BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Tujuan organisasi tidak akan berjalan secara efektif tanpa dikelola oleh manusia. Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain yang menunjukan pemanfaatan daya yang bersumber dari orang lain untuk mencapai tujuan (Fathoni, 2006). Menurut Fajar dan Heru (2013) Sumber Daya Manusia ialah orang yang berbakat dan bersemangat tinggi yang tersedia bagi organisasi sebagai kontributor potensial untuk menciptakan dan merealisasikan tujuan, misi, serta visi organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Marwansyah (2010) dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Mangkunegara (2008) mengemukakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnnya tujuan. 2) Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart). 3) Pengarahan (Directing) Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif serta efisien dalam membantu tercapainnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 4) Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. 5) Pengadaan (Procurement) Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnnya tujuan. 6) Pengembangan (Development) Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. 7) Kompensasi (Compensation) Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. 8) Pengintegrasian (Integration) Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang sesuai dan saling menguntungkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 9) Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan. 10) Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial. 11) Pemberhentian (Separation) Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebabsebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh undang–undang No.12 Tahun 1964. Terdapat enam fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Fajar dan Heru (2013), yaitu: 1) Perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen, dan seleksi 2) Pengembangan sumber daya manusia 3) Kompensasi dan benefits http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 4) Karyawan dan hubungan perburuhan 5) Kesehatan dan keselamatan 6) Riset sumber daya manusia Dari beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu implementasi dari fungsi-fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, penentuan staff, pengendalian, pengembangan dan pemeliharaan sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif. B. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja memiliki berbagai definisi yang berbeda oleh para ahli. Diantaranya yang diungkapkan Robbins (2014) stres merupakan suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu tersebut dan yang hasilnya dipandang penting dan tidak pasti. menurut Robbins, stres diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan dampak yang ditimbulkan, yaitu: 1) Stres Konstruktif (Constructive Stress) Constructive Stress adalah stres yang berpengaruh positif terhadap individu atau organisasi, seperti meningkatkan kreativitas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ meningkatkan usaha dan 14 2) Stres Destruktif (Destructive Stress) Destructive Stress adalah stres yang berpengaruh negatif terhadap individu atau organisasi, seperti menurunkan kinerja tugas, menurunkan kemampuan fisik atau mental dan meningkatkan tingkat absensi yang berlebihan. Stres ialah respon adaptif seseorang terhadap rangsangan yang menempatkan tuntutan psikologis atau fisik secara berlebihan kepadanya (Griffin, 2013). Menurut Istijanto (2010) Stres kerja merupakan suatu hal yang dapat terjadi pada individu ketika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan, stres kerja juga telah membebankan perusahaan dengan biaya yang mahal. Disimpulkan dari beberapa pendapat ahli di atas, stres kerja merupakan tanggapan seseorang terhadap suatu kondisi dan peristiwa yang menuntut psikologis maupun fisik secara berlebihan yang memiliki hasil penting dan tidak pasti. 2. Dimensi dan Indikator Stres Kerja Tiga kategori potensi pemicu stress menurut Robbins (2014), yaitu: 1) Faktor-faktor lingkungan, yang meliputi: a) Ketidakpastian ekonomi b) Ketidakpastian politik c) Perubahan teknologi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2) Faktor-faktor organisasional, seperti: a) Tuntutan tugas b) Tuntutan peran c) Tuntutan antarpersonal 3) Faktor-faktor personal, yang diantaranya: a) Persoalan keluarga b) Kepribadian c) Persoalan ekonomi 3. Dampak Stres Kerja Menurut Robbins (2014) akibat dari stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: 1) Gejala Fisiologis, seperti: a) Meningkatkan detak jantung dan tarikan napas b) Menaikan tekanan darah c) Menimbulkan sakit kepala d) Memicu serangan jantung 2) Gejala Psikologis, misalnya: a) Ketegangan b) Kecemasan c) Kejenuhan d) Sikap suka menunda-nunda pekerjaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 3) Gejala Perilaku, meliputi perubahan: a) Tingkat produktivitas b) Perputaran karyawan c) Kebiasaan makan d) Kegelisahan dan ketidakaturan waktu tidur Konsekuensi dari stres kerja menurut Griffin (2013) terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Konsekuensi Individual, yang meliputi: a) Konsekuensi Keprilakuan seperti kerentanan kecelakaan, dan kekerasan serta kelainan selera makan b) Konsekuensi Psikologis diantaranya tidur dalam waktu yang lebih banyak atau lebih sedikit, dan masalah keluarga c) Konsekuensi Medis seperti timbul jerawat, gatal-gatal hingga terkena penyakit jantung dan stroke 2) Konsekuensi Organisasi, yang meliputi: a) Terjadinya penurunan kinerja b) Penarikan diri seperti absensi hingga berhenti c) Sikap seperti kepuasan kerja, moral, dan komitmen organisasi 4. Mengelola Stres Kerja Menurut Robbins (2014) ketika tingkat stres rendah atau menengah terjadi pada karyawan mungkin bermanfaat dan membuahkan kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi, tingkat stres yang tinggi atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 meski rendah namun terjadi secara terus-menerus dalam periode yang lama dapat menurunkan kinerja karyawan. Terdapat dua pendekatan dalam mengelola stres, yaitu: 1) Pendekatan Individual, seperti: a) Pemanfaatan manajemen waktu b) Berolahraga c) Relaksasi seperti mediasi d) Memperluas jaringan dukungan sosial 2) Pendekatan organisasional, meliputi: a) Penyeleksian dan penempatan pegawai yang lebih baik b) Mendesain ulang pekerjaan c) Meningkatkan komunikasi organisasi C. Efikasi Diri (Self-Efficacy) 1. Pengertian Efikasi Diri (Self-Efficacy) Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri atau Self-Efficacy. Efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (Ghufron dan Risnawati, 2010). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Chamariyah (2015) menjelaskan bahwa self-efficacy mengarah pada keyakinan mengenai kemampuan seseorang untuk menggerakkan motivasi, sumber kesadaran, dan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi yang menuntut. Terdapat tiga aspek dari definisi-definisi tersebut, pertama, self-efficacy merupakan ringkasan atau penilaian yang komprehensif atas persepsi kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kedua, self-efficacy merupakan konstruk yang dinamis. Anggapan akan kemampuan (Efficacy judgment) berubah selama terjadi informasi baru dan pengalaman baru. Ketiga, keyakinan akan kemampuan (self-efficacy) melibatkan komponen mobilisasi. Self-efficacy menggambarkan proses yang lebih kompleks dan lebih membangkitkan yang berkaitan dengan pembentukan dan pengaturan kinerja yang adaptif pada kesesuaian situasi yang berubah. Tarigan (2009) menyatakan bahwa efikasi diri sebagai hasil evaluasi individu atas kemampuan dan potensi diri yang akan menjadi dasar perilaku karyawan untuk menghadapi tugas-tugas di waktu kemudian. Dari beberapa pendapat ahli di atas disimpulkan efikasi diri secara umum adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi dan kondisi yang menuntut dalam hidupnya serta mencapai tujuan yang dikehendaki. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 2. Sumber Efikasi Diri (Self-Efficacy) Menurut Ghufron dan Risnawati (2010) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber informasi utama. Berikut ini adalah empat unsur-unsur informasi tersebut: 1) Pengalaman keberhasilan (mastery experience) Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi diri individu karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya. Setelah efikasi diri yang kuat berkembang melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi. Bahkan kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan tersulit pun dapat di atasi melalui usaha yang terus-menerus. 2) Pengalaman orang lain (vicarious experience) Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang akan dilakukan. 3) Persuasi verbal (verbal persuasion) Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terusmenerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. 4) Kondisi fisiologis (psysiological state) Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan perfomansi kerja individu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 3. Dimensi dan Indikator Efikasi Diri (Self-Efficacy) Ghufron dan Risnawati (2010) mengungkapkan bahwa efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah dimensi dan indikator efikasi diri. 1) Dimensi tingkat level (level) Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang di rasakannya. 2) Dimensi kekuatan (strength) Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai potensi dirinya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. 3) Dimensi generalisasi (generality) Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku dan keyakinan individu terhadap kemampuannya, apakah terbatas pada suatu aktivitas, orang sekitar, dan situasi tertentu atau pada serangkain aktivitas, orang asing, dan situasi yang bervariasi. 4. Fungsi Efikasi Diri (Self-Efficacy) Fungsi Self Efficacy atau Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi pada aktivitas individu. Bandura (2009) menjelaskan tentang pengaruh dan fungsi tersebut, yaitu: 1) Fungsi Kognitif Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan yang memperkuat adalah komitmen individu terhadap tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut menyiapkan langkah-langkah antisipasi bila usahanya yang pertama gagal dilakukan. 