prospek investasi di bursa efek indonesia tahun

advertisement
PROSPEK INVESTASI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008
Oleh : Tryfino
1
Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG BEI)
dalam dua tahun terakhir cukup mempesona dengan rata-rata pertumbuhan diatas 50%.
Pertumbuhan IHSG BEI ini merupakan pertumbuhan tertinggi di dunia.
Sementara itu kapitalisasi pasar IHSG meningkat dari Rp. 1.246 Triliun menjadi Rp 2.539
Triliun. Pertumbuhan IHSG BEI juga semakin penting bagi pertumbuhan Produk Dometik
Bruto Indonesia, dimana pada tahun 2007 kapitalisasinya terhadap PDB sudah mencapai
67%, meningkat hampir dua kalinya dibanding tahun 2006 yang masih 37%.
Catatan Pasar Modal Indonesia tahun 2007
Keterangan
IHSG
Kapitalisasi pasar
Kapitalisasi terhadap PDB
Nilai rata-rata transaksi harian
Frekuensi transaksi
Volume transaksi
IPO Emiten
Total dana dihimpun dari IPO
Total dana dari rights issue
Total dana dari waran
IPO Obligasi korporasi
Total emisi obligasi korporasi
Akhir 2007
2745.83
Rp 2.539 triliun*
67%
Rp 4,26 triliun
48.244 kali
1,8 miliar
22 emiten + 2 ETF
Rp 16,87 triliun
Rp 25,5 triliun
Rp 2,08 triliun
14 emiten
Rp 30,2 triliun
Akhir 2006
1805.52
Rp 1.246 triliun
37%
Rp 1,84 triliun
19.880 kali
4,2 miliar
12 emiten
Rp 3 triliun
(tidak tersedia)
(tidak tersedia)
37 emiten
Rp 11,55 trilun
Sumber: Bappepam-LK, BEI
Kondisi ini cukup kontradiktif dengan pertumbuhan investasi sektor riil di
Indonesia. Pada periode yang sama Indonesia justru mengalami pertumbuhan investasi
terendah dikawasan ASEAN terutama untuk investasi asing.
Rendahnya investasi sektor riil di Indonesia disebabkan maih berbelit-belitnya
sistem birokrasi di Indonesia. Kalaupun ada perubahan belum pada perubahan yang
mendasar yang dapat mempercepat prosedur investasi tersebut. Kondisi ini diperparah
dengan adanya oknum aparat yang suka memperlambat proses investasi dengan tujuan
mendapat keuntungan dari hal tersebut, yang tentu saja membuat para investor gerah.
Kondisi berbeda tentu dapat dirasakan jika pemodal ingin berinvestasi di bursa,
yang memiliki prosedur yang lebih mudah. Memang karakter investor di bursa tidak
dapat diprediksi karena mereka dapat saja segera menarik uangnya dengan berbagai
alasan. Tetapi fakta menunjukkan bahwa investasi di pasar saham mampu memberikan
1
Analis Riset Bisnis dan Ekonomi pada salah satu BUMN di Jakarta
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
1
peluang keuntungan yang jauh lebih besar, bahkan diatas 50%. Dibandingkan instrumen
investasi lainnya tentu lebih menarik.
Prospek Pertumbuhan BEI tahun 2008.
Melihat
pertumbuhan
IHSG
BEI
2007
yang
begitu
mempesona,
maka
diprediksikan pada tahun 2008 prospek pertumbuhan IHSG masih cukup baik. Banyak
analis memprediksikan pertumbuhan IHSG BEI pada 2008 akan meningkat minimal 30%
dibandingkan akhir tahun 2007. Hal ini cukup beralasan mengingat pada awal tahun saja
IHSG BEI sudah naik menjadi 2.830,26 (11 Januari 2008) atau telah naik sebesar 3,07%.
Beberapa hal yang diyakini dapat mendorong kenaikan IHSG BEI pada tahun 2008 adalah
sebagai berikut:
•
Ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih baik yaitu berkisar 6,3%
sampai dengan 6,8%.
•
Ekspektasi suku bunga SBI yang masih akan terus turun hingga berkisar 7%-7,5%
•
Banyaknya perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) di tahun
2008.
