BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, melakukan perkembangan terhadap perusahaan dan untuk pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Masyarakat awam pada umumnya seringkali menyamakan pemasaran dengan penjualan. Pandangan ini terlalu sempit karena penjualan hanya satu dari beberapa aspek yang ada pada pemasaran. Pemasaran berusaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen pasar sasarannya serta bagaimana memuaskan mereka melalui proses pertukaran dengan tetap memperhatikan semua pihak dan tujuan yang terkait dengan kepentingan perusahaan. Di rilis Januari 2008 definisi tersebut menjadi, “Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large“. Yang memiliki pengertian bahwa "Pemasaran adalah kegiatan, seperangkat institusi, dan proses untuk membuat, berkomunikasi, menghantarkan dan melakukan pertukaran penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra dan masyarakat luas”. Fokusnya : kepuasan dari keinginan 7 pelanggan dan melayani kebutuhan masyarakat. Ada tiga hal yang berubah di definisi tersebut. Pertama, marketing bukan lagi functions, tapi activity. Kedua, marketing bukan hanya proses untuk creating, communicating, delivering, tetapi juga proses untuk exchanging. Perubahan ini saya duga karena dipicu oleh semakin menguatnya posisi konsumen karena Internet. Ketiga, target market marketing bukan hanya customers, clients dan partners, tetapi juga masyarakat luas (society at large). Dikutip dari Kotler & Armstrong (2008), pemasaran berarti mengatur pasar untuk membuat hubungan dengan pelanggan agar menguntungkan. Bagaimanapun, membangun hubungan dengan pelanggan akan sangat berdampak. Pada saat ini, teknologi digital, dari Web sites dan online social networks hingga telepon, dapat memberdayakan pelanggan dan membuat pemasaran menjadi lebih interaktif. 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang memberikan manfaat atau keuntungan melalui suatu analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang terencana untuk mencapai target organisasi (Kotler dan Amstrong, 2008). 8 Menurut Kotler dan Keller (2009), “Manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu yang mempelajari tentang cara pemilihan dan memperoleh target pasar, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan dengan menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan keunggulan suatu nilai kepada pelanggan.” Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu yang mempelajari tentang cara pemilihan dan memperoleh target pasar, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan melalui suatu analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang terencana untuk mencapai target organisasi. 2.2 Integrated Marketing Communication (IMC) Integrated Marketing Communication (selanjutnya disebut IMC), konsep yang berkembang di tahun 1980an ini didefinisikan oleh Schultz (2004) sebagai sebuah strategi dalam proses bisnis dengan membuat perencanaan, membangun, mengeksekusi dan mengevaluasi pelaksanaan program komunikasi merek yang terkoordinasi pada konsumen, pelanggan, atau sasaran lain yang relevan dengan audience eksternal dan internal. Di lain kesempatan, Shimp (2010) mendefinisikan IMC sebagai sebuah proses komunikasi yang terdiri dari perencanaan, penciptaan, pengintegrasian dan penerapan berbagai bentuk komunikasi pemasaran (iklan, sales promotion, publikasi, event dan lain sebagainya). Sedangkan asosiasi agen periklanan Amerika atau yang dikenal dengan nama The 4As (The American Association of Advertising Agency) 9 mengatakan bahwa IMC adalah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang matang dengan mengevaluasi peran masing-masing bentuk komunikasi pemasaran (periklanan umum, sales promotion, public relations dan lain-lain) dan memadukan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal (Belch 2009). Dengan mempelajari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IMC adalah sebuah konsep komunikasi yang terencana, terintegrasi dan diterapkan dalam berbagai bentuk komunikasi pemasaran untuk memberikan pemahaman dan dampak yang maksimal melalui konsistensi pesan komunikasi kepada konsumen, pelanggan ataupun pihak lain yang relevan dengan barang atau jasa yang dikomunikasikan. Untuk dapat mencapai