133 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 PERKEMBANGAN BALITA USIA 6-60 BULAN BERDASARKAN KEJADIAN ANEMIA DAN PEMBERIAN STIMULASI MELALUI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1 Endah Puji Astuti 1 Program Studi Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat Ambarketawang Gamping Sleman, Telp. (0274) 4342000, Email: [email protected] ABSTRACT Background: Children development is measured by four aspects; motoric skills, language, behavior, and mental development. Early childhood development was influenced by maternal nutrition during pregnancy, infant nutrition, stimulation, and parents’ knowledge. Objective: This study aimed to describe the development of children aged 6-60 months subject to anemia and stimulation through early childhood education. Method: The study was quantitative descriptive with 158 toddlers involved as respondents. Tools and materials used in this study were digital haemometer and DDST sheets. Result: Toddlers with normal development and suspect were majority experienced mild anemia (34.81%, 14,56%, respectively). While toddlers who followed early childhood education, majority had normal development (45.57%). Non-participating early childhood education tended to have developmental suspect (23.4%). Three toddlers with severe anemia (Hb 7.2 to 7.9 g%) had normal development, presumably due to early childhood education and one toddler with severe anemia (Hb 6 gr%) and not attending early education had suspected development. Conclusion: Toddlers with or without anemia had equal development, while toddlers who were given stimulation through early childhood education tended to have normal development. Key Word: early childhood development, anemia, stimulation of early childhood education PENDAHULUAN sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, Pembangunan nasional bertujuan dan system organ yang berkembang meningkatkan kualitas sumber daya manusia sedemikaian rupa sehingga masing-masing (SDM) dapat memenuhi fungsinya termasuk juga secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia perkembangan ditentukan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak. Investasi emosi, intelektual, dan lingkungan.(2) yang dimulai sejak dini (usia anak-anak) Menurut Soetjiningsih dalam Rusana dianggap paling menguntungkan di dalam (2008), usia dini merupakan fase awal pembangunan SDM. Perkembangan (1) (development) perkembangan anak yang akan menentukan adalah pekembanang selanjutnya. Perkembangan bertambahnya kemampuan dalam struktur awal terbagi dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, pola yang teratur dan dapat diramalkan. motorik halus, bahasa serta sosial emosi, dan Sebagai hasil dari proses pematangan, di sini perilaku. Jika terjadi kekurangan pada salah menyangkut adanya proses diferensiasi dari satu aspek, menjadi maka akan empat aspek memengaruhi 134 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 perkembangan aspek Perkembangan balita lainnya. dipengaruhi oleh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. sataus gizi ibu saat hamil, status gizi balita, stimulasi, pengetahuan ibu. (3) BAHAN DAN CARA PENELITIAN Dalam Supariasa, dkk ( 2002). Faktor Jenis penelitian ini adalah merupakan utama yang memengaruhi tumbuh kembang penelitian anak gizi, penelitian adalah semua balita usia 6-60 kesehatan, dan pengasuhan (caring) yang bulan di Desa Ambarketawang Gamping terkait satu sama lain. Anak kekurangan gizi Sleman Yogyakarta yang mengikuti posyadu memiliki IQ yang kurang, hal ini bukan hanya yaitu sebanyak 603. Sampel diambil dengan disebabkan oleh makanan saja, tetapi lebih tehnik probality sampling yaitu cluster random disebabkan oleh kekurangan stimulus dari sampling, dari 13 padukuhan diambil 8 orang tua yang biasanya juga menderita padukuhan sebanyak 