BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Produksi dan Manufaktur Secara Umum
Industri didefinisikan sebagai suatu lokasi/tempat dimana aktifitas produksi
akan diselenggarakan. Aktifitas produksi bisa dinyatakan sebagai sekumpulan
aktifitas yang diperlukan untuk mengubah sekumpulan masukan ( sumberdaya
manusia, material, energi, informasi dan lainnya ) menjadi produk keluarann yang
memiliki nilai tambah ( Wignjosoebroto, S. 2006).
Industri merupakan sebuah sistem. Salah satu dari subsistem dari sistem
industry adalah sistem operasi. Subsistem dari sistem operasi antara lain
perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, perawaan fasilitas
produksi, penentuan standar operasi, penentuan fasilitas produksi dan penentuan
harga pokok produksi. Inti dari sistem operasi adalah memproduksi suatu barang
yang memiliki nilai guna. Aktifitas produksi dapat digambarkan dalam sebuah
sistem Input – Proses – Output (IPO). Input produksi dapat berupa bahan baku,
mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan Output produksi merupakan
produk yang dihasilkan berikut hasil sampingnya, seperti limbah, informasi dan
sebagainya.
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Material
Produk akhir
Manusia
Jasa / service
Mesin & alat
Limbah
Energi
Informasi
Modal
Informasi
Gambar 2.1 Input Proses Output
2.2 Manajemen Proyek
Ilmu manajemen proyek termasuk disiplin ilmu manajemen, yaitu
pengetahuan untuk mengelola suatu kegiatan. Dalam hal ini kegiatan tersebut
bersifat spesifik yaitu berbentuk proyek, atau lebih luas lagi mengelola dinamika
perubahan.
Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja,
waktu, biaya dan mutu. Pengelolaan secara benar mengenai aspek – aspek tersebut
merupakan kunci keberhasilan suatu proyek. Selain sebagai fungsi dasar dalam
pengelolaan waktu, biaya, dan mutu, manajemen proyek merupakan sasaran yang
harus dicapai. Dengan demikian jadwal, biaya, dan mutu memiliki kedudukan
ganda, yaitu sebagai sasaran dan juga sebagai fungsi dasar pengelolaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2.3 Pengelolaan Aspek Proyek
Aspek lingkup proyek adalah jumlah kegiatan yang harus dilakukan untuk
menghasilkan produk yang diinginkan dari proyek tersebut. Misalnya produk
proyek konstruksi engineering dapat berupa instalasi gedung, sedangkan proyek
engineering manufaktur menghasilkan kendaraan bermotor tipe baru. Dalam hal
ini yang perlu diperhatikan adalah batasan lingkup aspek proyek yang memuat
kualitas, kuantitas, spesifikasi dan kriteria memegang peranan penting. Mengingat
pentingnya aspek lingkup tersebut, namun kenyataanya cukup sulit untuk
merumuskan secara detail setiap komponen, namun disini CPM dan PERT
diharapkapkan dapat meminimalisir penyimpangan dari detail komponen yang
tidak dapat dijelaskan secara mendetail tersebut.
2.3.1 Pengelolaan Waktu / Jadwal
Waktu dan jadwal merupakan salah satu sasaran utama manajemen proyek.
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, sehingga
penyerahan proyek kepada pemilik proyek tidak mundur. Keterlambatan akan
mengakibatkan berbagai kerugian, misalnya penambahan biaya, kehilangan
kepercayaan dari pelanggan, dan lain-lain. Pengelolaan waktu meliputi
perencanaan, penyusunan, dan pengendalian jadwal. Sedangkan tahapan
penyusunan manajemen waktu proyek adalah :
•
Definisi aktifitas : identifikasi aktifitas yang spesifik yang harus
dilakukan untuk menuju pencapaian hasil proyek.
•
Sekuensial Aktifitas : identifikasi dan dokumentasi antar aktifitas
secara berurutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
•
Estimasi durasi aktifitas : estimasi jumlah periode pekerjaan yang akan
dibutuhkan.
•
Pengembangan jadwal : analisis urutan aktifitas, durasi aktifitas, dan
persyaratan sumber daya untuk membuat jadwal proyek.
