5 | Balitas Edisi Khusus Penas XIII, 19 Juni 2011 TUMPANG SARI KAPAS DAN PALAWIJA P engembangan kapas oleh petani di Indonesia selalu bersama-sama dengan palawija secara tumpang sari, tumpang sisip, atau tumpang gilir. Palawija yang dipilih disesuaikan dengan kebiasaan petani di suatu wilayah. Di lahan sawah, kapas biasanya ditumpangsarikan dengan kedelai yang ditanam setelah padi (MKI) sedangkan di lahan kering atau tanah tegalan, kapas ditumpangsarikan dengan jagung, kacang hijau, atau kacang tanah pada musim penghujan. Penanaman secara tumpang sari tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, memaksimalkan pemanfaatan lahan, dan mengurangi risiko kegagalan panen. Selain itu, kelestarian program ketahanan pangan akan tetap terjamin selaras dengan penyediaan bahan baku serat untuk industri tekstil. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam sistem tumpang sari adalah pemberian ruang tumbuh yang memadai pada tanaman kapas dan palawija agar tidak terjadi kompetisi cahaya maupun nutrisi sehingga pertumbuhan serta perkembangan kedua tanaman lebih baik pada akhirnya produksi kapas dan palawija dapat ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pengaturan tata tanam dan populasi kapas dan palawija agar penggunaan sumber daya lebih efisien. Pengaturan ruang tumbuh yang lebih baik pada sistem tumpang sari kapas dan jagung dimaksudkan untuk memberikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih baik, mengurangi tingkat kompetisi cahaya, dan dapat meningkatkan produksi kapas dan palawija yang ditumpangsarikan. BENIH DAN VARIETAS Varietas kapas yang ditanam bisa dipilih Kanesia 8, Kanesia 9, Kanesia 14, atau Kanesia 15 sedangkan untuk jagung digunakan jagung hibrida. Kedelai Wilis atau Grobogan, kacang hijau Murai dan kacang tanah Kelinci. Kebutuhan benih kapas 6 kg/ha benih tanpa kabu-kabu (delinted) dan jagung 15 kg/ha, kedelai 25 kg/ha, kacang hijau 25 kg/ha, dan kacang tanah 30 kg/ha. PERSIAPAN LAHAN Tanpa olah tanah dilakukan pada lahan sawah sesudah padi, perlu dibuat saluran drainase dengan kedalaman minimal 20-30 cm, dengan jarak antar saluran 150-200 cm karena benih kapas dan kedelai tidak tahan genangan. Pengolahan tanah diperlukan di lahan kering atau tegal sebelum kapas dan jagung, atau kacang hijau, atau kacang tanah ditanam. Ada beberapa pilihan tata tanam dan pemupukan. Untuk tumpang sari kapas dan kedelai, jarak tanam kapasnya 150 x 20 cm (1 tan/lubang) dan jarak tanam kedelai 25 x 20 cm (2 lubang/ tanaman). Pemupukan yang diberikan untuk kapas 90 kg N + 18 kg P205 + 15 kg K20 per hektar. Untuk tumpang sari kapas dan jagung, jarak tanam kapas 75 x 20 cm (1 tan/ lubang= 48.000 tan /ha) dan jarak tanam jagung adalah 60 x 20 (1 tan/lubang = 32.000 tan/ha). Pemupukan untuk kapas sebesar 90 kg N + 18 kh P205 + 30 kg K20/ha dan pemupukan jagung sebesar 60 kg N + 18 kg P205 + 30 kg K20/ha. Tumpang sari juga dapat diterapkan untuk komoditas kapas dan kedelai, serta kapas dan kacang tanah. PEMELIHARAAN TANAMAN Penanaman kapas dan palawija dilakukan secara tugal, 2 biji per lubang tanam. Penanaman di lahan sawah diberi mulsa jerami, sedangkan di lahan kering diberikan mulsa berupa sisa-sisa tanaman sebelumnya. Penyulaman dan penjarangan dilakukan pada 7-15 hari setelah tanam (HST). Penyiangan pertama dilakukan pada 2-3 minggu setelah tanam (MST), dan selanjutnya dilakukan pada umur 4-8 minggu sambil dilakukan pembumbunan. Pemupukan diberikan dalam dua tahap, yaitu (ZA+SP 36+KC1) atau Phonska diberikan paling lambat 10 hari setelah tanam dengan cara ditugal jarak 5 cm dari tanaman dan ditutup. Urea pada saat tanaman berumur 40-45 hari dengan cara yang sama. Pengairan dilakukan sesuai kebutuhan tanaman. Periode kritis tanaman kapas adalah mulai tanam sampai dengan umur 90 hari, sehingga apabila tanaman menunjukkan gejala kekeringan seperti daun yang terkulai layu pada jam 11.00-14.00 harus dilakukan pengairan atau penyiraman.Pengendalian hama dilakukan sesuai SOP PHT kapas. PENERAPAN PHT Sebelum ditanam, dilakukan perlakuan benih dengan insektisida kimia sistemik, misalnya Confidor 200 SL (imidakloprid 200g/It) dosis 10 ml/kg benih atau Winder 100 EC (imidakloprit 100 g/lt) dosis 20 ml/ kg benih. Tanam tepat waktu dan serempak dalam satu hamparan. Melaksanakan tata tanam tumpang sari kapas + kedelai; kapas + kacang hijau, atau kapas + jagung untuk menambah keragaman tanaman dan menarik musuh alami. Jika tersedia, sebaiknya digunakan mulsa jerami padi pada pola tumpang sari kapas dengan kedelai atau kacang hijau untuk mencegah serangan lalat bibit atau lalat kacang, yang umumnya muncul pada 5-15 hari setelah tanam. Memanfaatkan sisa-sisa tanaman dan serasah sebagai penutup tanah dan sumber bahan organik di antara barisan kapas dan diikuti dengan penyiangan terbatas (25 cm) di sekitar batang kapas. Melakukan pemantauan populasi serangga hama dan musuh alaminya setiap 5-7 hari. Memotong pucuk-pucuk tanaman kapas yang terserang E. vittella dan memusnahkannya, khususnya untuk tanaman sampai umur 50 hari. Memungut dan memusnahkan bunga kapas yang menunjukkan gejala roset untuk mengendalikan hama P.gossypiella. Sanitasi lahan sebelum dan sesudah musim tanam serta sanitasi gudang untuk mencegah infestasi hama P gossypiella. Kalau daerah kapas merupakan endemi serangan ulat tanah atau uret/lundi, digunakan insektisida sistemik karbofuran (Furadan 3G). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Jl. Raya Karangploso PO Box 199 Malang Telp 0341 – 491447 Fax 0341 - 485121