yang mungkin akan dipergunakan ditempat lain.
•
Mempercepat atau memperlambat suatu kegiatan tetapi masih dalam total
durasi yang ditetapkan, yang dampaknya dapat menurunkan biaya.
•
Kalau terpaksa harus mempercepat durasi kegiatan atau beberapa kegiatan
untuk mengejar keterlambatan yang terjadi, maka harus dapat memilih
kegiatan mana yang diputuskan untuk dipercepat, yang memilki dampak
kenaikan terkecil.
Jadi setiap jenis kegiatan tentunya memiliki waktu yang ideal, dimana
akan menimbulkan biaya yang terendah. Suatu kegiatan yang ditetapkan waktu
pelaksanaan diluar waktu idealnya, baik yang melebihi atau yang kurang dari
waktu idealnya akan berakibat naiknya pelaksanaan untuk kegiatan tersebut.
Alat kendali waktu yang digunakan pelaksanaan proyek pada dasarnya ada
tiga macam metode, yaitu:
•
Bar Chart atau Ghantt Chart Method, biasanya digunakan untuk proyekproyek sederhana.
•
Vector Diagram Method, biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang
sifat pelaksanaannya memanjang, seperti : proyek jalan, saluran atau
terowongan.
•
Arrow Diagram Method, biasanya digunakan untuk proyek yang kegiatan
satu dengan yang lain sangat saling berkaitan, seperti proyek gedung
bertingkat.
Jenis dari Schedulling Method tersebut, biasanya dipilih untuk dapat
memberikan informasi yang jelas, tentang penyimpangan waktu yang terjadi.
II-4
Bab II Kajian Pustaka
Pada umunya, pengendalian waktu pelaksanaan yang dilakukan bertujuan
agar batas waktu akhir dari proyek tidak dilampaui. Karena disamping
menghindari pinalti denda, juga menghindari fluktuasi harga yang cenderung
naik.
Sedangkan pengertian dari penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang
tersedia
untuk
menyelesaikan
melaksanakan
suatu
proyek
masing-masing
hingga
pekerjaan
tercapai
hasil
dalam
rangka
optimal
dengan
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada3.
Banyaknya alat teknik pengendalian waktu yang digunakan oleh proyekproyek konstruksi pada saat ini, yaitu Bar Chart, Arrow Diagram, Pert dan yang
lainnya.
2.5.
Pengendalian Biaya
Dalam proses pengendalian sebuah proyek, penerapan konsep hubungan
antar waktu dan biaya dapat dijelaskan dalam gambar 2.2
Biaya yang
telah terjadi
Tindakandalam
proses
pengendalian
Data yang
lalu
Sisa biaya atas
pekerjaan yang
belum selesai
Peluang
yang ada
Tindakan
pengendalian
Gambar 2.2. Konsep biaya dalam pengendalian
3
Ir. Abrar Husen, MT, Manajemen Proyek (Penerbit Andi, 2009)
II-5
Bab II Kajian Pustaka
Biaya yang telah terjadi adalah masa lalu, yang harus diketahui data dan
penyebab penyimpangan yang terjadi, sedang masa depan adalah mencari peluang
recovery yang ada untuk menutup penyimpangan yang terjadi, pada sisa pekerjaan
yang belum dikerjakan. Atas dasar itulah rangkaian tindakan pengendalian
dilakukan. Secara grafis, pola tersebut dapat diajukan dalam gambar 2.2.
Pada dasarnya tindakan pengendalian biaya proyek adalah menerus,
melibatkan banyak orang dan meliputi aspek biaya, mutu, dan waktu serta
keamanan.
2.5.1. Unsur-unsur Biaya
Dalam cost budget, biaya langsung proyek dirinci menjadi unsur-unsur
sebagai berikut 4 :
•
Biaya bahan / material
•
Biaya upah
•
Biaya alat
•
Biaya subkontrak
Keempat unsur tersebut merupakan kelompok yang dominan, dan unsur
sisanya merupakan kelompok minor, yaitu :
•
Biaya persiapan / penyelesaian
•
Biaya over head proyek (lapangan)
Yang menjadi fokus pengendalian biasanya kelompok empat tersebut
diatas, walaupun tidak meninggalkan sama sekali kelompok minornya. Uraian
unsur-unsur biaya tersebut dipengaruhi oleh sistem akuntansi, yaitu didasarkan
atas bukti transaksi biaya yang terjadi. Sedangkan dalam cost estimating, biaya
dirinci atas item-item pekerjaan, seperti format anggaran penawaran pada
umumnya. Oleh karena itu, cost control disamping berfungsi mengendalikan
transaksi yang ada, hasil akhirnya diharapkan dapat memberikan umpan balik
kepada estimator, beberapa real cost yang terjadi untuk tiap item pekerjaan,
terutema pada item pekerjaan yang sifatnya dominan. Dengan kata lain, pada saat
4
Asiyanto, Construction Project Cost Management, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2005)
II-6
Bab II Kajian Pustaka
melakukan tindakan pengendalian menggunakan unsur-unsur biaya dalm cost
budget, sedang dalam melakukan evaluasi biaya, dilengkapi dengan tinjauan
terhadap rincian biaya dalam cost estimating, yaitu item-item pekerjaan.
