1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2008 merupakan tahun yang sangat mempengaruhi perekonomian dunia dikarenakan adanya krisis keuangan dan ekonomi, yang dimulai dari subprime di Amerika Serikat dan bangkrutnya Lehman Brothers yang telah berumur 150 tahun. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat sangat berpengaruh ke seluruh dunia, dimana dunia secara serentak dan bersama melakukan kebijakan agar tidak terkena dampak krisis. Krisis keuangan di Amerika Serikat disambut dengan kepanikan pemerintah di Indonesia dan juga organisasi nirlaba yang menjalankan bursa. kepanikan juga dirasakan oleh Bursa Efek Indonesia yang menutup bursa di tengah jalan dengan alasan yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya. Bursa tidak transparan sementara Emiten diminta untuk transparan. Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilarpilar perekonomian nasional Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besarbesaran (rush) oleh deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan Kerugian yang cukup signifikan bagi investor. Bagaimana tidak, jika saham yang dijual dengan harga hanya Rp 10,- per lembar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah turun sampai di bawah 300. 2 Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal seperti saham, obligasi, waran, dan right. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Di dalam undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan,. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer) Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan public dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan efek saham melalui prosedur IPO (initial public offering) atau efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas 3 perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan perkembangan perusahaan atau industri suatu negara, bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu Negara. Maksudnya, IHSG suatu negara mengalami penurunan dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang menghadapi permasalahan. Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ying (1996) dan Beaver (1989) untuk melihat apakah ada pengaruh volume perdagangan saham dan perubahan harga saham. Untuk meningkatkan volume perdagangan saham Bapepam menghimabau agar semua perusahaan efek memperluas basis pemodal lokalnya. Ketergantungan perusahaan efek terhadap fee atau komisi transaksi yang dilakukannya membuat persaingan semakin besar. Pialang saham bersaing berebut mencari investor yang makin berkurang. Para investor semakin selektif dalam memilih perusahaan efek itu adalah perusahaan efek yang telah mencatatkan dirinya di lantai bursa. Perusahaan efek yang telah go public ini diyakini cukup sehat dan mampu mengakomodir keinginan investor. 4 Kemungkinan go public sebagai salah satu alternatif yang baik bagi perusahaan efek yang kurang modal dan kurang aktif sebagai pelaku bursa, menjadi perusahaan terbuka akan membuat aggota bursa (perusahaan efek) menjadi lebih transparan, lebih sehat, lebih solid, dan membuka peluang bagi partisipasi masyarakat. Di bawah ini adalah tabel indikator BEI tahun 2006-2008 sebagai berikut: Sumber : www.financialbusiness.com Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Lee (1992) telah ditemukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Sementara itu dalam artikel yang ditulis oleh Moradoglu, et al. (2000), dikemukakan bahwa penelitian tentang perilaku harga saham telah banyak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya Chen et al. (1986), Geske and Roll (1983), dan Fama (1981). Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh 5 fluktuasi makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain; tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak. Ajayi dan Mougoue (1996) juga menggunakan variabel makroekonomi nilai tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model. Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar dan harga saham (pasar modal dan pasar uang). Hasil ini kemudian didukung juga oleh Sudjono (2002) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Selanjutnya Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. Hasil ini bertolak belakang dengan Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Saadah dan Panjaitan (2006) kembali menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dan nilai tukar. (sumber:http://docs.google.com/viewer:digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/arc hives/HASH010b/c9db02c9.dir/doc.pd) 6 Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal (Laporan Tahunan BI, 2001) Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan, perhitungan dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta keuntungan yang diharapkanoleh investor. Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual surat 7 berharganya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan. Suatu informasi dikatakan relevan oleh investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Salah satu informasi yang dianggap relevan oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah salah satu informasi publik yang dapat digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi dan sekuritas lainnya. Aktivitas perdagangan di BEI pada tahun 2002 mengalami peningkatan cukup signifikan, IHSG telah berada diatas level 400-an dan mencapai level tertinggi pada tanggal 18 Februari 2002 yang mencapai 462,349 dan penurunan suku bungan SBI untuk 1 bulan ditutup pada posisi 16.86 %. Pada awal 2003, harga saham lq45 pada posisi 87,8. IHSG di BEI menjadi 388 pada bulan Januari 2003 ini dikarenakan minimnya sentiment positif dalam negeri serta imbas kelesuan pasar modal internasional yang dilanda kekhawatiran akan perang IrakAS dan penurunan suku bunga SBI untuk 1 bulan mencapai 12.69 %. Kinerja bursa saham selama Januari 2004 masih terus menunjukkan peningkatan yang tercermin pada naiknya IHSG . indeks ditutup pada titik 752,935 setelah sempat mencapai titik tertinggi 786,874 dan penurunan suku bunga untuk 1 bulan mencapai 7.84 %. (Sumber : Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter ). Selain itu juga Salah satu yang menonjol dalam perekonomian Indonesia diperlihatkan IHSG yang drop cukup tajam dari IHSG level 2.800 pada awal 8 januari 2008 dan drop sampai pada level 1.100 dan ditutup pada akhir tahun pada level 1.355. Artinya IHSG drop sampai separuhnya dan secara angka sebesar 50,64%. IHSG ini dianggap sebagai leading indikator ekonomi dan bisa dikatakan pada tahun 2009 merupakan tahun yang tidak bisa diharapkan bila dilihat dari IHSG tersebut. Bursa Efek Indonesia mengalami tekanan yang sangat tinggi akibat krisis global yang terjadi. Pemikiran optimis pada awal tahun perlahanlahan berubah menjadi ketakutan apakah IHSG akan menyentuh level dibawah 1.000 atau tidak. Berbagai sentiment negatif terus menerus menyerang bursa yang akhirnya sempat membuat kepanikan yang sangat besar dialami para pelaku pasar sehingga harus menghentikan perdagangan karena pemikiran yang semakin tidak rasional lagi dalam melakukan transaksi. Banyak pelaku pasar yang tidak dapat menyelamatkan asset pribadinya sehingga mengalami penurunan yang signifikan secara persentase. (sumber : www.financialbusiness.com) Untuk mengukur kinerja perdagangan saham pada BEJ digunakan indikator indeks. Indeks dibuat untuk bisa menjadi tolok ukur dalam memantau kecenderungan pasar dan perkembangan tingkat harga saham yang diperdagangkan. BEJ memiliki beberapa indeks yang dapat digunakan untuk memantau perdagangan saham yaitu IHSG, Indeks Liquid Quality (LQ 45), Indeks individual dan indeks sektoral (Bursa Efek Jakarta : 6) Unit analisis yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel perusahaan yang bergerak dalam sektor industri otomotif yang telah go public di Bursa Efek Indonesia. Alasan penulis memilih unit analisis tersebut karena sektor otomotif merupakan industri yang berkembang dengan pesat. Selain itu saham-saham 9 perusahaan industri ini termasuk kedalam saham yang paling aktif diperdagangkan sehingga harga saham-sahamnya pun bergerak cukup aktif. Fokus dari penelitian ini adalah volume perdagangan saham, nilai tukar Rupiah per Dollar AS dan SBI terhadap return saham sektor industri otomotif di BEI. Maka dengan melihat berbagai fenomena dan permasalahan yang ada diatas penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh volume perdagangan saham, Nilai Tukar, dan SBI Terhadap Return Saham sektor Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian diatas maka identifikasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan volume perdagangan saham periode 2005-2009? 2. Bagaimana perkembangan nilai tukar rupiah per Dollar AS periode 20052009? 3. Bagaimana perkembangan tingkat suku bunga SBI periode 2005-2009? 4. Bagaimana pengaruh volume perdagangan saham, nilai tukar Rupiah per Dollar As, dan tingkat suku bunga SBI terhadap Return Saham sektor industri otomotif di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 secara simultan dan parsial? 10 1.3 Maksud dan Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang diperlukan untuk menganalisis pengaruh volume perdagangan saham, nilai tukar Rupiah per Dollar AS dan tingkat suku bunga SBI terhadap return saham sektor industri otomotif di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan volume perdagangan saham periode 20052009. 2. Untuk mengetahui perkembangan nilai tukar Rupiah per Dollar AS periode 2005-2009. 3. Untuk mengetahui perkembangan tingkat suku bunga SBI periode 2005-2009. 4. Untuk mengetahui pengaruh volume perdagangan saham, nilai tukar Rupiah per Dollar AS dan tingkat suku bunga SBI terhadap return saham sektor industri otomotif di BEI secara simultan dan parsial. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat berguna: 1. Bagi Investor dan Calon Investor Diharapkan informasi yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan pasar modal. 11 2. Bagi Perusahaan/ Emiten Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau pemikiran seberapa besar volume perdagangan saham, nilai tukar, dan SBI terhadap return saham sektor industri otomotif di BEI. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang. Sekaligus sebagai masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya manajemen keuangan yang lebih mengarah kepada pasar modal. 4. Bagi Penulis a. Sebagai sumber pengetahuan sekaligus pengalaman dalam melakukan penelitian. b. Sebagai sarana untuk menguji kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan keadaan yang sebenarnya dalam dunia nyata. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar financial yang menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dalam menjalankan fungsi ekonomi yaitu dengan mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang memiliki dana kepada pihak yang membutuhkan dana, sedang fungsi keuangannya dapat ditunjukan oleh kemungkinan adanya perolehan 12 imbalan bagi pihak yang memberi dana sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih (Sakhowi, Akhmad,2004: 1). Dalam berputarnya roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan-pembiayaan beroperasi suatu perusahaan yang merupakan tulang punggung perekonomian suatu negara sangatlah terbatas, Karena itu perlu dicari solusi pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Dengan adanya dukungan pembiayaan jangka panjang ini roda pembangunan dapat berjalan sesuai yang direncanakan . salah satu alternatif pilihan dalam pemenuhan kebutuhan dana, yaitu dengan cara masuk bursa atau go public melalui pasar modal. Dengan adanya pasar modal maka akan semakin banyak perusahaan yang go public yang artinya sebagian saham dari perusahaan tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas. Seorang investor harus mampu mengantisipasi resiko yang terjadi dengan mendiversifikasikan investasinya untuk memperkecil resiko. Secara umum para investor menanamkan modalnya di pasar modal mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Investor yang mengharapkan perubahan dari selisih harga jual dan harga beli dalam waktu yang relatif singkat disebut investor jangka pendek. Investor jangka pendek ini akan memperoleh keuntungan bila ternyata harga jual lebih tinggi daripada harga beli (capital gain) dan akan mengalami kerugian apabila harga jual lebih rendah daripada harga beli (capital losses). Sedangkan investor jangka panjang menginvestasikan dananya pada saham dengan waktu yang relatif panjang untuk mendapatkan deviden yang merupakan laba perusahaan yang dibagikan kepada investor 13 Ada dua dasar pendekatan untuk menganalisa pasar mata uang, analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental menganalisa secara terkonsentrasi pada penyebab dasar dari pergerakan harga, sementara analisa teknikal mempelajari pergerakan dari harga itu sendiri. Sebuah analisa teknikal adalah sebuah penggunaan tindakan untuk berusaha memprediksikan pergerakan harga di masa mendatang, dengan berdasarkan pada analisa waktu yang telah lampau dan pembacaan atau mengerti akan penggambaran grafik tersebut. Walaupun selama timbulnya berbagai macam pemikiran pada berbagai bentuk dalam sebuah analisa teknikal, pada umumnya semua berdasarkan pada sejarah grafik dari mata uang tersebut. Selama salah satu menyadari berbagai perbedaan dari analisa fundamental dan teknikal, keduaduanya pula dapat digunakan untuk menyambungkan satu dengan yang lainnya, bahkan kadangkala keduanya memiliki kesimpulan yang berbeda. Para charist (pihak yang melakukan analisa teknikal), percaya bahwa mereka dapat mengetahui pola-pola pergerakan harga kurs di masa mendatang dengan berdasarkan pada observasi pergerakan kurs di masa lalu. Singkatnya mereka memegang jargon ini: “History always repeats it self.” Filosofi ini tentu saja bertentangan dengan para fundamentalis dimana keputusan investasi atas nilai suatu mata uang didasarkan pada faktor fundamental ekonomi, politik dan moneter negara yang bersangkutan. Senjata utama para analis teknikal adalah grafik (chart – itulah mengapa mereka disebut chartist). Melalui chart inilah mereka dapat melihat trend yang sedang berlangsung, rentang waktu trend, volume transaksi dan level-level 14 psikologis yang ada. Analisis teknikal mempuyai kelemahan diantaranya adalah memerlukan banyak data untuk menunjang akuratnya prediksi, sangat bergantung pada kemampuan chartist, tiap chartist memiliki metode yang berlainan dan masing-masing belum tentu cocok diterapkan satu sama