BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) memiliki keterkaitan dengan penelitian akuntansi serta merupakan sebagai landasan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme corporate governance. Teori keagenan merupakan teori mendasar yang digunakan untuk memahami konsep corporate governance (CG). Ketidaksejajaran kepentingan dalam teori ini membahas mengenai konflik kepentingan antara agent (manajer) dan principal (pemilik). Agent merupakan pihak internal perusahaan yang menjalankan kegiatan operasional bisnis perusahaan. Agent dapat diartikan sebagai manajemen perusahaan atau manajer. Sedangkan principal adalah pihak yang mempunyai modal atau pemegang saham dalam perusahaan. Masing-masing pihak yaitu agent (manajer) dan principal (pemilik) mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap perusahaan. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi lain manajer mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejateraan mereka (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik tersebut tidak terlepas dari kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Dalam hal ini walaupun manajer memperoleh kompensasi dari pekerjaannya, namun pada kenyataannya perubahan 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Universitas Mercu Buana 9 kemakmuran manajer lebih kecil dibandingkan perubahan kemakmuran pemilik/pemegang saham (Jensen dan Murphy, 1990). Teori keagenan (agency theory) digunakan untuk mengetahui adanya konflik kepentingan di antara individu-individu yang rasional (Scott, 2015). Agency theory sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih principal menggunakan pihak lain (agent) untuk melakukan sesuatu berdasarkan kepentingan principal yang mencakup pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Kontrak tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan agent dan principal (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam kontrak antara manajer dengan para pemegang saham maka manager dilihat sebagai agen dan para pemegang saham dilihat sebagai prinsipal. Penyusunan desain kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan merupakan inti dari teori keagenan (Scott, 2015). Agency problem timbul karena adanya information asymmetry antara agent dan principal. Information asymmetry muncul ketika tidak adanya keseimbangan informasi antara agent dan principal. Agent sebagai pihak internal perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai keadaan perusahaan dibandingkan principal. Ketidakseimbangan informasi dapat menyebabkan moral hazard dan adverse selection (Scott, 2015). Moral hazard terjadi karena principal tidak dapat secara langsung mengamati aktivitas agent dalam mengelola perusahaan dan mengelolah informasi, sehingga ukuran output atas aktivitas-aktivitas yang telah ditetapkan dalam Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 kontrak menjadi kurang akurat. Sedangkan adverse selection timbul akibat adanya ketidakpastian apakah informasi yang disajikan oleh agent, digunakan oleh principal dalam mengambil suatu keputusan, merupakan informasi yang mencerminkan kinerja agent sebenarnya. Untuk mengurangi agency problem maka dibutuhkan agency cost. Agency cost merupakan biaya yang dibutuhkan untuk meminimalkan terjadinya agency problem. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan mengenai agency cost yang terdiri dari: (1) monitoring cost, yaitu biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent. Biaya ini dikeluarkan untuk mengurangi tindakan agent yang akan merugikan kepentingan principal. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturanaturan operasi. (2) bonding cost, yaitu biaya yang ditanggung oleh agen, dengan beban principal (yaitu laba menurun), untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan principal. Contohnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. (3) residual loss, timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadangkala berbeda dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan principal. Misalnya agent tidak memecat rekan kerjanya yang melakukan pekerjaan buruk (Scott, 2015). Kenyataannya agency problem hanya bisa diminimalisir tapi tidak bisa dihilangkan, karena agency problem berhubungan dengan prilaku agent dan principal yang selalu memaksimalkan utilitasnya. Faktor lain penyebab terjadinya agency problem Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 adalah karena sulitnya untuk memonitor tindakan yang dilakukan oleh agent dan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal mengenai informasi kegiatan perusahaan. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori keagenan dimana pengelolaan perusahaan oleh manajer harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999). Menurut Eisenhardt (1989) bahwa agency theory setidaknya menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya cenderung mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki keterbatasan daya pikir mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia cenderung selalu menghindari resiko (risk averse). Sehingga berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan cenderung bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Tujuan utama teori keagenan untuk menjelaskan bagaimana pihak yang berkepentingan yang melakukan kontrak perjanjian dapat mendesain kontrak tersebut yang tujuannya untuk meminimalisir biaya (cost) sebagai dampak