2.5.2. Faktor Biaya
Pada dasarnya, setiap biaya item pekerjaan terdiri dari dua faktor yang
dikalikan, yaitu :
•
Kuantitas pekerjaan
•
Harga satuan pekerjaan
Dengan demikian, maka sasaran cost control yang harus dipahami adalah :
•
Tiap unsur dari biaya, yaitu biaya bahan, upah, alat, subkontrak dan
seterusnya.
•
Faktor masing-masing biaya, yaitu kuantitas dan harga satuan.
Sering seorang pengendali biaya, terjebak hanya pada total biaya saja, dan
pengendalian yang dilakukan hanya terhadap harga satuan saja, padahal sering
terjadi membengkaknya biaya bisa terjadi karena faktor kuantitasnya yang tidak
terkendali dengan baik. Hal ini perlu dipahami besar, kedua hal tersebut, berada
sekali cara pengendaliannya.
Oleh karena itu, setiap ada penyimpangan biaya, unsur biaya apapun,
harus dapat dipastikan penyimpangan yang terjadi akibat faktor kuantitas atau
harga satuan, atau bahkan karena keduanya.
2.5.3. Evaluasi Biaya
Bila yang terjadi pada proses pelaksanaan perlu dievaluasi pada setiap
periode tertentu, misal tiap satu bulan atau satu minggu. Hal tersebut dilakukan
untuk dapat mengetahui, bagaimana hasil tindakan pengendalian pelaksanaan
proyek pada periode tersebut, bila dibandingkan dengan anggarannya.
Bila terjadi penyimpangan, maka masih ada kesempatan untuk dapat
melakukan tindakan perbaikan agar sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai,
stidak-tidaknya mendekati anggarannya.
II-7
Bab II Kajian Pustaka
2.6.
Analisis Performance
Suatu sistem pemantauan dan pengendalian disamping memerlukan
perencanaan yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran, juga harus
dilengkapi dengan teknik dan metode yang dapat segera mengungkapkan tandatanda terjadinya penyimpangan. Untuk pengendalian biaya dan jadwal terdapat
dua macam teknik dan metode yang luas pemakaiannya, yaitu identifikasi varians
dan metode nilai hasil.
2.6.1. Identifikasi Varians
Metode Analisis Varians adalah metode untuk mengendalikan biaya dan
jadwal suatu kegiatan proyek konstruksi. Dalam metode ini identifikasi dilakukan
dengan membandingkan jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan terhadap
anggaran. Analisis Varians dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang
status terakhir kemajuan proyek pada saat pelaporan dengan menghitung jumlah
unit pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian dibandingkan dengan
perencanaan atau melihat catatan penggunaan sumber daya. Metode ini akan
memperlihatkan perbedaan antara hal-hal berikut.
1. Biaya pelaksanaan dengan anggaran.
2. Waktu pelaksanaan dengan jadwal.
3. Tanggal mulai pelaksanaan dengan rencana.
4. Tanggal akhir pekerjaan dengan rencana.
5. Angka kenyataan pemakaian tenaga kerja dengan anggaran.
6. Jumlah penyelesaian pekerjaan dengan rencana.
Sebagai contoh, Tabel 2.1 memperlihatkan alokasi anggaran untuk
berbagai macam (kode) pekerjaan, demikian pula jadwal penggunaannya yang
disesuaikan dengan perencanaan pelaksanaan pekerjaan. Terlihat adanya varians
biaya untuk masing-masing pekerjaan pada setiap bulannya, yaitu perbedaan
antara anggaran dan jumlah pengeluaran aktual. Pada saat pelaporan, besar
varians (komulatif) = (180)(1.000) = Rp 180.000 atau 180 / 660(100%) = 27,2 %
dari anggaran.