Kontrol jadwal : pengendalian perubahan jadwal proyek.
2.3.2
Pengelolaan Biaya
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan antara dana dan
kegiatan proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu jadwal kerja dan alokasi biaya
yang jelas dan sesuai kebutuhan. Selain kedua faktor tersebut, fungsi pengawasan
juga sangat diperlukan.
2.3.3
Pengelolaan Kualitas / Mutu
Mutu dalam kaitannya dengan proyek, dapat diartikan sebagai memenuhi
syarat untuk dapat berfungsi dengan baik seperti yang telah ditentukan atau fit for
intended use. Agar suatu produk atau jasa hasil proyek memenuhi syarat
penggunaan, diperlukan adanya suatu proses yang panjang mulai dari mengkaji
apa saja syarat – syarat penggunaan yang dikehendaki oleh pemilik proyek atau
pemesan produk, menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan
spesifikasi, serta bila perlu menuangkannya dalam gambar – gambar produksi.
Juga termasuk menganalisis sumber daya serta jadwal, sampai kepada
merencanakan dan mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi atau
produksi. Semua kegiatan diatas adalah bagian dari pengelolaan kualitas atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
mutu yang di lingkungan proyek dilakukan dengan menyusun program
penjaminan dan pengendalian mutu atau Quality Assurance / QA dan Quality
Control / QC.
Dari ketiga aspek diatas saling bersifat tarik menarik. Artinya jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka pada
umumnya diikuti dengan kenaikan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya
biaya. Sebaliknya nila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi
dengan mutu atau jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan suatu proyek
dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dicapai.
2.4 Penyusunan Urutan Kegiatan dan Jadwal
Di dalam tahap ini diulas mengenai waktu. Berapa lama suatu aktifitas
dapat diselesaikan, kapan aktifitas tersebut dijadwalkan untuk dimulai atau
berakhir sehingga dapat dihitung waktu-waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
yang sifatnya kritis dan mengkalkulasikantotal waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian suatu proyek.
Untuk mencapai hal tersebut, manajemen proyek perlu didukung oleh suatu
metode perencanaan yang dapat menyusun secara cermat urutan pelaksanaan
kegiatan ataupun penggunaan sumber daya bagi kegiatan-kegiatan tersebut, agar
proyek dapat diselesaikan secepatnya dengan penggunaan sumber daya sehemat
mungkin.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah schedulling yang merupakan
penentuan perkiraan waktu yang diberikan untuk masing-masing aktifitas dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
koneksinya dimana dituangkan dalam bentuk network diagram. Setelah itu
perhitungan waktu keseluruhan dapat dibuat. Perkiraan waktu yang dibuat ini
dapat mengalami penyesuaian apabila diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan
obyektif manajemen. Perkiraan waktu ini dapat dimodifikasi setelah proyek
berjalan.
Kadang-kadang
hal
tersebut
harus
dilakukan
apabila
terjadi
keterlambatan di dalam pekerjaan yang akan menyebabkan penyelesaian dengan
waktu yang lebih lama.
Untuk menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan
akan dipermudah dengan mencoba menjawab pertanyaan berikut:
1.
Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu.
2.
Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjakan.
3.
Adakah kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan sejajar.
4.
Perlukah mulainya kegiatan tertentu menunggu yang lain.
2.4.1 Teknik Manajemen Proyek ( CPM dan PERT )
Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang akhir dekade 50-an, oleh
suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerja sama
dengan Rand Corporation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol
manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan
sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks
dalam masalah desain, engineering, konstruksi dan perawatan. Usaha – usaha
ditekankan untuk mencari metode yang dapat menekan biaya, dalam
hubungannya kurun waktu penyelesaian. Sistem tersebut kemudian dikenal
sebagai metode jalur kritis, atau Critical Path Metode – CPM.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Pada waktu yang hampir bersamaan secara terpisah dinas Angkatan Laut
Amerika Serikat mengembangkan pula sistem kontrol manajemen dalam rangka
mengelola proyek pembuatan peluru kendali Polaris. Proyek ini melibatkan
ribuan konsultan desain engineering, subkontraktor, supplier dan jawatan –
jawatan pemerintah dan sosial. Sistem kontrol tersebut dinamai Project Evaluasi
and Review Technique - PERT, telah berhasil sebagai saran koordinasi dan
mempercepat penyelesaian jadwal proyek lebih dari dua tahun.
