Templat tugas akhir S1

advertisement
MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI
UNTUK APLIKASI DYE-SENSITIZED SOLAR CELL
AISYAH ZAFIRA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Membran Elektrolit
Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi Dye-Sensitized Solar Cell adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Aisyah Zafira
NIM G44120098
ABSTRAK
AISYAH ZAFIRA. Membran Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk DyeSensitized Solar Cell. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan ARMI
WULANAWATI.
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) adalah suatu alat yang mampu mengubah
energi matahari menjadi energi listrik yang terdiri atas 4 komponen, yaitu
elektrode kerja, pewarna sebagai fotosensitizer, membran elektrolit, dan elektrode
lawan. Penelitian ini menentukan pengaruh tambahan elektrolit cair, membran
elektrolit polistirena, dan membran elektrolit polistirena tersulfonasi dengan
menggunakan pewarna alami yaitu ekstrak kulit manggis pada kinerja DSSC.
Pewarna ekstrak kulit manggis yang dicirikan menggunakan UV-Vis
menunjukkan absorpsi paling besar pada panjang gelombang 522 nm. Polistirena
dapat dikatakan tersulfonasi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai derajat sulfonasi,
yaitu 31.41%. Sepektrum inframerah transformasi Fourier dari membran
menunjukkan serapan gugus -SO3 pada 1028.06 cm-1. Rangkaian DSSC dengan
tambahan membran elektrolit polistirena tersulfonasi menghasilkan nilai efisiensi
tertinggi 9.7475 10-3%. Hal ini menunjukkan membran polistirena tersulfonasi
dapat menjadi membran elektrolit untuk DSSC.
Kata kunci : kulit manggis, membran elektrolit, polistirena tersulfonasi, DSSC
ABSTRACT
AISYAH ZAFIRA. Sulfonated Polystirene Electrolyte Membrane for
Applications in Dye-Sensitized Solar Cell. Supervised by SRI MULIJANI and
ARMI WULANAWATI.
Dye sensitized solar cell (DSSC) is a device capable for converting solar
energy into electrical energy, which consists of working electrode, dye as
photosensitizer, electrolyte membrane, and counter electrode. This experiment
determined the effect of added liquid electrolyte, polystyrene electrolyte
membrane, and sulfonated polystyrene electrolyte membrane using mangosteen
skin extract as a natural dye the DSSC performance. Mangosteen skin extract
using UV-Vis showed the high absorption at a wavelength of 522 nm. The
polystyrene was sulfonated as indicated by the degree of sulfonation of 31.41%.
Fourier transforminfrared spectrum showed a peak of –SO3 in 1028.06 cm-1. The
DSSC circuits with added sulfonated polystyrene electrolyte showed highest
efficiency of 9.7475 10-3%. This conclude that the sulfonated polystyrene
membrane can be used as a electrolyte membrane for DSSC.
Keywords: DSSC, electrolyte membrane, mangosteen skin, sulfonated polistirena
MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI
UNTUK APLIKASI DYE-SENSITIZED SOLAR CELL
AISYAH ZAFIRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Membran Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi DyeSensitized Solar Cell. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai
dengan Juni 2016 di Laboratorium Kimia Fisika Departemen Kimia dan
Laboratorium Biomaterial Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Sri Mulijani, MS dan Armi
Wulanawati, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama penelitian hingga akhir penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan
terima kasih penulis berikan kepada Umi, Abi, Luthfiya, dan Azizah serta seluruh
keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan semangat, doa, dan kasih
sayangnya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Ibu Ai, Bapak Ismail dari Laboratorium Kimia Fisik IPB atas fasilitas dan bantuan
yang diberikan selama penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
rekan-rekan seperjuangan penelitian dan teman-teman Kimia 49 atas perhatian,
saran, dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2016
Aisyah Zafira
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
3
Alat dan Bahan
3
Metode
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L)
5
Polistirena Tersulfonasi
6
Kinerja DSSC
9
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Serapan antosianin kulit manggis
Struktur sianidin
Spektrum FTIR antosianin
Reaksi sulfonasi pada polistirena
Spektrum FTIR membran PS (--) dan PSS (--)
Prinsip kerja DSSC
Kurva I-V berbahan elektrolit cair (a), berbahan membran
elektrolit polistirena (--) dan membran elektrolit polistirena
tersulfonasi (--) (b)
6
6
6
7
8
10
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Diagram alir penelitian
Penentuan derajat sulfonasi
Perhitungan pengujian kinerja DSSC berbahan
elektrolit polistirena tersulfonasi
Hasil pengukuran tegangan dan arus DSSC
15
16
membran
16
17
PENDAHULUAN
Ketersediaan energi saat ini masih bergantung pada minyak, gas bumi, dan
berbagai bahan bakar fosil lainnya. Namun, ketersediaan cadangan energi fosil ini
semakin menipis. Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan sumber energi
fosil adalah memanfaatkan energi radiasi matahari (solar cell). Energi yang
dikeluarkan oleh sinar matahari hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar
69% dari total energi pancaran matahari, sedangkan suplai energi surya dari sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi mencapai 3 1024 Joule pertahun,
energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi tersebut setara dengan 1
104 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, sebesar 0.1%
dari permukaan bumi ditutupi oleh perangkat solar sel yang memiliki efisiensi
10% sudah mampu menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia (Nadeak dan
Susanti 2012).
