I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah gereja Kristen yang berdiri di Indonesia dan berpusat di Jakarta. GKI merupakan salah satu gereja dengan Teologi Ekumenikal dengan denominasi Calvinis.Gereja Kristen Indonesia Palsigunung Depok merupakan salah satu jemaat dari GKI.Dalamera globalisasi ini, dapat pula terjadi perubahan. Dengan adanya perubahan ini, maka dibutuhkan suatu kepemimpinan yang baik.Kepemimpinan merupakan “proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas dalam sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan”. “Kepemimpinan adalah salah satu fenomena yang paling banyak diamati orang dan paling sedikit dipahami di dunia sekarang ini” demikian pernyataan James MacGregor Burns.1Banyak orang yang tidak peduli terhadap fakta bahwa kita tidak memiliki figur dan sistem kepemimpinan yang baik, apalagi kepemimpinan yang memberdayakan.Gerejapun tidak lepas dari krisis kepemimpinan, khususnya kepemimpinan yang memberdayakan.Gereja cenderung membiarkan struktur organisasi dan manajemennya membatu, sehingga pertumbuhan gereja dipandang kurang kompetitif. Bertambahnya konflik terbuka antara para pendeta dan jemaat, penatua dan kelompok pemuda adalah juga menjadi indikator krisis kepemimpinan yang memberdayakan. Bahkan, terjadinya inkonsistensi-inkonsistensi kebijakan ditingkat yang lebih luas merupakan tanda yang paling nyata akan adanya krisis kepemimpinan. Kepemimpinanyang memberdayakan adalah kepemimpinan yang meningkatkan kualitas hidup pengikut dengan memberi kepercayaan kepada warga, mengembangkan prakarsa, meningkatkan keahlian (kompetensi), menggerakkan potensi, dan mengorganisasikan sumberdaya yang ada sehingga jemaat atau pengikut dapat berkembang dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar jemaat/pengikut tersebut dapat mencapai/memperoleh kehidupan yang lebih baik.Pemberdayaan diartikan sebagai membagi kekuasaan (power sharing) atau mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada bawahan di dalam organisasi. Seperti dikatakan oleh Gary Yukl, bahwa pemberdayaan sebagai suatu cara untuk mewirausahakan (entrepreneurship) orang lain, penanaman rasa memiliki (ownership), 1 James MacGregor Burns, Leadership, (New York: Harper Torchbooks, 1978), hlm.2. 1 suatu bentuk ikatan kerja atas dasar komitmen (engagement), dan sebagai suatu usaha untuk membuat orang lain terlibat (involvement).2 Jika gereja ingin memiliki kepemimpinan yang kuat, maka sudah seharusnya setiap pemimpin memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Jangan pernah takut melihat potensi dan mengembangkan potensi orang-orang yang dipimpin, sekalipun orang yang dipimpin memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kita miliki.Justru dengan mengembangkannya maka kita akan menghasilkan banyak pemimpin sehingga misi yang ada bisa segera terpenuhi.Kebesaran seorang pemimpin tidak diukur dari berapa banyak pemimpin yang dihasilkannya, atau berapa banyak pengikutnya, tetapi bagaimana ia memberdayakan para pengikutnya.3 Dalam dunia modern, seringkali pemimpin tidak membuat suatu budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan pemberdayaan pengikutnya. Malah sebaliknya ia menjadi pusat dinamika komunitasnya. Akibatnya, potensi-potensi orang lain yang Tuhan letakkan di sekitarnya, terbengkalai. Kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain menyatakan di depan orang banyak bahwa ia mempercayakan semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya pusat segalanya. Ia hanya melakukan apa yang menjadi bagiannya.4 Berkaitan dengan hal tersebut, maka Gereja Kristen Indonesia Palsigunung Depok sebagai organisasi yang terdapat didalamnya memiliki banyak potensi individu-individu yang berlatar belakang berbeda karakter satu sama lainnyabisa menimbulkan konflik.Oleh karena itu, maka tidak dapat dipungkiri bahwa dalam jemaat GKI Palsigunung Depok terdapat ‘pro’ dan ‘kontra’ artinya ada yang mendukung dan ada juga yang menentang, ada yang hanya menuruti saja dan ada juga yang ingin menonjolkan diri.Hal ini dapat berdampak bagi pertumbuhan dan keberlangsungan GKI Palsigunung Depok.Oleh karena itu, peran kepemimpinan majelisjemaat dalam memberdayakan jemaat sangat penting sehingga dapat mengatur kekuatan dan kelemahan yang ada sehingga dapat berjalan secara serasi. 