HUKUM ADAT (HKM 204) Henry Arianto, SH, MH JUMAT 28 April 2017 Soal 1. Jelaskan dan berikan contoh pengertian Hukum Adat menurut Supomo. Supomo mengatakan: Hukum adat merupakan sinonim dari hukum tidak tertulis dalam peraturan legislatif (unstatutory law), hukum yang timbul karena putusan hakim (judge made law), hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup baik dikota maupun di desa (customary law). Maksudnya: Hukum adat itu tidak tertulis, atau tidak terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, namun ada di masyarakat adat, dimana hokum adat itu terbentuk dari kebiasaan yang dipertahankan sejak jaman nenek moyang. Contohnya: Hukum Kekerabatan adat dengan system patrilineal, matrilineal, bilateral. Hukum Perkawinan adat dengan system Exogami, Endogami, Eleuteragami Hukum Kewarisan adat dengan system Mayorat, Kolektif, Individu 2. Jelaskan dan berikan contoh mengenai perbedaan fundamental hukum barat dan hukum adat. Secara fundamental maka perbedaan dalam sistem ini pada hakekatnya adalah: 1. Corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat & hukum barat. Hukum adat bersifat komunal sedangkan hukum barat individual 2. Pandangan hidup yang berlainan. Aliran Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis. Aliran Timur bersifat kosmis, tidak ada pembatasan dunia lahir dan gaib, manusia berhubungan erat dengan segala yang hidup di alam ini. (Hlm.13 Modul) Dengan demikian maka terlihat bahwa pada dasarnya hokum adat cenderung kebersamaan dan magic religious, sedangkan hokum barat cenderung individual dan rasional. Contohnya: Hukum adat dalam pemberian hokuman adakalanya menghukum dengan mewajibkan pelaku kejahatan melakukan ritual tertentu, sedangkan hokum barat hukumannya hanya fisik atau denda. 3. Jelaskan dan berikan dua buah contoh mengenai sifat / corak masyarakat hukum adat Sifat Hukum Adat Hukum adat memiliki sifat sebagai berikut: 1. Magis Religius Contoh: sesajen, percaya pada roh dan kekuatan dunia lain, selametan untuk anak. 2. Kebersamaan (Komunal) yang Kuat. Contoh: gugur gunung atau pepatah dudu sanak dudu kadang ning yen mati melu kelangan 3. Pikiran dan Penataan Yang Serba Konkrit (Terang Dan Nyata). Contoh: jual beli adalah satunya perkataan dengan perbuatan, jadi harus nyata-nyata ada tinadkan pembayaran kontan dari si pembeli serta penyerahan barang dari si penjual. 4. Visual (Kontan / Tunai). Contoh: pemberian panjer dalam jual beli merupakan penegasan terhadap kehendak pembelian yang dalam waktu dekat akan dilakukan. Corak Hukum Adat 1. Tradisional Hukum adat umumnya bersifat turun temurun dari zaman nenek moyang sampai ke anak cucu sekarang. Contoh: di Lampung dalam hukum kewarisan berlaku sistem mayorat lelaki, artinya anak tertua lelaki menguasai seluruh harta peninggalan dengan kewajiban mengurus adik-adiknya sampai dewasa & mandiri. Harta peninggalan tetap (tidak terbagi-bagi) karena merupakan miliki keluarga bersama 2. Keagamaan (magic – religious) Alam semesta dan segala bendanya adalah berjiwa (animisme) dan bergerak (dinamisme). Oleh karenanya segala perbuatan biasanya diawali dengan ritual keagamaan agar tidak melanggar pantangan (pamali) agar tidak timbul kutukan. Contoh: orang Bali di sawahnya ada tugu tempat meletakkan sesajen. 3. Kebersamaan (komunal) Artinya ia lebih mengutamakan kepentingan bersama. “Satu untuk semua, semua untuk satu,” Hubungan hukum antara anggota masyarakat didasarkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong dan gotong royong. Oleh karenanya kini kita masih dapat melihat rumah gadang dan tanah pusaka yang tidak terbagi secara individual melainkan tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan bersama. Di desa Jawa ada istilah dudu sanak dudu kadang ning ten mati melu kelangan. 4. Konkret & Visual (terang & tunai) Konkret artinya jelas, nyata & berwujud. Visual artinya dapat terlihat, tampak, terbuka, tidak tersembunyi. Jadi sifat hubungan hukum yang berlaku dalam hukum adat itu “terang & tunai” tidak samarsamar, terang disaksikan orang, diketahui, dilihat & didengar orang lain. Contoh: dalam jual beli, berarti pada waktu yang bersamaan pembeli menyerahkan uang, penjual menyerahkan barang. Bila barang diterima pembeli tetapi harga belum dibayar namanya bukan jual beli tetapi hutang piutang. Kecuali sudah ada panjer sebagai tanda jadi. Begitu juga dalam peristiwa perkawinan yang didahului dengan peningset. Kemudian dalam masalah tanah hutan yang akan dibuka menjadi ladang, bila sudah ada tanda mebali (tanda silang di atas pohon), maka berarti tanah itu sudah ada yang akan membukanya. 