Dye-sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya generasi ketiga yang
dikembangkan pertama kali oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991
(Gratzel 2003) dan berfungsi untuk mengkonversi energi cahaya ke listrik dalam
skala molekular dalam bentuk reaksi dari transfer elektron (Ekasari dan Gatut
2013). Peningkatan efisiensi DSSC terus dikembangkan dan hingga saat ini
efisiensi maksimal yang berhasil didapatkan sebesar 11% (O` Regan dan Gratzel
1991). Keunggulan DSSC yaitu bahan dasar pembuatannya relatif lebih murah
dan ramah lingkungan (Damayanti et al. 2014).
Komponen DSSC terdiri atas elektrode kerja, pewarna sebagai fotosensitizer,
membran elektrolit, dan elektrode lawan. Elektrode kerja merupakan kaca (indium
tin oxide) ITO yang dilapisi semikonduktor, bertindak sebagai akseptor atau
kolektor elektron yang ditransfer dari pewarna yang teroksidasi. Penggunaan
semikonduktor dengan band gap lebar akan memperbanyak elektron yang
mengalir dari pita konduksi ke pita valensi, karena dengan band gap yang lebar
tersebut akan membuat ruang reaksi fotokatalis dan absorpsi oleh pewarna akan
menjadi lebih banyak atau dengan kata lain spektrum absorbsi menjadi lebar.
Salah satu semi konduktor ber-band gap lebar yang sering digunakan, yaitu
titanium dioxide (TiO2). TiO2 mempunyai selisih band gap lebar yaitu sebesar 3.2
eV dengan rentang -1.2–2.0 eV. TiO2 juga sering digunakan karena inert, tidak
berbahaya, dan semikonduktor yang murah, selain memiliki karakteristik optik
yang baik (Nadeak dan Susanti 2012).
TiO2 hanya mampu menyerap sinar ultraviolet (350–380 nm) sehingga
dibutuhkan lapisan zat warna yang akan menyerap cahaya tampak. Pewarna yang
umum digunakan dan mencapai efisiensi sebesar 11% adalah kompleks ruthenium
karena senyawa ini memiliki daerah absorbsi yang lebar pada semua rentang
spektrum cahaya tampak dan transfer muatan antara logam dan ligan yang sangat
efisien (Wongcharee et al. 2007). Namun, penggunaan kompleks ruthenium
memiliki kekurangan, yaitu sulit disintesis, harganya mahal, dan tidak ramah
lingkungan sehingga dilakukan alternatif lain menggunakan zat warna buahbuahan, khususnya antosianin yang menyebabkan warna merah dan ungu pada
buah. Antosianin adalah suatu zat yang memiliki gugus kromofor terkonjugasi
sehingga memungkinkan terjadinya transfer elektron, memiliki gugus karbonil
2
dan hidroksil pada struktur molekulnya sehingga mampu berikatan pada
permukaan TiO2, serta memiliki spektrum cahaya yang cukup lebar dari pita
merah hingga biru sehingga berpotensi digunakan sebagai pewarna (Nugrahawati
2012).
Hasil penelitian Nadeak dan Susanti (2012) menghasilkan DSSC berbahan
pewarna ekstrak buah naga merah dengan efisiensi 8.90 10-2%, Damayanti et al.
(2014) menghasilkan DSSC berbahan pewarna ekstrak ubi jalar ungu dengan
efisiensi 2.30 10-1%, Maulina et al. (2014) menghasilkan DSSC berbahan
membran elektrolit polietilen glikol (PEG) dengan pewarna ekstrak kulit manggis
(Garcinia Mangostana L) dengan efisiensi 5.92 10-2%. Oleh karena itu, pada
penelitian ini menggunakan pewarna ekstrak kulit manggis, terlebih Indonesia
adalah negara tropis yang sangat cocok untuk pertumbuhan buah manggis
sehingga sangat mudah diperoleh. Kulit manggis memiliki kadar antosianin, yaitu
59.3 mg/100 g kulit buah (Hikmah dan Prajitno 2015).
Elektolit redoks, biasanya berupa pasangan iodida dan triodida (I-/I3-) yang
bertindak sebagai mediator redoks sehingga dapat menghasilkan proses siklus di
dalam sel (Maddu et al. 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Zahroh (2013) yang membuat pengujian DSSC dengan memanfaatkan ekstrak
kulit manggis dan elektrolit cair menghasilkan arus dan tegangan yang masih
tidak stabil dengan penurunan arus yang signifikan dalam waktu yang singkat. Hal
ini disebabkan elektrolit yang digunakan lebih cepat mengalami penguapan atau
memiliki tingkat evaporasi yang tinggi akibat viskositas yang rendah sehingga
tidak mampu digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal
tersebut dalam penelitian ini menggunakan elektrolit semipadat/membran
elektrolit yang mempunyai keunggulan tidak mudah menguap, memiliki
konduktivitas ion tinggi pada temperatur konstan, dan mempunyai stabilitas
jangka panjang (Pancaningtyas dan Akhlus 2010). Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan polimer membran elektrolit untuk meningkatkan kinerja DSSC.
Polimer konduktif untuk DSSC yang telah dikembangkan dan telah
dikomersilkan adalah polietilena terftalat (PET) oleh Solaronix dan nafion. PET
memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan suhu panas (Miettunen et al. 2009). Nafion
adalah membran yang terbuat dari fluoro-polimer dengan rantai cabang yang
mengandung gugus sulfonat (−SO3H). Nafion juga memiliki kelemahan yaitu
konduktivitas pada suhu >100
rendah dan harganya mahal (Trogadas dan
Ramani 2009). Kelemahan yang terdapat pada kedua polimer tersebut dapat
menurunkan efisiensi kinerja DSSC. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan
mengganti penggunaan polimer, salah satunya polistirena tersulfonasi.