158 balita. Analisis di antaranya kekurangan gizi. adalah faktor (4) antaranya Populasi dalam data yang digunakan yaitu analisis univariat Hasil wawancara dari ibu balita di Desa Ambarketawang, deskriptif. didapatkan mengatakan 60% anaknya dengan persentase. di susah HASIL DAN PEMBAHASAN makan sayur dan lebih suka makan jajanan Perkembangan balita Desa atau minum susu formula yang dalam satu Ambarketawang hari dapat menghabiskan lebih dari enam sebagian besar mengalami anemia ringan. botol, sehingga ibu lebih memilih memberikan Balita dikatakan tidak anemia (Hb ≥11gr%), makanan yang disukai anaknya atau susu anemia ringan (Hb 9,5-10,9gr%), anemia formula daripada tidak makan. Informasi dari sedang (Hb 8-9,4gr%) dan anemia berat (Hb kader balita pada lima posyandu, sekitar 30% <8). di antaranya balita memiliki perkembangan dengan anemia berat, kadar hemoglobin 7,2- yang 7,9 tidak sesuai dengan usianya. Tiga mayoritas di balita gr% dan nomal perkembangan satu dengan perkembangan dengan desa lain di Kecamatan Gamping. hemoglobin 6 gr%, yang tercantum pada Balita di Desa Ambarketawang tabel berikut. pernah dilakukan pemeriksaan hemoglobin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan balita berdasarkan kejadian anemia dan perkembangan balita berdasarkan pemberian stimulasi melalui pendidikan anak usia dini di desa memiliki normal Kejadiannya lebih besar jika dibandingkan belum suspect balita dan kadar Tabel 1. Perkembangan Balita Berdasarkan Kejadian Anemia. Perkembangan Normal Suspect Tidak Anemia f % 41 37 21 44 Kejadian anemia Anemia Anemia Anemia Total Ringan sedang berat f % f % f % f % 55 50 11 10 3 3 110 100 23 48 3 6 1 2 48 100 (Sumber: data primer 2015) 135 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 Balita di Desa Ambarketawang sehingga dalam tabel 1 dapat disimpulkan sebagian besar mengikuti pendidikan bahwa anak usia dini (PAUD) dan mayoritas perkembangan balita. memiliki perkembangan normal, yang anemia tidak mempengaruhi Penelitian ini tidak sesuai dengan teori Purnamasari (2008) bahwa pengaruh anemia tercantum pada tabel berikut. balita Tabel 2. Perkembangan Balita Dilihat Dari Pemberian Stimulasi Melalui Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Perkembangan Ikut Tidak PAUD Total PAUD f % f % f % Normal 72 65 38 35 110 100 Sucpect 11 23 37 77 48 100 (Sumber: data primer 2015) terhadap penurunan fungsi sehingga kognitif kecerdasan terjadi anak berkurang, kurang atensi (perhatian), dan prestasi belajar terganggu. Serta tidak sesuai dengan hasil penelitian Zulaekah (2014) bahwa secara statistik tidak terdapat beda nyata terhadap laju pertumbuhan dan tingkat perkembangan antara anak malnutrisi Perkembangan normal jika balita dapat yang anemia dengan yang tidak anemia, melakukan semua perkembangan (lulus atau namun hasil penelitian tersebut memberikan passed) berdasarkan garis usia pada area indikasi bahwa perkembangan anak (motorik 75-90% satu kasar, motorik halus, dan perkembangan kewaspadaan, (gagal atau fail) pada salah bahasa) pada anak malnutrisi yang anemia satu sektor lebih rendah dibandingkan dengan anak atau hanya mengalami perkembangan yang dinilai, sedangkan suspect jika satu atau dua lebih kelambatan dan/atau dua atau lebih banyak kewaspadaan. (3) malnutrisi yang tidak anemia. Balita yang memiliki perkembangan normal mayoritas mengikuti PAUD dan yang Hasil penelitian didapatkan 110 balita tidak mengikuti PAUD cenderung memiliki (69,62%) perkembangan normal dan 48 perkembangan suspect. Dari balita yang balita Perkembangan memiliki perkembanagn normal, sebanyak 72 balita dilihat dari kadar haemoglobin, balita (65%) mengikuti PAUD dan 38 (35%) tidak yang memiliki perkembangan normal maupun mengikuti PAUD, sedangkan balita yang suspect mayoritas mengalami anemia ringan memiliki perkembangan suspect 