Meskipun kedua sistem diatas dikembangkan secara terpisah oleh pelaku –
pelaku yang berlainan, namun hasilnya memiliki banyak kesamaan. Keduanya
menggunakan teknik penyajian secara grafis dengan memakai diagram anak
panah lingkaran serta kaidah – kaidah dasar logika ketergantungan dalam
menyusun urutan kegiatan.
Perbedaan yang substansial terletak dalam memperkirakan kurun waktu
kegiatan. PERT memakai tiga angka estimasi bagi setiap kegiatan, yaitu
optimistik, pesimistik, dan paling mungkin. Dengan memberikan rentang waktu
ini, metode PERT bermaksud menampung adanya unsur – unsur yang belum
pasti, kemudian menganalisis kemungkinan – kemungkinan sejauh mana proyek
menyimpang atau memenuhi saran jadwal penyelesaian. Oleh karena itu PERT
banyak digunakan dalam penelitian dan pengembangan yang sering kali unsur
waktu dari masing – masing kegiatan yang belum menentu. Sebaliknya, CPM
menggunakan satu angka estimasi dan dalam paraktek lebih banyak digunakan
oleh kalangan industri atau proyek – proyek engineeirng konstruksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Proses menyusun jaringan kerja oleh bebrapa literature sering diasosiasikan
dengan metodologi manajemen proyek, terutama dalam aspek perencanaan dan
pengendalian. Pendapat ini disebabkan karena luasnya jangkauan dalam proses
menyusun jaringan kerja, yaitu dari mengkaji dan mengidentifikasi kegiatan –
kegiatan lingkup proyek, menguraikan menjadi komponen – komponen sampai
kepada menyusun kembali menjadi urutan yang didasarkan atas logika
ketergantungan, sehingga dibutuhkan pemahaman keseluruhan mengenai proyek
yang sedang dihadapi.
Demikian pula halnya dengan penyediaan sumber daya untuk melaksanakan
setiap kegiatan serta prioritas mengalokasikannya. Proses penyusunan jaringan
kerja ini seringkali perlu dilakukan berulang – ulang sebelum sampai pada suatu
perencanaan dan jadwal yang dianggap paling realistis, proses tersebut
menggunakan pendekatan sistematis dan pemikiran yang analitis, sehingga
mendapatkan gambaran persoalan tentang mengelola proyek dan seringkali
membuahkan keputusan yang realitis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan
benar akan memberikan gambaran dari suatu proyek yang pada nantinya akan
menjadi saran komunikasi yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dalam
penyelenggaraan proyek. Di sinilah letak hasil tak langsung namun penting dari
penggunaan jaringan kerja sebagai metodologi manajemen proyek.
Sistematika lengkap dari proses menyusun jaringan kerja adalah sebagi
berikut:
•
Langkah Pertama, mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek,
menguraikan dan memecahkannya menjadi kegiatan atau kelompok
kegiatan yang merupakan komponen proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
•
Langkah kedua, menyusun kembali komponen – komponen tersebut
pada butir satu, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan
logika ketergantungan. Urutan ini dapat berupa seri dan atau paralel.
•
Langkah ketiga, memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing –
masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek,
seperti tersebut pada langkah pertama. Terdapat perbedaan pokok dalam
memperkirakan kurun waktu kegiatan antara CPM dengan PERT. CPM
menggunakan angka perkiraan tunggal atau deterministik sedangkan
PERT menggunakan tiga angka perkiraan atau probabilistik.
•
Langkah keempat, mengidentifikasikan jalur kritis (Critical Path) dan
float pada jaringan kerja. Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari
rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek yang apabila terlambat dapat
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang
berada pada jalur ini dinamakan kegiatan kritis. Sedangkan float adalah
“tenggang waktu” suatu kegiatan yang nonkritis dari proyek.