Polistirena tersulfonasi diperoleh dengan penambahan gugus sulfonat
melalui proses sulfonasi pada polistirena yang dapat meningkatkan hidrofilisitas
dan memberikan konduktivitas protonnya lebih besar (Mulijani et al. 2014).
Penggunaan polistirena dilakukan karena mempunyai temperatur leleh 180–260 ˚C
dan mudah diperoleh dari styrofoam bekas pakai/limbah. Styrofoam mengandung
90–95% polistirena, serta 5–10% gas n-butana dan n-pentana. Styrofoam
merupakan limbah yang sangat sulit penanggulangannya dan tidak dapat diuraikan
oleh alam (BPOM 2008).
Elektrode lawan merupakan kaca ITO yang dilapisi karbon yang berfungsi
sebagai katalis untuk mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit (Damayanti et
al. 2014). Di samping harganya murah dan ramah lingkungan, karbon juga
3
memiliki keunggulan sifat-sifat mekanik dan elektronik, yaitu pita energi 0.04 ,
hambatan 50
dan konduktivitas panas 3000 Wm-1K-1 (Morikawa et al. 2003),
sehingga cocok untuk aplikasi sel surya. Penelitian ini bertujuan menghasilkan
DSSC yang dapat mengkonversi energi surya menjadi listrik dan menentukan
pengaruh penggunaan elektrolit cair, membran elektrolit polistirena dan membran
elektrolit polistirena tersulfonasi dengan pewarna alami dari ekstrak kulit manggis
terhadap nilai efisiensi sel surya.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang dipakai di antaranya seperangkat alat kaca, pengaduk bermagnet,
Spektrofotometer FTIR merk Shimadzu 21, UV-1700 UV-Vis Spektrofotometer
Shimadzu, alumunium foil, sonikator, botol gelap, multimeter, potensiometer,
Fotometer Radiometer PMA 2200, lempeng pemanas, penjepit klip, termometer,
kaca untuk cetakan, kertas tisu, mortar, porselin, neraca analitik, lilin, korek api,
kertas saring Whatman No 1, cotton bud, dan solatip.
Bahan-bahan yang dipakai untuk penelitian ini meliputi kaca konduktif
indium titanium oksida (ITO) 15–25 Solaronix, pensil 8B, serbuk titanium
dioksida (TiO2) fase rutile (>35 nm), asam klorida (HCl) 32% pro analisis (p.a),
natrium hidroksida (NaOH) padatan, kulit manggis, metanol teknis, asam asetat
(HCl) glasial, heksana (C6H14) p.a, etil asetat (CH3COOC2H5) p.a, asam nitrat
(HNO3) 65%, triton X-100, Styrofoam limbah, kloroform p.a, diklorometana p.a,
kalium iodida (KI) padatan, iodine (I2) padatan, asam pekat (H2SO4) 65%, gas N2,
etanol teknis, aseton p.a, dan akuades.
Metode
Preparasi Polistirena Tersulfonasi (Modifikasi Mulijani et al. 2014)
Limbah polistirena dipanaskan pada suhu 100
selama 1–2 jam.
Kemudian dilarutkan dalam 100 mL kloroform. Kemudian disulfonasi dengan
asam sulfat pekat berasap atau fuming sulfuric acid sambil diaduk selama 1-3 jam.
Kemudian didekantasi dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu 25–100 . PSS
dilarutkan kembali dengan diklorometana sambil diaduk. Kemudian membran
PSS yang terbentuk diukur derajat sulfonasinya.
Penentuan Derajat Sulfonasi (Apriliana 2012)
Sebanyak 0.1 g PSS direndam dengan 10 mL NaOH 1 N selama 3 hari.
Kemudian larutan dititrasi dengan HCl 1 N dengan indikator fenolftalein (pp).
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda hingga tak
berwarna. Volume HCl yang terpakai pada titrasi NaOH tanpa sampel sebagai
4
volume awal, sedangkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi NaOH dengan
sampel sebagai volume akhir.
Preparasi Larutan Pewarna (Maulina et al. 2014)
Kulit buah manggis sebanyak 40 g dipotong halus, kemudian ditambahkan
metanol, asam asetat, akuades dengan perbandingan volume 25 mL:4 mL:21 mL,
direndam selama 3 hari. Larutan kemudian disaring dengan menggunakan kertas
saring Whatman No 1. Hasil diekstraksi dengan 25 mL n-heksana p.a dengan
corong pisah lalu dikocok selama 1 jam. Selanjutnya diambil lapisan bawah, dan
dilanjutkan ekstraksi dengan etil asetat p.a sebanyak 25 mL dengan corong pisah
lalu dikocok selama 1 jam. Hasil ekstraksi disimpan dalam botol gelap dan pada
suhu 20 .
Pencirian Pewarna dan Membran PSS
Absorbsi dari pewarna dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Panjang gelombang yang digunakan, yaitu 400–800 nm. Spektra gugus fungsi dari
zat warna antosianin dan membran PSS dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer FTIR.
Pembersihan dan Pengukuran Resistansi Kaca Konduktif
Kaca ITO ukuran 2 1 cm2 dibersihkan dengan merendamnya dalam gelas
piala 100 mL yang sudah berisi etanol. Gelas piala yang sudah berisi etanol dan
kaca ditempatkan pada sonikator dan diatur waktunya selama 30 menit. Setelah
itu, kaca dikeringkan. Sebelum digunakan, kaca dicari sisi konduktifnya dengan
mengukur resistansi pada salah satu sisinya dengan menggunakan multimeter.
