BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran PKn

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.Tinjauan tentang Pembelajaran PKn
1. Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
PKn atau civic Education adalah program pendidikan pembelajaran yang secara
programatik–prosedural
berupaya
memanusiakan
(humanizing)
dan
membudayakan
(civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (dari dan kehidupannya)
menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional
bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri,2006:9).
Secara imperatif Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan landasan yuridis formal mengenai pendidikan
kewarganegaraan di sekolah. Dalam Pasal 37 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta perguruan tinggi.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Udin S. Winataputra (2001:7) dalam
disertasinya berjudul “Jati diri PKn sebagai wahana sistem pendidikan demokrasi”. Dalam
disertasi tersebut terdapat istilah PKn pada dasarnya digunakan dalam pengertian luas seperti
“citizenship education” atau “education for citizen” yang mencakup PKn di dalam lembaga
pendidikan formal dan diluar sekolah yang berupa program penataran atau program lainnya
yang sengaja dirancang atau sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi
memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang
cerdas dan baik.
Sedangkan dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:2) ditegaskan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial-budaya,
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Hal senada diungkapkan pula oleh Somantri (2001:299) antara lain sebagai berikut:
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang
tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan uraian di atas terdapat tiga ciri khas yang dimiliki mata pelajaran PKn,
yakni meliputi pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut
merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan multidimensional yang
memadai untuk menjadi warga negara yang baik.
Adapun isi dari pengetahuan (body of knowledge) dari mata pelajaran PKn
diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti ilmu
politik, hukum, tata negara, psikologi, dan berbagai kajian lainnya yang berasal dari
kemasyarakatan, nilai-nilai budi pekerti, dan hak asasi manusia dengan penekanan kepada
hubungan antar warga negara dengan warga negara, warga negara dan pemerintah negara,
serta warga negara dan warga dunia. Hal ini diperkuat oleh (Somantri, 1969:7) yang
mengemukakan bahwa :
mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan pengalaman
belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan
politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain memiliki karakteristik, PKn juga memiliki misi, seperti yang diungkapkan oleh
Sapriya (Civicus, 2005:321) bahwa misi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut :
PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini memberikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup
sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy),
serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.
PKn sebagai pendidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini
diarahkan untuk membina siswa sebagai warga Negara yang memiliki kesadaran
hukum dan kewajibannya, dan yang memiliki kepatuhan terhadap hukum yang
tinggi.
PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui PKn
diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang dianggap
baik oleh bangsa dan Negara kepada diri siswa, sehingga mendukung bagi upaya
nation and character building.
Secara paradigmatik, citizenship education juga memiliki visi sosio-pedagogis
mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks yang lebih luas, yang mencakup
konteks pendidikan formal dan pendidikan non-formal, seperti yang secara konsisten
diterapkan di UK (QCA:1998; Kerr:1999).
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memuat nilainilai luhur yang terkandung pada nilai pusat (central values) bangsa Indonesia yaitu
Pancasila. Selain itu PKn merupakan pendidikan yang secara rasional dan ilmiah menyiapkan
peserta didik agar berperilaku sesuai dengan agama dan budaya, serta dapat berinteraksi
dengan orang lain dalam konteks yang luas.
2. .Fungsi dan Tujuan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan
PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki fungsi
yang sangat essensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki
keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Somantri (2001: 166)
memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai berikut:
Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila
dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional,
yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran PKn diharapkan dapat
memberikan kemudahan belajar para siswa dalam menginternalisasikan moral Pancasila dan
pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan
dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
Lebih lanjut Somantri (2001:154), mengungkapkan tentang tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu :
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006, Depdiknas (2006:2)
menyatakan bahwa fungsi dari mata pelajaran PKn adalah:
Sebagai wahana untuk membentuk warganegara yang baik (to be good citizenship),
cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pada fungsi tersebut, mata pelajaran PKn harus dinamis dan mampu
menarik perhatian peserta didik, yaitu dengan cara sekolah membantu peserta didik
mengembangkan pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipatori
dalam kegiatan sekolah yang berupa intra dan ekstrakurikuler. Dengan pembelajaran yang
bermakna, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan serta menerapkan keterampilan
intelektual dan partisipatori.
Keterampilan intelektual dalam mata pelajaran PKn tidak dapat terpisahkan dari
materi kewarganegaraan sebab untuk dapat berpikir secara kritis tentang suatu isu, seseorang
selain harus mempunyai pemahaman yang baik tentang isu, latar belakang, dan hal-hal
kontemporer yang relevan juga harus memiliki perangkat berpikir intelektual. Perangkat
berpikir intelektual tersebut meliputi kemampuan untuk menilai posisi, membangun (to
construct), dan memberikan justifikasi posisi pada suatu isu.
