BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, peiaksanaan dan pengendalian. Dalam perkembangannya memasuki abad ke21 keberadaan manajemen SDM sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan SDM sehingga dapat berfungsi secara produktif, efektif, dan eftsien untuk mencapai tujuan perusahaan (Rivai, 2005:1). Menurut Edwin B.FIippo (dalam Sedarmayati, 2001:5-10), Manajemen Sumber Daya Manusia adaiah « perencanaan, pengorganisasian. pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat". Pengertian lain diutarakan oleh French,bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) adaiah « sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi". Dari pengertian Flippo dan French di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adaiah penarikan (recruitment), seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Manajerm:n sumber daya manusia mempunyai kekhususan dibandingkan dengan manajemen secara umum atau manajemen sumber daya lain. Karena yang dikdola adalah manusia, maka keberhasilan atau kegagalan manajemen sumber daya manusia akan mempunyai dampak yang sangat luas. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya sumber daya manusia atau tenaga kerja dalam organisasi, dan pemanfaatannya dalam berbagai fungsi serta kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen sumber daya manusia diperlukan unutk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya manusia dalam organisasi, dengan tujuan untuk memberi kepada organisasi suatu satuan kerja yang efektif. Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi pegawai terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Ha! ini dapat dipahami karena semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, tergantung kepada manusia yang inengclola organisasi bersangkutan. Oleh sebab itu, sumber daya manusia tersebut harus dikelola agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan organisasi. Tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam empat tujuan yang Iebih operasional, yaitu sebagai berikut: I. Tujuan Masyarakat (Societal Objective) Tujuan masyarakat adalah untuk bertanggung jawab secara sosial, dalam hal kebutuhan dan tantangan yang (imbul dari masyarakat. Suatu organisasi yang berada ditengah-tengah masyarakat diharapkan membawa manfaat atau keuntungan bagi masyarakat. Oleh sebab itu suatu organisasi 10 diharapkan mcmpunyai tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusianya agar tidak mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat. 2. Tujuan organisasi (Organization Objective) Tujuan organisasi adalah uptuk melihat bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada (exist), maka perlu adanya kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi secara keseljruhan. Manajemen sumber daya manusia bukan suatu tujuan dan akhir suatu proses, melainkan suatu perangkat atau alat untuk membantu tercapainya suatu tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu suatu unit atau bagian manajemen sumber daya manusia di dalam suatu organisasi diwujudkan untuk melayani bagian lain di dalam organisasi tersebut. 3. Tujuan Fungsi (Functional Objective) Tujuan fungsi adalah untuk memelihara kontribusi bagian lain agar mereka (sumber daya manusia dalam tiap bagian) melaksanakan tugasnya secara optimal. Dcngan kata lain, scliap sumber daya manusia atau pegawai dalam organisasi diharapkan dapar menjalankan fungsinya dengan baik. 4. Tujuan Personal (Personal Objective) Tujuan personal adalah untuk membantu pegawai dalam mencapai tujuan pribadinya, guna mencapai tujuan organisasi. Tujuan pribadi pegawai diharapkan dapat dipenuhi, dan ini sudah merupakan motivasi dan pemeliharaan terhadap pegawai yang bersangkutan. tl Guna unlulc mcneapai tujuan manajemen sumber daya manusia (MSDM), maka suatu bagian atau departemen sumber daya manusia harus mengembangkan, mempergunakan, dan memelihara pegawai agar semua fungsi organisasi dapat berjalan seimbang. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan akhir yang ingin dicapai bagian dari proses manajemen sumber daya manusia pada dasarnya adalah: a. Peningkatan eflsiensi b. Peningkatan efektifitas c. Peningkatan produktivitas d. Rendahnya tingkat perpindahan pegawai e. Rendahnya.tingkat absensi f. Tingginya kepuasan kerja karyawan g. Tingjjinya kualitas pelayanan h. Rendahnya komplain dari pelanggan i. Meningkatnya bisnis perusahaan Kegiatan manajemen sumber daya merupakan manajeinen sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan rantai kunci dalam mencapai tujuan organisasi. Kegiatan manajemen sumber daya manusia akan berjalan dengan lebih lancar, bila memanfaaikan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen sumber daya manusia yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Manajerial a. Perencanaan (Planning) 12 Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan atau menggambarkan di muka tentang keadaan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara cfcklif dan cfisien, dalam mcmbantu Icrtvujudnya tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian ini meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian pegawai. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan organisasi. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bentuk bagan organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif. c. Pengarahan (directing) Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau kerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberi arahan kepada pegawai agar dapat mcngerjakan semua tugasnya dengan baik. 13 d. Pengendalian (conlrolling) Pengendatian adaiah kegiatan mengendalikan pegawai agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan alau kesalahan diadakan tindakan perbaikan dan atau penyempurnaan. meliputi kehadiran, kedisiplinan, Pengendalian pegawai perilaku kerja sama, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaannya. 2. Fungsi Operasional a. Pengadaan tenaga kerja (procurement) Pengadaan adaiah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi urituk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan. b. Pengembangan (development) Pengembangan adaiah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan peiatihan. Pendidikan dan peiatihan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang akan datang. c Kompensasi (compenstion) Kompensasi adaiah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. 14 Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi. d. Pengintegrasian (integration) Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Di satu pihak organisasi memperoleh keberhasilan atau keuntungan, sedangkan di lain pihak pegawai dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan cukup sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang berbeda. e. Pemeliharaan (maintenance) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas pegawai, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan dengan berdasarkan kebutuhan sebagian besar pegawai, berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. serta 15 f. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal. Kedisiplinan merupakan keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan organisasi dan norma sosial. g. Pemberhentian (separation) Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seorang pegawai dari suatu keinginan organisasi. pegawai, Pemberhentian keinginan ini organisasi disebabkan atau oleh perusahaan, berakhirnya konlrak kerja, pensiun atau scbab lainnya. Penerapan fungsi manajemen dengan sebaik-baiknya dalam mengelola pegawai akan mempermudah mewujudkan tujuan dan keberhasilan organisasi. B. Jaminan Keselamatan Kerja Setiap perusahaan wajib memberikan perlindungan terhadap karyawannya. Perlindungan-perlindungan itu berupa jaminan kerja. Jaminan adalah janji orang untuk menanggung utang atau kewajiban pihak lain jika utang atau kewajiban tersebut tidak dapat dipenuhi sesuai bunyi perjanjian (Kamus Istilah Manajemen 1994:76). Keselamatan kerja merupakan suatu kondisi psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. 