Preparasi Elektrode Kerja
Larutan TiO2 dibuat dari 1 g serbuk TiO2 yang telah diayak dimasukkan ke
dalam gelas piala 100 mL. Kemudian, ditambah 10 mL asam nitrat pH 5, distirrer
selama 30 menit, kemudian ditambahkan 5 tetes triton X-100 dan distirrer kembali
selama 30 menit. Setelah homogen, pasta TiO2 segera dituang diatas sisi
konduktif kaca ITO. Kaca ITO berlapis TiO2 tersebut dibiarkan beberapa saat agar
mengering dan dipanaskan pada suhu +150
selama 30 menit untuk
mengaktifasi TiO2. Setelah itu, kaca ITO berlapis TiO2 tersebut direndam dalam
larutan pewarna ekstrak kulit buah manggis selama 2 jam.
Pembuatan Elektrode Karbon (Elektrode Pembanding)
Elektrode pembanding dibuat dari pelapisan sisi konduktif kaca ITO dengan
lapisan karbon. Dicari terlebih dahulu sisi konduktif kaca ITO lalu bagian sisi
tersebut digores-gores searah dengan menggunakan pensil 8B secara merata.
Setelah itu, kaca tersebut dipanaskan di atas nyala api lilin untuk mendapatkan
lapisan karbon. Lama pemanasan berlangsung hingga lapisan kaca berwarna
hitam dan ketebalannya dapat dilihat secara merata.
Preparasi Membran Elektrolit
Larutan elektrolit iodide/triiodide dibuat dengan mencampur 0.8 g kalium
iodida dengan 10 mL asetonitril kemudian diaduk hingga homogen. Kemudian,
larutan tersebut ditambahkan 0.127 g iodine dan diaduk kembali hingga homogen.
5
Larutan elektrolit yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam botol gelap tertutup.
Bahan polimer yang digunakan untuk membuat membran elektrolit adalah
polistirena tersulfonasi. Larutan elektrolit yang telah dibuat ditambahkan
sebanyak 4 tetes ke dalam 2 g PSS yang dilarutkan dalam 8 mL diklorometana
dan diaduk selama 30 menit.
Pembuatan Sel Sandwich DSSC
Elektrode kerja terlebih dahulu diolesi membran elektrolit kemudian
ditempel dengan elektrode pembanding secara tidak sejajar melainkan berlawanan
sehingga menyisakan dua sisi sekitar 0.7 cm untuk pengambilan data saat
pengujian. Kemudian kedua elektrode yang sudah menempel tersebut dijepit
dengan penjepit klip di tepi kanan-kiri.
Pengujian DSSC
Pengujian DSSC dilakukan dengan menyambungkan sel sandwich yang
telah dibuat dengan rangkaian pengujian. Rangkaian dibuat sedemikian rupa
hingga diproyeksikan sel dapat menghasilkan arus dan tegangan secara
maksimum dan minimum. Rangkaian dibuat dengan menggunakan satu
potensiometer atau resistor variabel masing-masing 50
yang dipasang secara
seri. Pengujian DSSC dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya matahari
yang diukur intensitasnya menggunakan alat Fotometer Radiometer PMA 2200.
Pengujian arus dan tegangan dilakukan ketika dihubungkan dengan rangkaian dan
diberi variasi pembebanan mulai dari hambatan terkecil hingga terbesar untuk
mengetahui pencirian DSSC sehingga dapat ditentukan faktor pengisian dan
efisiensinya. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L)
Ekstrak kulit manggis mengandung antosianin yang digunakan sebagai
pewarna dalam DSSC. Antosianin dapat digunakan sebagai pewarna dalam DSSC
karena memiliki gugus kromofor terkonjugasi sehingga memungkinkan terjadinya
transfer electron. gugus kromofor terkonjugasi yag terdapat di dalam antosianin
menghasilkan panjang gelombang maksimum 522 nm dengan nilai absorbans
sebesar 0.31 (Gambar 1). Nilai panjang gelombang maksimum yang diperoleh
masih masuk dalam rentang panjang gelombang antosianin jenis sianidin (Gambar
2), yaitu 450–580 nm (Subodro & Sunaryo 2013). Selain itu, hasil interpretasi
spektrum inframerah menunjukkan bahwa antosianin yang diekstrak merupakan
antosianin jenis sianidin. Spektrum antosianin menunjukkan puncak serapan pada
bilangan gelombang 3603.03 cm-1 untuk vibrasi regang O–H, 1055,06 cm-1 untuk
vibrasi regangan C–O, 1708.93 cm-1 vibrasi regangan C=O, 1624.06 cm-1 untuk
vibrasi regangan C=C aromatik, dan 719.45 cm-1 vibrasi tekuk C–H (Gambar 3).
6
Gambar 1 Serapan antosianin kulit manggis
Gambar 2 Struktur sianidin
Gambar 3 Spektrum FTIR antosianin
Polistirena Tersulfonasi
Reaksi sulfonasi merupakan suatu reaksi substitusi elektrofilik yang
bertujuan mensubstitusi atom H pada cincin benzena oleh gugus sulfonat (–SO3H)
melalui ikatan kimia pada atom karbonnya (McMurry 2008). Pereaksi sulfonasi
selain asam sulfat berasap (oleum) dapat juga menggunakan asam sulfat pekat,
7
belerang trioksida, asam klorosulfonat, dan asetil sulfat (Yohan 2007).