Mata pelajaran PKn sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan juga merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial yang mempunyai tujuan
khusus yaitu membina dan membentuk karakter siswa menjadi Warga Negara yang baik
(Good
Citizenship),
demokratis
dan
bertanggung
jawab.
Program
pendidikan
kewarganegaraan ini memandang siswa dalam kedudukannya sebagai warga negara, sehingga
program-program, kompetensi atau materi yang diberikan kepada peserta didik diarahkan
untuk mempersiapkan mereka mampu hidup secara fungsional sebagai warga masyarakat dan
warga Negara yang baik.
Sedangkan tujuan mata pelajaran PKn menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Mata pelajaran PKn ini dapat mengembangkan berbagai kemampuan dasar warga
negara seperti: berpikir kritis, dapat mengambil keputusan secara tepat, memegang teguh
aturan yang adil, menghormati hak orang lain, menjalankan kewajiban, bertanggung jawab
atas ucapan dan perbuatannya, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sasaran akhir mata pelajaran PKn tidak
hanya berorientasi pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih ditekankan
pada proses untuk mencapai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat
memberikan bekal bagi siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di lingkungannya di
kemudian hari.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa materi PKn dapat diambil dari
berbagai sumber yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan bahan ajar dan tidak menyimpang
dari kurikulum. Materi tersebut dapat berasal dari sumber formal maupun sumber informal.
Seperti yang dikemukakan oleh Hanna dalam Somantri (2001:307), bahwa untuk program di
sekolah harus memperhatikan motivasi, tugas perkembangan (developmental tasks) siswa,
dan “basic human activities”. Dengan demikian, bahan untuk PKn disamping demokrasi
politik, maka penyusunannya harus memperhatikan pula: (a) formal content (bahan pelajaran
yang diambil dari disiplin ilmu sosial), (b) informal content (bahan pelajaran yang diambil
dari lingkungan masyarakat), (c) respon siswa terhadap formal dan informal content.
3.Ruang Lingkup dan materi Pendidikan Kewarganegaraan
Margaret S. Branson (1999:8) mengidentifikasi tiga komponen penting dalam
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic
Skills
(keterampilan
kewarganegaraan),
dan
Civic
Dispositions
(watak-watak
kewarganegaraan). Komponen pertama, Civic Knowledge “berkaitan dengan kandungan atau
nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara”. Aspek ini menyangkut kemampuan
akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan
moral.
Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang
kajian multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi
pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsipprinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional,
pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak,
konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan
keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan
politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah
keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera
melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.
Ketiga,
Civic
Disposition
(Watak-watak
kewarganegaraan),
komponen
ini
sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran
PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan
kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran
PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan
penekanan pada dimensi watak,
karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.
Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut diperlukan pembelajaran PKn yang
efektif, sehingga kompetensi-kompetensi tesebut bisa tercapai. Dan untuk bisa menciptakan
suasana pembelajaran PKn yang efektif, diperlukan sosok guru yang efektif pula. Sukadi
(2006:11) berpendapat bahwa guru efektif adalah”guru yang mampu mendayagunakan
(empowering) segala potensi yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai
tujuan pembelajaran”.
Seperti dikemukakan Benjamin Barber (dalam Branson, 1992) bahwa dalam
demokrasi konstitusional, “civic education yang efektif adalah suatu keharusan” karena
kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis, berpikir secara kritis, dan
bertindak secara sadar dalam dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan
kita mendengar dan oleh karenanya mengakomodasi pihak lain, semuanya itu memerlukan
kemampuan yang memadai.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut PUSKUR
(2007) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di
sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum
dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai
keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah
dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu diantara aspek diatas yaitu
diantaranya aspek Persatuan dan kesatuan yang dibelajarkan pada kelas IX semester ganjil
tingkat sekolah menengah pertama dengan rincian sebagai berikut:
Standar kompetensi
a. Menampilkan partisipasi dalam
usaha pembelaan negara
Kompetensi dasar
1.1
1.2
Menjelaskan pentingnya usaha
pembelaan negara
Mengidentifikasi
bentuk-bentuk
usaha pembelaan Negara
1.3
Menampilkan peran serta dalam
usaha pembelaan negara
Diharapkan setelah mempelajari materri ini siswa dapat lebih termotivasi dan ikut
berperan serta dalam usaha pembelaan negara dengan cara belajar dan berprestasi.
