BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, mengapa harus diatur, dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisis, menetapkan tujuan atau sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban secara baik, efektif dan efisien. Pengertian manajemen menurut beberapa para ahli, diantaranya : Menurut Daft (2002) Management adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi. Sedangkan Menurut Follet (2002) Manajemen diartikan sebagai ”Seni Membereskan Segala Hal Melalui Orang lain”. Dan Drucker (2002) menjelaskan bahwa “Para Manajemen Memberikan Arah Pada Organisasi Mereka, Memimpin, Dan Memutuskan Bagaimana Menggunakan Sumber Daya Organisasi”. 2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajeman merupakan suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemenfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik dewasa ini merupakan keharusan bagi suatu perusahaan jka ingin tetap bertahan dalam persaingan bisnis. “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan , karyawan dan masyarakat” (Malayu, 2000). “Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan individu maupun organisasi” (Hani, 2003). Dari definisi-definisi tersebut jelas bahwa pengelolaan sumber daya manusia merupakan pokok dalam mengelola organisasi bukan sumber daya yang lain. Hal ini berhubungan dengan usahanya memberikan satuan kerja yang efektif bagi perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen sumber daya manusia akan menunjukan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam jumlah dan tipe yang tepat dengan kebutuhan. 2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Disamping menjalankan fungsi manajemen, seorang manajer juga harus melakukan pengawasan terhadap orang lain yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakn tugas operasional. Menurut Soekidjo, (2003) fungsi manajer di kelompokan menjadi dua, yakni : a. Fungsi-fungsi manajemen, yang mencakup: 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan penentuan program karyawan (sumber daya manusia) dalam rangka membantu tercapainya sasaran atau tujuan organisasi itu. Dengan kata lain mengatur orang-orang yang akan menangani tugas-tugas yang dibebankan kepada masing-masing orang dalam rangka mencapai tugas organisasi. 2. Pengorganisaian (Organizing) Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan atau implementasi kegiatan tersebut harus diorganisasikan. Organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, oleh sebab itu dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing. 3. Pengarahan (Directing) Untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan efektif diperlukan arahan (directing) dari manajer. Dalam suatu organisasi yang besar pengarahan ini tidak mungkin dilakukan oleh manejer itu sendiri, melainkan didelagasikan kepada orang lain yang diberi wewenang untuk itu. 4. Pengendalian (Controling) Fungsi pengendalian adalah untuk mengatur kegiatan, agar kegiatankegiatan organisasi itu dapat berjalan sesuai dengan rencana. Disamping itu pengendalian juga dimaksudkan untuk mencari jalan keluar atau pemecahan apabila terjadi hambatan pelaksanaan kegiatan. b. Fungsi-fungsi Operasional, yang mencangkup: 1. Pengadaan Tenaga (Recruitment) Fungsi rekruitmen seorang manajer sumber daya manusia bertujuan untuk memperoleh jenis jumlah tenaga atau sumber daya manusia yang tepat. Sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja yang bersangkutan. Penentuan sumber daya manusia yang akan dipilih harus benar-benar yang diperlukan, bukan karena ada tenaga tersedia. Oleh sebab itu sistem rekruitmen yang mencakup seleksi harus terlebih dahulu dikembangkan secara matang. 2. Pengembangan (Development) Tenaga atau sumber daya yang telah diperoleh suatu organisasi, perlu pengembangan organisasi itu. Pengembagan sumber daya ini penting searah dengan pembangunan organisasi. Apabila organisasi itu ingin berkembang seyogianya diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkeinambungan. 3. Kompensasi (Compensation) Kompensasi merupakan fungsi manajemen yang sangat penting, melaui fungsi ini organisasi memberikan balas jasa yang memadai dan layak kepada karyawan. Hal ini wajar karena karyawan sebagai sumber daya manusia organisasi tersebut memberikan jasanya yang besar terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dari hasil-hasil penelitian, meskipun kompensasi bukan hanya berupa materi atau uang, namun bentuk gaji sangat penting untuk meningkatkan hasil kerja. 4. Integrasi (Integration) Integrasi adalah kegitan manajemen yang bertujuan rekonsiliasi kepentingan-kepentingan karyawan dalam organisasi itu. Telah disadari bersama bahwa dalam pelaksanaan kegiatan organisasi sering terjadi benturan kepentingan diantara karyawan atau karyawan dengan manajer. Untuk itulah pentingnya fungsi integrasi ini agar diperoleh kesepakatan kembali dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. 5. Pemeliharaan (Maintenance) Kemampuan-kemampuan sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh suatu organisasi perlu dipelihara (maintenance). Karena kemampuan tersebut adalah asset yang penting bagi terlaksananya tugas dan tujuan organisasi. Fungsi pemeliharaan ini termasuk juga jaminan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. 