Penggunaan oleum relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan pereaksi
sulfonasi lainnya karena pereaksi lebih sedikit dan waktu reaksi lebih cepat
(Hendrana et al. 2007). Proses ini berlangsung heterogen karena dilakukan pada
fase yang berbeda antara larutan polistirena dan gas SO3 dari oleum. Perbedaan
fisik antara polistirena (PS) dan polistirena tersulfonasi (PSS) dapat dilihat dari
warna membrannya. PS tidak berwarna dan PSS berwarna putih. Gugus -SO3H
yang masuk pada cincin benzena dapat mengarah pada posisi orto- dan para-,
tetapi adanya halangan sterik lebih mengarahkan pada posisi para- (Li et al. 2003).
Menurut Solomons dan Craig (2011), mekanisme sulfonasi PS terjadi dalam
empat tahapan reaksi. Tahap pertama kesetimbangan asam sulfat pekat berasap
(H2SO4) membentuk gas sulfur trioksida (SO3), ion hidronium (H3O+), dan ion
bisulfat (HSO4-). Pada penelitian ini, tahap pertama tidak terjadi karena proses
sulfonasi dilakukan dengan penambahan gas SO3 sehingga reaksi yang terjadi
dimulai pada tahap kedua. Tahap kedua berlangsung adisi elektrofilik SO3 ke
cincin benzena secara lambat membentuk ion arenium sulfonat. Tahap ketiga, ion
arenium sulfonat menstabilkan cincin benzena dengan melepas atom H yang akan
diterima oleh ion bisulfat (HSO4-) sehingga terbentuk ion polistirena tersulfonasi.
Tahap keempat ion polistirena tersulfonasi menarik proton dari H3O+ membentuk
asam polistirena tersulfonasi (Gambar 4).
Gambar 4 Reaksi sulfonasi pada polistirena
8
Polistirena dapat dikatakan tersulfonasi dengan adanya derajat sulfonasi
(DS) melalui proses titrasi asam basa. DS merupakan rerata jumlah gugus sulfonat
yang dihasilkan oleh polimer tersulfonasi. Derajat sulfonasi dapat dipengaruhi
oleh gugus sulfonat, semakin tinggi nilai derajat sulfonasinya, semakin banyak
gugus sulfonat yang terbentuk pada PS. Meningkatnya derajat sulfonasi akan
meningkatkan sifat hidrofiliknya sehingga penyerapan air akan semakin banyak
untuk transfer proton. Berdasarkan analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa
membran PS memiliki derajat sulfonasi sebesar 31.41% (Lampiran 2). Hal ini
berarti sekitar 31% dari total rantai polistirena telah tersubstitusi oleh gugus
sulfonat. PSS yang digunakan untuk aplikasi DSSC memiliki DS 30–60% karena
jika melebihi nilai tersebut maka PSS akan menyerap air semakin banyak
sehingga saat diaplikasikan dengan elektrolit tidak akan terbentuk elektrolit
semipadat (Mulijani et al. 2014).
Selain pengukuran DS, PS dapat dikatakan tersulfonasi dibuktikan dengan
mengidentifikasi gugus fungsi sulfonat (-SO3H) pada PSS menggunakan FTIR.
Spektrum PS (--) menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 2925–
2850 cm-1 untuk C-H (sp2), 1601–1452 cm-1 untuk C=C aromatik, 3082–3026 cm1
untuk C-H (sp3), 1943–1772 cm-1 untuk benzena. Adanya gugus sulfonat pada
PSS dibuktikan dengan pita serapan baru pada bilangan gelombang 1200–1125
cm-1 untuk vibrasi regang S=O (Bozkurt 2005). Spektrum membran PSS (--) yang
dihasilkan menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 1274 cm-1
untuk regang S=O asimetrik, 1122.57 cm-1 untuk regang O=S=O simetrik, dan
1028.06 cm-1 untuk vibrasi regang –SO3 simetrik. Daerah serapan untuk senyawa
benzena disubtitusi posisi para- berada pada bilangan gelombang 2000–1667 cm-1
(Pavia et al. 2009) yang mengindikasikan adanya gugus sulfonat pada membran
PSS. Serapan pada bilangan gelombang 1753 cm-1 mengindikasikan gugus
sulfonat tersebut berikatan pada cincin aromatik benzena di posisi para- (Gambar
5).
Gambar 5 Spektrum FTIR membran PS (--) dan PSS (--)
9
Substitusi pada posisi para- tersebut menyebabkan PSS dapat berikatan silang
dengan sesamanya dan membentuk PSS dalam bentuk anhidrat. Hal ini berguna untuk
proses penukaran proton dan membuat membran lebih higroskopis. Semakin banyak
ikatan silang yang terbentuk akan meningkatkan jumlah gugus sulfonat pada
membran Adanya gugus sulfonat menyebabkan polimer bersifat hidrofilik, sehingga
kemampuan menyerap air menjadi lebih besar yang berfungsi sebagai media
perpindahan proton yang dapat meningkatkan nilai konduktivitas proton.
Kinerja DSSC
Prinsip kerja DSSC (Gambar 6) adalah ketika foton dari cahaya matahari
mengenai elektrode kerja pada DSSC, energi foton tersebut diserap oleh pewarna
yang melekat pada permukaan partikel TiO2 sehingga elektron dari pewarna
mendapatkan energi untuk dapat tereksitasi. Elektron yang tereksitasi dari
molekul pewarna tersebut akan diinjeksikan ke pita konduksi TiO2 dan pewarna
akan teroksidasi. Selanjutnya, elektron akan ditransfer melewati rangkaian luar
dan ditangkap oleh polimer membran elektrolit dengan bantuan karbon sebagai
katalis. Membran elektrolit menyediakan elektron pengganti untuk molekul
pewarna teroksidasi sehingga pewarna kembali ke keadaan awal dan terbentuk
siklus transport elektron yang berulang-ulang (Maulina et al.2014).