II-8
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.1 Varians biaya konstruksi
KEGIATAN KONSTRUKSI
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
(Komulatif dalam ribuan rupiah)
Macam
No.
pekerjaan
Menyiapkan
1 lahan
2
Anggaran
Pengeluaran
Varians
Membuat
pondasi
60
90
-30
140 240
210 350
-70 -110
Anggaran
Pengeluaran
Varians
3
Memasang tiang
dan dinding
Anggaran
Pengeluaran
Varians
4
Memasang atap
Anggaran
Pengeluaran
Varians
5
Interior
Anggaran
Pengeluaran
Varians
Jumlah
komulatif
Anggaran
Pengeluaran
Varians
40
60
-20
60
90
-30
140 280
210 410
-70 -130
Saat
Pelaporan
90
150
-60
120
200
-80
150
140
+10
180
150
+30
210
120
140
-20
220
300
80
150
480
640
-160
660
840
-180
870 1.020
2.6.1.1 Varians dengan Grafik “S”
Cara
lain
untuk
memperagakan
adanya
Agust
varians
adalah
dengan
menggunakan grafik. Grafik “S” akan menggambarkan kemajuan volume
pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek. Bila grafik tersebut
dibandingkan dengan grafik serupa yang disusun berdasarkan perencanaan dasar
maka akan segera terlihat jika terjadi penyimpangan. Grafik “S” sangat
bermanfaat untuk dipakai sebagai laporan bulanan dan laporan kepada pimpinan
II-9
210
1.080
Bab II Kajian Pustaka
proyek, karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek
dalam bentuk yang mudah dipahami.
Dengan memiliki sifat seperti tersebut dan pembuatannya yang relatif
cepat dan mudah, maka metode penyajian dengan grafik ”S” (Gambar 27-1)
dijumpai secara luas dalam penyelenggaraan proyek. Grafik yang dibuat dengan
sumbu vertikal sebagai nilai komulatif biaya atau jam-orang atau penyelesaian
pekerjaan dan sumbu horisontal sebagai waktu kalender masing-masing dari
angka 0 sampai 100 ini, umumnya akan berbentuk huruf
S. Ini disebabkan
kegiatan proyek berlangsung sebagai berikut.
a. Kemajuan pada awalnya bergerak lambat.
b. Diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih
lama.
c. Akhirnya kecepatan tersebut menurun dan berhenti pada titik akhir.
% Penyelesaian fisik
Awal
Akhir
100
Proyek selesai
75
50
Grafik
"S"
25
0
4
8
12
16
Waktu (Bulan)
20
24
28
32
Gambar 2.3 Grafik ”S”
2.6.1.2. Kombinasi Bagan Balok dan Grafik “S”
Salah satu teknik pengendalian kemajuan proyek adalah memakai
kombinasi grafik “S” dan tonggak kemajuan (milestone). Milestone adalah titik
yang menandai suatu peristiwa yang dianggap penting dalam rangkaian
pelaksanaan pekerjaan proyek. Titik milestone ditentukan pada waktu pembuatan
II-10
Bab II Kajian Pustaka
perencanaan dasar yang disiapkan sebagai tolak ukur kegiatan pengendalian
kemajuan proyek. Penggunaan milestone yang dikombinasikan dengan grafik “S”
amat efektif untuk mengendalikan pembayaran berkala.
2.6.2. Metode Nilai Hasil (Earned Value Methode)
Metode Nilai Hasil merupakan perkembangan dari Metode Analisis
Varians. Dimana dalam Analisis Varians hanya menunjukkan perbedaan hasil
kerja pada waktu pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwalnya.
Adapun kelemahan dari metode ini Analisis Varians adalah hanya menganalisa
varians biaya dan jadwal masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat
mengungkapkan masalah kinerja kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan
dengan Metode Nilai Hasil dapat diketahui kinerja kegiatan yang sedang
dilakukan serta dapat meningkatkan efektifitas dalam memantau kegiatan proyek.
Dengan memakai asumsi bahwa kecenderungan yang ada dan terungkap pada saat
pelaporan akan terus berlangsung, maka metode prakiraan atau proyeksi keadaan
masa depan proyek, seperti:
a. Dapatkah proyek diselesaikan dengan sisa dana yang ada.
b. Berapa besar perkiraan biaya untuk menyelesaikan proyek.
c. Berapa besar keterlambatan/kemajuan pada akhir proyek.
Metode Nilai Hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang
menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Bila ditinjau
dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan berarti konsep ini mengukur besarnya
unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan
jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan
ini dapat diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara
fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan, yang dapat ditulis dengan
rumus5 :
Nilai Hasil = (% Penyelesaian) x (anggaran)
5
Iman Soeharto, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, (Jakarta : Erlangga,
1999)
II-11
Bab II Kajian Pustaka
Keterangan:
- % penyelesaian yang dicapai pada saat pelaporan.