•
Masih tersendatnya investasi sektor riil di Indonesia
Pertumbuhan IHSG BEI (%)
62.82
55.30
52.08
44.56
16.24
8.39
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Bappepam
Namun demikian terdapat hal-hal yang dapat menghambat pertumbuhan IHSG
BEI di tahun 2008 yang perlu diwaspadai. Diantaranya adalah:
•
Harga minyak dunia yang masih tinggi masih berada dikisaran 90-100 USD per barel
bahkan mungkin tembus jauh diatas 100 USD per barel.
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
2
•
Pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksikan melambat, diperkirakan pada tahun
2008 ini hanya 3,8%, dibandingkan tahun 2007 sebesar 4,2%.
•
Dampak kasus subprime mortgage di Amerika yang mungkin masih mempengaruhi
investasi dunia.
•
Inflasi di dalam negeri yang masih tinggi.
Peluang Investasi di BEI
Penurunan suku bunga SBI, tentu akan berdampak pada penurunan suku bunga
tabungan. Apalagi uang yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan saat ini hanya
mencapai maksimal Rp. 100 juta. Karena itu minat investasi terhadap produk-produk
investasi, seperti obligasi, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), saham, reksa dana dan lain-lain
diperkirakan akan meningkat.
Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang paling menarik karena
memiliki mobilitas yang tinggi. Memang risiko menanamkan uang pada pasar saham
lebih besar, tetapi masih dapat diminimalisir, dengan cara melihat saham-saham
perusahaan yang berkinerja baik, atau yang memiliki fundamental yang baik. Setelah itu
baru kita memilih saham-saham yang memang memiliki peluang pada situasi ekonomi
saat ini. Selain itu, alternatif lain untuk berinvestasi di pasar saham adalah dengan
membeli produk reksa dana saham dimana produk ini resikonya lebih kecil dibandingkan
dengan berinvestasi di pasar saham secara langsung.
Return Indeks Saham Sektoral BEI 2007, (%)
240.91
Pertambangan
115.39
Agribisnis
103.26
Konstruksi, properti, realestat
62.49
Industri Aneka
53.99
Industri dasar dan kimia
39.16
Perdagangan dan jasa
23.6
Keuangan
Infrastruktur, transportasi utilitas
14.17
Barang konsumsi
8.35
0
50
100
150
200
250
300
Sumber:Bloomberg
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
3
Menurut sektor ekonomi, saham-saham yang diperkirakan prospektif pada tahun
2008 adalah sebagai berikut:
•
Sektor pertambangan dimana tahun lalu return indeks sahamnya tumbuh sebesar
240% lebih. Sektor ini diperkirakan masih akan tumbuh menggingat harga minyak
dunia yang masih bertahan diatas 90 USD per barel dan diprediksikan masih
memungkinkan untuk naik, karena permintaan dunia yang masih tinggi. Begitu juga
harga komoditi lainnya akan tetap tinggi mengikuti harga minyak bumi. Kalaupun
ada koreksi harga pada tahun 2008 ini diperkirakan tidak akan terlalu dalam.
•
Sektor perkebunan, return tumbuh sebesar 115,39% pada 2007. Sektor ini pada
2008 masih akan tumbuh mengingat harga CPO yang terus naik hampir menembus
1000 USD per ton mengikuti harga minyak dunia. Harga CPO naik dikarenakan selain
konsumsi konvensional dunia yang meningkat juga karena adanya pengembangan
bahan bakar bio diesel sebagai salah satu energi alternatif yang terbuat dari CPO.
•
Sektor perumahan juga masih bisa dilirik, mengingat akumulasi pertumbuhan tahun
lalu sektor konstruksi, properti dan real estate adalah sebesar 103,26%, Meskipun hal
ini lebih disebabkan oleh banyaknya perusahaan saham di sektor ini yang IPO. Pada
kenyataannya harga-harga saham disektor ini justru tertekan cukup dalam pada
tahun lalu akibat krisis subprime mortgage di Amerika. Sektor ini tetap
direkomendasikan karena harga sahamnya yang sudah tertekan cukup dalam,
sedangkan secara riil sektor properti di Indonesia pada umumnya memiliki kinerja
yang baik. Sementara pengaruh dari krisis subprime mortgage juga dirasakan
semakin berkurang dengan banyaknya negara-negara yang membantu Amerika
untuk mengurangi dampak krisis yang ditimbulkannya. Secara khusus sektor
konstruksi juga perlu diperhatikan karena diprediksikan pada tahun ini banyak
proyek-proyek pemerintah yang akan direalisasikan untuk mendukung kemajuan
sektor ini.