5. Terbuka & Sederhana Artinya dapat menerima unsur-unsur yang datang dari luar asalkan tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu sendiri. Keterbukaannya dapat terlihat dari masuknya pengaruh hukum hindu dalam hukum perkawinan adat daerah tertentu. Atau masuknya pengaruh hukum Islam dalam waris adat (sepikul segendong atau pembagian waris 2:1 untuk pria dengan wanita) Kesederhanaannya dapat terlihat dari transaksi-transaksi yang biasanya tanpa surat menyurat, cukup adanya kesepakatan para pihak. 6. Dapat berubah & menyesuaikan Hukum adat dapat berubah menurut keadaan, waktu dan tempat. Pepatah Minangkabau mengatakan, “Sakali aik gadang sakali tapian beranja, sakali raja baganti, sakali adat berubah” (Begitu datang air besar, tempat pemandian bergeser. Begitu pemerintahan berganti, berubah pula adatnya). Dimasa sekarang hukum adat banyak yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Contoh: Di Minangkabau kekuasaan mamak berganti ke kekuasaan orang tua, dan dari sistem matrilinial berubah ke parental. Dulu orang Lampung enggan bermantukan orang Jawa, kini perkawinan campuran antara adat, suku, daerah, bahkan agama sudah membudaya. 7. Tidak dikodifikasi Hukum adat pada umumnya tidak dikodifikasi, oleh karena itu hukum adat mudah berubah dan dapat disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Namun tetap berdasarkan musyawarah mufakat dan alur kepatutan. 8. Musyawarah & Mufakat Hukum adat mengutamakan adanya musyawarah & mufakat di dalam hubungan kekerabatan & ketetanggaan, baik untuk memulai pekerjaan atau untuk mengakhiri pekerjaan, apalagi yang bersifat peradilan, diutamakan diselesaikan rukun damai dengan cara musyawarah mufakat untuk bisa saling memaafkan, tidak buru-buru menyampaikan ke pengadilan negara. 4. Apa hubungannya system kekerabatan adat dengan system perkawinan adat? Bentuk – bentuk perkawinan Dikarenakan sistem kekerabatan yang berbeda, maka terdapat bentuk perkawinan yang berbeda. Di masyarakat patrilinial, umumnya dianut bentuk perkawinan jujur. Di masyarakat matrilinial, umumnya dianut bentuk perkawinan semenda. Di masyarakat parental, umumnya dianut bentuk perkawinan mentas. SELAMAT MENGERJAKAN Mata Kuliah Dosen Hari Tanggal Sifat Ujian : : : : : HUKUM ADAT (HKM 204) Henry Arianto, SH, MH JUMAT 28 April 2017 Open Book Waktu Seksi : : 90 menit 11 Soal 1. Jelaskan dan berikan contoh pengertian Hukum Adat menurut Supomo. Hukum adat merupakan sinonim dari hukum tidak tertulis dalam peraturan legislatif (unstatutory law), hukum yang timbul karena putusan hakim (judge made law), hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup baik dikota maupun di desa (customary law). Maksudnya: Hukum adat itu tidak tertulis, atau tidak terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, namun ada di masyarakat adat, dimana hokum adat itu terbentuk dari kebiasaan yang dipertahankan sejak jaman nenek moyang. Contohnya: Hukum Kekerabatan adat dengan system patrilineal, matrilineal, bilateral. Hukum Perkawinan adat dengan system Exogami, Endogami, Eleuteragami Hukum Kewarisan adat dengan system Mayorat, Kolektif, Individu 2. Jelaskan dan berikan contoh mengenai perbedaan fundamental hukum barat dan hukum adat. Secara fundamental maka perbedaan dalam sistem ini pada hakekatnya adalah: 1. Corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat & hukum barat. Hukum adat bersifat komunal sedangkan hukum barat individual 2. Pandangan hidup yang berlainan. Aliran Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis. Aliran Timur bersifat kosmis, tidak ada pembatasan dunia lahir dan gaib, manusia berhubungan erat dengan segala yang hidup di alam ini. (Hlm.13 Modul) Dengan demikian maka terlihat bahwa pada dasarnya hokum adat cenderung kebersamaan dan magic religious, sedangkan hokum barat cenderung individual dan rasional. Contohnya: Hukum adat dalam pemberian hokuman adakalanya menghukum dengan mewajibkan pelaku kejahatan melakukan ritual tertentu, sedangkan hokum barat hukumannya hanya fisik atau denda. 