lain. Dalam analisis teknikal seperti disebutkan diatas, market data tersedia secara transparan dan bisa diakses oleh siapa saja dan dapat digunakan untk memprediksi harga saham. Analisis teknikal dapat disebut juga market atau internal analysis karena banyak menggunakan data yang tersedia di pasar seperti volume, nilai transaksi, IHSG, dll yang sebagian digunakan untuk penelitian ini. Sedangkan analisis fundamental merupakan Suatu pembelajaran dari situasi secara spesifik, seperti peperangan, penemuan, dan perubahan dalam suatu badan pemerintahan, dimana dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran, dan terkonsekuensikan pula pada harga di pasar. Analisa fundamental terdiri dari pemeriksaan atas indikator dari makroekonomi, pertimbangan aset pasar dan politik ketika mengevaluasi sebuah mata uang negara di waktu tertentu antara satu dengan yang lainnya. Indikator ekonomi makro termasuk diantaranya adalah nilainilai seperti nilai pertumbuhan, seperti yang disebutkan oleh Nilai Kotor Produk pendapatan Dalam Negeri, tingkat suku bunga, inflasi, pengangguran, pasokan uang, Cadangan devisa negara, dan produktifitas. Aset pasar terdiri dari saham-saham, obligasi dan perumahan. Pertimbangan politik berakibat pada tingkat kepercayaan pada sebuah pemerintahan suatu negara, keadaan situasi stabilitas keamanan dan tingkat kepastian. Kadangkala pemerintah berdiri pada saat pasar memaksa untuk 15 memberi dampak serius pada keuangan mereka, maka dari pada itu, pemerintah mengadakan campur tangan langsung untuk menjaga keuangan negara meraka agar tidak terdeviasi terlalu jauh dari tingkat yang diinginkan. Intervensi keuangan diprakarsai oleh Bank Sentral dan biasanya terjadwal walaupun sempat berdampak pada pasar Forex untuk sementara. Sebuah Bank Sentral dapat mengambil tindakan pembelian/penjualan secara global untuk setiap mata uangnya kepada mata uang lainnya, atau mengikatkan diri pada intervensi secara bersama dimana berkolaborasi dengan bank sentral lainnya untuk setidaknya mempertegas efek intervensi tersebut. Secara alternatif, beberapa negara dapat mengatur mata uang mereka masingmasing, yaitu dengan cara memberikan petunjuk atau memberikan sebuah ancaman untuk mengintervensi. Salah satu perdebatan paling dominan didalam analisa pasar keuangan adalah tentang hubungan validasi atas deretan bertingkat terbesar kedua analisa, yaitu Fundamental dan Teknikal. Didalam Forex, beberapa pembelajaran menyimpulkan bahwa analisa fundamental lebih efektif dalam hal memprediksikan arah pergerakan untuk jangka panjang ( lebih dari satu tahun), sementara itu analisa teknikal lebih kearah kepastian untuk jangka waktu yang pendek ( 0-90 hari). Menggabungkan kedua pendekatan tersebut adalah merupakan suatu langkah terbaik untuk penempatan pada periode 3 bulanan dan satu tahunan. Meskipun demikian, bukti empiris lebih lanjut membuka tabir bahwa analisa teknikal untuk jangka panjang menolong untuk mengidentifikasikan gelombang 16 pergerakan untuk jangka panjang, dan pada saat itu faktor dari fundamental memicu pengembangan untuk jangka pendeknya. Akan tetapi kebanyakan dari para trader lebih mematuhi analisa teknikal karena tidak memerlukan waktu berjam jam untuk mempelajarinya. Analisa teknikal dapat mengikuti banyak pergerakan mata uang dalam satu waktu. Analisa fundamental, bagaimanapun juga, berupaya untuk mengukuhkan diri pada jumlah data yang terlalu berlebihan di dalam suatu pasar. Analisa teknikal bekerja dengan baik karena pasar keuangan selalu berupaya membangun suatu arah pergerakan yang kuat. Ketika saat analisa teknikal telah digariskan, maka akan dapat dipergunakan secara mudah untuk berbagai batasan waktu didalam transaksi pasar uang. (www.amazon.com) Volume perdagangan saham menggambarkan besarnya jumlah lembar saham yang diperdagangkan (baik saham yang dijual maupun di beli). Volume perdagangan saham disini adalah volume saham-saham dari berbagai emiten yang dijual/ dibeli dalam periode waktu tertentu. Volume mengukur unit yang diperdagangkan dalam periode waktu tertentu. Volume akan membantu menentukan intensitas pergerakan harga. Kenaikan harga saham harus diiringi dengan kenaikan volume untuk menunjukkan antusias dari pelaku pasar. Pada dasarnya tidak ada batasan minimal dana dan jumlahnya untuk membeli saham. Dalam perdagangan saham, jumlah yang dijualbelikan dilakukan dalam satuan pandangan yang disebut lot. Di bursa efek Indonesia, satu lot berarti 500 lembar saham dan inilah batas minimal pembelian saham. Lalu dana yang 17 dibutuhkan menjadi bervariasi karena beragamnya harga saham-saham yang tercatat di bursa. Penelitian yang dilakukan di bursa efek Swedia (Stockholm stock exchange) oleh Sofvenblad (2000) bahwa return saham berpengaruh dengan volume perdagangan saham yang terjadi secara positif. Menurut Scherreik (2003), business new, bahwa di New York stock exchange (NYSE) melalui penelitian saham yang dilakukan broker Merrill Lyrich denagn volume perdagangan saham yang makin besar membuat para investor ingin untuk membayar lebih tinggi terhadap harga saham tersebut. Pada era globalisasi ini banyak investor asing yang menanamkan investasinya di negara lain baik itu menyangkut kegiatan di sektor riil maupun sektor keuangan. Dalam kegiatan investasi ini para investor menggunakan valuta asing sebagai alat transaksi sah. Untuk sektor keuangan khususnya pasar valas, kita dapat mengatakan bahwa kegiatna sektor ini hampir tidak mengenal batasan negara dan beroperasi selama 24 jam dalam satu hari. Berkaitan dengan hal tersebut Hill (2004:286) juga mengemukakan pendapatnya mengenai pasar valuta asing, yaitu : “Pasar valuta asing merupakan sebuah pasar yang mengubah mata uang suatu negara kedalam mata uang negara lain” Dengan adanya pasar modal internasional, para pemodal bisa melakukan investasi di berbagai negara dengan bukan melakukan investasi langsung (direct investment) seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan 18 internasional, tetapi dengan jalan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan bursa-bursa efek. Besarnya kurs suatu negara terhadap mata uang lainnya biasanya ditentukan oleh keadaan perekonomian suatu negara. Menurut Rodriguez & Carter (2006:91) pengertian kurs dari mata uang sebagai berikut : “Nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang yang dibandingkan dengan jenis mata uang lain”. Paul Samuelson (2005:604) juga mengemukakan definisi mengenai nilai tukar yang dikenal dengan foreign exchange sebagai berikut : “The foreign exchange rate is the price of one currency in terms of another currency. The foreign exchange rate is determined in the foreign exchange market which is market where different currencies are traded”. Disamping nilai kurs yang harus dipertimbangkan dalam berinvestasi adalah tingkat suku bunga, suku bunga pada dasarnya adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Selain itu juga tingkat suku bunga merupakan tingkat pengembalian dalam periode waktu tertentu yang relatif tidak berisiko. Tingkat suku bunga disuatu negara biasanya ditetapkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian di suatu negara. Menurut Bambang Riyanto (2001:115) pengertian bunga adalah : “sejumlah uang yang dibayarkan sebagai kompensasi terhadap apa yang diperoleh dengan menggunakan tersebut”. 19 Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah : “pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang”. Dan “Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu”. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam. Tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kenaikan tingkat suku bunga yang sangat tinggi akan memberatkan dunia usaha terutama bagi perusahaan yang memiliki komponen hutang perbankan yang cukup besar dari modalnya, sehingga profit margin perusahaan akan turun. Pada penelitian ini tingkat suku bunga yang diteliti adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI). Sertifikat Bank Indonesia menurut surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 adalah “surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutnag jangkapendek dengan sistem diskonto”. Tingkat bunga yang berlaku dalam dunia usaha maupun tingkat bunga deposito perbankan mengacu kepada tingkat suku bunga SBI. Adapun SBI adalah salah satu instrument Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. SBI merupakan instrument pasar uang yang mendekati bebas risiko (risk free) sehingga para investor dapat menjadikan tingkat suku bunga SBI menjadi tingkat pengembalian minimal yang diinginkan investor dalam menginvestasikan dananya. 20 Kekuatan penawaran dan permintaan akan instrument investasi terjadi juga pada saham di pasar modal. Saham adalah surat tanda bukti keikutsertaan dalam permodalan diperusahaan serta mewakili hak atas sebagian kekayaan perusahaan. Pemilik saham adalah pemilik perusahaan, dimana proporsi ditentukanoleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Menurut Fakhrudin dan Hadianto (2001:6), saham dapat didefinisikan sebagai berikut : “Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. Dalam investasi, tingkat pengembalian hasil (return) merupakan ukuran terhadap investasi yang dilakukan, menurut Gitman (2000:338), return saham adalah : “The total gain or loss experienced on an investment over a given period of time, calculated by dividing the asset’s change in value plus any cash distribution during the period by its beginning of period investment value”. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS telah memaksa otoritas moneter menaikkan tingkat suku bunga. Hal ini dimaksudkan agar pemegang asset rupiah tidak beralih ke dollar. Bank Indonesia selama krisis moneter terpaksa memperketat nilai Rupiah atas Dollar AS, maka hutang pokok dan bunga yang harus dibayar dalam bentuk rupiah semakin besar dan meningkatkan beban selisih kurs, sehingga dapat mengurangi tingkat pencapaian laba bersih perusahaan. Hal ini akan berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. 21 Adanya permintaan dan penawaran pda pasar valas menyebabkan Foreign Exchange Rate tidak tetap., demikian juga fluktuasi kurs akan mendorong investor untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal atau pada transaksi valuta asing. Argument Putu Gede Ary Suta (2000:15) mengenai kurs Rupiah atas dollar AS, yaitu sebagai berikut : “terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS akan memberikan dampak perkembangan produk perusahaan Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara langsung akan berpengaruh kepada Balance Of Trade, karena menurunya nilai ekspor dibanding nilai impor, seterusnya akan berpengaruh kepada Balance Of payment Indonesia. Memburuknya Net Internasional Reserve, berkurangnya Net Internasional reserve dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap pendapatan saham di pasar modal Indonesia terutama Bursa Efek Jakarta dan bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi Capital Out Flow ”. Kepala bagian studi ekonomi dan Lembaga Internasional Bank Indonesia , Sjamsul Arifin (www.bi.go.id) berpendapat perihal pengaruh tingkat suku bunga sebagai berikut : “bahwa suku bunga berpengaruh negatif dengan harga saham karena peningkatan suku bunga akan mengakibatkan pemilik dana untuk mengalihkan penanamanya dari saham ke deposito dan secara langsung akan berpengaruh juga terhadap return saham ”. 22 Gambar 1.1 Kerangka pemikiran Pasar Modal Investasi saham Fundamental Teknikal Neraca perusahaan Volume perdagangan saham Laba rugi perusahaan Nilai tukar Laporan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah SBI Return saham Keterangan : : Faktor yang diteliti : Faktor yang tidak diteliti 23 Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu: • Tendi Haruman dkk (2005) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental, ekonomi makro dan resiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham individu. Dimana variabel independennya adalah faktor fundamental yang diwakili oleh Earning Per Share dan Price Earning Ratio. Faktor ekonomi makro yang diwakili oleh inflasi IHK dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dan resiko sistematis. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor fundamental, ekonomi makro dan resiko sistematis mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian individu. • Sandy Hamdani (2007) Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar per Dollar AS dan SBI terhadap return saham dimana variabel independenya adalah nilai tukar per Dollar AS dan SBI. Hasil dari penelitian tesebut menyatakan bahwa nilai tukar per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan SBI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. 24 • Marc Bremer dan Takato Hiraki Di Tokyo Stock Exchange pada tahun 1999 menemukan adanya pola hubungan antara return dan volume dalam kategori lose-high volume pada periode sebelumnya akan berbalik menjadi gain pada periode berikutnya. Penelitian serupa yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta dengan periode antara tahun 1997 - 2001 menunjukkan adanya perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marc Bremer dan Takato Hiraki di Tokyo Stock Exchange. Meskipun pada penelitian di Bursa Efek Jakarta ditemukan adanya pola hubungan yang terbentuk dari korelasi antara return dan volume periode sebelumnya dengan return periode berikutnya. tetapi pola yang terbentuk adalah gainer-high volume dan loseer-low volume • Ariyani Indriastuti (2003) Penelitian yang dilakukan oleh Aryani Indriastuti adalah mengenai pengaruh volume perdagangan dan kurs terhadap return saham dengan menggunakan metode Intervalling, dimana studi kasusnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2001, pada penelitian ini terdapat pola hubungan yang signifikan antara volume perdagangan, kurs dan return saham. • Chordia et al. (2000) Meneliti mengenai volume perdagangan dan cross-Autocorrelations pada return saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume perdagangan sebagai variabel independen dan return sebagai variabel dependen. Hasilnya menunjukkan bahwa volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham. 25 • Lee et al. (2001) Menggunakan variabel volume perdagangan dan return saham. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah dengan metode regresi. Hasilnya menunjukkan bahwa volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap Return saham. • Mustafa et al. (2002) Melakukan penelitian dengan menggunakan variabel return saham dan volume perdagangan. Hasilnya terdapat autokorelasi positif antara future return dan present return. Selain itu, juga terdapat hubungan yang negatif pada saat present return dipengaruhi oleh perubahan volume perdagangan. • Ratnasari (2003) Menggunakan metode multiple regresi menunjukkan hasil volume perdagangan dan kapitalisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan. • Boedie et al (1995) Menyatakan bahwa perubahan harga saham di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suku bunga. Hal tersebut didukung pula penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia. • Gudono (1999, dalam Meta 2007), Nurdin (1999) serta Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham namun dalam penelitian Tandelin 26 (1997, dalam Meta 2007) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap resiko sistematis. • Granger (2000, dalam Suyanto 2007) Menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara suku bunga dan harga saham. Namun Mok (1993) sendiri dengan menggunakan model analisis Arima tidak menemukan hubungan yang signifikan antar kedua variabel ini. • Ajayi dan Mougoue (1996) Menemukan adanya bukti empiris tentang adanya hubungan negatif antara kurs mata uang asing dengan harga saham. Penelitian ini dilakukan lagi oleh Slamet Sugiri (2000) pada industri telekomunikasi yang listed di BEJ yaitu PT Indosat dan PT Telkom, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat hubungan yang negatif antara harga saham telekomunikasi dengan kurs Dollar AS. • Hardiningsih et al (2002) Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kurs, inflasi, ROA dan PBV sedangkan variabel independennya adalah return saham dengan alat analisis regresi, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa secara empiris terbukti bahwa secara parsial semua variabel dependen berpengaruh berpengaruh positif terhadap return saham kecuali nilai tukar Rupiah/US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. 27 • Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) Dalam penelitian yang berjudul “Peran Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Uang dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah profitabilitas perusahaan, suku bunga, laju inflasi dan nilai tukar uang sedangkan variabel dependenya adalah harga saham. Penelitian tersebut menggunakan obyek penelitian yaitu perusahaan yang sensitif terhadap perubahan kondisi ekonomi yang terdaftar di BEJ. Dengan alat analisis regresi, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa secara empiris terbukti bahwa profitabilitas, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar mata uang secara bersama-sama mempengaruhi harga saham secara signifikan selama krisi ekonomi dan secara empiris terbukti bahwa secara parsial tingkat suku bunga berpengaruh signifikan negatif dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham selama krisis ekonomi. • Nurdin (1999) Dalam penelitiannya yang berjudul “Resiko Investasi pada Saham Properti di Bursa Efek Jakarata” dalam penelitian ini variabel indepanden yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah/US Dollar, tingkat suku bunga, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, struktur modal, struktur aktiva dan tingkat likuiditas. Dengan alat analisis regresi, hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa secara parsial tingkat suu bunga berpengaruh negatif terhadap resiko investasi pada saham properti, serta nilai tukar Rupiah tidak 28 berpengaruh secara signifikan terhadap resiko investasi pada saham properti di BEJ. 1.6 Metodelogi Penelitian penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dan relational atau verifikatif, karena selain jenis penelitian deskriptif yaitu yang dimulai dari pengumpulan, menginventarisasi, mengolah data hingga menyajikan hasil yang disertai interprestasi. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti. Menurut Sugiyono (2003 ) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Menurut Suharsimi Arikunto (2005) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Jadi tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang sudah berlangsung sebuah 29 penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Disebut penelitian verifikatif karena menguraikan pernyataan sementara atau dugaan yang akan diformulasikan ke dalam bentuk hipotesis yang diuji secara empirik. 1.7 Waktu dan Tempat Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume perdagangan saham, SBI, nilai tukar dan IHSG selama periode 2005-2009 di BEI. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan melalui situs internet www.idx.co.id. Tempat penelitian juga dilakukan di pojok bursa Universitas Widyatama dan Magister Manajemen Universitas Padjadjaran Bandung. Serta waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari bulan mei 2010