•
Langkah kelima, bila semua langkah – langkah diatas telah diselesaikan,
dilanjutkan dengan usaha – usaha meningkatkan daya guna dan hasil
guna pemakaian sumber daya yang meliputi kegiatan , menentukan
jadwal yang paling ekonomis, dan meminimalkan fluktuasi pemakaian
sumber daya.
Kedua metode ini kita kenal dengan istilah network analysis atau teori
jaringan kerja. Pada dasarnya kedua metode analisis ini adalah sama.
Perbedaannya terletak pada perkiraan waktu, CPM memperkirakan waktu dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
cara pasti (deteministic) sementara, Program Evaluation and Review Technique
(PERT) dengan cara kemungkinan probabilitas.
Critical Path Methode (CPM) dan Program Evaluation and Review
Technique (PERT) sangatlah memiliki peranan penting, karena kedua metode
tersebut bisa menjawab segala pertanyaan yang akan timbul dari suatu proyek.
Adapun pertanyaan – pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1.
Kapan keseluruhan proyek akan dapat diselesaikan?
2.
Apakah aktivitas kritis atau tugas – tugas dalam proyek akan menunda
keseluruhan proyek?
3.
Apakah aktivitas non kritis bisa berjalan terlambat tanpa menunda
penyelesaian keseluruhan proyek?
4.
Probabilitas apa yang akan membuat proyek itu diselesaikan pada
tanggal tertentu.
5.
Pada tanggal tertentu, apakah proyek sesuai jadwal, dibelakang jadwal
atau didepan jadwal.
6.
Pada suatu tanggal yang telah ditentukan, apakah jumlah uang yang
akan dibelanjakan itu sama, kurang dari, atau lebih besar dari jumlah
yang telah ditentukan.
7.
Apakah ada sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan proyek
tepat waktunya?
8.
Jika proyek harus diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih singkat,
cara apa yang paling untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan
biaya sekecil mungkin?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.4.2 Simbol Dalam CPM
Untuk mempermudah pemahaman penyusunan jaringan kerja dengan
metode CPM perlu diketahui simbol simbol yang digunakan untuk menentukan
jalur kritis:
Tabel 2.1 Simbol Dalam Penyusunan Jadwal CPM
Anak panah (arrow), menyatakan sebuah
kegiatan atau aktivitas. Diatas anak panah
ditulis simbol kegiatan, sedangkan dibawah
anak panah ditulis waktu kegiatan.
Lingkaran kecil (nodle), menyatakan sebuah
kejadian atau peristiwa. Dalam diagram
jaringan kerja dimungkinkan terjadi lebih dari
satu peristiwa, tetapi diantara dua peristiwa
hanya boleh terjadi satu kegiatan.
Anak panah garis putus – putus menyatakn
kegiatan semu. Dalam kegiatan jaringan kerja,
kegaitan semu boleh ada boleh tidak ada.
Kegiatan ini dimunculkan untuk menghindari
diantara dua peristiwa terdapat dua peristiwa.
2.4.3 Logika Ketergantungan Kegiatan Diagram Anak Panah
Diagram anak panah menggambarkan keterkaitan antara kegiatan atau
aktivitas proyek. Suatu anak panah biasanya dipergunakan untuk mewakili suatu
kegiatan dengan ujungnya menunjukan arah kemajuan proyek. Hubungan suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
kegiatan dengan kegiatan yang terjadi sebelumnya ditunjukan oleh adanya
kegiatan.
Yang dimaksud dengan kejadian adalah saat menggambarkan permulaan
atau pengakhiran sutau kegiatan, sedangkan kegiatan merupakan elemen
pekerjaan yang memerlukan waktu.