Produk Investasi Baru di BEI
Selain berinvestasi langsung membeli saham-saham di BEI, investasi di BEI saat ini
lebih menarik lagi dengan diperdagangkannya Exchange Traded Fund (ETF). ETF ini mulai
diperdagangkan pada tanggal 18 Desember 2007 yang berbasis Indeks LQ-45 dengan
kode R-LQ45X. ETF ini adalah produk investasi yang terdiri dari 45 saham LQ 45, artinya
dengan membeli produk ini investor telah mendiversifikasikan uangnya ke dalam 45
saham yang terdaftar di LQ 45. Produk ini dikeluarkan oleh PT. Indopremier Securities.
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
4
Tujuan diluncurkan ETF LQ45 ini adalah memberi kesempatan kepada siapapun
terutama investor kecil dan investor pemula untuk memperoleh investasi yang setara
dengan kinerja indeks LQ 45.
Keunggulan dari ETF LQ 45 ini adalah investor tidak perlu membayar
subscription dan redemption fee sebesar 1%-3% tetapi cukup membayar biaya transaksi
0,19-0,3% untuk membeli dan 0,29%-0,4% saat menjualnya. Biaya transaksi tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan membeli produk investasi reksa dana saham.
Keunggulan lain dari ETF LQ 45 ini adalah lebih transaparan. Dalam reksadana
saham konvensional nilai aktiva bersih (NAB) akan dihitung pada sore hari setelah bursa
tutup dan dapat diketahui keesokan harinya. Sedangkan ETF LQ 45 cukup transaparan
karena nilainya adalah sekitar indeks LQ 45 yang setiap saat dapat diketahui. Deviden
akan dibagikan setiap semester (jika ada)
Seaman-amannya produk investasi tetap ada risikonya. Hanya saja risiko ETF LQ
45 ini lebih kecil dibandingkan produk investasi reksa dana saham dan pembelian
langsung saham. Risikonya antara lain adalah sebagai berikut:
•
Sama seperti risiko reksadana saham ETF LQ 45 juga menghadapi risiko pasar yang
diakibatkan oleh faktor ekonomi makro, seperti suku bunga, nilai tukar, stabilitas
politik dan lain-lain.
•
Produk yang kita beli adalah saham-saham yang terdaftar pada LQ 45 di BEI dan
tidak semua saham di LQ 45 sebenarnya layak koleksi, atau ada beberapa saham di
LQ 45 yang terkena dampak langsung suatu krisis seperti subprime mortgage yang
pasti akan menjadi faktor penghambat pertumbuhannya.
•
ETF dijual berdasarkan harga pasar (permintaan vs penawaran), sehinga yang dapat
saja harga pasarnya turun pada saat hendak dijual.
Walaupun memiliki kelemahan, produk ini termasuk aman bagi para investor
pemula karena diversifikasinya ke dalam 45 saham di LQ 45 dan tentunya semakin
banyak saham yang dimiliki akan semakin kecil risikonya. Likuiditasnya pun dijamin oleh
Indo Premier dan Sinarmas Sekuritas.
Kesimpulan
Melihat pertumbuhan ISHG BEI yang sangat baik ditahun 2007 dan prediksi
pertumbuhannya yang tetap akan baik di tahun 2008, investasi di BEI diperkirakan akan
tetap menarik, mengingat investasi di sektor riil diperkirakan masih lambat serta suku
bunga tabungan dan deposito yang cenderung turun.
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
5
Memang risiko berinvestasi di saham lebih besar dibandingkan jika menanamkan
uang ditabungan dan deposito, tetapi risiko dapat diminimalisir dengan berbagai cara,
diantaranya:
•
Membeli produk reksadana saham dari perusahaan-perusahaan sekuritas yang
menerbitkannya.
•
Membeli saham yang sektornya diprediksi masih memberikan peluang keuntungan
dengan memperhatikan faktor fundamental dari perusahaan tersebut.
•
Terakhir kita dapat membeli produk ETF LQ 45 yang merupakan produk investasi
baru di BEI sangat cocok bagi investor pemula, karena sifat investasinya yang telah
didiversifikasi kepada 45 saham yang terdaftar di LQ 45.
Economic Review ● No. 210 ● Desember 2007
6
Download