tujuan komunikasi, perusahaan dapat menggunakan sebuah alat bantu yang disebut promotion mix (Belch 2009). Adapun beberapa elemen yang terdapat di dalam promotion mix ini adalah sebagai berikut: • Advertising Adalah segala bentuk komunikasi non-personal melalui berbagai media massa seperti TV, radio, majalah dan koran mengenai informasi tentang perusahaan, produk dan jasa atau ide sebuah sponsor yang dikenal. Elemen komunikasi ini paling banyak digunakan pemasar karena dapat menjangkau target audience dalam jumlah yang lebih besar daripada elemen – elemen lain. Selain itu, advertising juga dapat membangun ekuitas merek dengan menciptakan brand image dan brand association melalui eksekusi iklan ke dalam benak konsumen. 10 • Direct Marketing Merupakan sebuah aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan secara langsung kepada konsumennya. Umumnya aktivitas pemasaran ini dilakukan dengan cara mengirimkan direct mail, melakukan telemarketing dan direct selling kepada konsumen yang dituju. Untuk dapat melakukan hubungan secara langsung dengan para konsumen potensialnya maka perusahaan mengelola data based konsumen. • Interactive/ Internet Marketing Aktivitas pemasaran yang dilakukan secara interaktif melalui CDROMs, handphone digital, TV interaktif dan lain sebagainya atau secara online menggunakan jaringan internet atau media sosial untuk mengkomunikasikan produk dan jasanya. Melalui aktivitas ini, perusahaan dan konsumen dapat melakukan komunikasi 2 arah langsung secara realtime. • Sales Promotion Aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan cara memberikan nilai incentive kepada tim penjualan, distributor, atau konsumennya secara langsung untuk mendorong penjualan dengan cepat. Sales promotion yang dilakukan kepada konsumen biasanya dengan membagikan sample produk, kupon dan lain sebagainya untuk mendorong konsumen agar langsung melakukan pembelian. Sedangkan sales promotion yang 11 dilakukan kepada distributor dan pedagang dilakukan dalam bentuk kontes penjualan, pemberian harga khusus, penyediaan merchandising dan masih banyak lagi bentuk lainnya. • Publicity/ Public Relations: Sama halnya dengan advertising, publikasi/ public relations adalah komunikasi non-personal melalui berbagai media massa seperti TV, radio, majalah dan koran mengenai perusahaan, produk, jasa atau sponsor acara yang didanai langsung atau tidak langsung yang dilakukan dalam bentuk news release, press conference, artikel, film dan lain-lain. Bedanya dengan advertising adalah, untuk masuk ke jaringan media massa perusahaan tidak mengeluarkan dana khusus melainkan menyediakan berita seputar produk dan jasa, melakukan event atau aktivitas lain yang menarik untuk diliput atau dipublikasikan oleh media massa. Sedangkan public relation adalah fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengevaluasi perilaku publik, mengedentifikasi kebijakan dan prosedur individu atau organisasi terhadap public interest, serta mengeksekusi sebuah program untuk dapat diterima dan dipahami oleh publik. Tujuan utama melakukan public relation adalah untuk menciptakan dan mengelola image positif perusahaan di mata publik yang biasanya dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan dana, mensponsori acara khusus, berpartisipasi dalam aktivitas sebuah komunitas dan masih banyak lagi yang lainnya. 12 • Personal Selling Adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh pihak penjual untuk meyakinkan pembeli potensial membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Melalui aktivitas komunikasi ini, penjual dapat memodifikasi pesan komunikasi agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen serta mendapatkan feedback langsung dari konsumennya. The Promotional Mix Advertising Direct Marketing Interactive/ Internet Marketing Sales Promotion Publicity/ Public Relations Personal Selling Gambar 2.1 : The Promotional Mix (Belch, 2009) 2.3 Media Sosial 2.3.1 Pengertian Media Sosial Peran media sosial semakin diakui dalam mendongkrak kinerja bisnis ataupun merek. Efektivitas pemanfaatan tergantung pada bagaimana pemilik merek menggunakannya untuk produk yang dipasarkanya. Media sosial menurut Kaplan dan Haenlein (2010) adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet yang membangun fondasi berdasarkan ideologiocal dan technological berdsar web.20, dan yang memungkinkan penciptaan pertukaran user-generated content. 