Logika ketergantungan kegiatan dinyatak sebagai berikut:
1. Jika kegiatan A harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum kegiatan B
dapat dimulai, maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Jaringan Kerja AON
2. Jika kegiatan A, B, dan C harus selesai sebelum kegiatan D dapat
dimulai, maka :
Gambar 2.2 Jaringan Kerja Bercabang
2.4.4 Kegiatan Semu ( Dummy Activities )
Untuk menusun suatu kegiatan yang bisa memenuhi ketentuan - ketentuan
diatas maka kadang – kadang muncul kegiatan semu (dummy activities). Kegiatan
semu adalah bukan dianggap sebagai kegiatan, hanya saja tanpa memerlukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
waktu, biaya dan fasilitas. Adapun keguanaan dari kegiatan semu antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk menghindari terjadinya dua buah kejadian yang dihubingkan
oleh lebih dari satu kegiatan ( sejajar). Seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.3 Jaringan Kegiatan Dummy
Karena gambar diatas berarti bahwa kegiatan itu adalah kegiatan A
atau B atau C. Untuk membedakan ketiga kegiatan itu maka harus
digunakan dummy sebgai berikut:
atau
Gambar 2.4 Contoh Jaringan Kegiatan Dummy
Kegiatan: A = (2, 4)
A = (4, 6)
B = (2, 6)
B = (2, 6)
C = (2, 4)
C = (2, 6)
2. Untuk menunjukan urutan-urutan kegiatan yang tepat. Seperti pada
gambar berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Gambar 2.5 Contoh Jaringan Kegiatan Salah
Gambar diatas menunjukan urutan yang salah, sebab seolah – olah
kegiatan D harus didahului kegiatan A dan kegiatan C harus
didahului oleh kegiatan B, padahal tidak demikian. Untuk
menghindari kesalahan ini dapat digunakan kegiatan semu.
Gambar 2.6 Jaringan Kegiatan Dengan Tambahan Dummy
3. Untuk memenuhi ketentuan, dimana suatu network harus dimulai
oleh satu kejadian dan diakhiri oleh suatu kejadian, kadang-kadang
harus ditambahkan satu kejadian semu pada awal suatu network,
satu kejadian semu pada akhir network, dan kejadian-kejadian
didalam network, apabila network dimulai atau diakhiri oleh
beberapa kejadian. Seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.7 Jaringan Kegiatan Diakhiri dan Diawali Kejadian
2.4.5 Penentuan Waktu
Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya
adalah mengestimasi waktu yang diperlukan masing – masing aktivitas, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
menganalisa seluruh diagram network untuk menetukan waktu terjadinya masing
–masing kegiatan.
Dalam mengestimasi dan menganalisa waktu ini, akan didapatkan satu atau
beberapa lintasan tertentu dari kegiatan – kegiatan pada network tersebut yang
menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut
lintasan kritis (Critical Path). disamping lintasan kritis ini terdapat lintasan –
lintasan lain yang mempunyai jangka wwaktu yang lebih pendek daripada
lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini tidak
mempunyai waktu untuk bisa terhambat, yang dinamakan float. Float
memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network,
dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek. Float ini terbagi
atas dua jenis, yaitu total float dan free float.
Untuk memudahkan perhitungan penentuan waktu ini digunakan notasi –
notasi sebagai berikut :
TE
: Saat tercepat terjadinya kejadian (earliest event occurance time)
TL
: Saat paling lambat terjadinya kejadian (lates event occurance time)
ES
: Saat tercepat dimulainya aktivitas (activity start time)
EF
: Saat paling lambat diselesaikannya aktivitas (earliest activity start time)
LS
: Saat paling lambat dimulainya aktivitas (latest activity start time)
LF
: Saat paling lambat diselesaikannya aktivitas (latest activities finish time)
T
: Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas (activity duration time)
S
: Total slack / total float
SF
: Free slack / free float
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah
dasar yaitu:
a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan terminal event.
b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke nol
c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TE = TL
Adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri dari dua cara yaitu
perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (back
computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak dari initial event
menuju terminal event. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan
mundur diperlukan lingkaran event yang terbagi atas tiga bagian yaitu:
a
b
Gambar 2.8 Lingkaran Event
a. = ruang untuk nomor kejadian
b. = ruang untuk menujukan saat paling cepat terjadinya kejadian TE, yang
juga merupakan hasil perhitungan maju.
c. = ruang untuk menunjukan saat paling lambat terjadinya kejadian (TL),
yang juga merupakan hasil perhitungan mundur.