3. Jelaskan dan berikan dua buah contoh mengenai sifat / corak masyarakat hukum adat Sifat Hukum Adat Hukum adat memiliki sifat sebagai berikut: 1. Magis Religius Contoh: sesajen, percaya pada roh dan kekuatan dunia lain, selametan untuk anak. 2. Kebersamaan (Komunal) yang Kuat. Contoh: gugur gunung atau pepatah dudu sanak dudu kadang ning yen mati melu kelangan 3. Pikiran dan Penataan Yang Serba Konkrit (Terang Dan Nyata). Contoh: jual beli adalah satunya perkataan dengan perbuatan, jadi harus nyata-nyata ada tinadkan pembayaran kontan dari si pembeli serta penyerahan barang dari si penjual. 4. Visual (Kontan / Tunai). Contoh: pemberian panjer dalam jual beli merupakan penegasan terhadap kehendak pembelian yang dalam waktu dekat akan dilakukan. Corak Hukum Adat 1. Tradisional Hukum adat umumnya bersifat turun temurun dari zaman nenek moyang sampai ke anak cucu sekarang. Contoh: di Lampung dalam hukum kewarisan berlaku sistem mayorat lelaki, artinya anak tertua lelaki menguasai seluruh harta peninggalan dengan kewajiban mengurus adik-adiknya sampai dewasa & mandiri. Harta peninggalan tetap (tidak terbagi-bagi) karena merupakan miliki keluarga bersama 2. Keagamaan (magic – religious) Alam semesta dan segala bendanya adalah berjiwa (animisme) dan bergerak (dinamisme). Oleh karenanya segala perbuatan biasanya diawali dengan ritual keagamaan agar tidak melanggar pantangan (pamali) agar tidak timbul kutukan. Contoh: orang Bali di sawahnya ada tugu tempat meletakkan sesajen. 3. Kebersamaan (komunal) Artinya ia lebih mengutamakan kepentingan bersama. “Satu untuk semua, semua untuk satu,” Hubungan hukum antara anggota masyarakat didasarkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong dan gotong royong. Oleh karenanya kini kita masih dapat melihat rumah gadang dan tanah pusaka yang tidak terbagi secara individual melainkan tetap menjadi milik bersama untuk kepentingan bersama. Di desa Jawa ada istilah dudu sanak dudu kadang ning ten mati melu kelangan. 4. Konkret & Visual (terang & tunai) Konkret artinya jelas, nyata & berwujud. Visual artinya dapat terlihat, tampak, terbuka, tidak tersembunyi. Jadi sifat hubungan hukum yang berlaku dalam hukum adat itu “terang & tunai” tidak samarsamar, terang disaksikan orang, diketahui, dilihat & didengar orang lain. Contoh: dalam jual beli, berarti pada waktu yang bersamaan pembeli menyerahkan uang, penjual menyerahkan barang. Bila barang diterima pembeli tetapi harga belum dibayar namanya bukan jual beli tetapi hutang piutang. Kecuali sudah ada panjer sebagai tanda jadi. Begitu juga dalam peristiwa perkawinan yang didahului dengan peningset. Kemudian dalam masalah tanah hutan yang akan dibuka menjadi ladang, bila sudah ada tanda mebali (tanda silang di atas pohon), maka berarti tanah itu sudah ada yang akan membukanya. 5. Terbuka & Sederhana Artinya dapat menerima unsur-unsur yang datang dari luar asalkan tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu sendiri. Keterbukaannya dapat terlihat dari masuknya pengaruh hukum hindu dalam hukum perkawinan adat daerah tertentu. Atau masuknya pengaruh hukum Islam dalam waris adat (sepikul segendong atau pembagian waris 2:1 untuk pria dengan wanita) Kesederhanaannya dapat terlihat dari transaksi-transaksi yang biasanya tanpa surat menyurat, cukup adanya kesepakatan para pihak. 6. Dapat berubah & menyesuaikan Hukum adat dapat berubah menurut keadaan, waktu dan tempat. Pepatah Minangkabau mengatakan, “Sakali aik gadang sakali tapian beranja, sakali raja baganti, sakali adat berubah” (Begitu datang air besar, tempat pemandian bergeser. Begitu pemerintahan berganti, berubah pula adatnya). Dimasa sekarang hukum adat banyak yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Contoh: Di Minangkabau kekuasaan mamak berganti ke kekuasaan orang tua, dan dari sistem matrilinial berubah ke parental. Dulu orang Lampung enggan bermantukan orang Jawa, kini perkawinan campuran antara adat, suku, daerah, bahkan agama sudah membudaya. 7. Tidak dikodifikasi Hukum adat pada umumnya tidak dikodifikasi, oleh karena itu hukum adat mudah berubah dan dapat disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Namun tetap berdasarkan musyawarah mufakat dan alur kepatutan. 8. Musyawarah & Mufakat Hukum adat mengutamakan adanya musyawarah & mufakat di dalam hubungan kekerabatan & ketetanggaan, baik untuk memulai pekerjaan atau untuk mengakhiri pekerjaan, apalagi yang bersifat peradilan, diutamakan diselesaikan rukun damai dengan cara musyawarah mufakat untuk bisa saling memaafkan, tidak buru-buru menyampaikan ke pengadilan negara. 