asimetri informasi dan dalam kondisi yang ketidakpastian serta berusaha untuk mensolusikan masalah keagenan yang timbul karena pihakpihak yang menjalin hubungan kerja sama dalam suatu perusahaan yang Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 mempunyai tujuan berbeda termasuk dalam menjalankan tanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Dalam penelitian ini teori keagenan menjelaskan bahwa konflik yang timbul antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan termasuk perusahaan manufaktur yang telah terdaftar (listing) di BEI. Konflik timbul ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah pihak yang menginginkan adanya peningkatan pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai objek investasinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya disisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan yang mengelola perusahaan yang menginginkan hal yang sama untuk meningkatkan kesejahteraannya sehingga mengupayakan peningkatan laba yang dihasilkan perusahan dengan cara melakukan tax planning yang menghasilkan effective tax rate (ETR) yang rendah. Dua sudut pandang dan kepentingan berbeda tersebut yang menyebabkan timbulnya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen sebagai pengelola perusahaaan. 2. Teori Deterrence (Deterrence Theory) Ide dasar dari teori deterrence (deterrence theory) adalah sebagai sarana pencegahan maksudmya menjatuhkan hukuman sebagai upaya membuat jera guna mencegah terulangnya kejahatan. Dimana teori deterrence yakni teori yang menekankan pada tujuan untuk memperngaruhi atau mencegah agar orang lain tidak melakukan kejahatan. Deterrence theory merupakan salah satu teori yang terkait dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini didasarkan pada paradigm manfaat. Teori Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 deterrence menggambarkan suatu model yang memperhitungkan biaya dan manfaat potensial yang akan diperoleh dari suatu tindakan yang dipilh. Sanksi legal merupakan kerugian potensial yang timbul dari tindakan ilegal yang telah dipengaruhi komitmennya terhadap tindakan ilegal. Seseorang akan berusaha untuk menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat tindakan melanggar aturan. Secara rasional, setiap wajib pajak akan memilih dan berusaha melakukan pembayaran pajak seminimal mungkin dengan tingkat rasio (sanksi) yang rendah. Menurut Becker (1968), besarnya optimalitas sanksi dapat ditentukan dengan rasionalitas masing – masing individu yang terlibat didalamnya guna memaksimalkan fungsi utilitas. Apabila biaya yang diperlukan untuk melakukan pelanggaran lebih kecil dari manfaat yang diperoleh, maka wajib pajak cenderung melanggar. Sebaliknya jika biaya yang diperlukan lebih besar dari manfaat yang diperoleh, maka wajib pajak cenderung menghindari pelanggaran. 3. Corporate Governance Cadbury Committee mendefinisikan good corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hakhak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan good corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Tim Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 corporate governance PwC menyatakan, corporate governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif, pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya. Hal ini terkait dengan bagaimana perusahaan mengakomodasi kepentingan pihak-pihak tersebut termasuk pemenuhan kewajiban perusahaan untuk taat kepada peraturan yang ada. Untuk merealisasikan sasaran tersebut digunakan empat prinsip utama yaitu : transparansi, akuntabilitas, kewajaran dan responsibilitas yang dilakukan melalui mekanisme internal maupun eksternal. Penerapan Corporate Governance sudah banyak diterapkan oleh perusahan hampir di seluruh dunia, termasuk perusahan terbuka yang terdaftar pada BEI. Penerapan praktik Corporate Governance pada perusahaan terbuka diatur dalam Keputusan Direktur PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan nomor I-A tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat (Lampiran II huruf C) dimana dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan tidaknya harus memiliki komisaris independen, komite audit dan corporate secretary. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Corporate Govenance didefinisikan sebagai sistem atau struktur karena corporate governance berperan dalam mengatur hubungan antara elemen-elemen dalam perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris, direksi, pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Sedangkan sebagai sebuah proses, corporate governance harus memastikan transparasi atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, dan pengukuran kinerjanya. Dengan demikian dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan : a. Struktur yang mengatur pola hubungan antara peran Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para pemangku kepentingan lainnya. b. Sistem pengawasan, perusahaan yang perimbangan dapat kewenangan mengurangi munculnya atas pengelolaan setidaknya dua kemungkinan : yaitu pengelolaan yang salah serta penyalahgunaan aset perusahaan. c. Proses yang terbuka dan transparan atas penentuan dan penetapan tujuan perusahaan, proses pencapaian, serta pengukuran kinerjanya. 3.1 Asas-asas Corporate Governance Maksud dan tujuan CG merujuk pada Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia adalah: 1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. 