16 Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan yang efektif, maka lebih sedikit tenaga kerja yang menderita akibat kecelakaan yang monimpanya. Jaminan Keselamatan kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat pristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja bempa kecelakaan kerja (Kansil, 2001:181). Pemerinlah saat ini telah mengeluarkan Undang-Undang Mo.3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-Undang meliputi : a. Jaminan kecelakaan kerja b. Jaminan kematian c. Jaminan hari tua d. Jaminan pemeliharaan kesehatan Jumlah dan jenis kecelakaan yang terjadi sangat tergantung pada bentuk pekerjaan yang dilakukan. Pada umumnya kecelakaan dapat diklasifikasikan dalam 2 bentuk, yaitu : 1. Kecelakaan disebabkan oleh faktor pribadi dan sikap pekerja 2. Kecelakaan karena faktor bukan orang atau karena kondisi kerja 17 C. Tujuan dan Pentingnya Keselamatan Kerja a. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat Menurut Rivai (2004 : 412 - 414), Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja dan hal-hal yang berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatanpeningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan : - Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang - Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang Iebih berkomitmen - Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi - Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang Iebih rendah karena menurunnyapengajuan klaim - Fleksibilitas dan adaptabilitas yang Iebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan - Rasio seleksi tenaga kerja yang Iebih baik karena meningkatnya citra perusahaan, perusahaan kemudian dapat meningkatkan keuntungannya sccara subtansial. b. Kerugian Lingkungan Kerja yang Tidak Aman dan Tidak sehat Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian-kerugian akibat kematian dan kecelakaan cii tempat kerja dan kerugian menderita penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Selain itu, ada juga yang bcrkailan dengan kondisi-kondisi psikologis. Perasaan-perasaan 18 pekerja yang menganggap dirinya tidak berarti dan rendahnya keterlibaiannya dalam pekerjaan, barangkali lebih sulit dihitung secara kuantitatif, seperti juga gejala-gejala stres dan kehidupan kerja yang bermutu rcndah. Baik aspek fisik maupun sosio-psikologis lingkungan pekerjaan membawa dampak kepada keselamatan dan kesehatan kerja. Kondisi ini membawa dampak besar bagi keselamatan dan kesehatan kerja, dan perusahaan harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya, yaitu misalnya para pekerja diberikan petunjuk mengenai metode-metode manajemen stres. Petunjuk-petunjuk ini meliputi meditasi, latihan pernapasan, dan suatu teknik yang disebut dot stopping. Teknik yang sejenis dengan biofeedback ini mengajarkan para pekerja untuk mengendalikan stres mereka dengan mengenang suatu saat yang indah dan memusatkan diri pada perasaan-perasaan dan sensasi-sensasi yang mereka alami pada waktu itu. Dewasa ini, upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu strategi untuk mengurangi stres psikologis yang berhubungan dengan pekerjaan. Perusahaanperusahaan tertentu cenderung mempunyai tingkat kecelakaen kerja yang lebih tinggi dari pada lainnya. Beberapa karakteristik dapat menjelaskan perbedaan tersebut, yaitu: 1- Kualitas organisasi Tingkat kecelakaan bcrbcda secara substansial menurul jcnis industri.Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan industri konstruksi dan manufaktur mempunyai tingkat kecelakaan yang lebih tinggi daripada keuangan,asuransi dan lain perusahaan-perusahaan jasa, sebagainya. tidak Walaupun tertutup kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut memiliki tingkat resiko kecelakaan yang tinggi. Perusahaan-perusahaan yang kecil dan besar yaitu perusahaan yang mempunyai kurang dari seratus pekerja dan perusahaan yang mempunyai lebih dari seribu pekerja atau pegawai mempunyai tingkat kecelakaan yang lebih rendah dari pada perusahaan-perusahaan menengah. 