11 (23%) yaitu 55 balita (50%) perkembangan normal mengikuti dan 23 balita (48%) perkembangan suspect. mengikuti PAUD. Tiga balita anemia berat Dilihat dari jumlahnya, balita yang tidak (Hb 7,2-7,9 gr%) memiliki perkembangan anemia mayoritas memiliki perkembangan normal karena mengikuti PAUD dan satu normal. Balita yang tidak anemia maupun balita anemia berat (Hb 6 gr%) yang tidak anemia berat memiliki kemungkinan yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan sama mengalami perkembangan normal, suspect. (30,38%) suspect. PAUD dan 37 (77%) tidak 136 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 Menurut Wahyuni (2004), anemia akan KESIMPULAN memengaruhi kekebalan tubuh anak, anak menjadi lemah, perkembangan sama antara yang mengalami anemia dan tidak makan, menurunnya daya kosentrasi, dan anemia, balita dengan perkembangan normal sakit kepala, sehingga dan suspect mayoritas mengalami anemia serta kehilangan memiliki nafsu kognitif letih, Balita menurunkan fungsi Meskipun ringan. Sedangkan balita yang diberikan demikian jika balita diberikan stimulasi terus stimulasi melalui pendidikan anak usia dini menerus sesuai usia perkembangan, akan cenderung memiliki perkembangan normal memiliki perkembangan yang normal dan dan sebaliknya mendapatkan stimulasi perkembangan dari diberikan motorik jika gizi anak. baik stimulasi akan namun tidak menyebabkan sebaliknya pendidikan anak balita usia yang dini suspect. tidak mengalami perkembangan sucpect. Pendidikan anak perkembangan Meskipun usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya mengalami anemia berat, 3 balita tetap pembinaan bagi anak sejak lahir sampai memiliki perkembangan normal. Saran bagi dengan enam tahun yang dilakukan melalui orangtua tidak hanya memperhatikan asupan pemberian rangsangan pendidikan untuk gizi, namun harus memberikan stimulasi dini membantu petumbuhan dan perkembangan pada balita untuk mencapai perkembangan jasmani dan rohani yang optimal. yang optimal. Penting bagi orangtua untuk Melalui pendidikan anak usia dini anak memahami perkembangan sosial, kognitif, maka anak akan mendapatkan stimulasi emosional, dan pendidikan anak. Orang tua perkembangannya yang yang sibuk bekerja dapat menitipkan anaknya aspek personal yaitu berhubungan bersosialisasi 1) meliputi social dengan dan empat yang kemandirian, berinteraksi dengan lingkungannya, 2) fine motor adaptive yang berhubungan untuk gerakan dengan mengamati yang di PAUD. kemampuan 1. Departemen Kesehatan RI. Manajemen anak laktasi buku panduan bagi bidan dan melakukan petugas kesehatan di puskesmas. 2005 bagian-bagian http://www.depkes.go.id. Diakses 10 April sesuatu, melibatkan KEPUSTAKAAN tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot 2015. kecil yang memerlukan koordinasi yang 2. Nursalam, dkk. Asuhan keperawatan bayi cermat, 3) language yaitu kemampuan untuk dan anak (untuk perawat dan bidan) edisi memberikan 1. Jakarta : Salemba Medika. (2005) respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, 4) gross motor yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh. (3) 3. Rusana. Perkembangan Menurut Denver II (DDST II). 2008. 137 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 http://www.rofiqahmad.wordpress.com. perkembangan anak malnutrisi. 2014. Diakses 25 September 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 2, 4. Supariasa, I Dewa Nyoman. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC. 2002. Nomer 9 hal 106-114. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ke 5. Purnamasari, DU. Analisis pemberian asi mas. eksklusif dan susu formula terhadap 7. Wahyuni, AS. Anemia defisiensi besi goncangan pertumbuhan. 2008. Jurnal pada balita. 2004. Digitized by USU Kesmas Vol 1. digital library. 6. Zulaekah S, Setyo P dan Listyani H. Anemia terhadap pertumbuhan dan