4. Jelaskan dan berikan contohnya mengenai hukum adat ditinjau dari Teori Receptie dan Teori Receptie a complexu. Penjelasan: Teori Receptio adalah teori yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronye, dimana teori ini mengatakan bahwa “Hukum agama belum merupakan hukum jika belum diterima oleh Hukum Adat.” Teori ini mempunyai maksud bahwa meskipun ada aturan di dalam ajaran agama, namun aturan tersebut belum diterima atau tidak diterima oleh adat istiadat, maka aturan agama tersebut tidak dapat dilaksanakan dan yang dilaksanakan adalah aturan adat (ajaran nenek moyang). Contohnya: Di Jawa khususnya di pesisir selatan jawa masih ada sedekah laut, padahal aturan agama melarang melakukan sedekah seperti itu, namun karena ajaran nenek moyang memperbolehkan maka yang dipergunakan adalah ajaran nenek moyang. Teori Receptio in Complexu adalah teori yang dikeluarkan dikemukakan oleh van den Berg. Dimana teori ini mengatakan bahwa, “Hukum suatu golongan masyarakat itu merupakan resepsi / penerimaan secara bulat dari agama yang dianut oleh golongan tersebut.” Teori ini menunjukkan bahwa adat istiadat yang dianut oleh masyarakat adat biasanya bersumber dari ajaran atau aturan agama yang dianutnya. Contohnya ajaran agama Islam yang berlaku di masyarakat aceh dan ajaran Hindu yang berlaku di Bali SELAMAT MENGERJAKAN Mata Kuliah Dosen Hari Tanggal Sifat Ujian : : : : : HUKUM KESEHATAN (HPH 712) Henry Arianto, SH, MH SABTU Waktu 29 April 2017 Seksi Open Book : : 90 menit 10 Soal 1. Jelaskan pengertian tentang: a. Hukum Kesehatan Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia dalam anggaran dasarnya menyatakan “Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi; sarana pedoman medis nasional/internasional, hukum di bidang kedokteran, yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran kesehatan” b. Perjanjian Terapeutik Perjanjian terapeutik atau transaksi terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien yang memberikan kewenangan kepada dokter untuk melakukan kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien berdasarkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh dokter tersebut. dari hubungan hukum dalam transaksi terapeutik tersebut, timbullah hak dan kewajiban masing-masing pihak, pasien mempunyai hak dan kewajibannya, demikian juga sebaliknya dengan dokter 2. Apakah yang dimaksud dengan informed consent? Dan dalam hal apa saja diperlukan informed consent? Secara harfiah, Informed dapat diartikan telah diberitahukan, telah disampaikan, atau telah dikonfirmasikan. Sedangakan consent adalah persetujuan yang diberikan seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada tenaga kesehatan setelah diberikan penjelasan. Suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapat informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. Tujuan dari informed consent ini adalah untuk: Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang akan dilakukan tanpa sepengetahuan pasien. Misalnya hendak dilakukan prosedur medik yang sebenarnya tidak perlu dan tanpa dasar mediknya memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan bersifat negatif Berdasarkan PERMENKES NO. 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, maka Informed consent diperlukan untuk semua tidakan kedokteran yang dilakukan sebelum dilakukan suatu tindakan kedokteran, dokter wajib memberikan informasi langsung kepada pasien/keluarga terdekatnya baik diminta maupun tidak diminta 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rekam medis? Rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktifitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik atau kesehatan kepada seorang pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan dokter pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan Perencanaan terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu Medical Records (Rekam Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai dengan dipenuhinya standar profesi medis. 4. Apa manfaat mempelajari hukum kesehatan? Antara lain: Mahasiswa mampu memahami hukum kesehatan . Mahasiswa mampu memahami aplikasi dan praktek Hukum kesehatan serta dapat mengembangkan cara berpikir dan menganalisa aspek hukum kesehatan serta permasalahan dan penyelesaiannya di bidang hukum kesehatan SELAMAT MENGERJAKAN