B. METODE INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN PKn
1. Inquiry Sebagai Metode Pembelajaran PKn
a. Pengertian dan karakteristik metode inquiry
Inquiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry”yang secara harfiah berarti penyelidikan
.Carin dan Sund(1975)mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a
problem .sedangkan Piaget (dalam Mulyasa.2005:107) metode inquiry merupakan metode
yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara
luas agar melihat apa yang terjadi ,ingin melakukan sesuatu,mengajukan pertanyaan
pertanyaan,dan mencari jawabannya sendiri,serta menghubungkan penemuan itu dengan
penemuan lain,membandingkan apa yang ditemukannya dengan peserta didik lain.
Untuk
mempermudah
pemahaman
mengenai
apa
dan
bagaimana
metode
pembelajaran inquiry, peneliti menyajikan karakteristik metode inquiry dari beberapa segi
yaitu segi aktivitas siswa,proses,sasaran,manfaat,dan peran guru dalam pembelajaran .
adapun uaraian dari masing-masing segi adalah sebagai berikut: Dilihat dari segi aktivitas
siswa karakteristik
pendekatan inquiry , menurut Ellis (Budi
Eko Sucipto,1997:106)
meliputi:(1) siswa dapat terlibat dalam kesempatan belajar dengan self direction yang lebih
besar (2) siswa dapat mengembangkan sikap yang baik untuk kegiatan belajar,(3) siswa dapat
menjaga dan menggunakan informasi untuk periode yang lebih lama.untuk dapat mengikuti
pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan baik maka siwa harus memiliki beberapa
kesiapan diantaranya kemampuan analisis ,sintesis dan evaluative,analisis nilai,mahir
menangkap pendapat,suka menerima kritik dan pendapat,terbuka dan demokratis,(Ahmad
Kosasih Djahiri.1999:61) Dilihat dari segi proses (prosedur atau langkah-langkah),maka
karakteristik pendekatan inquiry meliputi kegiatan (1) identifikasi dan pernyataan
masalah(2)pengembangan hipotesis(3) pengumpulan data dan
pengujian hipotesis,( 4)
kesimpulan (5) menilai dan menerapkan kesimpulan (soetcipto,1997:107) Sedangkan apabila
dlihat dari segi peran guru dalam penerapan pendekatan inquiry diantaranya adalah sebagai
berikut(soetjipto,1997:108):
1. Memfasilitasi sejumlah besar aktivitas yang berorintasi pada siswa
2. Membantu siswa menentukan jawaban oleh mereka sendiri dengan menjadi
narasumber,tetapi tidak memberikan jawaban secara langsung .
3. Memberikan referensi yang dibutuhkan dalam kelas.
4. Bertindak sebagai motivator bagi siswa,yang meliputi.
a)
Membangkitkan rasa keingintahuan
b)
Memberikan pertanyaan terbuka(opended question)
c)
Mendorong partisipasi individu dalam diskusi
d)
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dan spekulatif dalam berfikir
e)
Mempromosikan beberapa sumber informasi
f)
Mendukung pemikiran yang divergen
Selain peran guru yang telah disebutkan diatas untuk dapat menggunakan metode
inquiry dengan baik,maka guru harus memiliki beberapa prasarat sebagai berikut: kejelian
membaca dunia nyata,kemahiran membaca kemampuan siswa,kemahiran mengguanakan
teknik bertanya ,menangkap dan memanipulasdi reaksi ,keterbukaan dan kemampuan
menahan diri,penampilan humanistic-demokratis,(Ahmad Kosasih Djahiri.1999:61)
Dari pengertian dan karakteristik yang telah penulis kemukakakan sebelumnya maka
penulis menyimpulkan metode inquiry adalah metode pembelajaran dimana siswa didorong
untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsipprinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Teory belajar yang relevan dengan metode pembelajaran inquiry adalah teori belajar
menurut ilmu jiwa gestalt yang berpandangan bahwa keseluruhan itu penting daripada
unsure-unsur .adapun beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh aliran gestalt adalah
sebagai berikut:
1. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan
2. Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh
insight(kesanggupan,pengalaman,latihan,trial and eror)
3. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar ,motivasi
memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme
4. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan
5. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif,bukan ibarat suatu
bejana yang diisi.