2. Pekerja yang mudah celaka Sebagian ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kecelakaan bergantung pada perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan semata-mata nasib sial. Sampai seberapa jauh seorang pekerja nienjadi penyebab kecelakaan dapat menjadi petunjuk kecenderungan si pekerja untuk mengalami kecelakaan ? Tidak ada suatu karakteristik pribadi khusus pekerja yang selalu cenderung mendapat kecelakaan. Tetapi, karakteristik psikologis dan fisik tertentu tampaknya membuat sebagian pekerja lebih mudah mengalami kecelakaan dibanding yang lain. Contohnya, para pekerja yang emosinya tinggi mempunyai angka kecelakaan yang lebih kecil daripada pekerja yang emosinya rendah, dan para pekerja yang mengalami kecelakaan lebih kecil adalah orang-orang yang lebih optimis, dapat dipercaya, dan peduli terhadap orang Iain dibandingkan dengan para pekerja yang lebih sering mengalami kecelakaan. Para pekerja yang mengalami stres berat lebih mungkin mengalami kecelakaan dibandingkan dengan mereka yang mengalami stres ringan. Para pekerja yang sudah berumur lebih sedikit mengalami kecelakaan dibandingkan mereka yang berusia muda. Orang-orang yang lebih cepat mengenali pola-pola visual daripada membuat manipulasi muskular lebih sedikit mengalami kecelakaan dibandingkan orang-orang dengan karakteristik sebaliknya. Banyak kondisi psikologis dapat berkaitan dengan kecenderungan mengalami kecelakaan, misalnya adalah kebencian dan ketidakmatangan emosional barangkali merupakan kondisi yang tidak permanen. Karenanya, kondisi-kondisi ini sulit dideteksi sampai satu ketika terjadi satu kecelakaan. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka pengertian dari jaminan keselamatan kerja adalah suatu pelayanan perlindungan kepada orang yang bekerja sebagai kondisi psikologis yang diberikan oleh prusahaan dan pemerintah untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. 21 I). Tingkat Setoran Setiap karyawan yang bekerja di suatu perusahaan dengan menggunakan fasilitas perusahaan sebagai media mencari penghasilan, maka karyawan i!u wajib memberikan sebagian penghsilannya untuk perusahaan. Pembagian penghsilan ditentukan oleh perusahan setelah karyawan mensepakatinya. Konsep demikian merupakan penjelasan dari setoran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 932) pengertian dari setoran adalah memasukkan, berasal atau dari kata menyerahkan. setor, Jadi artinya pengertian adalah dari membayar, setoran adalah sejumlah uang yang harus diserahkan atau dibayarkan dengan ketentuan tertentu. Setoran secara eksplisit bermakna peralihan uang dari tangan karyawan kepada pihak perusahaan dimana uang yang disetorkan merupakan hasil pendapatan seorang karyawan dalam kurun waktu tertentu. Dari perspektif ini, seorang pengemudi taksi bekerja dengan suatu asumsi dasar bagaimana memperoleh pendapatan minimal sehari dengan biaya standar penyetoran. Pendapatan yang lebih yang diperoleh, maka hak guna dan pakainya layak dimanfaatkan oleh pengemudi taksi. Pada umumnya, perusahaan yang memakai konsep pendapatan melalui setoran adalah perusahaan jasa, khususnya alat transportasi. Di daerah perkotaan dengan mobilitas masyarakat yang sangat tinggi, penggunaan jasa angkutan seperti taksi sangat dibutuhkan keberadaannya. Semakin tinggi mobilitas sosial berimplikasi pada pendapatan para pengemudi taksi. Tingginya pendapatan yang diperoleh akan berpengaruh pada pemberian kompensasi yang diberikan perusahaan kepada pengemudinya. Kompensasi merupakan scgala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi dikatakan penting bagi karyawan karena besarnya kompensasi merupakan cerminan atau ukuran nilai terhadap kerja karyawan itu sendiri. Sebaliknya, besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Apabila kompensasi diberikan secara tepat, maka para karyawan akan inemperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi, sistem tersebut mungkin akan berbeda dengan perusahaan-perusahaan jasa transportasi, daiam hai ini adalah perusahaan taksi yang menggunakan sistim setcran. Para pengemudi taksi yang selalu membayarkan setoran sesuai target apa yang ditentukan oleh perusahaannya, maka kompensasi yang diberikan akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, pengemudi taksi yang tidak mampu untuk mendapatkan setoran sesuai dengan target yang ditentukan oleh perusahaannya, maka kompensasi yang diberikan oleh perusahaan tidak akan memuaskan. Menumt perhitungan waktu, jenis setoran terbagi atas beberapa jenis, yaitu: 1. Setoran harian Merupakan sitem setoran yang harus diserahkan daiam waktu 24 jam. Kelebihan dari sistem setoran ini adalah pengeluaran yang tidak memakan 23 biaya yang besar. Sedangkan kelemahannya adalah tenggang waktu untuk mengejar setoran sesuai target sangat sempit. 