Adanya transport elektron dalam sistem elektrokimia menimbulkan arus dan
tegangan. Pengukuran arus dan tegangan menggunakan sumber cahaya matahari
intensitas (IG) sebesar 65 W/m2. Pengukuran ini dilakukan dengan memvariasikan
hambatan luar pada rangkaian ekivalen dan bertujuan mengetahui kinerja DSSC
berbahan elektrolit cair, membran elektrolit polistirena, dan membran elektrolit
polistirena tersulfonasi. Arus-tegangan diperoleh dengan menentukan arus
rangkaian pendek (Isc), tegangan rangkaian buka (Voc), arus maksimum (Imax),
tegangan maksimum (Vmax), faktor pengisian (FF), dan efisiensi (ƞ) (Maddu et al.
2007). Hasil perhitungan efisiensi pada DSSC berbahan membran elektrolit
polistirena tersulfonasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Arus rangkaian pendek (Isc) diukur pada saat hambatan luar dibuat bernilai
nol sehingga arus yang mengalir bernilai maksimal sedangkan tegangan rangkaian
buka (Voc) dapat diukur pada saat hambatan luar dibuat bernilai maksimal
sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir dan tegangannya bernilai maksimal.
Arus maksimum (Imax) dan tegangan maksimum (Vmax) DSSC dapat dilihat dari
luasan terbesar pada kurva karakteristik I-V (Agustini et al. 2013).
10
Gambar 6 Prinsip kerja DSSC
Arus keluaran pada ketiga rangkaian DSSC masih sangat rendah baik
rangkaian DSSC berbahan elektrolit cair (Gambar 7a), membran elektrolit
polistirena, maupun polistirena tersulfonasi (Gambar 7b) yaitu dalam
mikroAmpere. Kecilnya arus keluaran yang dihasilkan disebabkan oleh resistansi
lapisan elektrode semikonduktor TiO2 dan polimer membran elektrolit yang
sangat besar sehingga mengakibatkan elektron yang diinjeksi dari pewarna
mengalami hambatan yang sangat besar di dalam lapisan TiO2 sehingga jumlah
elektron yang mengalir ke rangkaian luar menjadi kecil, akibatnya arus yang
dihasilkan kecil (Maddu et al. 2007). Namun, pada DSSC berbahan membran
elektrolit polistirena tersulfonasi arus keluarannya lebih besar dibandingkan yang
lain. Berdasarkan data tersebut, penambahan polistirena tersulfonasi menurunkan
nilai resistansinya.
a
b
Gambar 7 Kurva I-V berbahan elektrolit cair (a), berbahan membran elektrolit
polistirena (--) dan membran elektrolit polistirena tersulfonasi (--) (b)
11
Nilai tegangan rangkaian buka (Voc) untuk rangkaian DSSC berbahan
elektrolit cair, membran elektrolit polistirena, maupun polistirena tersulfonasi
(Tabel 1) belum cukup signifikan untuk prototipe sel surya skala laboratoium jika
dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu seperti Maddu et al. (2007)
memperoleh nilai tegangan keluaran sebesar 500 mV. Hal ini dapat disebabkan
oleh penggunaan TiO2 fase rutile (>35 nm) yang memiliki ukuran struktur lebih
besar dibandingkan TiO2 fase anatase (<11 nm). TiO2 dengan struktur nanopori
akan menaikkan kinerja sistem karena struktur nanopori mempunyai karakteristik
luas permukaan yang tinggi sehingga akan menaikkan jumlah cahaya yang
terabsorbsi (Ekasari dan Gatut 2013). Oleh karena itu, TiO2 fase rutile luas
permukaannya lebih kecil dibandingkan TiO2 fase anatase sehingga menyebabkan
ikatan bersama pewarna semakin kecil, luas permukaan penyerapan foton juga
semakin kecil dan tegangan yang dihasilkan pun semakin kecil.
Kemampuan perangkat sel surya dalam menyerap cahaya matahari diukur
dari nilai faktor pengisian (FF). Semakin tinggi nilai FF suatu sel surya, maka
kemampuan kerja perangkat sel surya tersebut semakin baik, dan akan
memperoleh nilai efisiensi konversi energi yang semakin tinggi (Tabel 1) (Zahrok
dan Prajitno 2015). Penggunaan membran elektrolit dapat mencegah proses
penguapan serta arus dan tegangan yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan
penggunaan elektrolit cair. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4 terjadi
penurunan nilai arus yang signifikan pada penggunaan elektrolit cair. Selain itu,
penambahan gugus sulfonat pada polistirena terbukti dapat meningkatkan
konduktivitas protonnya terlihat dari perolehan efisiensi setelah penambahan
gugus sulfonat lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan gugus sulfonat.