Jadi belajar dengan teori ini sangat menguntungkan untuk kegiatan
menemukan dan memecahkan masalah . dengan demikian teori ini cukup relevan dengan
model inquiry dimana dalam model ini siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan
dan menemukan sendiri alternative penyelesaiannya.
b. Tujuan dan manfaat metode inquiry dalam pembelajaran PKn
dilihat dari segi sasaran atau tujuan,maka inquiry bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan disiplin intelektual dan keahlian yang diperlukan untuk memunculkan
masalah dan menemukan jawaban oleh siswa itu sendiri,sehingga siswa menjadi pemecah
masalah yang independen(independent problem solver)( Budi Eko soetjipto,1997:106)
Dilihat dari segi manfaat , karakteristik pendekatan inquiry memiliki beberapa
kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut(Budi Eko soetjipto:1997:107)
1.
Memungkinkan siswa mengembangkan jalur discovery dan investigasinya sendiri
melalui pengalaman kelas dan perpustakaan
2. Memudahkan siswa memandang materi lebih realistic dan positiv
3. Hubungan guru dan siswa menjadi hangat dimana guru berperan sebagai fasilitator
belajar
4. Siswa dikondisikan berpikir kritis
5. Mengembangkan siswa menjadi siswa yang aktif dan pembelajar yang independen
6. Membantu perkembangan motivasi untuk belajar
c. Komponen metode inquiry
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode inquiry sangat beragam, tergantung pada
situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode
inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement,
Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang
memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti
yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau
masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai
dengan Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti
evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya
di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu
keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif
menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab
sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang
menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan
sebuah investigasi.
Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau
dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang
berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai
bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk
membuat
sebuah
produk
yang
dapat
menggambarkan
pengetahuannya
mengenai
permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi,
grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain
sebagainya.
d. Jenis-jenis metode inquiry dalam pembelajaran PKn
Secara umum Sound dan Trowbridge (mulyasa,2005) mengemukakan 3 macam
metode inquiry yaitu :
a) Guided inquiry(inquiry terpimpin)
Dalam proses pembelajaran dengan metode inquiry terpimpin ,siswa
memperoleh petunjuk seperlunya berupa pertanyaan yang bersifat membimbing,pendekatan
ini digunakan bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry
b) Modifield inquiry(inquiry yang dimodifikasi)
Pada inquiry yang dimodifikasi guru hanya menyediakan masalah-masalah
dimana pemecahannya diserahkan kepada siswa secara berkelompok ataupun perorangan.
c) .free inquiry( inquiry bebas)
dalam inquiri ini siswa melakukan penelitian sendiri sebagai seorang ilmuwan.
Begitu juga dalam pembelajaran PKn jenis metode inquiry dibagi menjadi tiga
sebagaimana yang dikemukakan oleh (Kosasih Djahiri:1995:61) yaitu sebagai berikut:
a) Inkuiri sederhana
Inkuiri sederhana tidak memerlukan keseluruhan proses dilaksanakan ,cukup
hanya hakekat dasarnya saja ,yakni mengkaji,mencari dan menentukan pilihan . teknik
yang digunakn dapat bervariasi atau aneka ragam,bisa dengan tanya jawab saja ,bisa
dalam bentuk diskusi kelompok/kelas,dll.
b) Inquiry lengkap
Metode khusus yang langkah dan prosesnya memang sudah baku
c) inquiry nilai
Pola inquiry sederhana yang focus substansinya nilai-moral.dengan kata lain
inquiri nilai merupakan proses berfikir yang dilengkapi dengan proses spiritualisasi
,valuing dan taking position sebagai langkah akhir penetapan pilihan terbaik
Jenis metode inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah inquiry
nilai.metode tersebut dipilih atas dasar pertimbangan target materi yang dijadikan bahan
penelitian dimana dalam setiap kompetensi dasarnya membutuhkan kejelasan nilai-nilai
dan sikap dari siswa.dan hal tersebut dapat terwujud melalui inquiry nilai.adapun
langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan inquiry nilai adalah sebagai berikut
dibawah ini.
a.
Perumusan masalah
Siswa mengklasifikasi dan menentukan focus masalah dari stimulus yang
dilontarkan guru
b.
Perumusan hipotesa
Siswa membuat perkiraan sementara dan mencari serta merumuskannya
sebagai hipotesa.
c.
Pengumpulan data
Siswa mengumpulkan /mencari dan menilai serta mengorganisir data
d.
Menguji hipotesa
Siswa mengumpulkan /mencari dan menilai serta mengorganisir data
,mengkaji dan mencari hubungan data dengan hipotesa
e.
Pengambilan keputusan /kesimpulan
Menelaah seluruh jawaban yang ada ,mengajukan kesimpulan besrta
tanggapannya
f.