2. Setoran mingguan Merupakan sistem setoran yang harus diserahkan dalam waktu satu minggu sekali. Kelebihan dari sistem setoran ini adalah memberikan tenggang waktu yang lama dalam mendapatkan setoran, sehingga setoran yang diserahkan kepada perusahaan dapat dipenuhi sesuai dengan target. Kelemahannya adalah setoran yang diterima oleh perusahaan agak lama, sehingga dapat mempengaruhi roda organisasi. 3. Setoran bulanan Merupakan sistem setoran yang harus diserahkan tiap bulannya. Di dalam perusahaan jasa transportasi sistem setoran ini hampir jarang dipakai atau sama sekali tidak dipergunakan, karena sangat tidak efektif dan efisien. Dari ketiga jenis setoran menurut hitungan waktu di atas, sistem setoran yang dipergunakan oleh perusahaan jasa transportasi khususnya perusahaan taksi adalah sistem seioran harian. Para pengemudi taksi setiap harinya harus menyerahkan pcndapatan yang merely peroleh untuk disetorkan kepada perusahaannya. Dari penjelasan di atas dapat diperoleh uraian mengenai tingkat setoran. Tingkat setoran adalah tinggi -endahnya sejumlah uang yang harus diserahkan atau dibayarkan kepada perusahaan, sehingga bagi milra kerja dalam hal ini adalah pengemudi taksi akan mendapatkan atau .'■1 mcnghasilknn kompcnsti.si y;mg di diilamnyu merupakan insciilif scrla bonus ymij.', ili|>cii>lch dnri pcmsiih;i;iiinyii. K. Kt'pulasi IViiisiiliiiini Siiii'jiin (?00-M1) pfrusnliiiai) duliriknn didirikan tujuan inrujrliiskitn iiiiluk organisasi mcncjipjii baliwa lujimn ■iiiiilu orj>;inisiisi lorlcnlu. Kdikn tersebut biasanya ditentukan oleh iililti inukii para pendirinya, yamg pada umumnya juga berperan sebagai pemilik atau pcnanam modal yang utama. Tujuan itulah yang kemudian menentukan arah yang akan ditempuh oleh perusahaan. Sarana dan prasarana apa yang diperlukan, fllsafat yang akan digunakan mengemudikan roda organisasi, sifat hubungan antara pemilik dengan para karyawannya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur organisasi yang bagaimana yang akan ditumbuhkembangkan dan teknologi yang bagaimana yang akan dimanfaatkan. Selanjutnya (Siagian, 2004) menegaskan bahwa seluruh kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan ditujukan pada tercapainya tujuan yang telah ditentukan itu dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi mungkin. Suatu perusahaan yang dikelola dengan baik harus mencerminkan tiga hal, yaitu kesinambungan keberadaan organisasi, kemampuan meraih keuntungan pada tingkat yang wajar, dan pertumbuhan. Dalam kaitan ini, kiranya relavan untuk menekankan bahwa tujuan akhir suatu organisasi adaiah meningkatkan kemampuannya untuk 25 terus tumbuh dan berkembang, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Siagian (2004) secara kuantitatif pertumbuhan dapat berwujud mcmbcsarnya organisasi, divcrsifikasi produk yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa, wilayah operasi yang makin luas, dan pangsa pasar yang semakin besar dengan komposisi yang semakin beragam. Secara kualitatif, pertumbuhan pada dasarnya berkisar pada makin besarnya kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka semakin terjamin. Bagi pelanggan atau nasabah, misalnya, ha] itu dapat berarti mutu barang atau jasa yang dihasilkan semakin tinggi dan mutu pelayanan yang diberikan berakibat pada kesediaan mereka untuk terus menjadi pelanggan perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikisn dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mampu meraih keuntungan pada tingkat yang wajar berhasil memperoleh dan mempertahankan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan tersebut (Siagian, 2004). Dengan kata lain, mencari keuntungan hanya merupakan motif bagi perusahaan, bukan