peraturan gubernur kalimantan selatan nomor 026 tahun

advertisement
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 026 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN OPERASIONAL SATUAN TUGAS
PEMBERANTASAN OBAT DAN MAKANAN ILEGAL
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka tertib peredaran obat dan makanan ilegal di
Provinsi Kalimantan Selatan serta untuk kelancaran tugas Satuan
Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal, perlu ditetapkan
Pedoman Operasional Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal di Provinsi Kalimantan Selatan ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman
Operasional Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di Provinsi
Kalimantan Selatan ;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai
Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan
sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1106) ;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) ;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821) ;
2
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286) ;
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355) ;
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400) ;
8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4401) ;
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844) ;
10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;
11. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062) ;
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) ;
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781) ;
3
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3867) ;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 106, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4423) ;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593) ;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737) ;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5209);
21. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 342) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
4
24. Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Manajemen Penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil ;
25. Keputusan Bersama Kepala Kepolisian dengan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor Kep/20/VIII/2002 dan
Nomor HK.004.04.72.02578 Tahun 2002 tentang Peningkatan
Hubungan Kerjasama dalam rangka Pengawasan dan
Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan ;
26. Keputusan Bersama Jaksa Agung dengan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor Kep-03/E/Ejp/2007 dan
Nomor KS.01.01.72.8852 Tahun 2007 tentang Peningkatan
Efektifitas Penegakan Hukum Tindak Pidana Obat dan
Makanan ;
27. Keputusan Bersama Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan dengan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
HK.00.04.22.1989 dan Nomor Kep-49/BC/2006 Tahun 2006
tentang Pengawasan Impor dan Ekspor Obat, Obat Tradisional,
Kosmetik, Produk Komplemen/Suplemen Makanan, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, Perbekalan Kesehatan Rumah tangga
(PKRT) dan Makanan ;
28. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.04.1.23.01.11.00847 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal ;
29. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK. 04.1.23.05.11.04105 Tahun 2011 tentang Perubahan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.04.1.23.01.11.00847 Tahun
2011 tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Obat
dan Makanan Ilegal ;
30. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 5) ;
31. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6 Tahun
2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 6)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Nomor 1);
32. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 025 Tahun
2012 tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah
di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Berita
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Nomor 29) ;
5
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL
SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN OBAT DAN MAKANAN ILEGAL
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Obat dan Makanan adalah obat, obat tradisional, kosmetika, suplemen makanan,
pangan, alat, perbekalan, dan kesehatan rumah tangga (PKRT).
2. Obat dan Makanan Ilegal adalah Obat dan Makanan yang tidak memiliki izin edar
atau persetujuan pendaftaran dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, termasuk
produk palsu.
3. Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal selanjutnya disebut
SATGAS adalah wadah koordinasi untuk meningkatkan sinergisme pencegahan,
pemberantasan dan penanggulangan obat dan makanan ilegal yang beranggotakan
beberapa instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan
instansi masing-masing.
4. Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di Provinsi
Kalimantan Selatan yang selanjutnya disebut Ketua SATGAS adalah Kepala Balai
Besar POM di Banjarmasin.
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN SATGAS
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 2
Tujuan dibentuknya Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di Provinsi
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :
a. memberikan kesamaan pemahaman mengenai Satuan Tugas Pemberantasan Obat
dan Makanan Ilegal ; dan
b. memberikan panduan rencana aksi Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal.
Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 3
Sasaran kegiatan Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal tergantung
bidang tugasnya, yakni :
a. Satuan Tugas Bidang Penangkalan dan Pencegahan adalah masyarakat umum yang
membutuhkan informasi terkait obat dan mkananan ilegal ; dan
b. Satuan Tugas Bidang Penegakan Hukum adalah sentra-sentra pintu masuknya
produk obat dan makanan serta sarana distribusi dan produksi obat dan makanan.
6
BAB III
KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ORGANISASI SATGAS
Pasal 4
SATGAS berkedudukan di Kantor Balai Besar POM di Banjarmasin, Jalan Brigjend. H.
Hasan Basri Nomor 40 Banjarmasin dengan wilayah kerja di Provinsi Kalimantan
Selatan. Struktur Organisasi SATGAS terdiri atas :
a. SATGAS Bidang Panangkalan dan Pencegahan ; dan
b. SATGAS Bidang Penegakan Hukum.