Menerapkan kesimpulan
Mengkaji data baru dari tanggapan guru atau siswa lain merespon
pertanyaan guru atau siswa lain .kemudian menentukan pilihan posisi secara
argumental.
Dari kenam tahapan inquiry diatas yang harus dilalui oleh siswa dan guru ketika
menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran PKn tentunya tidak lepas dari kendala yang
dihadapi pada setiap tahapannya ada beberapa hal yang harus diperhatikanpleh guru dan
siswa pada setiap tahapannya.berikut ini uraian secara rincinya yang penulis kutip dari
bukunya Wina Sanjaya hal 202 yang ditulis pada tahun 2007 yaitu pada
tahapan yang
pertama yaitu tahapan orientasi . untuk mengantisipasi kendala yang akan terjadi pada tahap
orientasi sebaiknya guru melakukan beberapa hal berikut ini: 1) menjelaskan topic,tujuan dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa .2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.3) menjelaskan pentingnya topic dan
kegiatan belajar . [Wina sanjaya:2008:202] hal ini dilakukan dalam rangka memberikan
motivasi belajar siswa. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi siswa pada tahapan inquiry
yang kedua yaitu tahapan merumuskan masalah
hendaknya guru memperhatikan
beberapa hal diantaranya:1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa .siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang
hendak dikaji.dengan demikian guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah
pembelajaran ,guru hanya memberikan topic yang akan dipelajari .sedangkan bagaimana
rumusan masalah yang sesuai dengan topic yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan
kepada siswa 2)masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti .artinya guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang
menurut guru sebenarnya jawabannya sudah ada tinggal siswa mencari dan mendapatkan
jawabannya secara pasti 3) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa .artinya ,sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui
proses inquiry ,guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman
tentang konsep konsep yang ada dalam rumusan masalah .hal ini dilakukan untuk mencegah
ketidak pahaman siswa pada tahapan inquiry berikutnya.tahapan inquiry yang ketiga adalah
tahapan merumuskan hipotesis.salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi
kendala yang dihadapi siswa dalam merumuskan hioptesis
adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
permasalahan yang akan dikaji .Tahapan yang keempat yang harus dilalui dalam proses
inquiry adalah tahapan mengumpulkan data tahapan ini merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual sehingga diperlukan motivasi yang kuat
dalam belajar salah satu peran guru dalam memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan data
adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari
informasi yang dibutuhkan apabila terdapat kendala misalnya siswa kurang apresiatif
terhadap pokok permasalahan yang diajukan sebaiknya guru secara terus menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis
pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir
.tahapan kelima yaitu tahapan menguji hipotesis untuk mencegah kekeliruan dalam menguji
hipotesis adalah dengan cara mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggung jawabkan .tahapan keenam yaitu tahapan merumuskan kesimpulan
merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran
sering terjadi
karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak
focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan .karena itu untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan .
C. Tinjauan tentang motivasi belajar siswa
1. Pengertian dan karakteristik motivasi belajar siswa
Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan
energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadangkadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang
menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas
(diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan
arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap
(attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984). Sedangkan menurut sardiman
(2003:75) motivasi belajar siswa adalah
Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar , sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek pelajar itu dapat tercapai.siswa yang memiliki motivasi kuat
akan mempunyai banyak energy dalam kegiatan belajar.
Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan
motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa
yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.
Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan (1)datang dari dalam
individu itu sendiri (intrinsik),datang dari lingkungan (ekstrinsik) .penjelasan lain mengenai
motivasi intrinsic dan ekstrinsik dikemukakan oleh Sardiman (2003: 89-90),.Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang
dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri
bukan dorongan dari luar. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan
motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan
yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar
tingkah laku tersebut..motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai
berikut [sardiman:2004:83]
1. Adanya perhatian dan semangat siswa untuk belajar
2. siswa selalu aktif dalam proses pembelajaran( aktif dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat )
3. Tekun menghadapi tugas baik tugas mandiri maupun kelompok
4. ulet menghadapi kesulitan belajar
5. menunjukan minat terhadap permasalahan
6. lebih cepat bosan pada tugas-tugas rutin
7. dapat mempertahankankan pendapat jika sudah yakin akan sesuatu
8. tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini
9. senang mencari dan memecahkan permasalahan
Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti diatas berarti orang itu selalu memiliki
motivasi yang cukup kuat .ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar .dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun
dalam mengerjakan tugas ulet dalam memecahkan masalah .hal tersebut diatas harus
dipahami benar oleh guru agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan
motivasi yang tepat dan optimal.selain cirri-ciri yang telah dikemukakan diatas seorang siswa
yang memilki motivasi belajar dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya dari antusiasme
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.