2) Fungsi Motivasi Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakantindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar ketika individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan. 3) Fungsi Afeksi Efikasi diri akan mempunyai kemampuan individu dalam mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu alami pada situasi yang sulit dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan penting dalam kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi. Individu yang yakin pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi. 4) Fungsi Selektif Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan diambil oleh individu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang individu percayai telah melampaui batas kemampuan dalam dirinya, namun individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Hal ini karena pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh awal. D. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Luthans (2008) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota dari bagian organisasi, kesediaan untuk mengerahkan tingkat usaha yang tinggi atas nama organisasi, serta keyakinan yang dalam dan penerimaan nilai-nilai serta tujuan organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Komitmen organisasi digambarkan sebagai asosiasi karyawan dengan organisasi atau kumpulan perasaan dan keyakinan tentang organisasi sebagai melibatkan atau melampirkan emosional dalam suatu organisasi (Saeed et al, 2014). Kata komitmen meliputi loyalitas, kepedulian terhadap organisasi, keterlibatan, perasaan defensif dan mendukung, dan kemauan untuk bekerja demi kepentingan organisasi. Komitmen mendorong keterlibatan sukarela karyawan dengan organisasi dan keinginan mereka untuk tetap dengan organisasi untuk jangka waktu yang panjang (Kahn et al, 2011). Disimpulkan dari beberapa pendapat ahli di atas, komitmen organisasi merupakan keinginan yang kuat dari anggota organisasi untuk bertahan dan terlibat dalam organisasi. 2. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Menurut Luthans (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi, di antaranya: 1) Faktor Individu atau Pribadi Faktor individu atau pribadi meliputi usia, jabatan dalam organisasi, dan adaptasi karir. 2) Faktor Organisasi Faktor organisasi meliputi desain pekerjaan, nilai pekerjaan, dukungan, serta gaya kepemimpinan atasan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 3) Faktor Non-Organisasi Faktor non-organisasi yaitu alternatif lain yang dipilih selain keputusan awal ketika akan bergabung dengan organisasi. 3. Dimensi dan Indikator Komitmen Organisasi Luthans (2008) merumuskan tiga komponen komitmen dalam berorganisasi, yaitu: 1) Komitmen Afektif (Affective Commitment) Komitmen afektif diidentifikasikan sebagai keterlibatan aktif individu dalam organisasi dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi. Selain itu, mengakui adanya kesamaan antara dirinya dan organisasi sehingga menunjukan perhatian dan secara konsekuen membentuk komitmen yang mengesankan serta rela untuk melepaskan nilai-nilai pribadinya dan menyesuaikan dengan organisasi. 2) Komitmen Normatif (Normative Commitment) Komitmen normatif berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap keharusan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Sehingga karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena adanya keyakinan dalam dirinya untuk melakukan hal tesebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 3) Komitmen Berkelanjutan (Continuance Commitment) Komitmen berkelanjutan berkaitan dengan komitmen karyawan yang berdasarkan persepsi mereka mengenai kerugian yang akan diperoleh jika meninggalkan organisasi, sehingga mereka akan tetap bertahan dalam organisasi. E. Turnover Intention 1. Pengertian Turnover Intention Menurut Ridlo (2012) Turnover adalah berhentinya individu dari anggota suatu organisasi dengan disertai pemberian imbalan keuangan oleh organisasi yang bersangkutan. Andini (2006) mendefinisikan Turnover Intention merupakan keinginan seseorang untuk keluar organisasi, yaitu evaluasi mengenai posisi seseorang saat ini berkenaan dengan ketidakpuasan dapat memicu keinginan seseorang untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Chamariyah (2015) menyatakan Turnover terjadi hampir pada semua organisasi, yang biasanya disebabkan oleh keinginan individu itu sendiri dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor-faktor tersebut diantaranya dapat berupa faktor organisasional (kondisi kerja) maupun faktor personal (psikologis individu). Psikologis disini meliputi faktor kepribadian, motivasi, kepuasan, tekanan dan lain-lain yang sangat berpengaruh terhadap perilaku. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Saeed et al (2014) mengungkapkan Turnover Intention adalah karyawan dalam organisasi berencana untuk meninggalkan pekerjaan mereka atau organisasi memecat karyawan. Turnover Intention dapat berupa sukarela atau terpaksa. Karyawan meninggalkan organisasi sukarela terjadi ketika karyawan memiliki kesempatan alternatif terbaik. Sementara keinginan berpindah paksa terjadi ketika organisasi merasa tidak puas dengan kinerja karyawan dan membuat keputusan untuk memecatnya. Dari beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan Turnover Intention adalah hasil akhir dari adanya keputusan individu atau pekerja untuk meninggalkan organisasi yang dipengaruhi oleh faktor pribadi maupun lainnya mengakibatkan masuknya para pekerja lain yang dikerjakan dalam sebuah organisasi. 