3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Asas-asas atau prinsip corporate governance sebagaimana tertuang dalam pedoman tersebut adalah sebagai berikut: 1) Transparansi (Transparency) Informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2) Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3) Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4) Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5) Kewajaran dan Kesetaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 3.2 Manfaat dan Tujuan Corporate Governance Penerapan corporate governance memberikan empat manfaat (Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2015), yaitu: 1) Lebih mudah mendapatkan tambahan modal. 2) Mendapatkan biaya modal yang lebih rendah. 3) Memperbaiki kinerja perusahaan dan memperbaiki kinerja ekonomi 4) Dampak yang baik pada harga saham 3.3 Karakteristik Corporate Governance Karakteristik Corporate Governance berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat wajib memiliki: 1) Komisaris Independen Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris. 2) Komite Audit Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan atau keuangan. 3) Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) Fungsi Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan, harus dilaksanakan oleh salah seorang direktur perusahaan tercatat atau pejabat perusahaan tercatat yang khusus ditunjuk untuk menjalankan fungsi tersebut. Sekretaris Perusahaan harus memiliki akses informasi material dan relevan dan menguasai peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan. Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas utama meliputi (Surya dan Yustiavandana, 2006): 1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi, dan penjualan aset. Tugas ini terkait dengan tanggung jawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability). Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan (trancparency) dan adil (fairness). 3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini memberikan perlindungan terhadap hak-hak para pemegang saham (fairness). 4) Memonitor pelaksanaan governance, dan melakukan perubahan jika diperlukan. 5) Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusahaan untuk menyediakan informasi yang tepat waktu dan jelas. 4. Komisaris Independen The National Committee on Corporate Governance [NCCG] (2000) menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan dewan komisaris. Di antaranya adalah fungsi dewan komisaris untuk mengawasi direksi baik yang berhubungan dengan kebijakan dan pelaksanaan direksi. Kedua, dewan komisaris berfungsi untuk memberikan saran kepada direksi. Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka anggota dewan komisaris merupakan seseorang yang berkarakter baik dan memiliki pengalaman yang relevan. Untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi dalam pertimbangannya, maka berdasarkan The National Committee on Corporate Governance Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 (NCCG, 2000) dianjurkan agar komposisi komisaris ada dari pihak yang independen. Bursa Efek Jakarta (BEJ) (2001) juga menetapkan beberapa syarat untuk menjadi komisaris independen pada perusahaan tercatat sebagai berikut: 1. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan. 2. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan atau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan. 3. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan. 4. Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 5. Struktur Kompensasi Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa baik principal (pemilik) maupun manajemen merupakan para pihak yang memaksimumkan kesejahteraan diri mereka sendiri, sehingga kemungkinan pengelola untuk tidak selalu melakukan hal yang terbaik demi kepentingan pemilik. Konflik ini timbul tidak terlepas dari kepentingan pengelola untuk memaksimalkan keuntungan sendiri atau yang dikenal sebagai moral hazard yaitu dengan mengorbankan kepentingan pemilik perusahaan. Kompensasi yang diterima manajer dari pekerjaanya yang berdampak sangat sedikit pada perubahan kemakmurannya jika dibandingkan dengan perubahan kemakmuran yang dialami oleh pemilik atau pemegang saham adalah yang menjadi pemicu terjadinya moral hazard oleh pengelola perusahaan (Jensen dan Murphy, Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 1990). Hasil penelitian akuntansi positif menunjukkan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan kemakmurannya (Sugiri, 1998), seperti yang terjadi pada strategi discretionary accrual (Healy, 1985). Kompensasi merupakan bentuk balas jasa organisasi atas pelaksanaan tugas yang diembankan kepada individu di dalam organisasi. Sehingga kompensasi merupakan hak yang harus diberikan kepada setiap individu yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk menjalankan mandat organisasi. Pemberian kompensasi dapat menjadi solusi moral hazard para manajer. Hal yang sama juga diungkapkan Rego dan Wilson (2009) yang menemukan hubungan positif antara kompensasi yang diberikan kepada para manajer dengan perencanaan pajak melalui tindakan pajak agresif yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Minnick dan Noga (2010) lebih spesifik menemukan hubungan negatif antara kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan. Tingkat kompensasi yang tinggi cenderung akan mendorong penurunan ETR perusahaan. 6. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan bagian lain dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Institusi mempunyai sumber daya, kemampuan dan kesempatan untuk memonitor dan mendisiplinkan manajer agar lebih terfokus pada nilai perusahaan. Komunitas bisnis menaruh perhatian yang besar untuk meningkatkan investor institusional di pasar sehingga dapat lebih banyak mempengaruhi kebijakan perusahaan. Institusi Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 dengan kepemilikan saham yang relatif besar dalam perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen perusahaan untuk menyajikan disclosure secara sukarela. Hal ini terjadi karena investor institusional dapat melakukan monitoring dan dianggap sophisticated investors yang tidak mudah dibodohi oleh tindakan manajer. Institusi dengan investasi yang substansial pada saham perusahaan memperoleh insentif yang besar untuk secara aktif memonitor dan mempengaruhi tindakan manajemen seperti mengurangi fleksibilitas manajemen melakukan abnormal accounting accrual. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Schleiver dan Vishny (1986) Coffe (1991) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer dan memaksa manajer untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang oportunis. Investor institusional merupakan struktur kepemilikan yang umumnya memiliki porsi yang cukup besar dalam suatu perusahaan dan umumnya investor institusional adalah mereka yang berasal dari luar perusahaan, yang dapat berupa perusahaan yang merupakan lembaga keuangan, perbankan ataupun perusahaan asuransi, mengenai investor institusional ini Jensen (1993) serta Shleifer dan Vishny (1997) berpendapat bahwa investor institusional, yang juga berperan sebagai fidusiari, memiliki insentif atau ruang yang lebih besar untuk memantau manajemen dan kebijakan perusahaan. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pound (1988) yang menyatakan bahwa investor institusional yang begitu besar mengakibatkan mereka kurang mampu bila dibandingkan dengan pemegang saham individu dalam bergerak cepat baik masuk ataupun keluar dari investasinya tanpa mempengaruhi harga pasar. Akibatnya, investor institusional memiliki minat dan keinginan yang kuat tidak hanya dalam kinerja keuangan perusaahaan dimana mereka berinvestasi, tetapi juga dalam strategi, kegiatan, dan pemangku kepentingan lainnya di perusahaan. Pengujian empiris yang dilakukan oleh Gunarsih (2003) menunjukkan investor institusional domestik mempengaruhi corporate governance perusahaan dan semakin tinggi proporsi kepemilikan institusi domestik maka semakin rendah kinerja perusahaan. Shleider & Vishny (1997) menegaskan bahwa salah satu cara untuk memperbaiki corporate governance yaitu dengan meyakinkan bahwa perusahaan harus memiliki satu atau lebih pemegang saham besar. 7. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Soemitro (2011:1) ”iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum". Definisi pajak menurut Suandy (2011:1) adalah ”salah satu penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan”. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. 8. Perencanaan Pajak (Tax Planning) Menurut Suandy (2011:7) ”Tax Planning adalah tahap awal dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan, perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak”. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur. Menurut Zain (2009:67) ” Tax Planning adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajak”. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefesiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) yang merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup peraturan perundangundangan perpajakan, dan bukan penyelundupan (tax evasion). Berdasarkan dari beberapa pengertian dari para ahli, Tax Planning adalah bagian dari Fungsi Manajemen (Planning, Organizing, Stafing, Directing/Actuating, Controlling) dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan tehnik dan strategi mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk penghematan pajak tanpa melanggar peraturan perundang-undangan Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 perpajakan yang berlaku (In Legal Way, terhindar dari Tax Evasion / penyelundupan pajak, terhindar dari Illegal Tax Avoidance/penghindaran pajak illegal antara lain dengan menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor pajak terutang sesuai ketentuan yang berlaku dan membayar serta melunasinya sebelum tanggal jatuh tempo sehingga terhindar dari sanksi perpajakan. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciriciri perencanaan pajak adalah : a. Perencanaan pajak adalah bagian dari tindakan membantu manajemen dalam mengambil keputusan. b. Digunakan untuk mengefesiensikan pembayaran pajak terutang. c. Perencanaan pajak dilakukan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. d. Perencanaannya secara bisnis masuk akal. Konsep dasar perencanaan pajak menurut Hernanto (2010:72) meliputi : a. Ketepatan waktu Ketidaktepatan waktu pelaksanaan kewajiban pajak dapat berakibat merugikan perusahaan sebagai wajib pajak. Kewajiban untuk pembayaran angsuran pajak penghasilan pasal 25, menyetor dan melaporkan hasil pemungutan PPh pasal 21, menghitung, menyetor, dan menyerahkan SPT dan masa PPN. Keterlambatan didalam melaksanakan kewajiban pajak tersebut bisa membuat perusahaan sebagai wajib pajak yang dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda yang tidak perkenankan untuk diperlakukan sebagai biaya fiskal atau pengurangan penghasilan Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 dalam menentukan jumlah penghasilan kena pajak (PKP) sehingga sebagai akibatnya modal perusahan harus berkurang. Demikian pula pelaksanaan kewajiban-kewajiban pajak tersebut lebih awal dari tanggal atau jadwal waktu yang telah ditetapkan bisa berakibat negatif terhadap cashflow dan bisa jadi kehilangan peluang untuk mendapat penghasilan yang lebih besar karena pemerintah tidak memberikan diskon kepada para wajib pajak yang melakukan pembayaran utang pajaknya lebih awal dari tanggal jatuh tempo. b. Undang-undang pajak memiliki perspektif akuntansi sendiri. Perbedaan tujuan antara akuntansi keuangan dan akuntansi perpajakan dimanifestasikan dalam bentuk : 1) Pendekatan yang digunakan didalam mendefenisikan elemen-elemen laporan keuangan (akuntansi keuangan) menggunakan pendekatan aktiva-kewajiban atau (asset-liability approach) sedangkan dalam akuntansi perpajakan menggunakan pendekatan pendapatan-biaya (revenue-expense approach). 2) Konsep dasar 3) Standar akuntansi atau kriteria dan metode pengakuan pengukuran, penilaian, pelaporan terhadap elemen-elemen laporan keuangan. c. Pengakuan penghasilan bisa dipercepat dan diperlambat. Atas permintaan atau kemauan wajib pajak dapat diterima pembayarannya meskipun pengorbanan yang diperlukan untuk merealisasikan belum seluruhnya terjadi harus diakui sebagai penghasilan yang harus dibayar Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 pajaknya. Demikian pula semua penghasilan yang setiap saat dapat direalisasikan penerimaan kasnya atau sudah diperhitungkan dengan utang-utangnya, dapat dipandang secara konstruktif sebagai penerimaan atas penghasilan yang harus dihitung dari terutang pajak. 9. Manfaat Perencanaan Pajak Perencanaan pajak sebagai kegiatan manajemen memiliki beberapa manfaat yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha dalam pencapaian laba maksimum, tanpa melakukan pelanggaran peraturan perpajakan dengan penghematan pajak dengan ilegal. Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang–undang, maka perencanaan pajak sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali. Ada 4 (empat) hal penting yang dapat diambil sebagai keuntungan dari melaksanakan perencanaan pajak sebagai berikut: 1. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat diefesiensikan. Penghematan kas untuk pembayaran biaya-biaya yang ada di perusahaan, termasuk biaya pajak harus dipertimbangkan sebagai faktor yang akan mengurangi laba, dengan membayar pajak seefesien mungkin perusahaan dapat bertindak sebagai wajib pajak yang taat sekaligus tidak Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 mengganggu cashflow dari perusahaan. 2. Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang dikelola secara cermat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih kuat, mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak. Hal ini menolong perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan anggaran yang telah disusun pada setiap periode. 3. Menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi. Kewajiban perpajakan dapat dilaksanakan dengan ontime, artinya perusahaan telah melakukan penghematan atas sanksi atau denda yang terjadi bila terjadi keterlambatan dan kesalahan atas kewajiban perpajakan. 4. Membuat data-data terbaru untuk mengupdate peraturan perpajakan. Tindakan ini berguna untuk menyikapi peraturan perpajakan yang berubah setiap waktu, sehingga perusahaan sebagai wajib pajak dapat mengetahuinya lebih awal/update. 10. Strategi Perencanaan Pajak dalam Mengefisiensikan Beban Pajak. Strategi mengefisiensikan beban pajak (penghematan pajak) yang dilakukan oleh perusahaan haruslah bersifat legal, supaya tidak menghindari sanksi-sanksi pajak dikemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the least and latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diijinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan. Strategi mengefisiensikan beban pajak tersebut dari berbagai literature dapat dijabarkan sebagai berikut: Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 1) Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum (legal entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. 2) Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan. Umumnya pemerintah memberikan semacam insentif pajak/fasilitas perpajakan khususnya untuk daerah tertentu (misalkan Indonesia bagian timur) banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan sebagaiman ayang dimaksudkan dalam pasal 26 undang-undang No. 7 tahun 1983 yang telah diubah terakhir Undang-undang No. 17 tahun 2000, disamping itu juga diberikan fasilitas seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya dan sebagainya. 3) Mengambil keuntungan sebesar–besarnya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan, atau pengurangan atas penghasilan kena pajak yang diperbolehkan oleh undang–undang. Jika penghasilan kena pajak (laba) perusahaan besar dan dikenakan tarif pajak tinggi/tertinggi, maka sebaliknya perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung penghasilan kena pajak. 4) Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga diatur mengenai penggunaan tarif pajak yang paling menguntungkan anatara masingmasing badan usaha. 