Untuk metode perhitungan maju ada tiga langkah yang perlu dilakukan
yaitu:
a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke no sehingga
untuk initial event berlaku TE = 0 ( asumsi ini tidak benar untuk proyek
yang berhubungan dengan proyek – proyek lain )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Kalau initial event terjadi pada hari ke nol, maka :
Gambar 2.9 Lingkaran Dua Event
ES (ij) = TE (j) = 0
ES (ij) = ES (I,j) + t(ij) = TE ( j) + t (ij)
b. Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge even)
Gambar 2.10 Lingkaran Event yang Menggabungkan Aktivitas
Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas – aktivitas yang
mendahuluinya yang telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya sebuah
event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitas
– aktivitas yang berakhir pada event tersebut.
TE (j) = max (EF ( i1j), EF ( i2j), …. EF (inj)
Seperti halnya pada perhitungan maju pada perhtungan mundur juga
terdapat tiga langkah yaitu:
a. Pada terminal event berlaku T: = TE
Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat
paling lambat untuk menyelasaikan aktivitas itu dikurang dengan durasi
aktivitas tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Gambar 2.11 Lingkaran Dua Event
LS
= LE – t
LF (ij) = TL, dimana TL = TE
LS (ij) = TL ( i ) – t ( ij )
b. Event yang mengeluarkan beberapa aktivitas (burst event)
Gambar 2.12 Lingkaran Burst Event
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya
telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat tejadinya sebuah event sama
dengan nilai terkecil dari saat – saat paling lambat untuk memulai aktivitas –
aktivitas yang berpangkal pada event tersebut.
TL (j)
= min ( L –S ( ij ), LS (i2j), …, LS (inj)
Setelah perhitungan maju dan perhitungan mundur selesai dilakuakn
kelonggaran waktu dari aktivitas ( ij) yang terjadi dari float (S) dan free float
(SF). Total float adalah jumlah waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas
dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Total float dapat dihitung dengan cara mencari selisih antar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
saat paling cepat dimulai aktivitas ( LS – FS ) atau mencari selisih antara saat
paling lambat diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat diselesaikannya
aktivitas ( LS – EF )
Jika akan menggunakan persamaan S = LS – FS, maka total float aktivitas
(ij) adalah:
S ( ij ) = LS ( ij ) – ES ( ij )
Dari perhitungan mundur kita tahu bahwa LS ( ij ) TL ( ij ) – t ( ij ).
Sedangkan dari perhitungan maju ES ( ij ) = TE ( ij ) maka:
S (ij ) = TL ( ij ) – t ( ij ) – TE ( ij)
Jika akan menggunakan persamaan S =LF – EF , amak total float aktivitas
(ij) adalah:
S (ij) = LF (ij) – EF(ij)
Dari perhitungan maju kita tahu bahwa EF (ij ) = TE (j) + t(ij)
Sedangkan dari perhitungan mundur LF ( ij ) = TL (j ) maka :
S (ij) = TL(j) – TE(j) – t (ij)
Dan yang dimaksud dengan free float adalah jumlah waktu dimana
penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat
dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling tercepat terjadinya event lain
pada network.
Free float aktivitas (ij) dihitung dengan cara mencari selisih antara saat
tercepat terjadinya event diujung aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya
aktivitas (ij) tersebut.
SF (ij ) – TE (j) – F (ij)
Dari perhitungan maju didapat EF (ij) = TE (j ) + t(ij), maka :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
SF (ij) = TL (j) – TE (j) –t (ij )
2.4.6 Metode Jalur Kritis ( CPM )
Suatu lintasan adalah rangkaian dari sejumlah kegiatan yang dimulai dari
kejadian awal dan berhenti pada kejadian akhir. Berdasarkan ketentuan ini maka
definisi jalur kritis dapatlah ditetapkan sebagai berikut:
a. Jalur kritis dimana tiap kejadian pada jalur tersebut mempunyai waktu
kejadian paling lambat, maka jalur tersebut jalur kritis.
b. Jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jalur kritis sama
dengan jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek.
c. Semua kegiatan yang terletak di jalur kritis disebut kegiatan kritis.
