BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2006:8) Menurut Seiler, komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti. (Mulyana, 2006:11) Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara pengirim dan penerima pesan guna mengubah tingkah laku. Perubahan tingkah laku maksudnya dalam pengertian yang luas yaitu perubahan yang terjadi didalam diri individu. 2.1.2 Model Komunikasi Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Penyajian model dalam bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi. (Muhammad, 2007:113) Wilbur Schramm menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi. Akhirnya menyempurnakan model Schramm menjadi model dua arah. Balikan adalah penting dalam proses komunikasi karena akan menceritakan kepada kita bagaimana pesan yang dikirimkan diinterpretasikan oleh yang menerima pesan. 6 7 Berikut gambar model komunikasi Schraumn yang berbentuk sirkuler : (Muhammad, 2007:113) Pesan Penyandian Penerimaan Sandi Interpreter Interpreter Penerimaan Sandi Penyandian Pesan Gambar 2.1 Model Komunikasi Sumber : Schramm dalam Arni Muhammad (2007:113) 2.1.3 Public Relations Public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Cutlip, 2007:6) Menurut Effendy dalam Public relations adalah kegiatan dan teknik yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. (Iriantara, 2003:2) Seorang professional Public relations, Dr. Carter Mcnamara membuat definisi yang lebih menunjuk pada tujuan aktivitas public relations. McNamara mendefinisikan Public relations sebagai aktivitas berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra atau image yang kuat dimata pubik. (Iriantara, 2003:44) 8 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Public relations adalah suatu aktivitas berkelanjutan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan pihak – pihak yang menjadi publiknya. Publiknya baik dari pihak internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Kualitas Pelayanan 2.2.1.1 Definisi Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan adalah kegiatan utama atau pelengkap yang tidak secara langsung terlibat dalam proses pembuatan produk, tetapi lebih menekankan pada pelayanan transaksi antara pembeli dan penjual. (Yamit, 2004:22) Kualitas pelayanan adalah faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan dimana kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada konsumen dan sebagai strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. (Lupiyoadi, 2008:181) Berbagai definsi telah diuraikan diatas bisa ditarik kesimpulan pengertian dari kualitas pelayanan yaitu segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen demi memenuhi harapan konsumen. 9 2.2.1.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Terdapat lima dimensi utama yang digunakan oleh konsumen dalam melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yaitu: (Lupiyoadi, 2008:182) a. Berwujud (tangible) Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang digunakan, serta penampilan pegawainya. b. Keandalan (reliability) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. c. Ketanggapan (responsiveness) Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu persepsi negatif dalam kualitas pelayanan. 10 d. Jaminan dan Kepastian (assurance) Pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence) dan sopan santun (courtesy). e. Empati (empathy) Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen, memahami kebutuhan konsumen secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi konsumen. 2.2.2 Brand Image 2.2.2.1 Definisi Brand Brand adalah sebuah janji, ide besar, dan harapan yang berada dalam pikiran setiap customer tentang sebuah product, service atau perusahaan. (Wheeler, 2006:4) Brand adalah sejumlah atribut suatu product atau service: nama, kemasan, harga, sejarah, reputasi dan cara dipasarkan. Sebuah brand dapat dianggap sebagai kelompok nilai fungsional dan emosional yang memungkinkan janji yang unik yang akan dibuat tentang sebuah pengalaman. Brand disampaikan oleh pengalaman konsumen dengan itu dan oleh orang- 11 orang persepsi konsumen orang lain yang menggunakan product atau service yang sama. (Harrison, 2008:424) 2.2.2.2 Definisi Brand Image Brand image adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek atau brand. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek atau brand ditentukan oleh citra merek atau brand image tersebut. (Bilson, 2004:63) Brand image adalah apa yang konsumen pikir dan rasakan ketika mendengar atau melihat suatu merek dan apa yang konsumen pelajari tentang merek. (Supranto dan Limakrisma, 2007:132) Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Brand image muncul dalam benak konsumen ketika konsumen memutuskan apakah akan menggunakan barang atau jasa brand tertentu. Brand terhubung dalam ingatan kita dengan pikiran tertentu dan hubungan perasaan 2.2.2.3 Dimensi Brand Image Terdapat 3 dimensi dari Brand Image, yaitu : (Ferrinadewi, 2008:167) a. Brand Association Tindakan konsumen untuk membuat asosiasi berdasarkan pengetahuan mereka akan merek, baik itu bersifat faktual maupun bersumber dari pengalaman dan emosi. Brand Association sebagai sesuatu yang dihubungkan dengan memory terhadap sebuah merek dan Brand Image, biasanya dalam bentuk – bentuk yang mempunyai arti. Bentuk ini tidak hanya ada tetapi memiliki 12 kekuatan jika pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikan merek tersebut cukup banyak. b. Brand Value Tindakan konsumen dalam memilih merek. Sering kali tindakan konsumen didasarkan pada persepsi mereka pada karakteristik merek yang dikaitkan dengan nilai yang mereka yakini. 3 nilai yang dijanjikan sebuah merek yaitu nilai fungsional, nilai emosional dan nilai ekspresi diri. (Simamora, 2003:14) c. Brand Positioning Persepsi konsumen akan kualitas merek yang nantinya persepsi ini akan digunakan oleh konsumen dalam evealuasi alternatif merek yang akan dipilih. Menurut Kotler, posisi merek adalah citra merek yang jelas, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaing. (Simamora, 2003:92) 2.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Citra Merek Menurut Tjiptono, citra perusahaan (corporate image) merupakan bagian dari konsep kualitas total jasa. Sedangkan menurut Zeithaml, kualitas yang dirasakan dari suatu produk atau jasa erat kaitannya dengan reputasi yang diasosiasikan dengan nama merek. Dalam kondisi tertentu, pelanggan hanya akan mengasosiasikan produk atau jasa dengan mereknya. Selain itu juga dikatakan bahwa kualitas yang diterima dari sebuah produk atau layanan 13 (perceived quality) adalah berhubungan dengan reputasi dihubungkan dengan nama merek. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Dalam industri jasa dan bisnis lainnya, merek seringkali dikaitkan dengan reputasi perusahaan daripada produk atau layanan itu sendiri (Selnes, 1993). Sullivan membuktikan bahwa reputasi dari perusahaan dalam sudut pandang pelanggan dapat dijadikan jaminan bagi pelanggan untuk menilai kualitas produk atau jasa. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Menurut Lau dan Lee, menganggap reputasi perusahaan sebagai salah satu faktor terpenting dari karakteristik perusahaan yang dapat membentuk kepercayaan pelanggan terhadap merek. Reputasi perusahaan sangat penting dari sudut pandang pelanggan untuk memberikan gambaran terhadap kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sebagaimana dikemukakan oleh Brown dan Dacin. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Sedangkan menurut Dick, Chakravanty and Biehal melalui penelitiannya megemukakan bukti bahwa reputasi perusahaan secara langsung membentuk kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi pertimbangan pelanggan dalam menentukan pilihan. (Yoestini dan Eva, 2007:265), Keller mengemukakan bahwa penciptaan persepsi pelanggan bahwa perusahaan membuat produk maupun layanan yang berkualitas tinggi akan berpengaruh terhadap persepsi pelanggan terhadap corporate image, demikian juga sebaliknya. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa reputasi perusahaan (bagian dari corporate image) lekat dengan reputasi merek, dan berdasarkan temuan Selnes (1993:30) yang mengatakan bahwa kualitas 14 pelayanan ternyata berpengaruh terhadap reputasi perusahaan, yang merupakan bagian dari corporate image atau citra perusahaan. Evelyn dan Duke Fenelli menyampaikan bagaimana kekuatan brand akan memiliki nilai moneter yang merupakan asset perusahaan. Citra merek memberikan cara singkat untuk memberitahu pemilih produk tentang apa yang dapat mereka harapkan dari perusahaan. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Citra merek memiliki karakteristik dan tingkat kualitas tertentu yang dianggap pada brand tertentu. Merek adalah memberikan jaminan kualitas. Apabila konsumen apabila konsumen membeli merek yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek tersebut akan konsisten dengan sebelumnya. (Yoestini dan Eva, 2007:265) Hal ini sesuai dengan jurnal Media Informasi Manajemen yang mengatakan bahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy memiliki pengaruh sebesar 53,1 % terhadap citra merek. (Lubis. 2013:8) 2.3 Kerangka Teori Kualitas Pelayanan (X) - Berwujud (tangible) Keandalan (reliability) Ketanggapan (responsiveness) Jaminan dan Kepastian (assurance) Empati (empathy) Brand Image (Y) - Brand Associations - Brand Value - Brand Positioning Sumber : Ferrinadewi, 2008:167 Sumber : Lupiyoadi, 2008:182 Gambar 2.2 Kerangka Teori