Apabila dilihat dari sumber dan proses perkembangannya motivasi digolongkan
menjadi dua yaitu: motif primer (primary motive atau motif dasar )menujukan pada motivasi
yang tidak dipelajari(unlearned motive) yang lebih dikenal dengan istilah dorongan(drive)
yang dibedakan lagi kedalam dua jenis yaitu dorongan fisiologis yang bersumber pada
kebutuhan organis dan dorongan umum termasuk didalamnya dorongan takut,kasih sayang
,kegiatan dan kekaguman dan ingin tahu .motif sekunder (secondary motives) menunjukan
kepada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman dan dipelajari
.termasuk kedalamnya yaitu takut yang dipelajari ,motif-motif social(ingin diterima,ingin
dihargai,konformitas
,afiliasi
manipulasi,minat),maksud(purposes)
),motif
dan
objektif
dan
aspirasi,motif
interest(eksplorasi,
berprestasi(achievement
motive).Dalam Penelitian ini peneliti memfokuskan permasalahan pada segi motivasi
berprestasi siswa dalam belajar.seperti yang dikemukakan oleh Cleland dalam (Mustadji :
2007: 60-63) siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat dilihat dari beberapa hal
berikut di bawah ini:
1. mempunyai semangat,perhatian,dan tanggung jawab
2. memiliki keinginan untuk menguasai pelajaran secara tuntas
3. berusaha bekerja kreatif
4. berusaha mencapai cita-cita
5. Kemampuan untuk memilih cara menyelesaikan tugas
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
7. Mengadakan refleksi /antisipasi
Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti diatas berarti orang itu selalu memiliki
motivasi yang cukup kuat .ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar .dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun
dalam mengerjakan tugas ulet dalam memecahkan masalah .hal tersebut diatas harus
dipahami benar oleh guru agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan
motivasi yang tepat dan optimal.
Motivasi bertujuan untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai sesuatu yang diharapkan.
Ada tiga fungsi motivasi belajar seperti yang diuraikan sardiman (2003:83) yaitu:
a. Mendorong siswa untuk berbuat .jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energy motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan
b. Menentukan arah perbuatan,yakni kearah tujuan yang hendak dicapai ,dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan
c. Menyeleksi perbuatan,yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru . bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,proses,dan hasil akhir
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar ,proses dan hasil akhir
c. Mengarahkan kegiatan belajar
d. Membesarkan semangat belajar
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar kemudian bekerja
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar
sangatlah penting untuk mengarahkan dan membesarkan semangat belajar sehingga pada
akhirnya didapat proses dan hasil akhir yang memuaskan.
3. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa
Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati &
Mudjiono (1994:89) yaitu:
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru
harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
2.
Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus
disusun guru dengan baik.
3.
Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat
pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru
perlu
mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5.
Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai
belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi
tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa sangatlah penting seorang guru memahami prinsip belajar student
centered dalam merencanakan,melaksanakan,dan mengevaluasi proses pembelajaran,
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan
ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis
tersebut dengan jalan :
1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya.
2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak
belajar.
3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi kesempatan kepada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar
5.
Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar.
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk memotivasi belajar
siswa guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar yang dapat mendukung proses
pembelajaran dan mengoptimalkan minat dan percaya diri siswa.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam
mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan
bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang
sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru mengajarkan cara
memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran. (5) Guru
mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.(6) Guru memberi kesempatan siswa
untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil
mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan
siswa agar belajar secara mandiri.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk memotivasi belajar siswa tidak
hanya mendengar dan menerima materi dari guru melainkan mereka mencari sendiri hal-hal
yang berguna bagi mereka dengan bimbingan guru sehingga peran guru disini hanya sebagai
fasilitator.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar.
Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu.
Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan
keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang kurang berhasil .
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam usaha meningkatkan
motivasi belajar siswa guru harus dapat mengoptimalkan berbagai segi baik itu dari segi
guru,siswa, maupun lingkungan sekitar yang mendukung proses pembelajaran .
D. MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRY DALAM
PEMBELAJARAN PKN
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang
peranan peting dalam rangka pembentukan karakter warga negara yang baik. Selain itu, PKn
memiliki kedudukan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang wajib ada di dalam
kurikulum pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (pasal 37 UU No. 20 Tahun
2003).Secara epistimologis hal tersebut beralasan, sebab PKn dikembangkan dalam tradisi
Citizenship Education (Al Muchtar, 2004) yang bertujuan agar setiap warga negara menjadi
warga negara yang baik (To Be A good Citizen), yakni warga negara yang memiliki
kecerdasan (Civic Intellegence) baik intelektual, emosional, moral maupun spiritual, memiliki
rasa bangga dan tanggung jawab (Civic Responsibility), dan mampu berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Civic Participation).Namun demikian, dalam
pencapaian tujuan di atas, saat ini PKn dihadapkan pada masalah serius yaitu adanya
beberapa kendala dan kelemahan. Hasil analisis terhadap perkembangan PKn di tanah air
yang dilakukan oleh Udin S. Winataputra sebagaimana yang dikutip oleh Sapriya (2001:58)
menunjukkan bahwa adanya kelemahan-kelemahan yang mendasar pada PKn, salah satunya
adalah keterisolasian proses pembelajaran dari konteks keilmuan dan lingkungan sosial
budaya.Telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap PKn dilapangan dan menyimpulkan
bahwa pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. Seperti
yang dikemukakan oleh Wahab (2001:46) sebagai berikut : Dari segi metodologi, metode
cenderung doktriner dan monolog selama ini perlu ditinjau ulang dari segi karakter pelajaran
dan tahap-tahap perkembangan peserta didik. Sudah cukup lama kita mengetahui bahwa PKn
adalah mata pelajaran yang membosankan bahkan cenderung “tidak disukai” siswa karena
materi dan metodenya memang tidak menantang siswa secara intelektual, disamping amat
sarat dengan pesan-pesan ideologis rezim yang berkuasa yang memang belum sesuai dengan
kebutuhan ataupun tingkat perkembangan anak.Selain itu, terdapat komentar yang muncul
dari para guru, usai mengikuti diskusi kelompok mengenai Pendidikan Kewarganegaraan
yang merupakan salah satu sesi pada Conference on Education for Tolerance and Human
Rights-Building Socio-Pedagogical Models for Indonesian Harmony in Diversity, yang
berlangsung 16-17 Juli 2001 di Yogyakarta (www.smu-net.com), yaitu:
Materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarga Negaraan (PPKN) yang kini menjadi
Pelajaran Kewarga Negaraan (PKN) dinilai mengandung kebohongan. Materi pelajaran yang
diberikan kepada para siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah tingkat atas
(SMTA) itu banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Di lain
pihak, pelajaran PKN dinilai cenderung menjadi indoktrinasi dan membosankan. Tidak
mengherankan bila para siswa amat mengharapkan agar pendidikan ini dikeluarkan dari
pelajaran yang harus mereka terima.
Menyikapi persoalan di atas, maka perlu dirumuskan formula pembelajaran PKn yang
dapat mendekatkan siswa agar tidak bosan ketika belajar PKn dengan konteks lingkungan
sosial sebagai materi/bahan pembelajaran PKn. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan
motivasi belajar daya kritis siswa demi tercapainya tujuan PKn. Dengan mengintegrasikan
pelajaran PKn dengan disiplin ilmu sosial lain merupakan salah satu upaya untuk
mendekatkan siswa dengan konteks lingkungan sosial budayanya. Mengkaitkan masalahmasalah sosial dalam pembelajaran PKn sesuai dengan hakikat dari materi pokok yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan IPS dalam pembahasannya tidak
akan terlepas dari masalah-masalah seperti yang dijelaskan oleh Paul R. Hanna dan John R.
Lee Bahwa materi PKn meliputi bahan pelajaran yang diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial
(aspek formal), bahan pelajaran yang diambil dari lingkungan masyarakat (aspek informal)
dan respon terhadap kedua aspek tersebut.Pembelajaran PKn yang membosankan termasuk
ke dalam karakteristik pembelajaran PKn yang minimal (thin/kurus). David Kerr (1999:14)
dalam penelitiannya mengemukakan tentang indikator pembelajaran PKn yang minimal,
yaitu: exclusive, elitist, civics education, formal, content led, knowledge based, didactic
transmission, easier to achieve and measure in practice. Salah satu ciri minimal PKn dari
penelitian Kerr tersebut yang terdapat di Indonesia adalah PKn bersifat eksklusif, artinya
cenderung tidak melibatkan atau merambat ke pelajaran lain seperti geografi, ekonomi,
agama dan ilmu-ilmu sosial lain atau dengan kata lain tidak mengglobal dan materi yang
diberikan tidak berkaitan. Menyikapi kenyataan tersebut, adalah tugas guru sebagai salah satu
komponen penting dalam proses belajar mengajar (PBM) mempunyai kreatifitas untuk
meramu pembelajaran PKn agar lebih menarik sehingga jauh dari kesan monoton dan
membosankan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru PKn harus mempunyai
sejumlah pengetahuan dan kemampuan luas mengenai cara mengajar yang baik serta harus
mendalami pribadi siswa sehingga dapat menghasilkan siswa yang mampu mengembangkan
dirinya menjadi warga negara yang baik.