Ketentuan – ketentuan lainya adalah:
a. Jalur kritis dapat juga melalui kegiatan dummy atau kegiatan semu
b. Jalur kritis dapat terdiri dari beberapa waktu
c. Waktu penyelesaiaan suatu kegiatan kritis tidak boleh melebihi waktu
yang sudah ditentukan, karena keterlambatan dapat memperpanjang
waktu penyelesaian seluruh proyek.
Metode jalur kritis menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network
dengan komponen aktivitas – aktivitas. Agar metode ini dapat diterapkan maka
suatu proyek harus memiliki ciri sebagai berikut :
• Kegiatan suatu proyek harus ada waktu mulai dan waktu akhir
• Kegiatan dapat dimulai atau diakhiri dan dilaksanakan secara terpisah
dalam suatu rangkaian tertentu.
• Kegiatan dapt diatur menurut rangkaian tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Jalur kritis digunakan untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan
sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang sangat tinggi
(kegiatan kritis). Dan jika kegiatan kritis ini mengalami keterlambatan maka akan
memperlambat penyelesaian proyek
secarakeseluruhan, oleh karena itu
mempercepat waktu penyelesaian kegiatan kritis akan mempercepat penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
2.4.7 Metode Program Evaluation and Review Technique ( PERT )
Kegiatan adalah variable random atau disebut dengan evaluation and
review technique (PERT). Waktu setiap kegiatan dihitung atas tiga dasar
perkiraan, yaitu:
a = waktu optimis
waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika
semua hal berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat disebut waktu
minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik.
b = waktu pesimis
waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi
kondisi yang ada sangat tidak diharapkan. Atau juga dapat disebut waktu
maksimal yang diperlukan suatu kegiatan.
m = waktu realistis
waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan yang paling realistis. Atau juga dapat disebut waktu normal
untuk menyelesaikan kegiatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Perkiraan lama waktu kegiatan atau sama dengan istilah rata- rata dalam
bahasa sehari – hari
dalam bahasa matematika dapat dihitung dengan cara:
Mean =
Dalam persamaan tersebut, setiap a dan b mempunyai bobot satu dan waktu
normal memiliki bobot 4. Oleh karena itu total bobot adalah 6 ( 1 + 1 + 4 ) dan
dibagi 6 sebagai rata – rata bobot. Sedangkan b – a sama dengan 6 standar
deviasi. Berarti satu standar deviasi sama dengan b – a dibagi 6 atau:
1 standar deviasi = a (b-a / b)
Tujuan dari metode ini adalah:
1. Untuk menentukan probabilitas tercapainya batas waktu.
2. Untuk menetapkan kegiatan diman dari suatu proyek yang merupakan
bottleneck menentukan waktu penyelesaian seluruh proyek sehingga
dapat diketahui pada kegiatan mana kita harus bekerja keras agar jadwal
dapat terpenuhi.
3. Untuk mengevaluasi akibat dari perubahan – perubahan program –
program and review technique juga dapat mengevaluasi akibat dari
terjadinya penyimpangan pada jadwal proyek.
2.4.8 Pembuatan Peta Waktu
Sebagai langkah terakhir dari perhitungan network ini adalah membuat peta
waktu yang merupakan jadwal pelaksanaan proyek. Peta ini harus dibuat dengan
memperhatikan batasa – batasn dari sumber yang digunakan, karena tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
mungkin beberapa aktivitas dapat diselesaikan sekaligus mengigat terbatasnya
tenaga kerja dan peralatan.
Dalam masalah ini kita menggunakan chart bar. Chart bar adalah
sekumpulan diagram balok yang disusun dengan maksud mengidentifikasikan
unsur waktu dari urutan dalam perencanaan suatu proyek. Bial ditelusuri lebih
baik kebelakang bagan balok ini ternyata sudah dipakai sejak lama. Bagan balok
ini ditemukan oleh H.L Gantt.Oelh sebab itu namanya dijadikan istilah untuk
bagan balok dengan sebutan Gantt Chart.