13 Ron Jones dalam Social Media Marketing 101, Part 1, mendefinisikan media sosial sebagai berikut, media sosial pada dasarnya adalah kategori dari media online, dimana orang dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara online. Sebagian besar media sosial mengutamakan diskusi, umpan balik, pengambilan suara, komentar, dan saling berbagi informasi dengan semua pihak yang terkait. Media sosial merupakan percakapan dua arah, tidak hanya satu arah seperti media tradisional. Aspek unik lain dari sebuah media sosial yaitu memungkinkan seseorang untuk tetap terhubung dengan pengguna lain, serta adanya link untuk menuju ke situs, sumber dan juga pengguna lain. Media sosial adalah “Konten online yang dibuat menggunakan teknologi penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur. Paling penting dari teknologi ini adalah terjadinya pergeseran cara mengetahui orang, membaca dan berbagi berita, serta mencari informasi dan konten”. 2.3.2 Karakteristik Media Sosial Antony Mayfield (2011) mendefinisikan media sosial adalah “Pemahaman terbaik sebagai satu kelompok jenis baru dari media online, yang mencakup karakter-karakter berikut ini” : Partisipasi : Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik (feedback) dari setiap orang yang tertarik didalamnya, sehingga tercipta sebuah partisipasi dari pengguna di media tersebut. Hal ini mengaburkan batasan antara media dan khalayak. 14 Keterbukaan : Hampir semua pelayanan media sosial terbuka untuk umpan balik (feedback) dan partisipasi. Mendorong untuk melakukan pemilihan, berkomentar, dan berbagi informasi. Hampir tidak ada penghalang untuk mengakses dan menggunakan konten yang tersedia pada media sosial, dimana layanan yang tersedia memang ditujukan bagi para penggunanya. Percakapan : Sementara media tradisional lebih mengandalkan penyiaran (isi didistribusikan ke khalayak), media sosial dikenal lebih baik sebagai percakapan dua arah. Komunitas : Media sosial memberi peluang komunitas terbentuk dengan cepat dan berkomunikasi secara efektif. Komunitas saling berbagi minat yang sama, misalnya fotografi, isu-isu politik atau program televisi favorit. Saling Terhubung : Hampir semua media sosial mengandalkan konektivitas mereka dengan internet. Seperti dengan link ke website lain sehingga interaksi yang tercipta tidak hanya pada media sosial tersebut, namun juga ke berbagai sumber yang mendukung kekayaan interaksi bagi user itu sendiri. Social media mempunyai beberapa karakteristik khusus diantaranya : 1. Jangkauan (reach) : Daya jangkauan media sosial dari skala kecil hinga khalayak global. 2. Aksesibilitas (accessibility) : Media sosial lebih mudah diakses oleh publik dengan biaya yang terjangkau. 15 3. Penggunaan (usability) : Media sosial relatif mudah digunakan karena tidak memerlukan keterampilan dan pelatihan khusus. 4. Aktualitas (immediacy) : Media sosial dapat memancing respon khalayak lebih cepat. 5. Tetap (permanence) : Media sosial dapat menggantikan komentar secara instan atau mudah melakukan proses pengeditan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Danny Oosterveer dalam “Influencing and Measuring Word of Mouth on Twitter”, 2011 bahwa ada 5 indikator dalam mengukur keberhasilan Social Media yaitu : 1. Conversational Exchange : Tingkat percakapan yang paling penting dalam media sosial yang melibatkan orang lain yang membuat media sosial tidak hanya sebagai media siaran. Percakapan yang bermakna yang membuat pemasaran lebih hidup. 2. Reach : Berupa ukuran direct audience (fans/ follower) dalam akun media sosial, dimana ukuran tersebut berpengaruh terhadap ukuran kinerja dari keberhasilan media sosial. 3. Content Amplification : Ukuran per-post dimana media sosial tidak hanya jaringan Anda tetapi post yang dibuat sebagai penguatan dan ukuran sejauh apa konten yang dibuat tersebut menjangkau seluruh jaringan yang sudah dibuat melalui media sosial. Atau dengan kata lain besarnya perluasan post yang dibuat melalui media sosial dengan cara berbagi post, mengomentari, likes, +1, dan sebagainya dalam media sosial melalui proses analisa yang dibuat oleh audiens tersebut. 