ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOM MAKRO DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Sugeng Raharjo STIE “AUB” Surakarta ABSTRACT The purpose of this research is investigated and examined the influence of macro economic and financial ratio toward stock price of manufactured industry in Ind onesian Stock Exchange at 2006-2008. The Hypotesis in this research is there is influence of macro economic and financial ratio toward stock price of manufactured industry in Indonesian Stock Exchange at 2006-2008 as partial and simultan. Data that used in this reearch is secondary data. Data have been collected from Indonesian Stock Exchange at 2006 -2008. The sample in this reseacrh is 20 enteprise. The analisys that used is multiple regression, clasic asumption, R 2. The result t test show that interest, ROI, and current ratio have influence toward stock price, but kurs, inflation and leverage have not influence toward stock price of manufactured industry in Indonesian Stock Exchange at 2006 -2008. The result of F test show that influence of interest, kurs, inflation, ROI,leverage ratio and current ratio have influence toward stock price of manufactured industry in Indonesian Stock Exchange at 2006 -2008 as simultance. The R 2 show as 0,222 it means that independent variable can explain 89,8% for variation of depedent variable, and 10,2 % can been explained another variable Keyword: Inflation, kurs, interest, ROI,leverage ratio, current ratio, stock price A. Pendahuluan E ra perdagangan bebas mendorong tingkat kompetisi semakin tajam yang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Sumber ekomomi yang terbatas akan dieksploitasi secara lebih efisien. Menghadapi era perdagangan bebas ter-sebut, pasar modal mempunyai peranan penting sebagai salah satu sumber pem-biayaan eksternal bagi dunia usaha dan sebagai sarana investasi bagi masyarakat. Pasar modal (capital market) yang ter-organisir dengan baik menjadi salah satu faktor kesuksesan pembangunan ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan tempat bertemunya para pemodal (lender) dan pencari modal (borrower) tujuan dari pasar modal tersebut adalah menghimpun dana dari masyarakat agar dapat disalurkan ke sektor yang lebih produktif. Melalui estimasi kelebihan dana yang mereka miliki, lender berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut sedangkan brrowers akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Ada tiga tujuan utama diadakannya pasar modal : Pertama, mempercepat proses perluasan pengi kutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan. Kedua, pemerataan pendapatan bagi masyarakat dan Ketiga, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana secara pro duktif. Indikator yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor dalam investtasi yaitu informasi tentang keberhasilan suatu perusahaan. Ada beberapa teori yang dapat digu nakan untuk memprediksi tentang peru bahan harga saham dengan kurs valuta asing, suku bunga, inflasi dan rasio keuangan. Miskhin (2008; 231), menyatakan dalam teori portofolionya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan surat berharga adalah variabel ekonomi makro yang terdiri suku bunga, kurs, dan tingkat inflasi, sedangkan pena waran surat berharga dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan, infla si yang diharapkan dan aktivitas pemerintah. Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang mempunyai pengaruh luas demikian juga terhadap harga saham di pasar modal. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang menga lami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing, sebaliknya apabila neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan valuta as ing yang dimiliki negara terus menerus ber tambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan -peru bahan kurs valuta asing dapat dipergu nakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian. Tingkat suku bunga merupakan daya tarik bagi investor menanamkan investtasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk saham akan tersaingi. Menurut Cahyono (2000; 117), terdapat dua penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendor ong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan memo tong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya pro duksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan harga saham. Melihat beberapa faktor yang ber pengaruh terhadap aktivitas yang terdapat di pasar saham yang selanjutnya menye babkan kenaikan dan penurunan jumlah permintaan dan penawaran saham pada bursa saham dan efeknya berdampak pada perubahan harga saham, maka peranan informasi menjadi penting bagi investor. Informasi mengenai perusahaan dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Eksternal berhu-bungan dengan kondisi perekonomian situasi sosial dan politik dalam negeri, tingkat suku bunga, kebijakan pemerintah, inflasi dan lain-lain. Sedangkan yang mempengaruhi transaksi perdagangan saham pada pihak internal antara lain yang ber hubungan harga saham, tingkat keun tungan yang diperoleh, ting kat resiko, kinerja perusahaan dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan investor dapat mem prediksi kinerja dan prospek dimasa yang akan datang. Terkait dengan rasio keuangan, variabel makro sepperti tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar juga memiliki pengaruh terhadap harga saham. Beberapa penelitian terutama dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya Lee (1992; 1592), telah dite mukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Sementara itu dalam artikel yang ditulis oleh Moradoglu, et al. (2000), dike mukakan bahwa penelitian tentang peri laku harga saham telah banyak dilakukan, Chen et al. (1986), Geske and Roll (1983), dan Fama (1981). Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain: tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak. Ajay i dan Mougoue (1996), juga menggunakan variabel makroekonomi nilai tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model. Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar dan harga saham (pasar modal dan pasar uang). Hasil ini kemudian didukung juga oleh Sudjono (2002) se rta Sitinjak dan Kurniasari (2003), bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Selanjutnya Gupta (2000; 453), yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan data periode 1993 1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. Hasil ini bertolak belakang dengan Sitinjak dan Kurniasari (2003; 46) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Saadah dan Panjaitan (2006; 44-46) kembali menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dan nilai tukar. Berdasarkan pada uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH EKONOMI MAKRO DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA” B. Perumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh signifikan antara inflasi terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008? 2. Apakah ada pengaruh signifikan antara nilai kurs terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008? 3. Apakah ada pengaruh signifikan antara tingkat suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008? 4. Apakah ada pengaruh signifikan antara Return On Investmen terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008? 5. Apakah ada pengaruh signifikan antara leverage ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008? 6. Apakah ada pengaruh signifikan antara current ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008? 7. Apakah ada pengaruh signifikan antara inflasi, nilai kurs, tingkat suku bunga, Return On Investment, Leverage Ratio, dan Current Ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008 secara simultan? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara inflasi terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. 2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara nilai kurs terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008. 3. Untuk mengetahui pengaruh signif ikan antara suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008. 4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara Return On Investmen terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. 5. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara Leverage Ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008. 6. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara Current Ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 -2008. 7. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara inflasi, nilai kurs, tingkat suku bunga, Return On Investment, Leverage Ratio dan Current Ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008 secara simultan D. Kerangka Teori dan Penelitian terdahulu 1. Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Defenisi diatas memberikan makna bahwa, kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena panen yang gagal misalnya, tidak termasuk inflasi. Ukuran inflasi yang paling banyak adalah digunakan adalah: Consumer price indeks” atau “ cost of living indeks”. Indeks ini berdasarkan pada harga dari satu paket barang yang dipilih dan mewakili pola pengeluaran konsumen. Menurut Boediono (1994 : 155) definisi singkat dari inflasi adalah kecen derungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu digaris bawahi. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya, yang sifatnya hanya sementara tidak disebut inflasi. A.W. Phillips dari London School of Economics berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dan tingkat perubahan upah nominal (Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 327). Penemuan tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data empirik perekonomian Inggris periode 1861- 1957 dan kemudian menghasilkan teori yang dikenal dengan Kurve Phillips 2. Nilai kurs/tukar rupiah Menurut Fabozzi dan (1996:724)nilai kurs adalah: Franco “an exchange rate is define d as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency” . Gregory Mankiw (2003: 123) menge mukakan bahwa kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perda -gangan. Sedangkan Tucker (1995:445) menyatakan bahwa: “the exchange rate is the number of units one nation’s currency that equals one unit of another nation’s currency,” Kalau kita bicara tentang nilai tukar rupiah atas dolar adalah jumlah mata uang rupiah yang disepakati sama dengan satu unit mata uang asing yaitu satu dolar. Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati -hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). 3. Suku bunga Pengertian tingkat suku bunga (interest rate) menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:482) adalah sebagai berikut : "The interest rate is the amount of interest paid per unit of time. In other words, people must pay for the opportunity to borrow money. The cost of borrowing money, measured in dollar per year per dollar borrowed, is the interest rate". Sedangkan menurut Bernstein dan Wild (1998:292): “Interest is composition for use money. It is the excess cah pai d or collected beyond the money (peicipal) borrowed or loaned”. Penentuan tingkat bunga haruslah memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi. Hal ini diungkapkan oleh Fisher dalam Mankiw (2003;86) bahwa: “tingkat bunga nominal akan berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah jadi tingkat bunga nominal besarnya adalah penjumlahan dari tingkat bunga riil ditambah tingkat inflasi”. Tingkat bunga nominal yang terdiri dari tingkat inflasi plus tingkat b unga riil dinyatakan pula oleh Taylor(1998;521) : “Real interest rate is the interest rate minus the expected rate of inflation,it adjust the nominal interest rate for inflation. Nominal interest rate is the interest rate uncorrected for inflation”. Menurut Keynes, dalam Kuncoro(2001:38), menyatakan bahwa: Tingkat bunga terjadi karena adanya permintaan dan penawaran akan uang dari masyarakat,sedangkan perubahan naik turunnya tingkat suku bunga mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain. Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 2) Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya. 4. Rasio Keuangan Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba-rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat akan memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prest asi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Selain itu laporan keuangan yang baik juga dapat menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu, masa sekarang, dan meramalkan posisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan datang. (Martono dan Agus Harjito 2002; 52). Dalam prakteknya investor lebih sering menggunakan informasi intern yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan, karena laporan keuangan memberikan informasi keuangan dan gambaran yang paling representatif mengenai posisi dan hasil usaha yang dicapai perusahaan. Analisa rasio merupakan suatu metode analisa yang dapat digunakan oleh ionvestor untuk mengetahui hubungan dari pos -pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari dua laporan tersebut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Peneliti dalam hal ini hanya akan membahas analisa rasio keuangan, terutama yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini yaitu sebagai berikut: (Harahap, 2002 : 301). a. ROI (Return on Investmen) Return on Investmen menunjukkan kemampuan perusahaan meng hasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba perusahaan, sebelum pajak dan bunga, dan total investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi untuk memper oleh keuntungan tersebut. Rasio ini meng gambarkan kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang dita namkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan. Selain itu juga mengukur efektifitas dari kese luruhan operasi perusahaan. Penghitungannya adalah sebagai berikut: Laba setelah pajak ROI = Total asset Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan ( operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. b. Rasio Hutang Ratio Leverage atau Solvabilitas adalah kemapuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, apabila perusahaan tersebut dilikuiditas. Rasio ini jika semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya semakin baik (solvabel) demikian pula sebaliknya. (Helfert 1996; 150). Rasio Hutang (financial Leverage) merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Total Hutang Financial Leverage = Total Aktiva c. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas akan diproksikan dengan current ratio. Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini juga menggambarkan resiko kelangsungan operasi perusahaan dalam satu tahun mendatang. Perhitungannya adalah sebagai berikut: CR = Total aktiva lancar Total hutang lancar Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan perbandingan antara aktiva lancar (Current Assets) dengan hutang lancar (Current Liabilities). Aktiva lancar terdiri dari kas, surat surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji atau upah, dan hutang jangka pendek lainnya. 