6. Pemisahan (Separation) Seorang karyawan tidak mungkin akan selalu bekerja pada organisasi tertentu. Pada suatu ketika paling tidak mereka harus memutuskan hubungan kerja dengan cara pensiun. Untuk itu maka tenaga kerja atau karyawan tersebut harus kembali kemasyarakat. Organisasi harus bertanggung jawab dalam memutuskan hubungan kerja ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan menjamin warga masyarakat yang dikembalikan itu berada dalam keadaan yang sebaik mungkin. Seorang manajer sumber daya manusia harus melaksanakan fungsi ini dengan baik. Maksud dari semua kegiatan yang telah dijelaskan diatas adalah untuk membantu dalam menyelesaikan sarana-sarana dasar, sehingga arah dan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 2.3 Kepemimpinan 2.3.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci, karena kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasi. Maka kepemimpinan itu melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan serta memberikan semangat kerja. Suatu tindakan pada diri seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin yang penuh rasa tanggung jawab terhadap tugas yang telah dipercayakanya kepadanya yang mengakui bahwa manusia yang dipimpinnya itu sebagai manusia yang mempunyai hak-hak dan kewajiban, maka seorang pemimpin akan berusaha memelihara hubungan kerjasama agar dapat menciptakan integritas yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Kepemimpinan menurut Sudarwan, (2004) adalah sebagai berikut: Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan sebelumnya. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi (Daft, 2002). Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2005). Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan dibutuhkan adanya kecocokan antara pamimpin dan karyawan karena kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.3.2 Fungsi kepemimpinan Kepemimpinan dirumuskan sebagai bagian dari kegiatan seorang manajer untuk mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok mengaruh pada hasil yang diharapkan. Kepemimpinan tergantung kepada keterampilan dan kepribadian manajer dalam memenuhi kelompok yang dipimpinya. Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan memimpin atau mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini meliputi 3 (tiga) tugas pokok kepemimpinan atau disebut tri fungsi kepemimpinan. Adapun tri fungsi kepemimpinan itu antara lain: a. Menangani situasi tertentu dalam organisasi perusahaan b. Menilai situasi tertentu c. Menetukan sikap atau tindakan dalam mengadapi dan mengatasi situasi tersebut. Di dalam melaksanakan tri fungsi kepemimpinan tersebut tentu saja memperhitugkan kepentingan kelompok dalam organisasi dengan mendasarkan atas azas-azas yang berlaku dan berpegang pada tujuan organisasi. Didalam pelaksanaannya perlu adanya ketelitian yang menyeluruh sehingga dapat menghindari kesalahan yang mungkin timbul, maka dengan demikian dapat ditentukan sikap yang tapat dan menyeluruh sehingga ketiga fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik menuju sasaran yang telah ditetapkan. Setiap pemimpin perlu dan harus berusaha agar ia menjadi panutan yang berfikir bagi kepentingan kelompoknya, dapat meliputi situasi secara tajam. Menilai keadaan secara imbang dan akhirnya mengambil sikap atau tindakan secara mantap. Kekuasaan dan wewenang merupakan alat utama bagi seorang pemimpin. Kekuasaan ini adalah hak secara formal yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk menetukan sasaran kelompok dan menentukan cara-cara penyelengaraan pencapaian tujuan, yang kemudian diberikan kepada bawahanya agar melakukan pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. 2.3.3 Sifat Kepemimpinan Disamping kedudukannya yang strategis, kepemimpinan mutlak diperlukan dimana terjadi kerjasama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk dapat bekerjasama tersebut perlu diketahui pula sifatsifat yang dimiliki seorang pemimpin. Sifat-sifat kepemimpinan menurut Mahjosumidjo (2003) sebagai berikut : a. Menyelengarakan rapat atau pertemuan secara teratur. b. Bersahabat dan sosial. c. Memiliki ide-ide baru dan menarik secara kreatif. d. Mendengarkan dan berusaha mengerti orang lain. e. Teguh dan pasti, tidak segan-segan. f. Menerima kesalahan-kesalahan secara terbuka. g. Meyakinkan setiap orang untuk mengerti yang di harapkan. h. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk ikut dalam kegiatan pengambilan keputusan. i. Memberi penghargaan secara teratur dan kritik negatif kadang kala. j. Suka kompromi. k. Mengikuti dengan ketat peraturan dan prosedur yang telah disepakati. l. Tidak pernah menunjukan kemarahan atau ketidakpuasan kepada pihak lain. Kepemimpinan berfungsi sebagai pelaksana, pemersatu dan ikatan dalam organisasi dan menjaga kan keanggotaan dalam organisasi merupakan pengalaman memberikan kepuasan dan kesenangan. Oleh karena itu seorang pemimpin harus berusaha sedapat mungkin menciptakan rasa kepuasan dan kegairahan dalam organisasi, serta ikut menghayati keinginan setiap anggota dan berusaha pula memenuhinya sehingga para anggota organisasi dapat diarahkan dengan rasa senang hati dalam mencapai tujuan. 2.4 Gaya kepemimpinan 2.4.