16 4. Sentiment : Pernyataan sentiment audiens terhadap post yang dibuat melalui pembentukan opini secara subjektif. 5. Content Appreciation : Banyaknya apresiasi positif yang diterima didalam media sosial yang mengindikasikan bahwa post yang diberikan memberikan nilai terhadap post tersebut. 2.3.3 Jenis Media Sosial Menurut Mayfield yang di kutip oleh Muhammad Badri (2011), menyebutkan saat ini ada tujuh jenis media sosial, namun inovasi dan perubahan terus terjadi. Media sosial yang ada saat ini : Social Networks : Situs yang memberi fasilitas kepada penggunanya untuk membangun halaman web pribadi dan kemudian terhubung dengan temantemannya untuk berbagi konten dan komunikasi. Contohnya: MySpace, Facebook, Linkendln, Bebo, dll. Blog : Merupakan jurnal online yang biasanya ditampilkan mulai dari berita terbaru hingga berita – berita sebelumnya, saat ini blog lebih dikenal sebagai situs pribadi, dimana setiap orang dapat membuat situs atau halaman pribadi menggunakan sarana blog dan menulis apapun yang diinginkan pada situs pribadinya tersebut. Wikis : Website yang memperbolehkan siapa saja untuk mengisi atau mengedit informasi di dalamnya, berlaku sebagai sebuah dokumen atau database komunal. Misalnya Wikipedia. 17 Podcasts : Berupa file-file audio dan video yang tersedia atau dapat diakses dengan cara berlangganan (subscribe) email, melalui services. Contoh : Apple iTunes. Forum : Sebuah area untuk diskusi secara online, seputar topik dan minat tertentu yang disediakan oleh pengembang forum. Forum sudah ada jauh sebelum media sosial populer, dan menjadi elemen yang kuat dan populer di kalangan komunitas online. Contoh : Kaskus. Content Communities : Komunitas yang mengorganisasi dan membagikan konten – konten tertentu. Contoh : Youtube, Flickr, Slideshare. Microblogging : Jejaring sosial yang dikombinasikan dengan blog berukuran mini, dimana konten berukuran kecil didistribusikan secara online. Contoh : Twitter. Terdapat beberapa penelitian mengenai media sosia, bagaimana para pelaku bisnis dapat menumbuhkan bisnis mereka menggunakan media sosial. Tiga pertanyaan terbesar marketer terjawab disini : (1) Bagaimana mengukur ROI pada media sosial? (2) Bagaimana jalan terbaik menggunakan media sosial? (3) Bagaimana jalan terbaik memanage waktu di media sosial? Dan pada kenyataannya sebagian besar marketer baru saja mengetahui mengenai media sosial. Yang dimana sebanyak 65% dari mereka baru saja menggunakan media sosial selama satu bulan. Dan keuntungan terbesar dari menggunakan media sosial untuk marketing adalah exposure kepada bisnis, meningkatkan traffic, dan membangun partnership baru. 18 Pertanyaan saat ini muncul mengenai bagaimana peran program penelitian marketing. Dalam penelitian tersebut, mereka menemukan fakta bahwa untuk listen in „didengarkan‟ diperbincangan pada media sosial memiliki imbas positif terhadap brand yang dibawa. Sehingga media sosial menjadi salah satu faktor penting saat ini untuk mengembangkan bisnis. 2.3.4 Social Media Marketing Social media marketing dapat berarti peluang untuk meraih sebuah brand melalui video viral atau dengan bergabung dalam sebuah pembicaraan. Untuk melakukan itu, sebuah perusahaan harus dapat memahami motivasi masyarakat bergabung dalam sebuah media sosial dan kemudian menarik hati masyarakat yang berada di media sosial tersebut. Dengan kebangkitan media sosial, kecepatan dan jangkauan dari Word of Mouth (WoM) menjadikan sebuah penghargaan terhadap barang dan jasa dapat meningkat pesat. Disaat yang sama, sejumlah besar perusahaan sedang mengembangkan teknologi untuk dapat memecahkan bagaimana mempergunakan kekuatan WOM untuk meningkatkan brand awareness, meningkatkan perbaikan marketing dan yang terpenting meningkatkan nilai pemegang saham. 19 2.4 Celebrity Endorser 2.4.1 Pengertian Celebrity Endorser H. Friedman & L. Friedman (1979) mendefinisikan celebrity endorser sebagai seorang individu yang dikenal oleh publik (seperti aktor, tokoh olahraga, entertainer) untuk pencapaiannya dalam area – area selain daripada kategori produk yang didukung (James, 2003). Definisi yang hampir serupa dinyatakan oleh Carroll (2009), yaitu celebrity endorser didefinisikan sebagai setiap individu yang menikmati pengakuan publik dan yang menggunakan pengakuan ini atas nama barang – barang konsumsi dengan tampil bersamanya dalam suatu iklan. Dalam penelitiannya, James (2003) meluaskan definisi dari celebrity endorser dengan mencakup selebriti – selebriti yang mendukung produk – produk yang berhubungan dengan area keahlian mereka, seperti seorang atlet yang mendukung pakaian dan peralatan olahraga. 