Pasal 5
Struktur Organisasi SATGAS sebagai berikut :
PEMBINA
PENGARAH
KETUA
SEKRETARIS
BIDANG
PENANGKALAN DAN
PENCEGAHAN
BIDANG PENEGAKAN
HUKUM
PENANGANAN KASUS
OLEH ICJS ANGGOTA
SATGAS
BAB IV
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SATGAS
Pasal 6
SATGAS mempunyai tugas :
a. melaksanakan upaya penangkalan, pencegahan dan penegakan hukum di bidang
obat dan makanan ilegal melalui pengurangan pasokan (supplay reduction) dan
pengurangan permintaan (demand reduction) ;
b. meningkatkan pengetahuan kesadaran masyarakat akan bahaya obat dan makanan
ilegal ;
7
c. menerapkan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ; dan
d. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur Kalimantan Selatan.
Pasal 7
SATGAS Bidang Pencegahan dan Penangkalan mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kerja ;
b. melaksanakan upaya penangkalan dan pencegahan peredaran Obat dan Makanan
Ilegal ;
c. menindaklanjuti laporan/pengaduan/informasi Obat dan Makanan Ilegal ; dan
d. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.
Pasal 8
SATGAS Bidang Penegakan Hukum mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kerja ;
b. melaksanakan upaya penegakan hukum peredaran Obat dan Makanan Ilegal ;
c. menindaklanjuti laporan/pengaduan/informasi Obat dan Makanan Ilegal ; dan
d. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.
Pasal 9
Ketua SATGAS bertanggung jawab :
a. penyusunan rencana kegiatan SATGAS ;
b. pengkoordinasian seluruh kegiatan SATGAS ; dan
c. pelaporan dan evaluasi kegiatan SATGAS.
BAB V
MEKANISME KERJA SATGAS
PEMBERANTASAN OBAT DAN MAKANAN ILEGAL
Pasal 10
(1) Mekanisme Kerja SATGAS Bidang Pencegahan dan Penangkalan adalah sebagai
berikut :
a. menerima laporan/informasi/indikasi adanya peredaran obat dan makanan
ilegal dari berbagai sumber untuk selanjutnya diteruskan ke Sekretariat
SATGAS ;
b. melakukan evaluasi terhadap laporan/informasi/indikasi terkait dengan obat
dan makanan ilegal untuk dilakukan tindak lanjut ;
c. melakukan
penyusunan/pengembangan
materi
informasi
oleh
Tim
Penyusun/Pengembangan Materi berupa brosur, leaflet, buku saku, pamflet,
CD, dll ;
8
d. melakukan sosialisasi/KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada publik
(termasuk public warning dan press release), social enforcement, dan Gerakan
Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal di samping advokasi kepada
pejabat instansi terkait ; dan
e. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan langkah-langkah
penangkalan dan pencegahan untuk kemudian disampaikan sebagai umpan
balik (feedback) ke Sekretariat SATGAS.
(2) Alur Kerja SATGAS Bidang Penegakan dan Penangkalan adalah sebagai berikut :
Sekretariat SATGAS
Laporan/Informasi/Indikasi
dari berbagai sumber
Rapat Tim SATGAS I
(Evaluasi dan Tindak Lanjut)
-
Badan POM RI
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Ditjen Bea Cukai
Kejaksaan Agung
Tim Penyusun Materi
-
Brosur
Leaflet
Banner
Buku Saku
Pamflet
CD
dll
Tim KIE/Sosialisasi (Pelaksanaan)
-
Badan POM RI
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Ditjen Bea Cukai
Kejaksaan Agung
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 11
(1) Mekanisme Kerja SATGAS Bidang Penegakan Hukum adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat SATGAS mengelola laporan adanya indikasi produk ilegal ;
b. Anggota Criminal Justice System melakukan gelar perkara ;
c. Anggota Criminal Justice System melakukan penyelidikan ;
d. Anggota Criminal Justice System melakukan joint operation (operasi bersama) ;
9
e. Anggota Criminal Justice System melakukan gelar perkara ;
f.
PPNS melakukan penyidikan ;
g. Anggota Criminal Justice System melakukan gelar perkara ; dan
h. BBPOM menyerahkan kasus ke pengadilan.
(2) Alur Kerja SATGAS Bidang Penegakan Hukum adalah sebagai berikut :
Laporan Indikasi
Produk Ilegal
Gelar Perkara
Tidak
Selesai
Tidak
Sanksi Administrasi
Ya
Penyelidikan
Operasi Bersama
Gelar Perkara
Ya
Penyidikan
Berkas Lengkap ?
Ya
Pengadilan
Tidak
10
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan.
Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 15 Mei 2013
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
ttd
H. RUDY ARIFFIN
Diundangkan di Banjarbaru
pada tanggal 15 Mei 2013
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN,
ttd
MUHAMMAD ARSYADI
BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2013 NOMOR 26
Download