Berdasarkan perolehan nilai efisiensi tersebut dapat disimpulkan polistirena
tersulfonasi dapat menjadi membran elektrolit untuk DSSC
Tabel 1 Data hasil pengujian kinerja DSSC
Karakteristik
Voc (mv)
Isc ( µA)
Vm (mv)
Im ( µA)
Faktor pengisian (%)
Efisiensi (%)
Elektrolit cair
2.30
0.82
1.30
0.60
41.36
8.00 x 10-5
Membran
elektrolit
polistirena
42.20
1.50
30.00
1.20
56.87
3.69 x 10-3
Membran elektrolit
polistirena
tersulfonasi
47.50
2.14
35.20
1.80
62.30
9.75 x 10-3
12
Nilai efisiensi dari rangkaian DSSC berbahan membran elektrolit polistirena
tersulfonasi lebih rendah dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maulina
et al. (2014) menggunakan SSTP berbahan membran elektrolit polietilen glikol
(PEG) dengan efisiensi 5.92 x 10-1%. Hal ini dapat disebabkan pada penelitian ini
proses sulfonasi pada polistirena belum optimum. Selain itu, pendeposisian
lapisan TiO2 pada substrat kaca ITO tidak menggunakan metode spin coating
(meneteskan cairan pelapis yaitu TiO2 pada substrat kaca ITO dan diputar dengan
beberapa variasi kecepatan) yang menghasilkan homogenitas larutan TiO2
terkalsinasi dengan baik pada substrat sehingga mampu menyerap pewarna
dengan maksimal (Hikmah dan Prajitno 2015).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rangkaian dye-sensitized solar cell (DSSC) ekstrak kulit manggis dengan
membran elektrolit polistirena tersulfonasi mampu mengkonversi energi surya
menjadi listrik. Penggunaan elektrolit cair pada rangkaian DSSC menurunkan arus
secara signifikan. Sebaliknya penggunaan membran elektrolit mampu
memberikan kestabilan tegangan dan arus. Pembuatan membran elektrolit
menggunakan polistirena tersulfonasi menghasilkan nilai efisiensi kinerja DSSC
9.75 x 10-3%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan efisiensi kinerja DSSC
menggunakan polistirena.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pembuatan DSSC menggunakan
bahan semikonduktor TiO2 fase anatase dan polistirena tersulfonasi yang telah
mengalami peningkatan proses sulfonasi dengan nilai derajat sulfonasi mendekati
60%. Selain itu, pendeposisian lapisan TiO2 pada substrat kaca ITO sebaiknya
menggunakan metode spin coating.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini S, Risanti DD, Sawitri D. 2013. Pengujian dye sensitized solar cell
(DSSC) berdasarkan fraksi volume TiO2 anatase-rutile dengan Garcinia
Mangostana dan Rhoeo Spathacea sebagai dye fotosensitizer. Jurnal Teknik
Pomits. 2(2):2337-3539.
13
Apriliana SD. 2012. Membran polistirena tersulfonasi untuk aplikasi pada
microbial fuel cell [skripsi]. Bogor (ID): Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bozkurt A. 2005. Anhydrous proton conductive polystyrene sulfonic acid membranes.
Turk J Chem. 29(1):117-123.
BPPOM. 2008. Kemasan Polistirena Foam (Styrofoam). Info POM. 9(5):67-68.
Damayanti R, Hardeli, Sanjaya H. 2014. Preparasi dye sensitized solar cell
(DSSC) menggunakan ekstrak antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas
L). Jurnal Sainstek. 4(2):148-157.
Ekasari V, Gatut Y. 2013. Pengujian DSSC dengan dye ekstrak jahe merah
(Zingiber Officinale Linn Var. Rubrum) variasi larutan TiO2 nanopartikel
berfase anatase dengan teknik pelapisan spin coating. Jurnal Sains dan Seni
Pomits. 2(1):2337-3520.
Gratzel M. 2003. Dye Sensitized Solar Cells. J Photochem and Photobiol C.
4(1):143-145.
Hendrana S, Pujiastuti S, Sudirman, Rahayu I. 2007. Pengaruh suhu dan tekanan
proses pembuatan terhadap konduktivitas ionic membran PEMFC berbasis
polistirena tersulfonasi. J Sains Materi Indonesia. 8(1):187-191.
Hikmah I, Prajitno G. 2015. Pengaruh penggunaan gel-electrolyte pada prototype
dye sensitized solar cell (DSSC) berbasis TiO2 nanopartikel dengan ekstrak
murbei (Morus) sebagai dye sensitizer pada substrat kaca ITO. Jurnal Sains
dan Seni ITS. 4(1):2337-3520.
Jamal E, Widiastri M, Awaliyyah RF, ahyuningjati M, Maryana E. 2007.
Pembuatan membrane fuel cell dari limbah plastic LDPE (low density polyEthylene) [laporan]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Li L, Xu L, Wang Y. 2003. Novel proton conducting composite membranes for
direct methanol fuel cell. Mat Lett. 57(1) :1406-1410.
Maulina A, Hardeli, dan Bahrizal. 2014. Preparasi Dye Sensitized Solar Cell
menggunakan Ekstrak Antosianin Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L). Jurnal Sainstek. 6(2):158-167.
Maddu A, Zuhri M, Irmansyah. 2007. Penggunaan ekstrak antosianin kol merah
sebagai fotosensitizer pada sel surya TiO2 nanokristal tersensitisasi dye.
Makara Teknologi. 2(11):78-84.
Mcmurry J. 2008. Organic Chemistry Edition 7th. Washington (US): Thomson
Learning.
Miettunen K, Janne H, Paula V, Tapio S, Minna T, Peter L. 2009. Dye solar cells
on ITO-PET substrate with TiO2 recombination blocking layers. Journal of
The Electrochemical Society. 156(8):876-883.
Morikawa T, Ryoji A, Takasi O,Koyu A. 2003. Visible-light hotocatalystNitrogendoped Titanium Dioxide. R&D Review of Toyota CRDL. 40 (3):4549.
Mulijani S, Ki Agus D, Armi W. 2014. Sulfonated polystyrene copolymer:
synthesis, characterization and its apllication of membrane for direct
methanol fuel cell (DMFC). International Journal of Material, Mechanics
and Manufacturing. 2(1):36-40.
Nadeak SMR, Susanti D. 2012. Variasi temperatur dan waktu tahan kalsinasi
terhadap unjuk kerja semikonduktor TiO2 sebagai Dye Sensitized Solar Cell
14
(DSSC) dengan dye dari ekstrak buah naga merah. Jurnal Teknik ITS.