2.4.9 Proses Trade – Off Biaya – Waktu dan Project Crashing
Ketika mengelola suatu proyek adalah lazim bagi seorang pelaku proyek
jika menghadapi salah satu (atau kedua) situasi berikut:
1. Proyek mundur dari jadwal, dan
2. Waktu penyelesaian proyek yang sydah dijadwalkan dimajukan.
Pada situasi apapun, beberapa atau semua aktivitas yang ada harus
dipercepat untuk menyelesaikan proyek dalam batas waktu yang diinginkan.
Proses dimana memperpendek jangka waktu proyek dengan biaya terendah biasa
dikenal dengan Crashing Project.
Pengertian Crashing Project menurut buku Manajemen Operasi, Edisi 9
Buku 1 (Jay Heizer dan Barry Render, 2009) adalah proses memperpendek waktu
aktivitas di jaringan untuk mengurangi waktu di jalur kritis sehingga waktu
penyelesaian total berkurang.
CPM merupakan teknik dimana setiap aktivitas mempunyai waktu normal
atau waktu standar yang kita gunakan dalam perhitungan. Hal yang berkaitan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dengan waktu normal adalah biaya normal aktivitas. Namun, waktu yang lain
dalam manajemen proyek adalah waktu crash yang ditetapkan sebagai jangka
waktu terpendek yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas. Hal
yang berkaitan dengan crash adalah biaya crash dari aktivitas. Biasanya dapat
mempersingkat sebuah aktivitas dengan menambah sumber daya lebih (contoh:
peralatan, karyawan) pada aktivitas tersebut. Jadi, sangatlah logis jika biaya crash
sebuah aktivitas lebih mahal dari biaya normal.
Banyaknya sebuah aktivitas dapat dipersingkat (perbedaan waktu normal
dan waktu crash) bergantung pada aktivitas dalam pertanyaan. Kita mungkin
tidak dapat mempersingkat beberapa aktivitas sama sekali. Sebagai contoh, jika
sebuah bahan perlu dipanaskan dalam tungku pembakaran 48 jam, penambahan
sumber daya lain tidak akan membantu mempersingkat waktunya. Sebaliknya,
kita mungkin dapat mempersingkat beberapa aktivitas secara drastis (contoh:
membuat kerangka rumah dalam 3 hari dibandingkan 10 hari dengan
menggunakan pekerja tiga kali lebih banyak).
Biaya crashing sebuah aktivitas juga bergantung pada sifat aktivitas
tersebut. Para pelaku proyek biasanya lebih suka mempercepat sebuah proyek
dengan biaya tambahan yang paling sedikit. Jadi, ketika akan memilih aktivitas
yang akan dipersingkat dan menentukan banyaknya, kita harus memastikan hal
berikut:
1. Jumlah yang diperbolehkan pada sebuah aktivitas untuk dipersingkat.
2. Secara bersamaan, jangka waktu aktivitas yang dipersingkat membuat
kita dapat menyelesaikan proyek pada batas waktunya.
3. Biaya total crashing sekecil mungkin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Crashing proyek melibatkan empat langkah berikut:
Langkah 1: Hitung biaya crashing per minggu (atau satuan waktu lain)
untuk setiap aktivitas dalam jaringan. Jik abiaya crash bersifat linear menurut
waktu, maka rumus berikut dapat digunakan.
Biaya crash per periode =
(biaya crash − biaya normal)
(waktu normal − waktu crash)
Langkah 2: Dengan menggunakan waktu aktivitas sekarang, temukan jalur
kritis pada jaringan proyek. Kenali aktivitas kritisnya.
Langkah 3: Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah aktivitas pada jalur
kritis yang (a) masih dapat dipersingkat dan (b) mempunyai biaya crash terkecil
per periode. Aktivitas crash ini satu periode.
Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih salah satu aktivitas dari setiap
jalur kritis sedemikian hingga (a) setiap aktivitas yang dipilih masih dapar
dipersingkat dan (b) biaya crash per periode dari semua aktivitas yang dipilih
merupakan biaya terkecil. Crash setiap aktivitas sebanyak satu periode.
Perhatikan bahwa setiap aktivitas yang sama mungkin terjadi pada lebih dari satu
jalur kritis.
Langkah 4: Perbarui semua waktu aktivitas jika batas waktu yang
diinginkan telah tercapai berhenti. Jika tidak, ulangi langkah 1 dan 2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download