2. Peranan metode inquiry pada pembelajaran pkn dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran serta guru dan
siswa sebagai komponen pembelajaran, karena dalam proses belajar mengajar yang efektif
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu,seperti yang dikemukakan
oleh Djahiri (2003:1) tentang hakikat pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Pembelajaran memuat makna dua proses kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa (KBS)
dan kegiatan perencanaan serta pelaksanaan / mengajar guru(KMG). Berbeda dengan
faham lama yang menetapkan KMG sebagai kiblat pembelajaran .maka dalam
pembaharuan pendidikan kini ,KBS adalah hal yang paling utama dan menjadi penjuru
dari seluruh perancangan pengajaran maupun prose's dan perolehan hasilnya.
Hal ini menggambarkan bahwa interaksi guru sebagai pendidik dengan siswa sebagai
peserta didik merupakan inti prose's dalam terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain
perlu adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran pun menuntut
direncanakan secara sistematis masing-masing komponen agar terjadi suatu proses
pembelajaran yang optimal,efektif, dan efisien bagi terwujudnya tujuan yang hendak
dicapai.hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan syaiful sagala (2007: 64) bahwa:
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu prose's yang
sistematis melalui tahap rancangan pelaksanaan,dan evaluasi dalam konteks KBM.
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan terlebih dahulu dipersiapkan suatu bentuk perencanaan pengajaran .persiapan
pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari prose's pembelajaran sekolah
Dalam suatu pelaksanaan pembelajaran peran guru sebagai motivator sangat besar dalam
menentukan dan menerapkan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalam
efektif dan optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan sehingga siswa dapat termotivasi
untuk berperan aktif dalam pembelajaran yang dilakukan .guru tidak hanya dituntut untuk
menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran tetapi juga harus memahami serta
menguasai metode mengajar yang digunakan agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
lancar.berkaitan dengan peran guru ini Azis Wahab (2007:36) mengemukakan bahwa :
Seorang guru mempunyai metode dan seorang guru yang baik akan memahami dengan
baik metode yang digunakannya sebab sudah sering didengar bahwa tidak ada satu
metode pun yang baik untuk semua mata pelajaran .
Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan Djahiri (1985:28),bahwa:
Guru harus memiliki strategi yang menerapkan sejumlah metode atau cara atau pola
dalam mencapai /melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar serta dapat menggunakan
pendekatan-pendekatan yang baik.
Dari kedua pendapat para pakar diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa guru harus
memiliki strategi yang menerapkan sejumlah metode dan sebagai guru yang baik ,guru
tersebut harus memahami dengan baik metode yang akan digunakannya karena tidak ada satu
metode pun yang baik untuk semua materi pelajaran
Penggunaan Metode inquiry dalam pembelajaran PKn pada materi partisipasi dalam
pembelaan Negara diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa .karena dengan
mengguanakan metode ini, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan
peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban
pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku,
melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Seperti halnya pada materi partisipasi dalam pembelaan Negara dengan mengguanakan
metode inquiry, siswa dituntut untuk mengetahui permasalahan atau isu kewarganegaraan
yang menyangkut usaha pembelaan negara .kemudian siswa merumuskan hipotesis dan
mengumpulkan data-data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan pada akhirnya
membuat kesimpulan .pada fase akhir dengan bantuan guru ,siswa menerapkan kesimpulan.
Dengan langkah langkah yang digunakan dalam metode inquiry diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa .karena pembelajaran terpusat pada siswa sehingga siswa
secara tidak langsung meningkatkan motivasinya dalam bentuk semangat kreativitasnya
ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang nyata
Pada akhirnya setelah siswa menyimak realita yang terjadi terhadap negaranya melalui
metode inquiry siswa dengan sendirinya akan merasa termotivasi untuk membela Negara ,dan
tentunya sebagai pelajar wujud bela Negara itu dapat terwujud melalui motivasi berprestasi
belajar yang tinggi sehingga dapat terwujud sumber daya manusia yang unggul yang mampu
dengan tangguh membela negaranya .
Download