2.4.2 Atribut Endorser Terence. A Shimp (2010) menggolongkan dua atribut umum dan lima atribut khusus endorser iklan untuk memfasilitasi efektivitas komunikasi. Secara spesifik Shimp mengatakan bahwa, lima atribut khusus endorser dijelaskan dengan akronim TEARS. Dimana TEARS tersebut terdiri dari trustworthiness and expertise yang merupakan dua dimensi dari credibility; physical attractiveness, respect and similarity merupakan komponen umum dari konsep attractiveness. 20 a. Trustworthiness (dapat dipercaya) Istilah trustworthiness menurut Shimp mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki kejujuran, ketulusan dan dapat dipercaya. Sumber dapat dipercaya (trustworthiness) secara sederhana berarti endorser sebuah merek secara bertingkat membuat audience memiliki kepercayaan pada apa yang mereka katakan. Jika sumber atau endorser tersebut adalah selebriti, maka trustworthiness lebih mengarah pada kemampuan selebriti untuk member kepercayaan atau percaya diri pada konsumen suatu produk. Mowen dan Minor (2002), telah menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan memberikan kontribusi independen terhadap efektivitas sumber. Implikasinya adalah bahwa sumber yang dirasakan dipercaya dapat mempengaruhi pemirsa, meskipun sumber tersebut dirasa memiliki keahlian yang relatif sedikit. Sebaliknya, sumber yang dirasa tidak dapat dipercaya, jika dirasa memiliki keahlian paling tidak memiliki kemampuan persuasive. b. Expertise (keahlian) Keahlian (expertise) mengacu pada pengetahuan, pengalaman atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan merek yang didukung. Seorang endorser yang diterima sebagai seorang yang ahli pada merek yang didukungnya akan lebih persuasive dalam menarik audience daripada yang tidak diterima sebagai seorang yang ahli. c. Attractiveness (daya tarik) Attractiveness ini mengacu pada diri yang dianggap sebagai yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep kelompok tertentu dengan daya tarik. 21 Seseorang yang menarik dirasakan lebih positif dan merefleksikan merek yang diiklankan secara lebih baik daripada orang dengan daya tarik rata-rata (Mowen & Minor, 2002). Selain itu Mowen & Minor berpendapat karakteristik endorser harus sesuai dengan produk. Shimp (2010) menyatakan jika pemilih menemukan sesuatu pada diri endorser yang dianggap menarik, terjadi persuasi melalui suatu proses identifikasi (identification process). Yaitu bila penerima menganggap menarik suatu sumber, mereka mengidentifikasi dengan pendukung dan cenderung sekali menerima sikap, perilaku, perhatian atau preferensi sang sumber tersebut. d. Respect (kualitas dihargai) Menurut Shimp, respect berarti kualitas yang dihargai atau digemari sebagai akibat dari kualitas pencapaian personal. Selebritas dihargai karena kemampuan acting mereka, keterampilan berolahraga atau kepribadian dan kualitas argumentasi politiknya. Individu yang dihargai juga secara umum disukai, dan hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan ekuitas merek. Namun, dalam penemuan lain Mowen dan Miror menyimpulkan bahwa karakteristik dan kepribadian sumber yang dirasakan berinteraksi dengan sifat alami produk. Oleh karenanya, dalam keadaan tertentu orang yang memiliki fisik menarik atau yang sangat menyenangkan mungkin tidak efektif sebagai sumber informasi. 22 e. Similarity (kesamaan dengan audience yang dituju) Seorang pendukung dianggap menarik oleh khalayak bila mereka bisa membagi rasa similarity atau familiarity dengannya atau bila mereka hanya menyukai si pendukung tanpa melihat apakah keduanya serupa di dalam segala hal. Kesamaan dengan audience yang dituju (similarity) mengacu pada kesamaan antar endorser dan audience dalam hal umur, gender, etnis, status sosial dan sebagainya. 2.5 Perilaku Konsumen Kotler & Keller (2009) mengemukakan bahwa tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran secara lebih baik daripada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan atau konsumen. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran atau distribusi, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Para pemasar selalu mencari tren yang sedang naik daun mengemukakan peluang pemasaran baru. 23 2.5.1 Perkembangan Perilaku Konsumen Perkembangan teknologi internet membuat perilaku konsumen berubah serta membuat lanskap pendekatan pemasaran pun berubah dari vertikal menjadi horisontal. Di awal tahun 2010 mulai muncul sub-culture baru di Indonesia mengenai tipe pelanggan salah satunya yaitu netizen. Kata netizen dipopulerkan pertama kali oleh Michael Hauben pada tahun 1992 merupakan istilah yang dibentuk dari kata Net (internet) dan Citizen (warga). Lebih rincinya menurut Michael Hauben bahwa netizen adalah 1. A citizen who uses the Internet as a way of participating in political society (for example, exchanging views, providing information, and voting). 2. An Internet user who is trying to contribute to the Internet's use and growth. As a powerful communications medium, the Internet seems to offer great possibilities for social change. It also creates a new culture and its own special issues, such as who shall have access to it. The implication is that the Internet's users, who use and know most about it, have a responsibility to ensure that is used constructively while also fostering free speech and open access. Berdasar survei riset Markplus Insight yang terangkum dalam buku Anxietis/Desires (2011) mengenai netizen antara lain netizen terkenal suka melakukan percakapan di dunia maya terutama di jejaring sosial. Netizen adalah seseorang yang mengakses internet selama lebih kurang tiga hingga lima jam 24 sehari dengan berbagai gadget. Gadget yang digunakan oleh para netizen juga kebanyakan lebih dari satu sehingga para netizen Indonesia mampu mengakses internet untuk mencari informasi, hiburan dan berkomunikasi di manapun mereka berada dan kapan pun mereka inginkan. Satu dari tiga anggota keluarga adalah pengguna internet. Media konvensional bukan lagi menjadi referensi utama pengguna internet. Delapan dari sepuluh orang mengakses internet melalui ponsel. Sembilan dari sepuluh pengguna internet memiliki akun facebook, satu dari lima pengguna internet memiliki akun twitter. Dalam satu bulan netizen menghabiskan Rp 50.000 – Rp 200.000 untuk akses internet. Beberapa jenis perbicangan netizen di dunia maya menurut Virginia Bautista, Head of Quality Control Brandtology (2011) yaitu : 1. Keluhan (complaints). Netizen sangat sering melakukan ini ketika kecewa dengan sebuah produk. Bahkan keluhan itu biasa dilengkapi pula oleh foto atau video. 2. Pujian (compliments). Netizen juga mampu bersikap fair. Mereka tak akan segan memuji bila sebuah produk memang berkualitas dan memuaskan hatinya. 3. Pengalaman menggunakan produk/jasa (experiences). Ini pun sangat sering dilakukan oleh para pengguna media sosial. Mereka saling berbagi dan membandingkan pengalaman masing-masing, baik positif maupun negatif. 25 4. Rekomendasi (recommendations). Tidak sedikit netizen yang akan meminta rekomendasi tentang sejumlah produk atau layanan jasa melalui kanal media sosial. Respon yang muncul biasanya akan terkait dengan pengalaman seseorang dalam menggunakan produk/layanan terkait. 5. Saran (suggestions). Meski netizen mengeluhkan atau memuji sebuah produk/layanan, mereka umumnya akan senang pula memberi saran. Misalnya dalam pengalaman naik taksi. Sebagian akan rela berbagi saran cara-cara memilih taksi yang baik. 6. Perbandingan (comparisons). Netizen juga sangat rajin membandingkan kualitas antara satu produk/layanan dengan lainnya. Aktivitas membandingkan ini salah satu perbincangan yang harus dicermati pemasar karena terkait industri dan kompetitornya. 7. Perilaku pembelian (buying behaviour). Secara umum, netizen akan bertanya lebih dulu di media sosial sebelum memutuskan membeli produk/jasa. Mereka akan mencari alasan mengapa harus membeli. 8. Perubahan perilaku (switching behaviour). Ketidakpuasan terhadap produk/jasa akan mengakibatkan perubahan perilaku pembelian oleh netizen. Mereka akan mengumumkan perubahan perilaku itu di kanal media sosial sembari menyebutkan produk/jasa yang baru dipilihnya. 