merupakan tujuan akhir. Sudah jelas bahwa Suatu perusahaan mampu tumbuh dan berkembang, modal utamanya adalah kemampuannya mempertahankan eksistensinya pada landasan yang semakin lama harus semakin kokoh. Semuanya ini adalah jalan bagi perusahaan untuk memiliki reputasi atau citra yang baik di mata masyarakat. Ucpufasi iilaii cilra pmisahaan ilu scndiri adalah mcrupakan gambaran alau pcrscpsi masyamkal lending suatu organisasi, dimana orgaiiiuiM IcrschiH iiK-initiki iiiinin l>,uk inn I ^unhm,., uiMJiniUl dari kullur organisasi, bcnluk dan jcnis in^niksi dcngnn lingkungan ekslemal, sort a roda organisasi yang dijalankannya. Salah satu faktor terciptanya reputasi perusahaan yang baik adalah pengenalan jati diri perusahaan secara mantap. Setiap organisasi dan perusahaan merupakan satuan kerja dengan karakteristik yang unik. Artinya setiap organisasi mempunyai jati diri yang khas dan jati diri itulah yang membedakannya dari organisasi atau perusahaan lain termasuk perusahaan yang bergerak dalam bisnis yang sama sekalipun. Apakah organisasi atau perusahaan dipandang bona fide atau tidak, pantas dipercayai atau tidak, sangat tergantung pada kemampuan para pengambil keputusan strategik dalam organisasi memantapkan jati dirinya itu. Karena jati dirinya itulah yang akan diproyeksikan ke lingkungan, logis apabila upaya pemantapan jati diri dan pengenalannya itu dimulai secara internal. Menurut Siagian (2004:55), Langkah yang sangat fundamendal yang harus diambil oleh para manajer strategik dalam organisasi ialah aktualisasi dan sosialisasi tujuan, misi, filsafat, kultur dan etos kerja pemsahaan atau organisasi yang bersangkutan sehingga mendarah daging di kalangan seluruh anggota organisasi yang bersangkutan. Dalam proses aktualisasi dan sosialisasi harus diupayakan agar pandangan-pandangan individual disesuaikan dengan pola bertindak dan berperilaku yang 27 diinginkan dan bahkan dituntut oleh organisasi. Pentingnya pemantapan jati diri organisasi agar mendarah daging dalam kehidupan organisasional para anggotanya terlihat dengan lebih jelas apabila diperhatikan bahwa: a. Jati diri perusahaan didasarkan pada persepsi manajemen tentang cara berbagai pihak di lingkungan eksternalmemberikan reaksi terhadap keberadann perusahaan yang bersangkutan, seperti apakah layak dipercayai atau tidak b. Jati diri perusahaan berperan penting dalam memberikan arah tsntang cara para anggota berperilaku, seperti halnya dalam berinteraksi secara internal dengan sesama anggota organisasi, dalam berhubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan yang berada di luar organisasi atau perusahaan serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. c Mantap tidaknya pengenalan jati diri perusahaan di kalangan para anggotanya sangat menentukan penilaian orang Iain tentang perusahaan tersebut d. Jati diri perusahaan perlu terus menerus dikomunikasikan kepada semua anggota perusahaan dan kepada berbagai pihak lain yang berinteraksi dengan perusahaan Kesemuanya itu dapat diwujudkan apabila mereka yang bertanggung jawab menyelenggarakan manajemen strategis dalam oiganisasi mampu mengenali faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh organisasi untuk dijadikan modal dalam upaya lebih memantapkan 28 kcbcradaan organisasi disamping kesediaan mengenali kelemahan organisasi untuk diatasi dan apabila mungkin dihilangkan sama sekali. Jati diri yang dimantapkan secara internal tidak semata-mata dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa memitiki dan kebanggaan dalam diri para anggota organisasi. Jati diri tersebut harus pula diproyeksikan ke masyarakat luas. Hal ini sangat penting karena seperti dimaklumi suatu perusahaan hanya akan mampu mempertahankan eksistensi dan meningkatkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang apabila perusahaan tersebut mampu memperoleh dan mempertahankan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Memperoleh dan mempertahankan kepercayaan tersebut bukanlah hal yang mudah dan pasti tidak datang dengan sendirinya. Seluruh kegiatan organisasional berkaitan erat dengan ada tidaknya kepercayaan