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Untuk memahami kepemimpinan yang sukses, memusatkan diri pada apa yang dilakukan seorang pemimpin adalah “Gaya-nya”. Corak atau gaya kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh terhadap efektifitas seorang pemimpin. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan individu atau kelompok maupun tujuan organisasi. “Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu” (Heidjrachman & Suad, 2004). “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara untuk mempengaruhi bawahannya” (Hani, 2003). 2.4.2 Tipe-tipe Gaya Kepemimpinan Tipe-tipe gaya kepemimpinan menurut Sudarwan (2004) sebagai berikut: a. Pemimpin Otoriter Sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras tanggung jawab penuh terhadap organisasi pemimpin otokratik berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi tergantung kepadanya. Pemimpin Otokratik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin. 2. Bawahan, hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru. 3. Bekerja dengan disiplin tinggi,belajar keras dan tidak kenal lelah. 4. Memilki kepercayaan rendah terhadap bawahan. 5. Komunikasi dilakukan secara tertutupdan satu arah. b. Pemimpin Demokratis Pada tipe ini pemimpin yang demokratis berusaha untuk lebih banyak melibatkan anggota kelompoknya dalam memacu tujuan-tujuan, inti dari demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama tugas dan tanggung jawab dibagi-bagi menurut bidang masing-masing. Pemimpin Demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia orang itu. 2. Bawahan oleh pemimpin dianggap sebagai komponen pelaksanaan dan secara internal harus diberi tugas dan tanggung jawab. 3. Disiplin, akan tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah seperti bersama-sama. 4. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan. 5. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah. c. Kepemimpinan permisif Kepemimpinan permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat. Sikapnya serba boleh pimpinan ini biasanya terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakan individu yang dihadapkannya pimpinan memberikan kebebasan kepada manusia organisasional, begini boleh, begitu boleh, dan sebagainya. Bawahan tidak mempunyai peganggan yang jelas, informasi yang simpang siur dan tidak konsisten. Pemimpin permisif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan pada diri sendiri rendah. 2. Mengiyakan semua saran. 3. Lambat dalam membuat keputusan. 4. Banyak mengambil muka kepada bawahannya. 5. Ramah dan tidak menyakiti bawahan. Dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut pada dasarnya pemimpin tidak menggunakan satu tipe kepemimpinan saja penggunaan tipe-tipe kepemimpinan akan sekali berubah sesuai dengan perubahan situasi yang dihadapi oleh pimpinan. Seorang pemimpin harus dapat memanfaatkan situasi dan kondisi yang mendukung penyelesaian masalah dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat sehingga sasaran yang telah ditentukan akan dapat tercapai. 2.5 Motivasi Kerja 2.5.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi kerja merupakan pendorong karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Dengan adanya motivasi kerja, diharapkan produktivitas perusahaan dapat meningkat sehingga mampu mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan secara keseluruhan. Motivasi kerja pada karyawan pada dasarnya merupakan sikap mental individual atau kelompok yang terdapat dalam suatu perusahaan yang menunjukkan adanya rasa kegairahan dalam melaksanakan tugasnya dan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik. “Motivasi Kerja merupakan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan” (Malayu, 2005). “Motivasi Kerja adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan inspirasi semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-tindakan” (Marihot, 2005). “Motivasi Kerja merupakan suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan” (Suad, 2002). Dari beberapa pendapat diatas bahwa motivasi kerja perlu dimiliki oleh setiap karyawan agar tujuan perusahaan tercapai. Dengan adanya motivasi kerja, maka karyawan terdorong untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dapat terselesaikan dengamn baik. 2.5.2 Jenis- jenis Motivasi Jenis-jenis motivasi menurut Malayu (2005) adalah sebagai berikut: a. Motivasi Positif (Insentif Positif) Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan memotivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja dan motivasi positif efektif untuk jangka panjang. b. Motivasi Negatif (Insentif Negatif) Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik, dan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek saja. Dalam praktek kedua jenis motivasi diatas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan, penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. 2.5.3 Tujuan Pemberian Motivasi Walaupun setiap individu karyawan mempunyai keinginan yang berbedabeda, tetapi ada kesamaan dalam kebutuhannya yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi dengan kata lain setiap manusia atau karyawan mengharapkan kompensasi selama bekerja di perusahaan tersebut. Menurut Malayu (2005) tujuan pemberian motivasi terdiri dari : a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan c. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan d. Mempertahankan kestabilan karyawan dan perusahaan e. Meningkatkan kedisiplinan karyawan f. Mengefektifkan pengadaan karyawan Dalam tujuan pemberian motivasi di atas sebagai salah satu dalam mengarahkan karyawan supaya tujuan yang diinginkan oleh perusahaan dapat terlaksana dan sesuai yang diharapkan. Pemberian motivasi dikatakan penting di dalam suatu perusahaan. Karena pimpinan atau manajer itu tidak sama dengan karyawan. Seorang manajer tidak dapat melakukan pekerjaan sendirian, karena keberhasilannya amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan oleh orang lain atau bawahan. Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh bawahan yang ada didalam unit kerja itu, bila semua tugas sudah dibagi-bagikan, maka manajer yang bersangkutan harus mempunyai satu sistem yang ampuh untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut benar-benar dikerjakan atau tidak oleh bawahan. Disinilah letak pentingnya pemberian motivasi kepada sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan sesuai kecakapan yang mereka miliki, oleh karena itu diharapkan mereka bukan saja asal mau bekerja, tetapi juga yang penting adalah pekerjaannya itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan. 2.5.4 Asas-asas Motivasi Asas-asas Motivasi menurut Malayu (2005) adalah sebagai berikut : a. Asas mengikutsertakan bawahan, maksudnya mengajak bawahan untuk ikut berpertisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. b. Asas komunikasi, yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi. c. Asas pengakuan, yaitu memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. d. Asas wewenang yang Didelegasikan, adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan kreativitas dan melaksanakan tugas-tugas itu dengan baik. e. Asas perhatian timbal balik, adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari perusahaan. 2.5.5 Proses Motivasi Motivasi karyawan merupakan suatu hal yang penting bagi pencapaian tujuan perusahaan. Proses motivasi menurut Malayu (2005) terdiri dari beberapa tahapan proses adalah sebagai berikut : a. Tujuan Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut. b. Mengetahui Kepentingan Dalam proses memotivasi penting mengetahui kebutuhan atau keinginan karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja. c. Komunikasi Efektif Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif itu di perolehnya. d. Integrasi Tujuan Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi atau perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk ini penting adanya persesuaian motivasi. e. Fasilitas Manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. f. Team Work Manajer jarus menciptakan tem work yang terkoorganisasi baik yang biasa mencapai tujuan perusahaan. Team Work (kerjasama) ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian. Dari uraian dapat di tarik kesimpulan bahwa proses motivasi mempunyai tahap-tahap dimana tahap-tahap tersebut mempunyai hubungan dan saling membantu satu sama lain supaya apa yang telah ditetapkan berjalan dengan keinginan perusahaan. 2.5.6 Faktor-Faktor Motivasi Kerja Faktor-faktor Motivasi kerja Malayu, (2005) sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang bersifat individual adalah kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, sikap, dan kemampuan. b. Fator-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji, keamanan pekerjaan, hubungan sesama pekerja, pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri. Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam memotivasi karyawan pemimpin harus mengetahui keinginan karyawan dan selama karyawan bekerja pastinya karyawan mengharapakan fasilitas-fasilitas yang mendukung dari organisasi atau perusahaan serta ingin memperoleh pujian pengawasan dan perlakuan yang baik dari atasannya. 2.6 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Di dalam melaksanakan aktivitas kegiatan perusahaan para pemimpin memepunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam mempengaruhi dan mendorong atau memotivasi para bawahannya dengan pemilihan gaya kepemimpinan yang baik maka proses motivasi tersebut akan terlaksana dalam mencapai tujuan diinginkan oleh perusahaan. Pemimpin yang cakap selalu membuat tujuan organisasi yang dipimpinnya jelas dan terarah, seluruh karyawannya pun mengetahui semua dengan jelas mereka menyetujui serta berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu pemimpin harus menciptakan suatu kondisi kerja yang baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan pemimpin mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yamng dimiliki karyawannya serta mampu mempengaruhi agar mereka bekerja dengan baik. Pemimpin dalam memotivasi harus menyadari bahwa karyawan mau bekerja keras dengan harapan karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan-keinginannya dari hasil pekerjaannya jadi dengan kata lain seorang pemimpin yang baik dalam menerapkan gaya kepemimpinannya pada perusahaan dapat melihat keinginan pada bawahannya terlebih dahulu, kemudian dapat memberikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan karyawan, sehingga terciptanya suasana yang harmonis antara atasan dengan bawahan dalam suatu perusahaan dan dengan terciptanya suasana yang harmonis tersebut maka hubungannya sangat kuat terhadap pencapaian tujuan perusahaan (Malayu, 2005).