1(1):2301-9271.
Nugrahawati D. 2012. Pengujian dye sensitized solar cell (DSSC) menggunakan
mawar merah (Rosa Damascena Mill) sebagai pewarna alami [skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
O` Regan, Gratzel M. 1991. A Low Cost, High Efficiency Solar Cell Based on
Dye-Sensitized Colloida TiO2. Folms Nature. 35(3):737-739.
Pancaningtyas L, Akhlus S. 2010. Peranan Elektrolit pada Performa Sel Surya
Pewarna Tersensitisasi. Surabaya (ID) : ITS Press.
Pavia DL, Gary ML, George SK, James RV. 2009. Introduction to Spectroscopy
Fifth Edition. Washington (US): Cengage Learning.
Septina, Wilman. 2007. Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan
Organik-Inorganik (Dye Sensitized Solar Cell). Laporan Akhir Penelitian
Bidang Energi, Penghargaan PT. Rekayasa Industri. Jakarta (ID): tidak
diterbitkan.
Subodoro R, Sunaryo. 2013. Ekstraksi pewarna bahan antosianin kulit terong
ungu sebagai pewarna alami pada sel surya dye sensitized solar cell (DSSC).
Politeknosains. 11(2):74-83.
Smitha B, S. Sridhar, AA Khan. 2003. Synthesis and characterization of proton
conducting polymer membranes for fuel cells. J. Membr. Sci. 225(1):63-76.
Trogadas P and Ramani V. 2009. Chapter 11: Membrane and MEA development
in polymer electrolyte fuel cells. J Polymer Membranes for Fuel Cells.
14(2):253-279.
Wongcharee K, Meeyoo V, Chavadej S. 2007. Dye-sensitized solar cell using
natural dyes extracted from rosella and blue pea flowers. J Solmat.
91(1):566-571.
Yohan. 2007. Sulfonasi film cPTFE tercangkok stirena untuk membrane
penghantar proton sel bahan bakar. Makara Teknol. 11(1):36-42.
Zahroh F. 2013. Pengaruh Pembebanan pada Prototipe Dye Sensitized Solar Cell
(DSSC) berbasis TiO2 Orde Nano Menggunakan Kulit Manggis sebagai
Dye Sensitizer [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh
November.
Zahrok ZL, Prajitno G. 2015. Ekstrak buah murbei (Morus) sebagai sensitizer
alami dye-sensitized solar cell (DSSC) menggunakan substrat kaca ITO
dengan teknik pelapisan spin coating. Jurnal Sins dan Seni ITS. 1(4).
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Sulfonasi Polistirena
Preparasi Pasta TiO2
Polistirena
Pencirian FTIR
Komposit Polistirena
Tersulfonasi/TiO2
Preparasi Elektrode Kerja
(TiO2 dilapiskan pada ITO)
Preparasi
Larutan Pewarna
Penentuan
Absorbans
Pewarna
Perendaman Pewarna
pada Elektrode Kerja
Preparasi Elektrode
Lawan
Penambahan Membran
Elektrolit
Elektrode Lawan
Pencirian FTIR
Penambahan Membran
Elektrolit
Pengujian SSTP
16
Lampiran 2 Penentuan derajat sulfonasi
Volume HCl
Bobot
Sampel membran
Blangko
Sampel
(g)
(mL)
(mL)
10.00
9.55
1
0.1133
10.00
9.60
2
0.1009
10.00
9.55
3
0.1037
Contoh perhitungan (sampel 1):
Vawal = VHCl blangko = 10.00 mL
Vakhir = VHCl sampel = 9.55 mL
NHCl = 0.9588 N
BE SO3= 80.06 g/ek
DS =
=
(
)
(
Derajat
sulfonasi
(%)
30.49
30.43
33.31
x 100%
)
x 100%
DS = 30.49 %
Lampiran 3 Perhitungan pengujian kinerja DSSC berbahan membran elektrolit
polistirena tersulfonasi
Faktor pengisian (FF) =
x 100 % = 62.33 %
Luas permukaan (A) = p x l = 0.005 m x 0.002 m = 1.0 x 10-5 m2
Efisiensi (Ƞ) =
= 9.7475 x 10-3 %
17
Lampiran 4 Hasil pengukuran tegangan dan arus DSSC
Sampel
Elektrolit
cair
Membran
elektrolit
polistirena
Membran
elektrolit
polistirena
tersulfonasi
Tegangan (mv)
0.1
0.5
1.3
1.8
2.3
0.1
8.2
18
23.5
30
34.7
37
42.2
0.1
7.2
13.9
24.8
35.2
40.6
45.3
47.5
Arus (µA)
0.82
0.7
0.6
0.4
0.1
1.5
1.48
1.42
1.35
1.2
0.84
0.6
0.1
2.14
2.12
2.1
2
1.8
1.3
0.6
0.1
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkalan Berandan pada tanggal 1 Oktober 1993 dari
ayah Pri Budi Mas dan ibu Reno Verina. Penulis adalah putri pertama dari tiga
bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cirebon tahun 2011. Pada tahun
2012 penulis masuk Prog Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia
TPB pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016, asisten praktikum Sensor
Kimia pada tahun ajaran 2014/2015, asisten prakikum Kimia Dasar II TPB pada
ajaran tahun 2015/2016, dan asisten praktikum Kimia Fisik pada tahun ajaran
2015/2016. Bulan Juli-Agustus 2015 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di
Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang
dengan judul Kinerja Scale Inhibitor dalam Mengatasi Pembentukan Kerak. Pada
tahun kedua penulis aktif sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) .
Download