- Anggaran yang dimaksud adalah real cost biaya proyek
2.6.2.1. Indikator-indikator ACWP, BCWP, dan BCWS
Konsep dasar nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja dan
membuat prakiraan pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan 3 indikator, yaitu
ACWP (actual cost of work performed), BCWP (budgeted cost of work
performed), dan BCWS (budgeted cost of work scheduled).
1. ACWP
Adalah jumlah biaya aktual dan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Biaya ini
diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal
pelaporan (misalnya akhir bulan), yaitu catatan segala pengeluaran biaya
aktual dari paket kerja atau kode akuntansi termasuk perhitungan overhead
dan lain-lain. Jadi ACWP merupakan jumlah aktual dari pengeluaran atau
dana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu
tertentu.
2. BCWP
Indikator ini menunjukan nilai hasil dari sudut pandang nilai pekerjaan yang
telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. Bila angka ACWP dibandingkan dengan BCWP, akan
terlihat perbandingan
yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah
terlaksana terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud
tersebut.
3. BCWS
Angka ini menunjukan anggaran untuk suatu paket pekerjaan, tetapi disusun
dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Di sini terjadi perpaduan antara
biaya, jadwal, dan lingkup kerja, di mana pada setiap elemen pekerjaan telah
diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam
pelaksanaan pekerjaan.
II-12
Bab II Kajian Pustaka
Dengan menggunakan 3 indikator diatas, dapat dihitung berbagai faktor
yang menunjukan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek, seperti :
a. Varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu (SV);
b. Memantau perubahan varians terhadap angka standar;
c. Indeks produktivitas dan kinerja; dan
d. Prakiraan biaya penyelesaian proyek.
2.6.3. VARIANS BIAYA DAN VARIANS JADWAL TERPADU
Telah disebutkan sebelumnya bahwa menganalisis kemajuan proyek
dengan memakai analisis varians sederhana dianggap kurang mencukupi, karena
analisis varians tidak mengintegrasikan aspek biaya dengan jadwal. Untuk
mengatasinya digunakan metode nilai hasil dengan indikator BCWS, ACWP, dan
BCWP, varians yang dihasilkan disebut varians biaya terpadu (CV) dan varians
jadwal terpadu (SV). Sebagai contoh terlihat pada gambar 2.2 yang didasarkan
atas data dari tabel 2.2. Ketiga indikator digambarkan dalam bentuk grafik dengan
biaya sebagai sumbu vertikal dan waktu sebagai sumbu horisontal.
Berbagai kombinasi antara varians jadwal dan varians biaya disajikan
dalam tabel 2.3. Rumus varians biaya dan varians jadwal adalah sebagai berikut.
Varians biaya, (CV) = BCWP – ACWP
Varians jadwal, (SV) = BCWP – BCWS
Tabel 2.2 Data varians biaya dan jadwal
Anggaran
Pengeluaran
Nilai hasil
Varians biaya
Varians jadwal
(BCWS)
(ACWP)
(BCWP)
(CV)
(SV)
Jan
60
90
40
-50
-20
Feb
140
210
100
-110
-40
Mar
280
410
210
-200
-80
Apr
480
640
380
-260
-100
Mei
660
840
530
-310
-130
Jun Jul Agust
870 1.020 1.080
Angka negatif varians biaya terpadu yang menunjukan bahwa biaya lebih
tinggi dari anggaran, disebut cost overrun. Angka nol menunjukan pekerjaan
terlaksana sesuai biaya. Sementara angka positif berarti pekerjaan terlaksana
II-13
Bab II Kajian Pustaka
dengan biaya kurang dari pada anggaran, yang disebut cost underrun. Demikian
juga halnya dengan jadwal; angka negatif berarti terlambat, angka nol berarti
tepat, dan positif berarti lebih cepat dari pada rencana. Tabel 2.3 menunjukan
rincian analisis varians terpadu tersebut.
2.6.3.1. INDEKS PRODUKTIVITAS DAN KINERJA
Pengelola proyek seringkali ingin mengetahui efisiensi penggunaan
sumber daya. Ini dinyatakan sebagai indeks produktivitas atau indeks kinerja.
Adapun rumus-rumusnya adalah sebagai berikut.