tersebut. Jelaslah bahwa reputasi atau citra perusahaan berkaitan erat dengan tujuan, sasaran, strategi, misi, dan kebijaksanaan perusahaan. F. Komitmen Organ isasional Dalam literatur banyak dikemukakan pengertian organisasi. Webster mendefinisikan organisasi sebagai suatu struktur eksekutif dari bisnis. Suatu struktur menurut bisnis modern harus menempatkan karyawan dari berbagai tingkat kemampuan guna mencapai efisiensi yang maksimal. Organisasi juga diartikan sebagai suatu keseluruhan termasuk di dalamnya fasilitas, material, dan orang dengan prilakunya, yang diatur menurut posisi berdasarkan tugas pekerjaan. Dan pengertian organisasi yang lain adalah organisasi berarti mengidentifikasi struktur hirarki eksekutif dan tenaga supervisor, yang bertugas dalam berbagai fungsi. Tanpa memandang definisi mana yang dianut, yang terpenting adalah daiam struktur organisasi ada pengawasan dan pengarahan kegiatan bisnis yang memungkinkan manajemen mengkoordinasi tenaga kerja, dan material yang Iain untuk mencapai tujuan yang tetah ditetapkan. Setiap organisasi memberi kemungkinan adanya pengawasan yang efektif, memberi kesempatan komunikasi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Hal ini dapat terlaksana dalam suatu struktur organisasi yang jelas. Sebuah perusahaan yang mcmiliki banyak karyawan sudah pasti mengharapkan komitmen dari karyawannya untuk perusahaan agar tercapai tujuan bersama. Di bawah ini terdapat deflnisi-definisi komitmen, yaitu : I. Komitmen adalah "sebagai orientasi jangka panjang dalam suatu hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan hubungan itu, baik dalam keadaan senang maupun susah" (James 2003:150) 2. Komitmen merupakan "suatu keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu hubungan; komitmen meringkas pengalaman tergantung sebelumnya dan mengarah ke arah reaksi pada situasi baru" (Rusbuult dan Buunk 1993). Di dalam dunia kerja atau bisnis seringkali komitmen merupakan hal yang paling utama dengan hubungan antara perusahaan dan karyawan. Namun pada umumnya para karyawan belum dapat memahami arti komitmen itu sendiri secara sungguh-sungguh. Padahal pemahaman ini sangat penting dan berguna untuk mencapai kondisi kerja yang baik, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut jenisnya komitmen dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Affective Commitmen yaitu berkaitan dengan tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara emosional mau terikat, mengena! dan terlibat dalam organisasi. Karyawan dengan tingkat Affective commitmen yang tinggi akan tetap tinggal dengan organisasi karena mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Continuance commitmen merupakan komitmen yang berdasarkan gambaran atau penilaian karyawan tentang kerugian terhadap biaya yang terikat dan akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi. 3. Normative commitmen merupakan komitmen bagaimana perasaan- perasaan karyawan tentang kewajiban yang ia harus berikan kepada organisasi dan juga merupakan tingkat seberapa jauh seseorang secara psikologikal terikat untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan pada perasaan. Perasaan-perasaan tersebut diantaranya adalah kesetiaan, kepemilikan, kebanggaan dan lain sebagainya. Komitmen organisasional dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan pegawai. Pengertian komitmen organisasional adalah sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suaoj organisasi tertentu dan tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. (Robbins2001:17). Kesimpiilannya adalah komitmen organisasional merupakan suatu keadaan dinuna seorang individu sebagai karyawan pada suatu organisasi atan perusahaan cenderung memiliki keterlibatan serta ia akan memihak dan memeiihara keanggotaannya pada organisasi dimana ia bekerja, sehingga akan menimbulkan keterikatan pada organisasi tersebut. Dengan kata lain komitmen organisasional menyiratkan hubungan karyawan dengan organisasi secara aktif, karena karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang ,ebih da.am menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi.