desain komunikasi visual dan panggilan kristiani

advertisement
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN
KRISTIANI1
Herlianto2
Email: [email protected]
ABSTRAK
Disain Komunikasi Visual merupakan perkembangan yang makin maju dari seni sebagai
aspek kebudayaan yang berkembang makin holistik dan punya daya pengaruh empat dimensional
terhadap kehidupan manusia, yaitu pandangan dan pola perilaku dan kehidupan seseorang.
Ditinjau dari Iman Kristiani, setidaknya ada berbagai bentuk pengaruh penyajian media visual
yang perlu dihadapi dengan kewaspadaan.
Kata kunci : Desain Komunikasi Visual, Nilai-nilai Kristiani.
ABSTRACT
Visual Communication Design is one of the arts movements. Being one aspect of the
culture, it shows a holistic development and develops a great influence on human life including the
way of thinking and attitude. To the Christian point of view, there are some visual media
presentations that need special and precautious treatment.
Keywords: Visual Communication Design, Christian values.
PENDAHULUAN
Berbicara masalah Disain Komunikasi Visual, kita tidak dapat melepaskan diri dari
dunia Seni yang juga merupakan bagian dan Kebudayaan. Kebudayaan berasal dari kata
Sansekerta ‘budaya’ yaitu bentuk jamak dari ‘budi’ yang artinya roh atau akal. Jadi kata
kebudayaan berarti segala sesuatu yang diciptakan oleh roh dan akal manusia.
Kebudayaan adalah mengerjakan kemungkinan-kemungkinan dalam alam oleh manusia.
Dimanapun
manusia
mengubah
dan
mengusahakan/mengerjakan
kemungkinan-
1
Artikel ini adalah makalah yang disampaikan pada Seminar Sehari dengan tema Disain Komunikasi Visual Dalam T'ata
Nilai Kristiani, pada Jurusan Disain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra, Surabaya, pada tanggal 23 Agustus
2002. Makalah ini disusun sesuai dengan format jurnal oleh Redaksi NIRMANA.
2
Seorang arsitek (alumni ITB'68) yang mendalami urban development (Bouwcentrum International Education, Rotterdam,
1979) dan urban studies (Princeton University, 1982). la juga seorang teolog (Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1976, dan
Princeton Theological Seminary, 1982). Saat ini menjabat Ketua YABINA ministry (www.yabina.org
&[email protected]) di Bandung, dan mengajar Sosiologi & Teologi Perkotaan, Injil & Kebudayaan. dan Sejarah Agama
& Aliran Gereja di STT-Bandung.
20 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN KRISTIANI (Herlianto)
kemungkinan jasmani dan rohani, disitulah terdapat kebudayaan. Koentjaraningrat
menggambarkan kebudayaan mencakup 7 unsur universal sesuai urutan dari yang lebih
sukar berubah, yaitu: (1) sistem religi dan upacara keagamaan; (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan; (3) sistem pengetahuan; (4) sistem bahasa; (5) sistem kesenian; (6)
sistem mata pencarian hidup; dan (7) sistem teknologi dan peralatan.
Kebudayaan adalah khas hasil manusia, karena di dalamnya, manusia menyatakan
dirinya
sebagai
manusia,
mengembangkan
keadaannya
sebagai
manusia,
dan
memperkenalkan dirinya sebagai manusia. Dalam kebudayaan, bertindaklah manusia
sebagai manusia dihadapan alam, namun ia membedakan dirinya dari alam dan
menundukkan alam bagi dirinya.
CIRI-CIRI KEBUDAYAAN
Ciri-ciri khas kebudayaan adalah: (1) Bersifat historis. Manusia membuat sejarah
yang bergerak dinamis dan selalu maju yang diwariskan secara turun temurun.
Kebudayaan manusia selalu merupakan tahap dalam kehidupan manusia untuk
melangkah lebih lanjut, dan dalam kebudayaan terdapat dorongan untuk berjalan terus
dan maju terus, baik maju dalam hal kebaikan maupun maju dalam hal merusak; (2)
Bersifat geografis. Kebudayaan manusia tidak selalu berjalan seragam, ada yang
berkembang pesat dan ada yang lamban, dan ada pula yang mandeg (stagnan) yang nyaris
berhenti kemajuannya. Semula kebudayaan disuatu daerah berbeda dengan daerah
lainnya karena bersifat terisolasi, namun dalam interaksi dengan lingkungannya
kemudian berkembang pada komunitas tertentu, dan lalu meluas dalam kesukuan dan
kebangsaan/ras (kebudayaan Cina, Romawi, Jawa dan lain lain). Kemudian kebudayaan
itu meluas dan mencakup wilayah regional (kebudayaan Eropah, Asia, Latin dan 1ain
lain.), dan makin meluas dengan belahan-bumi (Utara versus Selatan, Barat versus
Timur). Puncaknya adalah kebudayaan kosmo (duniawi) dalam era informasi dimana
terjadi saling melebur dan berinteraksinya kebudayaan-kebudayaan; dan (3) Bersifat
perwujudan nilai-nilai tertentu. Dalam perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha
melampaui (batas) keterbatasannya. Di sinilah manusia terbentur pada nilai, nilai yang
mana, dan seberapa jauh nilai itu bisa dikembangkan? Sampai batas mana? Dan ke arah
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
21
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
mana? Di sini pulalah timbul perwujudan dari nilai-nilai sehingga manusia tidak terjerat
pada kebebasan yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola alam ciptaan ini, sebab
kalau tidak, manusia akan menghadapi malapetaka yang dibuatnya sendiri.
KEBUDAYAAN DAN SENI SEBAGAI BAGIAN KEBUDAYAAN
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah bagian dari kebudayaan. Bila ilmu
pengetahuan berhubungan dengan dorongan manusia kepada pengetahuan, pengenalan,
dan pemahaman, maka teknologi berhubungan dengan dorongan manusia kepada
kemampuan dan penguasaan dunia.
Namun, dalam diri manusia tidak hanya ada dorongan kepada pengetahuan dan
teknologi saja, sebab dalam diri manusia ada juga dorongan akan keindahan, baik untuk
dilihat maupun untuk mewujudkan apa yang dilihat, dirasakan atau dialami sebagai
keindahan itu. Di dalam penginderaan kesan-kesan keindahan dan dalam kecenderungan
untuk memujudkan kesan-kesan itu terletak dasar-dasar kesenian. Kesadaran akan
keindahan itu disebut kesadaran estetis atau kesadaran keindahan, dan dorongan kepada
pernyataan atau pemberian wujud itu disebut dorongan ekspresi estetis. Di sinilah
kemudian timbul ‘seni’, yaitu keahlian mewujudkan keindahan itu dengan alat-alat
tertentu.
SENI DISAIN KOMUNIKASI VISUAL
Seni, berasal dari kata latin ‘ars’ yang artinya keahlian dalam mengekspresikan
ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi
penciptaan benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah. lstilah seni
bisa juga merujuk pada salah satu dari sejumlah cara pengekspresian yang dikategorikan
oleh manfaat yang ditimbulkan atau bentuk yang dihasilkan, termasuk lukisan, patung,
film, tari-tarian, dan beberapa hasil karya yang merupakan ekspresi keindahan, termasuk
kerajinan. Sistem klasifikasi tradisional yatig biasanya digunakan untuk seni-seni murni,
terdiri atas seni sastra (sajak, drama), seni rupa (lukis, patung), seni grafis (disain), seni
dekoratif (disain furniture, mozaik), seni gerak (teater, tari), musik, dan seni arsitektur.
22 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN KRISTIANI (Herlianto)
Disain Grafis semula beranjak dari Seni Grafis yang menonjol sejak ditemukan
mesin cetak oleh Gutenberg, dan sekalipun profesinya terus bertumbuh dan marak pada
saat revolusi industri, istilahnya baru muncul sekitar tahun 1920-an. Disain Komunikasi
Visual (DKV) sebagai istilah mulai muncul setengah abad kemudian di tahun 1970-an
dan mulai digunakan di Institut Teknologi Bandung pada sekitar tahun 1983, dan
mencakup bidang yang lebih luas dan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat grafika
sebab berurusan dengan komunikasi yang beragam lewat bahasa visual, medianya bisa
apa saja seperti advertising (pernah disebut commercial art), ilustrasi, fotografi,
infographics, termasuk juga graphic design. Sekarang lebih marak lagi dengan interactive
design, web design, game design dan lain lain.
Dari sejarah ini kita dapat melihat bahwa sebagai bagian dari seni dan budaya,
perkembangan DKV sudah meluas keluar batas seni dan kebudayaan bahkan sudah
bersifat interdisipliner, sebab lama kelamaan cenderung juga berkiblat ke Information
Technology yang disebabkan oleh penemuan media jaringan (web) dan perkembangan
teknologi digital. Hal ini memacu masyarakat menggunakan media baru yang dianggap
lebih luas jangkauannya, bisa tajam isinya, dan bisa interaktif.
KEBUDAYAAN DAN ALKITAB
Bila kita mempelajari sejarah kebudayaan dan agama, kita dapat mengetahui
bahwa ada hubungan dan pengaruh timbal balik antara agama dan kebudayaan, dan perlu
disadari bahwa agama mencakup lingkup yang lebih luas dari kebudayaan, namun
kebudayaan lebih cepat mengalami perubahan daripada agama. Kebudavaan adalah hasil
usaha manusia sedangkan agama khususnya agama Wahyu, dipercaya bukan berasal dari
manusia melainkan penyataan yang suci (revelational). Di sinilah interaksi keduanya
menjadi menarik, sesuatu yang berbeda namun saling terikat.
Dipandang dari sudut lman Kristiani dalam Alkitab, kebudayaan manusia dapat
dilihat dari beberapa aspeknya, yaitu antara lain:
1. Tugas Kebudayaan
Allah memberikan tugas kebudayaan kepada manusia. Dalam Alkitab disebutkan
bahwa “Allah menciptakan manusia menurut gambar dan serupa dengan Allah” (Kej.
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
23
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
1:26-27), artinya pada dasarnya manusia memiliki gambar seorang pencipta. Selanjutnya,
dalam hubungan yang sangat erat dengan penciptaan manusia menurut gambar Allah itu,
diberikanlah
kepada
manusia
tugas
kebudayaan,
yakni:
"Taklukkanlah
dan
perintahkanlah Bumi" (Kej. 1:28).
Jadi, manusia menerima suatu mandat dari Allah dan mandat itu adalah mandat
kebudayaan. Lebih jelas lagi disebutkan bahwa: ”Tuhan Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman
itu.” (Kej.2: 15).
2. Tujuan Kebudayaan
Di samping tugas kebudayaan yang mulia itu, Tuhan juga memberikan tujuan
kebudayaan kepada manusia untuk dicapai. Tujuan ideal dari kebudayaan terlihat dalam
ungkapan pemazmur (Mzm.150) yang menekankan bahwa tujuan manusia adalah untuk
“Memuji Tuhan” dengan seruan “Pujilah Allah dalam tempat kudusNya.” (ayat-l), dan
usaha itu juga dicapai dengan menggunakan hasil-hasil kebudayaan yang disebutkan
sebagai nyanyian, tari-tarian, dan dengan menggunakan berbagai alat musik: “Biarlah
segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya.” (ayat-6).
Hukum kasih memiliki dua dimensi, yaitu ke atas yang ditujukan untuk
memuliakan Allah dan ke samping untuk melayani sesama manusia. Jadi, tujuan
kebudayaan yang utama adalah untuk memuliakan dan mengasihi Allah, dan yang
lainnya adalah agar kebudayaan itu digunakan untuk melayani dan mengasihi sesama
manusia seperti diri sendiri. Kedua dimensi kebudayaan itu sangat penting dalam
menentukan kemana kebudayaan itu diarahkan, mengingat bahwa banyak sekali
kebudayaan yang bukan digunakan untuk tujuan mengasihi Allah dan sesama manusia
tetapi untuk penyembahan berhala dan kebanggaan diri sendiri/kelompok (ingat menara
Babel dalam Kej. ll ).
KUASA DOSA DAN IBLIS DALAM KEBUDAYAAN
Dalam awal kitab Kejadian kita melihat betapa kebudayaan itu bisa salah arah,
yaitu bukan ditujukan untuk memuliakan Allah tetapi ditujukan untuk berhala & diri
sendiri. Kasus Kain menunjukkan kemerosotan ini (Kej. 4:1-16). Dosa Kain menurun
24 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN KRISTIANI (Herlianto)
pada keturunan manusia dan kejatuhan manusia dalam dosa menempatkan manusia dalam
kuasa iblis. Allah kemudian menghukum manusia dengan air bah, namun dalam Kej. ll
kita dapat melihat puncak dari kejatuhan manusia dalam dosa, dimana kebudayaan
manusia yang meningkat sehingga dapat membuat bangunan tinggi itu yang sayangnya
bukan
ditujukan
untuk
memuliakan
Allah
namun
untuk
memuliakan
diri
sendiri/kelompok: “... Marilah kita mencari nama ...” (Kej. ll:4). Bukan saja hasil
kebudayaan itu tidak memuliakan Allah, sebaliknya malah digunakan untuk alat
meninggikan diri dan menantang Allah.
Bagaimana dan Dimana Kuasa Dosa itu Kelihatan di dalam Kebudayaan ?
Tidaklah mudah untuk melihat bagaimana dan di mana kuasa dosa itu kelihatan di
dalam kebudayaan. Kadang-kadang kuasa dosa itu kelihatan pada hasil kebudayaan.
Misalnya sebuah patung dapat menjadi obyek penyembahan berhala, musik dapat
menjerumuskan manusia dan dipakai untuk menyembah dewa-dewi berhala, dan filsafat
dapat menjadi filsafat yang kosong dan tidak sesuai dengan firman Allah (Kol. 2:8).
Senjata nuklir/kimia dapat kita lihat sebagai wujud bagaimana hasil kebudayaan
dapat menjadi alat pemusnah yang menjadi malapetaka bagi manusia.
Kuasa dosa dapat pula dilihat pada cara menggunakan hasil itu. Daud menggunakan alat musik untuk memuliakan Tuhan, tetapi anak-anak Kain menggunakannya
dengan semangat permusuhan dan pemuliaan diri sendiri. Hasil kebudayaan bisa
ditujukan untuk pembunuhan masal (senjata nuklir & kimia), film & seni visual telah
dibelokkan dengan motivasi merusak gambar Allah melalui pornografi dan sadisme.
Mobil sebagai alat angkut bisa menjadi alat kesombongan pribadi (gengsi) dan tidak
difungsikan sebagai alat angkut masyarakat.
Para Nabi dan Rasul sering mengkritik kebudayaan yang sudah tidak lagi sesuai
dengan tugas dan tujuan yang diberikan Allah. Yesaya mengkritik nafsu kemewahan dan
wanita yang memperagakan dirinya di Yerusalem (3:16-24). Amos mengecam gejala
mamonisme, kemabukan, dan nafsu kemewahan yang berkecamuk di Samaria (6:1-10),
dan Nahum melawan hawa nafsu berkuasa yang merajalela dalam kebudayaan Niniwe.
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
25
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
HUBUNGAN IMAN KRISTEN & KEBUDAYAAN
Dalam menghadapi kebudayaan dengan berbagai kecenderungannya, kita patut
memperhatikan bagaimana hubungan dan sikap iman Kristen menghadapi kebudayaan.
Ada 5 macam sikap umat Kristen terhadap kebudayaan yang sama diungkapkan oleh
Verkuyl dan Niebuhr , yaitu:
1. Antagonistis atau Oposisi
Sikap antagonistik (oposisi, menentang, menolak) terhadap kebudayaan ialah sikap
yang melihat pertentangan yang tidak terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan
dan sebagai akibatnya menolak dan menyingkiri kebudayaan dalam semua ungkapannya.
Gereja dan umat beriman sebagai individu memang kerapkali harus berkata tidak atau
menolak terhadap ungkapan kebudayaan tertentu, yakni kebudayaan yang: (1) menghina
Tuhan; (2) menyembah berhala; dan (3) yang merusak kemanusiaan. Namun, itu tidak
berarti bahwa semua aspek kebudayaan perlu ditentang;
2. Akomodasi atau Persetujuan
Sebaliknya dari sikap antagonistis, adalah yang mengakomodasikan, menyetujui
atau menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada. Dengan demikian maka agama
Kristen dikorbankan untuk kepentingan kebudayaan yang ada. Akomodasi demikian
sering kita lihat dalam hubungan dengan agama-agama animis dan adat istiadat sehingga
terjadi sinkretisme yang berbahaya. Salah satu sikap demikian ditujukan untuk membawa
orang kepada suatu cara berfikir, cara hidup dan berkomunikasi atau berhubungan dengan
orang lain sedemikian rupa hingga seolah-olah 'semua agama sama saja' dan di dalam
pergaulan hidup disingkirilah unsur agama Kristen yang sekiranya dapat menimbulkan
keengganan golongan lain serta menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya;
3. Dominasi atau Sintesa
Ada juga sikap dominasi gereja terhadap kebudayaan seperti yang dengan jelas
terlihat dalam gereja yang mendasari ajarannya dengan teologi Thomas Aquinas yang
menganggap bahwa sekalipun kejatuhan manusia dalam dosa telah membuat citra
ilahinya merosot, pada dasarnya manusia tidak jatuh total, melainkan masih memiliki
26 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN KRISTIANI (Herlianto)
kehendak bebas yang mandiri. ltulah sebabnya dalam menghadapi kebudayaan kafir
sekalipun, umat bisa melakukan akomodasi secara penuh dan menjadikan kebudayaan
kafir itu menjadi bagian iman, namun kebudayaan itu disempurnakan dan disucikan oleh
sakramen yang menjadi alat anugerah ilahi;
4. Dualisme atau Pengkutuban
Yang dimaksudkan dengan sikap dualistis/pengkutuban (mendua) terhadap
kebudayaan ialah pendirian yang hendak memisahkan iman dari kebudayaan. Pada satu
pihak terdapatlah dalam kehidupan kaum beriman kepercayaan kepada pekerjaan Allah
dalam Tuhan Yesus Kristus, namun manusia tetap berdiri di dalam kebudayaan kafir dan
hidup di dalamnya. Peran penebusan Tuhan Yesus yang mengubah hati manusia berdosa
dan mengubahnya menjadi kehidupan dalam iman tidak ada artinya dalam menghadapi
kebudayaan. Manusia beriman hidup dalam kedua suasana atau lapangan baik agama
maupun kebudayaan secara bersama-sama;
5. Pengudusan atau Pentobatan
Sikap pengkudusan tidak menolak (antagonistis) namun juga tidak menerima
(akomodasi), tetapi dengan sikap keyakinan yang teguh bahwa kejatuhan manusia dalam
dosa tidak menghilangkan kasih Allah atas manusia melainkan menawarkan
pengampunan dan kesembuhan bagi manusia untuk bertobat, memulai suatu kehidupan
yang lebih baik dengan mengalami transformasi kehidupan etika dan moral sesuai
kehendak Allah. Manusia dapat menerima hasil kebudayaan selama hasil-hasil itu
memuliakan Allah, tidak menyembah berhala, mengasihi sesama dan kemanusiaan.
Sebaliknya bila kebudayaan itu memenuhi salah satu atau ketiga sikap budaya yang salah
itu, umat beriman harus menggunakan firman Tuhan untuk mengkuduskan kebudayaan
itu sehingga terjadi trasformasi budaya kearah ‘memuliakan Allah’, ‘tidak menyembah
berhala’ dan mengasihi manusia dan kemanusiaan.
PENGARUH MEDIA VISUAL
Dalam penelitian psikologis pesanan pemerintah yang kemudian dibukukan,
Eysenck dan Nias mengemukakan adanya lima bentuk pengaruh mass-media terhadap
pemirsa, yaitu:
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
27
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
1. Imitasi
Sejak kecil manusia belajar dari meniru dan seterusnya cenderung untuk meniru apa
saja yang diperlihatkan, apalagi kalau hal itu sejalan dengan dorongan yang ada dalam
dirinya;
2. Identifikasi
Manusia cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh atau pola hidup
yang dilihatnya dan kemudian terpengaruh untuk menyatukan dirinya dengan perilaku
yang dilihatnya;
3. Runtuhnya Rem Pengaman
Sebenarya dalam diri manusia melalui pendidikan keluarga maupun agama telah
memiliki filter untuk mengerem perilaku atau pola hidup yang tidak sesuai, namun
bila pengaruh luar begitu kuat, rem pengaman ini akan runtuh dan terlepaslah
kecenderungan azali hati manusia.
4. Stimulasi atau Pemicuan
Apa yang terus-menerus dilihat seseorang memicu kecenderungan hatinya untuk
melakukan hal serupa, misalnya adegan-adegan kemewahan cenderung mendorong
seseorang mengejar kemewahan dengan cara apapun, demikian juga dosa-dosa
seksual terpicu karena pornografi.
5. Katharsis atau Substitusi
Puncak dari deretan reaksi terhadap apa yang dilihat dan didengar seseorang melalui
media visual adalah katharsis atau substitusi dimana dengan runtuhnya rem pengaman,
seseorang kemudian memuntahkan dorongan hatinya melalui berbagai cara.
Dari ke-lima tahap pengaruh mass-media itu kita dapat melihat bagaimana dampak
media-visual yang dikomunikasikan kepada seseorang yang dilakukan terus menerus
akan membentuk pandangan dan pola hidup (world view) yang baru bagi seseorang.
PANGGILAN IMAN KRISTEN
Kita sudah melihat bahwa Disain Komunikasi Visual merupakan perkembangan
yang makin maju dari seni sebagai aspek kebudayaan yang berkembang makin holistik
dan punya daya pengaruh empat dimensional terhadap kehidupan manusia, yaitu
28 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DAN PANGGILAN KRISTIANI (Herlianto)
pandangan dan pola perilaku dan kehidupan seseorang. Ditinjau dari Iman Kristiani,
setidaknya ada berbagai bentuk pengaruh penyajian media visual yang perlu dihadapi
dengan kewaspadaan, seperti pengaruh:
1. Hedonisme
Sikap hidup materialistis (mementingkan kebendaan), sekularistis (menolak kehadiran
Allah), dan bahkan hedonis (mengejar kenikmatan hidup) yang ditujukan kepada diri
sendiri;
2. Adiktif
Daya tarik pemuas nafsu akan minuman atau makanan adiktif seperti rokok, minuman
keras, dan narkoba yang kemudian mengikat menjadi kecanduan;
3. Pornografi
Sikap hidup yang menekankan pemuasan kenikmatan daging dan nafsu seksual, baik
soft-porn, hard-porn, sampai distorted sex (homo, lesbi, paedofile dan lain lain.);
4. Sadisme
Penonjolan kekerasan/kesadisan manusia super yang merendahkan kemanusiaan yang
lebih lemah. Sadisme bisa diekspresikan melalui visualisasi gambar sampai film;
5. New Age-isme
Pada masa kini ada kebangunan kekuatan-kekuatan mistik dan okultisme yang
berorientasi pada pendewaan ‘aku manusia’ atau ‘setan’ dan berpaling dari Allah
pencipta alam semesta ini.
LALU BAGAIMANA ?
Bagaimana menghadapi tugas disain komunikasi visual yang sesuai prinsip-prinsip
pandangan hidup Kristiani? Beberapa ayat berikut memberikan kita rambu-rambu
pengarah, yaitu:
”Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan
menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari
Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam
hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”
(Mzm.119 “9-11).
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan. kecemaran. hawa nafsu.
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
29
NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 20 - 30
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah. kedengkian, kemabukan, pesta
pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - bahwa barang
siapa melakukan hal-hal yang demikian. ia tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: Kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal ini. Barang siapa menjadi milik Kristus,
ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau
kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita dipimpin oleh Roh.” (Gal. 5:19-25).
“Mata ada1ah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika
matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap.
betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada seseorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak
dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat. 6:22-24).
“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah
kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Gal. 5:13).
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Flp. 4:8)
Amin!
KEPUSTAKAAN
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Penerbit Gramedia, Jakarta,
h.12. 1980
Jan Verkuyl, Etika Kristen dan Kebudayaan, BPK, Jakarta, h.33-47 (Bagian Pertama,
Bab-II). 1966,
H. Richard Niebuhr, Christ and Culture, Harper & Row. New York, h.39-44 (IV. The
Typical Answer) 1980,
H.J. Eysenck and D.K.B. Nias, Sex, Violence and the Media, Harper-Colophon, New
York, h.56-63. 1983.
30 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
Download