2. Faktor Penyebab Turnover Intention Menurut Ridlo (2012) terdapat tiga faktor yang menyebabkan karyawan keluar dari organisasi, diantaranya: 1) Ketidaktepatan Pemberian Tugas Karyawan yang khususnya pada masa percobaan, merasa kurang cocok dengan tugas yang diberikan pada masa percobaan tersebut. Sehingga menurut pertimbangan tak akan mungkin ada perkembangan di masa depan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2) Alasan Mendesak a) Upah atau gaji tidak pernah diberikan pada waktunya meskipun karyawan telah bekerja dengan baik b) Pimpinan perusahaan/organisasi melalaikan kewajiban yang sudah disetujui dengan karyawan c) Bila pekerjaan yang ditugaskan pada karyawan ternyata dapat membahayakan keselamatan dirinya dan moralnya d) Karyawan memperoleh perlakuan pimpinannya secara tidak manusiawi atau bersifat sadis atau sebagainya 3) Menolak Pimpinan Baru Apabila karyawan tidak cocok dan tidak sehati dengan sepak terjang pimpinan barunya, dapat saja mengakibatkan timbulnya stres yang tidak menguntungkan dirinya. 3. Dampak Turnover Intention Menurut Ridlo (2012) turnover memiliki dampak bagi organisasi, yang di antaranya: 1) Biaya penarikan karyawan, menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi, penarikan dan mempelajari pergantian. 2) Biaya latihan, menyangkut waktu pengawas, departemen personalia, dan karyawan yang dilatih. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 3) Apa yang dikeluarkan untuk karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan tersebut. 4) Tingkat kecelakaan para pekerja baru cenderung tinggi. 5) Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. 6) Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. 7) Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru. 8) Perlu melakukan kerja lembur agar tidak mengalami penundaan produksi. 4. Dimensi dan Indikator Turnover Intention Andini (2006) menyatakan Intensi turnover terdiri dari tiga item pengukuran, meliputi: 1) Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quitting) Karyawan memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya pada perusahaan dan menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan dilakukan karyawan seperti membanding-bandingkan apa yang diperoleh di perusahaan ini dengan apa yang diperoleh oleh teman di perusahaan yang lain. 2) Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain (intention to search) Karyawan melakukan usaha-usaha seperti melihat-lihat lowongan pekerjaan melalui berbagai media informasi yang tersedia ataupun menanyakan informasi lowongan pekerjaan di luar perusahaan tempatnya bekerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 3) Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit) Karyawan mulai menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan keinginannya untuk keluar dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untuk mengundurkan diri dan mulai dapat memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari perusahaan. F. Penelitian Terdahulu Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah turnover intention. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa jurnal-jurnal. 1) Penelitian yang dilakukan oleh Foon et al (2010) yang berjudul “An Exploratory Study on Turnover Intention among Private Sector Employees” dimana Populasi dalam penelitian tersebut merupakan tiga dewan kota lokal, diantaranya; MP Petaling Jaya, MP Shah Alam, dan MP Subang jaya dengan sampel yang terbagi antara responden melayu dan non melayu. Metode pengumpulan data menggunakan Kuesioner dengan skala Likert 1-5 dan ditemukan hasil bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif terhadap keinginan berpindah dan hasilnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 juga mengemukakan ada pengaruh yang signifikan positif antara stres kerja dan keinginan berpindah. 2) Qureshi et al (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Relationship Between Job Stress, Workload, Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know”. Populasi dalam penelitan ini ialah pekerja perusahaan tekstil di Pakistan. Analisis data yang digunakan SEM dengan metode pengumpulan data kuesioner. Hasilnya, ditemukan ada pengaruh positif yang signifikan antara stres kerja dan keinginan berpindah. 3) Penelitian yang dilakukan Waspodo (2013) dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention pada Karyawan PT. UNITEX di Bogor” dengan menggunakan SPSS 16.00 untuk menganalisis data, diperoleh hasil bahwa Stres kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan PT. Unitex di Bogor. 4) Federici dan Skaalvik (2012) melakukan penelitian berjudul “Principal self-efficacy: relations with burnout, job satisfaction and motivation to quit”. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dengan E-Kuesioner, dengan menggunakan SEM dan AMOS 18 untuk menganalisis data. Diperoleh hasil bahwa self-efficacy berhubungan positif terhadap keinginan berpindah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 5) “Pengaruh Self Efficacy, Assertiveness, dan Self-Esteem terhadap Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intentions) Pegawai pada BANK JATIM Cabang Pamekasan” merupakan penelitian yang dilakukan oleh Chamariyah (2015). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dalam menganalisis data menggunakan SPSS. Hasil yang terlihat dalam penelitian ini self-efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan pindah kerja (turnover intentions) pegawai BANK JATIM. 6) Tarigan (2011) melakukan penelitian dengan judul “Efikasi Diri Dalam Hubungannya dengan Niat Karyawan Untuk Berpindah Kerja”. Dalam penelitiannya, karyawan tetap PT. Marimitsu ditetapkan sebagai populasi dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 10.00, di peroleh hasil yang menunjukan tidak adanya hubungan dari efikasi diri terhadap turnover intention. 7) Shin et al (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Factor Influencing Turnover Intention of Entry-Level Nurses According To Communication Style of Preceptor” dimana Populasi dalam penelitian ini ialah karyawan baru yang bekerja di empat rumah sakit umum di dua kota metropolitan. Dengan menggunakan SPSS 20.00 dalam menganalisis data, diperoleh hasil bahwa efikasi diri (self-efficacy) tidak memiliki pengaruh terhadap turnover intention. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 8) Penelitian yang berjudul “The relationship of Turnover intention with job satisfaction, job performance, Leader member exchange, Emotional intelligence and organizational commitment” oleh Saeed et al (2014). Dalam penelitiannya menetapkan populasi seluruh karyawan baik level tinggi maupun rendah, dalam analisis data Saeed et al menggunakan regresi linear dan diperoleh hasil bahwa komitmen organisasi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan langsung terhadap keinginan berpindah (turnover intention). 9) Penelitian Handaru dan Muna (2012) berjudul “Pengaruh Kepuasan Gaji dan Komitmen Organisasi Terhadap Intensi Turnover pada Divisi PT JAMSOSTEK”. Dimana dalam melakukan analisis data menggunakan SPSS 19.00, hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi turnover disetiap divisi pada PT JAMSOSTEK pusat. 10) Penelitian yang dilakukan oleh Hussain dan Asif (2012) berjudul “Is Employees’ Turnover Intention Driven by Organizational Commitment and Perceived Organizational Support yang terbit pada Journal of Quality and Technology menggunakan kuesioner, Management”. wawancara, Dalam dan penelitian observasi ini untuk mengumpulkan data. Untuk menganalisis data menggunakan SPSS 17.00 dan diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa komitmen organisasi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap keinginan berpindah dari para karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 G. Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Turnover Intention Waspodo et al (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa stres kerja menjadi salah satu faktor terpenting diantara faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi turnover karyawan. Sejalan dengan temuan tersebut, Foon et al (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa stres kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Stres Kerja berpengaruh positif terhadap Turnover Intention 2. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Turnover Intention Keyakinan akan kemampuan pada diri individu atas keberhasilan yang akan dicapai ataupun kegagalan yang akan dialami, memiliki dampak pada ketahanan individu pada suatu organisasi. Dalam penelitiannya, Chamariyah (2015) menemukan bahwa memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention. Berlawanan dengan Chamariyah, penelitian Tarigan (2011) menemukan bahwa self-efficacy tidak memiliki pengaruh terhadap turnover intention. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Self-Efficacy berpengaruh terhadap Turnover Intention 3. Pengaruh Komitmen Organisasi dengan Turnover Intention Ketika komitmen dari para karyawan dihargai oleh organisasi, karyawan akan menerima tanggapan positif dan dorongan dalam bekerja sebagai motivasi yang menjadikan karyawan akan tetap dalam organisasi dan bekerja untuk organisasi. Dalam penelitiannya, Saeed et al (2014) menemukan bahwa komitmen organisasi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap keinginan berpindah (turnover intention). Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Komitmen Organisasi berpengaruh negatif terhadap Turnover Intention http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 4. Model Rerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dari penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis, diperoleh model rerangka konseptual penelitian sebagai berikut: Stres Kerja H1 Self Efficacy H2 Turnover Intention H3 Komitmen Organisasi Gambar 2.1. Model Rerangka Konseptual Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/