5) Mendirikan perusahaan ada yang sebagai pusat laba (profit center) dan ada yang hanya berfungsi sebagai pusat biaya (cost center). Dalam hal tersebut Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 dapat diperoleh manfaat dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan bagi beberapa wajib pajak di dalam satu group, begitu juga terhadap biaya, sehingga dapat diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak (tax shifting) yakni menghindari tarif paling tinggi. Sistem yang berlaku progresif dan penghasilan kena pajak sudah melewati lapisan tarif yang terendah. 6) Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang/natura dan kenikmatan (fringe benefit) dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif pajak maksimum (shift to lower bracket). Diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya. 7) Pemilihan metode penilaian persediaan. Yaitu metode rata-rata (average method) dan metode masuk-pertama keluar-pertama (first-in first-out – FIFO method). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi, metode rata-rata akan menghasilkan harga pokok penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan metode FIFO. Harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor lebih kecil sehingga penghasilan kena pajak juga akan menjadi kecil. 8) Untuk pendanaan asset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease), disamping pembelian langsung karena jangka waktu sewa guna usaha umumnya lebih pendek dari umur asset dan pembayaran sewa guna usaha dapat dibiayakan seluruhnya. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 9) Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan diprediksi yang cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat (saldo menurun) sehingga beban penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak., dan sebaliknya. Jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian, maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus) supaya beban penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya. 10) Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. 11) Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Wajib pajak harus jeli dalam memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Maka pasal 22 ini dapat dikreditkan dengan PPh Badan. Pengkreditan ini lebih menguntungkan dari pada dibebankan sebagai biaya. Keuntungan yang dapat diperoleh sebesar 70% dari nilai pajak yang dikreditkan, dengan asumsi penghasilan kena pajak telah mencapai jumlah yang dikenakan tarif 30%. 12) Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Perusahaan dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan setelah bulan penyerahan barang (keputusan dirjen pajak Nomer 53/PJ/1994). Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 13) Menghindari pemeriksaan pajak Pemeriksaan pajak oleh direktorat jenderal pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang SPT lebih bayar, SPT rugi, Tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, Terdapat informasi pelanggaran, Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh dirjen pajak. Menghindari lebih bayar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: i. Mengajukan pengurangan pembayaran angsuran masa (lump-sum) PPh Pasal 25 ke KPP yang bersangkutan, apabila diperkirakan dalam tahun pajak berjalan akan terjadi kelebihan pembayaran pajak. ii. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor apabila perusahaan melakukan impor. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku. 11. Effective Tax Rate (ETR) ETR perusahaan dipilih sebagai ukuran yang umum digunakan dalam perdebatan reformasi pajak (Gupta & Newberry, 1997; Richardson & Lanis, 2007). Menurut Md Noor et al. (2010), ETR perusahaan dipilih sebagai ukuran untuk perencanaan pajak karena merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif pajak serta mengidentifikasi tingkat netralitas sistem pajak di perusahaan dengan beban pajak yang berbeda. Ketimpangan sistem pajak sebagai akibat dari tidak adil pemberian insentif pajak terbaik dapat dijelaskan dengan ETR untuk mengidentifikasi tingkat beban pajak serta sifat perusahaan menghadapi beban-beban (Harris & Feeny, 2000). Buijink, Jansen dan Schols Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 (1999) di sisi lain ETR, telah menekankan efek insentif pajak ketentuan perbedaan tarif pajak antara ETR dan tarif pajak hukum (STR). Menurut Buijink et al. (1999), semakin besar perbedaan antara kedua suku menunjukkan luas insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah untuk industri tertentu, yang kemudian menghasilkan lebih banyak ketidakadilan dalam sistem. 12. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Winda Hartati, Desmiyawati, Nur Azlina (2013). 2. Nurshamimi Sabli dan Rohaya Md Noor (2012). Robert Jao, Gagaring Pagalung (2011) 3. Judul Analisis Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing. Tax Planning and Corporate Governance Hasil Pajak dan Mekanisme Bonus berpengaruh pada keputusan transfer pricing. Corporate 1. Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. 2. CG melalui Kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan mempunyai hubungan negatif signifikan thp manajemen laba, Leverage tidak mempunyai pengarus signifikan thp manajemen laba Perusahaan lebih agresif dalam perencanaan pajak karena tarif pajak lebih tinggi. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 4. Vito Janitra Kurniawan (2014) 5. Hashemi Rodhian Hanum, Zulaikha (2013) 6. Ricky Zalkifli Putra Perdana (2014) Pengaruh antara Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dengan Struktur Modal Perusahaan . Kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kepemilikan institusional menunjukkan hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Pengaruh Hasil dari penelitian ini Karakteristik menunjukkan proporsi yang Corporate lebih banyak dalam dewan Governance komisaris independen tidak Terhadap Effetive dapat memberikan jaminan Tax Rate (Studi bahwa perusahaan pemerintah Empiris Pada akan berjalan dengan efektif Perusahaan BUMN dan baik sesuai dengan yang terdaftar di BEI keinginan manajemen 2009-2011). perusahaan. Komite audit pada perusahaan pemerintah (BUMN) lebih cenderung melakukan tugasnya secara netral dan tepat, sehingga tidak mempengaruhi manajemen perusahaan terhadap kebijakan beban pajak perusahaan, kurang aktif dalam penetapan kebijakan besaran tarif pajak efektif dan lebih cenderung menjalankan tugasnya sesuai berdasarkan regulasi pemerintah. Investor institusional lebih cenderung untuk memilih jalur aman dengan mengikuti semua regulasi pemerintah. Pengaruh ETR tidak dapat mengukur Perencanaan Pajak secara langsung tindakan Dan Mekanisme perencanaan pajak, ETR hanya Corporate menunjukkan seberapa besar Governance perusahaan harus agresif dalam Terhadap Nilai menyikapi pajak. Jadi, Perusahaan perencanaan pajak dengan effective tax rate (ETR) tidak Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 7. Nor Shaipah Abdul Whab dan Kevin Holland (2011). Tax Planning, Corporate Governance and Equity Value berpengaruh terhadap nilai perusahaan. upaya untuk melakukan perencanaan pajak dan efisiensi pajak yang baik, maka pengaruhnya positif terhadap nilai perusahaan. Sehingga kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan cenderung meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan sendiri juga bagi para pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu memotivasi manajer dalam maningkatkan kinerjenya yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena institusi yang menjadi pemegang saham dalam perusahaan akan mengawasi dan mengontrol kinerja manajemen perusahaan. dewan komisaris tidak terbukti mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dengan auditor yang berkualitas tidak mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perencanaan pajak tidak dihargai oleh pemegang saham dan nilai sebenarnya mengurangi. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 B. Rerangka Pemikiran Agency theory merupakan hal dasar untuk memahami konsep corporate governance. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori agen dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999). Teori keagenan ini muncul ketika sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Teori keagenan menjelaskan adanya konflik yang timbul antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan termasuk pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Konflik terjadi ketika adanya asimetri informasi yang tinggi antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber, dorongan, atau akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor tindakan manajer. Hal tersebut menyebabkan manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri. ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah pihak yang menginginkan adanya peningkatan pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai objek investasinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya disisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan yang mengelola perusahaan yang menginginkan hal yang sama untuk meningkatkan kesejahteraannya sehingga mengupayakan peningkatan laba yang dihasilkan perusahan dengan cara melakukan tax planning yang menghasilkan effective tax rate (ETR) yang rendah. Perbedaan dua sudut pandang tersebut Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan. Rerangka pemikiran akan menjelaskan bagaimana komisaris independen, struktur kompensasi dan kepemilikan institusional dapat mempengaruhi effective tax rate (ETR). Rerangka pemikiran sebagai berikut: Variabel Independent Variabel Dependent Mekanisme Internal Corporate Governance : Komisaris Independen, Struktur Kompensasi Mekanisme Eksternaal Corporate Governance : Kepemilikan Institusional Perancanaan Pajak (Tax Planning): ETR (Effective Tax Rate) perusahaan Variabel Kontrol Ukuran perusahaan, Rasio Levarage, ROA, dan Rasio Intensitas Modal. Pemikiran. Gambar 2.1 Rerangka Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Pengembangan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap Effective Tax Rate. Komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan tidak mempunyai hubungan terhadap internal perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (Surya dan Yustiavandana, 2006). Menurut Sabli dan Noor (2012) bahwa proporsi komisaris independen Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 melakukan pengawasan yang sangat baik dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Komisaris independen bersama dewan komsaris lainnya, bersamasama melaksanakan tugas pengawasan dan menentukan strategi kebijakan jangka panjang maupun jangka pendek yang menguntungkan bagi perusahaan namun tidak melanggar hukum termasuk dalam penentuan strategi yang terkait dengan pajak. Pengawasan yang dilakukan komisaris independen agar tidak terjadi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan para stakeholder. Dengan adanya komisaris independen maka dalam setiap perumusan strategi perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris beserta manajemen perusahaan dan para stakeholder akan memberikan jaminan hasil yang efektif dan efisien termasuk pada kebijakan mengenai besaran ETR perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hashemi Rodhian Hanum, Zulaikha (2013), menyatakan bahwa variable komisaris independen (IND) memiliki nilai t sebesar 0,276 dan nilai beta Standardized Coefficient sebesar 0,035 yang berarti komisaris independen berpengaruh positif terhadap effective tax rate (ETR). Hasil positif ini menunjukkan bahwa peningkatan komisaris independen akan menyebabkan kinerja perusahaan akan semakin baik dan efektif, sehingga perusahaan dianggap perlu untuk tercapainya suatu keefektifan dalam kegiatan perusahaan dalam penetapan kebijakan yang berkaitan dengan tarif pajak efektif. Namun nilai signifikansi variabel komisaris independen (IND) menunjukkan angka 0,784 dimana nilai tersebut Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa variable tersebut tidak terbukti dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Hasil regresi menunjukkan bahwa secara statistik komisaris independen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pertama sebagai berikut : H1 : Apakah Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap ETR. 2. Struktur kompensasi dari jumlah kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh positif terhadap ETR. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa baik principal (pemilik) maupun manajemen merupakan para pihak yang memaksimumkan kesejahteraan diri mereka sendiri, sehingga kemungkinan pengelola untuk tidak selalu melakukan hal yang terbaik demi kepentingan pemilik. Hasil penelitian akuntansi positif menunjukkan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan kemakmurannya (Sugiri, 1998), seperti yang terjadi pada strategi discretionary accrual (Healy, 1985). Scott (2015) menyatakan rencana kompensasi eksekutif adalah kontrak agent antara perusahaan dan manajer perusahaan yang mencoba untuk menyelaraskan kepentingan pemilik dan manajer dengan mendasarkan kompensasi manajer pada satu atau lebih tindakan dari upaya manajer dalam mengoperasikan perusahaan. Banyak rencana kompensasi didasarkan pada dua ukuran usaha manajer yaitu laba/pendapatan bersih dan harga saham. Artinya jumlah bonus saham, opsi dan komponen lainnya dari gaji eksekutif yang diberikan pada tahun tertentu tergantung pada kedua laba bersih dan kinerja harga saham tersebut. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Pemberian kompensasi dapat menjadi solusi moral hazard para manajer. Hal yang sama juga diungkapkan Rego dan Wilson (2009) yang menemukan hubungan positif antara kompensasi yang diberikan kepada para manajer dengan perencanaan pajak melalui tindakan pajak agresif yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Minnick dan Noga (2010) lebih spesifik menemukan hubungan negatif antara kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan. Tingkat kompensasi yang tinggi cenderung akan mendorong penurunan ETR perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Apakah struktur kompensasi dari jumlah kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh positif terhadap ETR. 3. Pengaruh proporsi kepemilikan institusional terhadap ETR. Kepemilikan institusional/investor institusional pada dasarnya mempunyai kendali yang cukup besar dalam berlangsungnya kegiatan operasional perusahan. Pada dasarnya setiap investor ingin mendapatkan laba setinggi-tingginya sehingga akan menyebabkan pembagian dividen yang cukup tinggi. Namun bagi manajemen, laba yang tinggi terdapat pengaruhnya dengan jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Kepemilikan institusional sebagai pengawas yang berasal dari eksternal akan mendorong manajemen perusahaan dengan melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan agar dalam menghasilkan laba berdasarkan aturan yang berlaku, karena pada dasarnya kepemilikan institusional lebih melihat seberapa jauh manajemen taat kepada aturan dalam menghasilkan laba. Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat indikasi kepemilikan institusional mempunyai andil dalam penetapan kebijakan yang terkait tingkat pajak efektif. Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Penelitian yang dilakukan oleh Hashemi Rodhian Hanum, Zulaikha (2013), menyatakan bahwa investor institusional berpengaruh positif terhadap effective tax rate (ETR). Variable investor institusional memiliki nilai t sebesar 0,125 dan nilai beta Standardized Coefficient sebesar -0,18 menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap effective tax rate (ETR). Hasil negatif ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional sebagai para investor cenderung berinvestasi secara aman dengan mengikuti atauran maupun undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah. Nilai signifikansi variabel kepemilikan (IS) sebesar 0,901 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel tersebut tidak terbukti dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Hasil regresi menunjukkan bahwa insvestor institusional secara statistik berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ketiga sebagai berikut : H3 : Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap effective tax rate (ETR). Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/