Indeks Kinerja Biaya (CPI) = BCWP / ACWP
Indeks Kinerja Jadwal (SPI) = BCWP / BCWS
Sebagai contoh analisis kinerja biaya dan jadwal dari Tabel 2.2 pada akhir bulan
Mei diperoleh dari angka-angka sebagai berikut.
Indeks Kinerja Biaya = BCWP / ACWP
= 530 / 840 = 0,63
Indeks Kinerja Jadwal = BCWP / BCWS
= 530 / 660 = 0,80
Bila angka indeks kinerja ditinjau lebih lanjut, akan terlihat hal-hal sebagai
berikut.
a. Angka indeks kinerja kurang dari satu berarti pengeluaran lebih besar dari
anggaran atau waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan.
Bila anggaran dan jadwal sudah dibuat secara realistis, maka berarti ada
sesuatu yang tidak benar dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Sejalan dengan pemikiran di atas, bila kinerja penyelenggaraan proyek lebih
baik dari perencanaan, dalam arti pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau
jadwal lebih cepat dari rencana.
II-14
Bab II Kajian Pustaka
c. Semakin
besar
perbedaannya
dari
angka
1
maka
semakin
besar
penyimpangannya dari perencanaan dasar atau anggaran. Bahkan bila didapat
angka yang terlalu tinggi, yang berarti prestasi pelaksanaan pekerjaan sangat
baik, perlu diadakan pengkajian apakah justru perencanaan atau anggarannya
yang tidak realistis.
II-15
Bab II Kajian Pustaka
Gambar 2.4 Analisis varians terpadu disajikan dengan grafik ”S”
II-16
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.3 Analisis varians terpadu
Varians Jadwal
Varians Biaya
SV = BCWP - BCWS
CV = BCWP - ACWP
Positif
Positif
Nol
Positif
Positif
Nol
Nol
Nol
Negatif
Negatif
Nol
Negatif
Negatif
Nol
Positif
Negatif
Keterangan
Pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadwal
dengan biaya lebih kecil dari pada anggaran.
Pekerjaan terlaksana tepat sesuai jadwal dengan
biaya lebih rendah dari pada anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai anggaran dan selesai
lebih cepat dari pada jadwal.
Pekerjaan
terlaksana
sesuai
jadwal
dan
anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya
lebih tinggi dari pada anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dengan
menelan biaya diatas anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya
sesuai anggaran.
Pekerjaan selesai lebih cepat dari pada rencana
dengan menelan biaya diatas anggaran.
2.6.3.2. Proyeksi Biaya dan Jadwal Akhir Proyek
Membuat prakiraan biaya atau jadwal penyelesaian proyek yang didasarkan atas hasil
analisis indikator yang diperoleh pada saat pelaporan, akan memberikan petunjuk besarnya
biaya pada akhir proyek (estimate at complection-EAC). Atau dapat dikatakan memberikan
proyeksi mengenai akhir proyek atas dasar angka yang diperoleh pada saat pelaporan.
Prakiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat karena didasarkan atas
berbagai asumsi, jadi tergantung dari akurasi asumsi yang dipakai. Meskipun demikian,
pembuatan prakiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat karena memberikan peringatan dini
mengenai hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang, bila kecendrungan yang ada
pada saat ini (saat pelaporan) tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, masih tersedia
kesempatan untuk mengadakan tindakan pembetulan.
II-17
Bab II Kajian Pustaka
Rumus yang Digunakan
Dalam membuat proyeksi diatas digunakan rumus-rumus sebgai berikut.
1. Anggaran proyek keseluruhan = Ang.
2. Anggaran untuk pekerjaan tersisa = Ang – BCWP.
3. Indeks kinerja biaya (CPI) = BCWP / ACWP
Bila kinerja biaya pada pekerjaan tersisa dianggap tetap seperti pada saat pelaporan,
maka prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (ETC) adalah sama besar dengan anggaran
pekerjaan tersisa dibagi indeks kinerja biaya, atau
ETC = (Ang – BCWP) / CPI
Jadi, prakiraan total biaya proyek (EAC) adalah sama dengan jumlah pengeluaran
ditambah prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa, atau
EAC = ACWP + ETC
Gambar 2.3 memperlihatkan hubungan antara indikator-indikator ACWP, BCWP,
dan BCWS terhadap biaya penyelesaian proyek, di mana CB menunjukan jumlah kenaikan
biaya terhadap anggaran dan AB menunjukan keterlambatan penyelesaian konstruksi.
II-18
Bab II Kajian Pustaka
Gambar 2.5 Prakiraan (forecast) jadwal dan biaya (EAC) pada akhir proyek
II-19
Download