26 2.6 Keputusan Pembelian Menurut Suharno (2010) keputusan pembelian adalah tahap di mana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencarian informasi ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan, dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi ini yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli. Bagi konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi terhadap produk yang diinginkannya, proses pengambilan keputusan akan mempertimbangkan berbagai hal. Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen sangat bervariasi, ada yang sederhana dan komplek. Kotler (2009) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima tahapan sebagai berikut : 27 1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognition) Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul ketika pembeli merasakan adanya rangsangan eksternal atau internal yang mendorong dirinya untuk mengenali kebutuhan. Rangsangan internal timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan dorongan eksternal berasal dari luar diri manusia atau lingkungan. Kebutuhan mempunyai tingkat intensitas tertentu. Makin besar tingkat intensitasnya, maka akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk menguranginya dengan jalan mencari obyek baru yang dapat memuaskan kebutuhannya. 2. Pencarian Informasi (Information Search) Konsumen yang merasakan rangsangan akan kebutuhannya kemudian akan terdorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya. Rangsangan tersebut dibagi dalam dua level. Level pertama adalah penguatan perhatian dimana pada level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Level selanjutnya adalah pencarian informasi secara aktif dimana pada level ini orang mulai mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber eksperimental. Melalui pengumpulan informasi yang didapat dari berbagai sumber tersebut, konsumen kemudian dapat mempelajari merek-merek yang bersaing beserta fitur merek tersebut. 28 3. Evaluasi Alternatif (Evaluation Of Alternatif) Setelah menerima banyak informasi, konsumen akan mempelajari dan mengolah informasi tersebut untuk sampai pada pilihan terakhir. Terdapat banyak proses evaluasi atau penilaian konsumen terhadap produk. Namun model yang terbaru adalah orientasi kognitif yang memandang konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan pada pertimbangan yang standar dan rasional. Untuk mengetahui proses evaluasi yang dilakukan oleh konsumen perlu dipahami beberapa konsep dasar yaitu : Atribut produk. Bobot pentingnya ciri bagi konsumen. Pemasar harus memahami bahwa tidak setiap konsumen mementingkan suatu atribut produk. Kepercayaan terhadap merek. Konsumen cenderung memperoleh keyakinan bahwa setiap merek mempunyai kelebihan dalam atribut tertentu berdasarkan pengalaman atau informasi yang diperoleh. 4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision) Jika keputusannya adalah membeli, maka konsumen harus mengambil keputusan menyangkut merek, harga, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayaran. Keputusan tersebut tidak terpaku harus dilakukan melalui proses urutan seperti diatas, dan tidak semua produk memerlukan proses keputusan tersebut. Misalnya barang keperluan sehari-hari seperti makanan tidak perlu perencanaan dan pertimbangan membeli. 29 5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior) Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan, hal ini akan mempengaruhi tindakan setelah pembelian. Apabila konsumen memperoleh kepuasan maka sikap konsumen terhadap produk tersebut menjadi lebih kuat atau sebaliknya. Para pemasar dapat melakukan sesuatu dari konsumen yang merasa puas misalnya dengan memasang iklan yang menggambarkan perasaan puas seseorang yang telah memilih salah satu merek atau lokasi belanja tertentu. Bagi konsumen yang tidak puas, pemasar dapat memperkecil ketidakpuasan tersebut dengan cara menghimpun saran pembeli untuk penyempurnaan produk, maupun pelayanan tambahan terhadap konsumen dan sebagainya. Kotler (2009). Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.2 : Proses Keputusan Pembelian (Kotler, 2009) 30 2.7 Kerangka Pemikiran Media Sosial (X1) H1 H3 Keputusan Pembelian (Y) H2 Celebrity Endorser (X2) Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran 31