5. Harga Saham Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di BE I selain obligasi dan sertifikat. Saham menurut Zaki Baridwan (1992 : 393) adalah: ”Merupakan setoran sejumla h uang dari pemilik sebagai tanda bukti kepemilikan yang diserahkan pada pihak-pihak yang mengelola setoran modal, dan mempunyai hak sesuai dengan jenis saham yang dimiliki”. Sedangkan menurut Simamora (2000:408) juga mendefinisikan saham sebagai unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Saham adalah hak atas sebagian dari suatu perusahaan, misalnya saham dalam suatu Perusahaan Terbatas ( PT ), atau suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu peru sahaan. Pemegang saham suatu peru sahaan turut memiliki sebagian dari perusahaan tersebut. Saham dimiliki oleh mereka yang telah membelinya, yaitu yang telah menyerahkan sejumlah dana atau uang ke dalam perusahaan agar perusahaan bisa bekerja, sebagai bukti pemilikan diterbitkan surat saham. Mereka ini kemudian disebut “Pemegang Saham“, dalam pembi caraan sehari – hari seringkali istilah “surat” pada surat saham dilupakan, dan orang menyebutnya hanya saham saja. Saham merupakan surat bukti penyertaan modal dari investor ter hadap perusahaan yang melakukan penjualan saham atau melakukan emisi saham. Tujuan utama bagi perusahaan melakukan penjualan saham kepada masyarakat adalah untuk memperoleh dana dengan relatif lebih murah. Ada beberapa jenis saham yang dapat dikeluarkan oleh perusahan ant ara lain : saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan jenis saham yang mempunyai hak kontrol, hak pembagian keuntungan, hak suara, sedangkan saham preferen merupakan saham yang mempunyai hak istimewa seperti pembagian keuntungan terlebih dahulu, pembagian hak setelah likuidasi dan hak komulatif. Penentuan harga saham di pasar sekuritas pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan pena waran terhadap saham di bursa efek, sehingga harga saham bergerak naik turun setiap saat tergantung ke kuatan mana yang lebih besar antara per mintaan dan penawaran. Berdasarkan studi empiris menunjukkan bahwa terhadap tiga faktor yang berpengaruh dalam harga saham menurut Jogiyanto (2000:88), terdapat dua analisa untuk menentukan nilai saham (fundamental atau intrinsik) yaitu analisa sekuritas fundamental (fundamental security analysis)atau analisa perusahaan (company analysis) dan analisa tehnis (technikal analysis) E. Penelitian yang relevan Penelitian tentang teknik menge valuasikan nilai suatu saham yang beredar di bursa banyak dilakukan. Lee (1992) melakukan penelitian dengan judul Causal Relations Among Stock Return, Interest Rate, Real Activity, and Inflation.yang dimuat Journal Of Finance, 47:1591-1603 telah menemukan bahwa perubahan tingkat bunga. Gupta (2000) dan kawan-kawan yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan judul The Causality Between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange. Data yang digunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. Machfoedz (1999) melakukan penelitian tentang rasio-rasio keuangan pada masa sebelum dan sesudah krisis yang hasilnya terdapat perbedaan rasio rasio keuangan sebelum dan sesudah krisis. Sapta (2005) melakukan pengujian terhadap pengaruh informasi akuntansi terhadap keputusan investasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut berpengaruh terhadap keputusan investasi Penelitian yang dilakukan oleh Mpaata and Sartono (1997), menghasilkan suatu bentuk hubungan semi logaritmis antara PER dengan fixed assets, pertumbuhan laba, return on equity, debt equity ratio , total assets, devidend payout ratio dan price ta sales ratio. Berdasarkan penelitian tersebut berhasil dibangun suatu model hubungan antara PER dengan variabel - variabel tersebut diatas yang secara teori dan statistik diterima. Akan tetapi, berbeda dengan hasil penelitian ini, Mpaata and Sartono (1997) tidak menemukan perbedaaan yang nyata dalam hal kemampuan variabel variabel bebas diatas di dalam menje laskan perilaku PER antar industri. Efendi (2006) melakukan pene litian untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif dan industri terkait yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio(CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba dan laba yang digunakan adalah laba bersih. Penelitian tersebut dila kukan terhadap 18 perusahaan yang terdaftar di BEJ dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial, hanya ROA, ROE, dan GPM yang berpengaruh terhadap peru bahan laba, sedangkan variabel lainnya yaitu CR, DR, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Widiasih (2006) melakukan pene litian untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa E fek Jakarta. Variabel dependen dalam pene litian ini adalah rasio keuangan meli puti: (1) rasio ukuran kinerja terdiri dari: laba per saham (EPS), dan price earnings ratio (PER); (2) rasio ukuran efisiensi operasi terdiri dari HPP ter hadap penjualan, penjualan terhadap aktiva tetap, dan margin laba kotor; (3) ukuran kebijakan keuangan terdiri dari rasio leverage. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba relatif dan laba yang digunakan adalah laba sebelum pajak. Penelitian dilakukan terhadap 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan menggunakan model analisis regeresi linear berganda. Hasil pene litian secara simultan, perubahan laba mempunyai hubungan dengan kelompok rasio ukuran kinerja (EPS dan PER), kelompok rasio ukuran e fisiensi operasi (HPP/Persediaan, Penjualan/AT, dan GPM), dan kelompok rasio ukuran kebijakan keuangan (leverage), sedangkan secara parsial, hanya dua variabel independen yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu variabel GPM dan leverage. Variabel independen lainnya yaitu EPS, PER, perputaran persediaan, dan per putaran aktiva tetap tidak berpengaruh secara parsial terhadap perubahan laba. Meythi (2005) melakukan pene litian untuk menentukan rasio keuangan yang paling baik untuk memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio (CR), quick ratio (QR), debt ratio (DR), equity to total assets (ETA), equity to total liabilities (ETL), equity to fixed asset (EFA), profit margin (PM), return on assets (ROA), return on equity (ROE), inventory turnover (ITO), average collection period (ACP), fixed assets turnover (FAT), dan total assets turnover (TAT). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertum buhan laba (PL) dan laba yang digu nakan adalah laba sebelum pajak. Penelitian dilakukan terhadap peru sahaan manufaktur sektor basic and chemical dengan menggunakan alat uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) atas rasio-rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk semua rasio keuangan yaitu, profit growth (PG), menunjukkan bahwa return on assets (ROA) yang paling baik memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manu faktur sektor basic and chemical. Purnawati (2005) melakukan penelitian untuk menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peru bahan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR), gross profit margin F. Kerangka Berfikir Ada tiga hal secara makro yang mampu mempengaruhi naik turunnya harga saham yaitu: inflasi, nilai tukar, suku bunga dan rasio keuangan. Untuk mempermudah alur pemikiran yang ada maka peneliti memberikan model pemi kiran sebagai berikut: Inflasi Nilai Kurs Suku Bunga Harga Saham ROI Leverage Current Ratio G. Hipotesis Hipotesis adalah sebuah dugaan sementara yang akan dibuktikan kebe - narannya (Hadi, 1998). Berdasarkan uraian yang dipaparkan di depan maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara inflasi, nilai kurs, tingkat suku bunga, Return On Investmen, leverage ratio dan current ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara inflasi terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara nilai kurs rupiah terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat suku bunga ter hadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan antara Return On Investmen terhadap harga saham pada peru sahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha6 : Terdapat pengaruh signifikan antara leverage ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Ha7 : Terdapat pengaruh signifikan antara current ratio terhadap harga saham pada perusahaan manu faktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. H. Metode Penelitian 1. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006 sampai dengan 2008 2. Populasi dan teknik pengampilan sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2006). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 1996; 117). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejumlah 20 perusahaan dengan beberapa kriteria tertentu. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode (purposive) judgement sampling. Adapun kriteria dalam pemilihan sampel terdiri dari: a. Perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 dan tetap terdaftar sampai dengan tahun 2008. b. Mempunyai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. 3. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek pene litian (Arikunto 1998; III). Sedangkan variabel adalah suatu ku antitas homogen yang nilainya dapat berubah pada setiap waktu yang berbeda, variabel dalam penelitian ini meliputi: a. Independen Variabel / Variabel Bebas (X), berupa: X1 : Inflasi merupakan tingkat inflasi yang terjadi. Data inflasi merupakan data dari BPS, atau Bank Indonesia. X2 : Nilai tukar rupiah Merupakan nilai tukar rupiah yang terjadi pada periode penelitian. Data ini diperoleh dari Bank Indonesia. X3 : Suku bunga Merupakan suku bunga Setifikat Bank Indonesia yang terjadi pada periode penelitian. Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonasia (SBI). X4: Return On Investment Merupakan rasio keuangan perusahaan manufaktur yang listed di BEI pada tahun 2006 dan tetap terdaftar sampai dengan 2008. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market (ICMD) dan www.finance.com. X5: Leverage ratio Merupakan rasio keuangan perusahaan manufaktur yang listed di BEI pada tahun 2006 dan tetap terdaftar sampai dengan 2008. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market (ICMD) dan www.finance.com. X6: Current ratio Merupakan rasio keuangan perusahaan manufaktur yang listed di BEI pada tahun 2006 dan tetap terdaftar sampai dengan 2008. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market (ICMD) dan www.finance.com. b. Dependen Variabel / Variabel terikat (y) Dalam penelitian ini variabel terikat yaitu harga saham merupakan harga pada saat penutupan. 4. Teknik Analisis Data a. Uji Asumsi Kalsik Metode regresi berganda akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bisa jika telah memenuhi persyaratan Best Liniear Unbiased Estimation (BLUE). Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang te lah diformulasikan yang mencakup pengujian sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel berdis tribusi normal atau tidak, dapat dilihat dari Uji Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan yaitu jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima yang berarti variabel berdistribusi normal dan jika probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel tidak berdistribusi normal (Santoso, 2003:393) 2) Multikolinier Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadi multikol diantara variabel independen yang ada dalam satu model dalam bentuk model regresi linier berganda hendaknya dihindari terjadinya multikoliniear. Multikolinier berarti ada hubu ngan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel penjelas. Apabila sebagian atau seluruh variabel independen berkorelasi kuat maka terjadi multikolinear. Konsekuensi terjadinya multi kolinieritas adalah koefisien kore lasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. variance dan VIF di sekitar nilai 1 (Santoso,2004:2006) 3) Auto Korelasi Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diu rutkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section). Beberapa faktor yang menyebabkan adalah tidak dimasukkannya variabel bebas dan satu variabel terikat, dalam pembuatan model hanya mema sukkan 3 variabel bebas. Untuk mendiagnosis adanya auto korelasi dalam satu model regresi dilakukan melalui pengujian Durbin-Waston (Uji DW). (Algifari,2000:89) Salah satu cara untuk mendeteksi kolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi bebas dari multikol apabila nilai Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengu jian terhadap uji DW dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 1 Uji Durbin - Waston DW Kesimpulan < 1,10 Ada autokorelasi 1,10 dan 1,54 Tanpa kesimpulan 1,55 dan 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 dan 2,90 Tanpa kesimpulan > 2,91 Ada autokorelasi 4) Heterokedastisitas Penyimpangan asumsi klasik ini adalah adanya Hete rokedastisitas, artinya varian variabel dalam model tidak sama. Konsekuensi adanya He terokedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar, walaupuin penaksir yang diperoleh meng gambarkan populasinya dalam arti tidak bias. Bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarya (konsisten). Hal ini disebabkan oleh varian yang tidak efisien. untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji Scatterplot. b. Analisis Regeresi Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh inflasi , nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh terhadap harga saham Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Y = a +b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+e X2 = Nilai tukar X3 = Suku bunga X4 = ROI X5= Leverage ratio X6= Current ratio e = Faktor Pengganggu (error) c. Uji Parsial (Uji t) Keterandalan regresi berganda sebagai alat estimasi sangat diten tukan oleh signifikansi parameter parameter yang dalam hal ini adalah koefisien regresi. Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independensinya. Untuk menentukan nilai t-statistik tabel digunakan tingkat signifikansi 5% derajat kebebasan (degree of fredoom) df= (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji yang digunakan adalah : Jika nilai signifkansi > 0,05 , maka Ho ditolak Jika nilai signifikansi < 0,05 , maka Ho diterima Adapun hipotesisnya adalah: Ho b1b2,b3,b4, b5, b6 0 Artinya tidak terdapat pengaruh parsial dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Keterangan: Y = Harga saham a = Konstanta b= Koefisien persamaan prediktor X 1X2X3X4X5X6 X1 = Inflasi regresi Ha : b1b2,b3,b4, b5, b6> 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat(Y). d. Uji Simultan (Uji F-statistik) Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara memban dingkan nilai F kritis (F tabel ) dengan nilai Fhitung yang terdapat pada tabel analysis of variance. Ha: b1b2,b3,b4, b5, b6> 0 Artinya tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan secara bersama -sama dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat(Y). Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of fredoom) df= (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji yang digunakan adalah: Jika nilai signfikansi > 0,05 maka Ho ditolak Jika nilai signfikansi < 0,05, maka Ho diterima Adapun hipotesisnya adalah: Ho: b1b2,b3,b4, b5, b6 0 Artinya tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan secara bersama -sama dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Arti secara statistik data yang digu nakan membuktikan bahwa e. Koefisien Determinasi Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, maka masing – masing variabel independen yaitu inflasi, nilai tukar dan suku bunga secara parsial dan secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu Harga saham (Y), yang dinyatakan dengan R2 untuk menyatakan koefisien determinasi atau seberapa besar pengaruh inflasi , nilai kurs rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham secara simultan terhadap harga saham (Y). Sedangkan r2 untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel inde penden terhadap variabel dependen. I. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Unstandardiz es Residual N Normal Parameters 59 a.b Mean Std. Deviation ,0000000 5670,008031 Most Extreme Absolute ,113 Differences Positive ,065 Negative -,113 Kolmogorov-Smirnov Z ,866 Asymp.Sig.(2-tailed) ,441 Sumber : data sekunder diolah, Hasil pengujian normalitas seperti tabel di atas menunjukkan bahwa variabel tersebut diatas mempunyai nilai asymp. Sig masing – masing variabel di atas 0,05. Data tersebut diatas dinyatakan mempunyai distribusi normal sehingga pengujian selanjutnya dapat digunakan dengan statistika parametrik. b. Uji autokorelasi Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel independen. Melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan angka Durbin Watson (DW). Nilai Durbin-Watson sebesar 1.961 akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 60 dan jumlah variabel bebas 6, maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai d L 1.372 dan d U 1.808. Nilai DW 1.961 terletak di antara d U dan 4dU atau 1.808<1.961<2.192 maka diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak autokorelasi pada model regresi. c. Uji Multikolinearitas Tabel 3 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Keterangan 1 Tolerance (Constant) Inflasi Nilai Kurs Suku Bunga ROI Leverage Ratio Current Ratio ,937 ,685 ,167 ,833 ,932 ,847 VIF 1,040 1,907 5,978 1,200 1,073 1,180 Sumber : Data sekunder diolah Hasil uji multikolinearitas seperti nampak pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa angka VIF untuk ketiga variabel tersebut dibawah 10, hal ini berarti tidak terdapat multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data sekunder diolah Grafik scatterplots di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak (random) baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi . 2. Pengujian Hipotesis a. Uji t Tabel 4. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Model 1 t (Constant) Inflasi Nilai Kurs Suku Bunga ROI Leverage Ratio Current Ratio Sig. -1,887 -1,875 1,694 2,046 -4,051 1,930 22,142 ,065 ,066 ,096 ,046 ,000 ,059 ,000 Sumber: Print out SPSS Berdasarkan uji regresi pada tabel diatas diperoleh kesimpulan berikut: 1) Uji t pengaruh dari inflasi terhadap harga saham diperoleh nilai t hitung sebesar -1.875<nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,066>0,05 sehingga tidak menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara inflasi terhadap harga saham. 2) Uji t pengaruh dari nilai kurs terhadap harga saham diperoleh nilai t hitung sebesar 1.654<nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,096>0,05 sehingga tidak menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara nilai kurs terhadap harga saham 3) Uji t pengaruh dari suku bunga terhadap harga saham diperoleh nilai thitung sebesar 2.046<nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,046<0,05 sehingga menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh signifikan antara suku bunga terhadap harga saham. 4) Uji t pengaruh dari ROI terhadap harga saham diperoleh nilai t hitung sebesar 4.081<nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,000<0,05 sehingga menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ROI terhadap harga saham. 5) Uji t pengaruh dari leverage ratio terhadap harga saham diperoleh nilai thitung sebesar 1.930<nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,0596>0,05 sehingga tidak menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara leverage ratio terhadap harga saham. 6) Uji t pengaruh dari current ratio terhadap harga saham diperoleh nilai thitung sebesar 22.142>nilai t tabel sebesar 2.006 dengan nilai signifikansinya 0,000<0,05 sehingga menerima hipotesis bahwa terdapat pengaruh signifikan antara current ratio terhadap harga saham. 3. Uji F Hasil selengkapnya uji F dengan program SPSS nampak sepert i pada tabel berikut ini: Tabel 5 Uji F (Anova) Model 1 F Sig. Regression Residual Total 85,911 ,000 a Sumber: Print out SPSS Nilai F hitung yang diperoleh dari Perhitungan dengan Komputer Dari hasil uji secara serempak (Uji F) di atas dapat diketahui besarnya nilai F = 85,911 signifikansi 0,000<0,05 sehingga diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, nilai kurs, suku bunga, ROI, leverage ratio, current ratio, secara simultan terhadap harga saham. 5. Koefisien Determinasi (R 2) Tabel 6 Uji R2 Model 1 R ,953 R Square a ,908 Adjusted R Square ,898 Std. Error of the Estimate 5988,196 DurbinWatson 1,961 Sumber: Print out SPSS Hasil uji koefisien determinasi (R2) didapatkan hasil sebesar 0.898 atau 89,8% yang berarti variasi dari harga saham dapat dijelaskan oleh inflasi, nilai kurs, suku bunga, return on invesment, leverage ratio, current ratio, sisanya sebesar 100 – 89,8 = 10,2% dijelaskan oleh variabel lain selain inflasi, nilai kurs, suku bunga dan ROI (return on invesment), leverage ratio, current ratio, misal tingkat liquiditas, peningkatan kinerja keuangan dengan metode EVA. J. Kesimpulan dan Keterbatasan Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis linier berganda yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa inflasi dan Return On Invesment berpengaruh negatif terhadap harga saham sedangkan nilai kurs, suku bunga, leverage ratio dan current ratio berpengaruh positif terhadap harga saham. 2. Hasil uji F yang telah dilakukan menyatakan bahwa inflasi, nilai kurs, suku bunga, Return On Invesment, leverage ratio dan current ratio berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. 3. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa inflasi berpe ngaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. 4. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai kurs ber pengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. 5. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. 6. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa Return On Invesment berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. 7. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa leverage ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. 8. Hasil uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. 9. Uji koefisien determinasi meng hasilkan nilai Adj R 2 sebesar 0,898 yang berarti sebesar 89,8% variasi dari harga saham dapatdijelaskan oleh inflasi, nilai kurs, suku bunga, return on investment, leverage ratio dan current ratio, sisanya 10,2% dijelaskan oleh variabel lain selain inflasi, nilai kurs, suku bunga, return on investment, leverage ratio dan current ratio misalnya tingkat likuiditas dan kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA. K. Keterbatasan Sampel yang digunakan dalam pene litian ini hanya 20 perusahaan manu faktur untuk 3 tahun pengamatan. Keterbatasan jumlah sampel ini akan berakibat pada hasil penelitian sehingga kurang dapat digunakan sebagai dasar generalisasi pada seluruh perusahaan yang telah go public. L. Saran Saran-saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang ada antara lain: 1. Investor perlu memperhatikan peningkatkan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan ter utama dilihat dari rasio keuangan seperti, Return On Invesment, leverage Ratio, dan Current Ratio. 2. Bagi investor yang menginvestasikan dana pada saham, sebaiknya mem pertimbangkan unsur resiko yang melekat pada investasi saham dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena investasi saham tergolong beresiko tinggi yang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta Baridwan, Zaki, 1992, Sistem Akuntansi, Sistem Akuntansi Penyususnan Prosedur dan Metode, Edisi 5, BPFE, Yogyakarta Boediono, (1994). Ekonomi Makro. Penerbit BPFE. Yogyakarta Djarwanto. Ps., 1999. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFE, Yogyakarta, Effendi, Haryanto. (2006). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif Dn Industri Terkait Yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi. No. 3. Vol.4 Ghozali,Imam.2005.Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang : Badan Penerbit : Undip Semarang Harahap, Syafri Sofyan, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan , PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta Hendrayati, Sri Lestari. 1994, Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Investasi Pada Perusahaan Go Publik Di BEJ, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada Husnan, Suad,1996, Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis Sekuritas , Edisi kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo,1999 , Metodolog Penelitian Bisnis, BPFE , Yogyakarta. Jogiyanto Hartono.,1998, Teori Portofolio dan Analisis Investasi , Jilid 1, BPFE,Yogyakarta . Macfueddz,Masud. (1999). Perbedaan Rasio-Rasio Keuangan Sebelum Dan Sesudah Krisis Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 No. 4 Meythi, 2005. Pengaruh Rasio -Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Jurnal manajemen. STIE Widya Wiwaha. No. 2. Vol Mpaata, K. A., and Sartono, A., 1997, Factors Determining Price Earning Ratio, Kelola, Vol. VI, No. 15, hal .133 – 150. Nachrowi, D Nachrowi, 2006, Pendekatan Populer dan Praktis: Ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sartono dan Munir, 1997 , Pengaruh Kategori Industri Terhadap Price Earning (P/E) Ratio dan Faktor -faktor Penentunya, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Universitas Gadjah Mada Santoso, Singgih dan Flandy Tjiptono. 2004 . Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputer. Sapta. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap keputusan investasi. Probank. STIE AUB Surakarta. No. 3. Vol 4 Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta, Cetakan keenam Bandung Suwardjono, 2003, Pengantar Akuntansi, Penerbit BPFE, Yogyakarta Smith,C,., And R.L Watts,1992., ” The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policy,” Journal of Financing Economics 32, hal. 263292. Widiasih. (2006). Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ. Jurnal manajemen. STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, N0 3.Vol 4. Wicaksono, Ananto Sarono. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. http://www.bi.go.id http://www.finance.yahoo.com http://.id.wikipedia.org./wiki/suku_bunga