2 Gary Yukl,KepemimpinanDalamOrganisasi,(Jakarta: Prenhallindo), hlm. 2-4 Sendjaya, Kepemimpinan Kristen; KonsepKarakterKompetensi: Menjadi Pemimpin Kristen Yang Efektif di Tengah Tantangan Arus Zaman (Yokyakarta: Kairos Books, 2004). Hlm. 17 4 Max de Pree, Membantu Para Pemimpin Bertumbuh dalam George Barna, Leaders on Leadership: Pandangan Para Pemimpin Tentang Kepemimpinan (terjemahan), (Malang: Gandum Mas, 2002), hlm. 151-154 3 2 Di lain pihak,GKI Palsigunung Depok dapat dikatakan sebagai gereja yang bertumbuh. Beberapa indikator yang dapat dilihat, antara lain GKI Palsigunung Depok telah memiliki Bajem (bakal jemaat), yakni Bajem Ciracas, dan Bajem Cilodong. Di samping itu juga anggaran untuk menunjang program-program gereja meningkat merupakan indikator lain dalam pertumbuhan gereja. Akan tetapi, muncul persoalan baru, yakni apakah para pemimpin GKI Palsigunung Depok mampu untuk memajukan atau memberdayakan bakal jemaat Ciracas dan Cilodong yang ada untuk semakin maju dan berkembang atau bahkan melebihi GKI Palsigunung sendiri (gereja pusat)? Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi peran kepemimpinan majelis jemaat GKI Palsigunug dalam memberdayakan Bajem-bajem yang ada. Dari latar belakang diatas, maka penulis mengambil Judul penelitian: Kepemimpinan Yang Memberdayakan(Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat). 1.2. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang penulisan tersebut, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:Bagaimana peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok terhadap pemberdayaan warga jemaat? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peran kepemimpinan Majelis Jemaat Gereja Kristen Indonesia Palsigunung dalam pemberdayaan warga jemaat 1.4. Signifikansi Penelitian Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk:Memberikan sumbangan pemikiran bagi Majelis jemaat GKI Palsigunung Agar dapat memberdayakan warga jemaat. Bagi fakultas TeologiUKSW, memberikan masukan bagi matakuliah Teologi Kepemimpinan dan manajemen khususnya kepemimpinan yang memberdayakan agar dapat lebih memberdayakan mahasiswa teologi.Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan serta dapat menerapkan kepemimpinan yang memberdayakan dalam pelayanan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penulis membatasi penelitian ini khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan yang memberdayakan di antaranya: pertama, bagaimana kepemimpinan majelis jemaat dalam memimpin; kedua, peran dan kinerja majelis jemaat dalam memberdayakan jemaat. Serta analisa 3 peran majelis jemaat dalam pemberdayaan.Dengan demikian, pembahasan dalam bagian ini tidak meluas. 1.6. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Di mana bertujuan untuk menggambarkan/melukiskan secara tepat keadaan subyek dan atau objek penelitian, dengan data dan laporan yang didapat dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Pustaka. Studi pustaka sebagai dasar analisis historis, dan teks.Teknik ini digunakan sebagai landasan teoritis guna menjawab masalah penelitian. b. Wawancara Wawancara yang dilakukan tidak terstruktur terhadap pimpinan gereja, (pendeta jemaat, dan majelis jemaat) dan tokoh gereja yang dikategorikan informan sebagai informan kunci (dua anggota jemaat). c. Observasi Penulis melakukan observasi partisipatif, yakni peneliti melibatkan diri dalam kegiatan bergereja, seperti: rapat-rapat gerejawi, dan kegiatan-kegiatan pelayanan kategoril yang dijalankan guna untuk menjawab permasalahan penelitian yang diangkat. Pengamatan hanya difokuskan kepada peran majelis jemaat dalam memberdayakan warga jemaat. d. Informan Informan merupakan narasumber yang dapat dipercaya dan dapat diakui ke validasian data yang diberikan; seperti: majelis jemaat gereja (pendeta dan majelis jemaat), tata usaha gereja dan anggota jemaat GKI Palsigunung Depok, yang jumlahnya mencapai lima orang. 1.7. Penjelasan Tentang Konsep Bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah beberapa istilah yang berkaitan dengan judul. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 4 1. Kepemimpinan: Menurut Gary Yukl, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain (pengikut) dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.5 2. Memberdayakan: Pemberdayaan dapat diartikan sebagai membagi kekuasaan atau mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada bawahan di dalam organisasi. Jadi yang dimaksudkan dengan kepemimpinan yang memberdayakan adalah gaya dan sifat kepemimpinan yang dipraktekkan baik oleh pejabat gereja (Majelis Jemaat) maupun para aktivis gereja dalam menjalankan tugas. 3. Peran: Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.6 4. Majelis Gereja atauMajelis jemaat adalah persekutuan anggota jemaat yang terpanggil menjadi kawan sekerja Allah dalam menjalankan fungsi kepemimpinan jemaat.7 1.8. Sistimatika Penulisan Bab I. Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan penegasan istilah. Bab II. kepemimpinan yang memberdayakan. Bab III. Profil GKI Palsigunung. Bab IV: Analisa tentang peran majelis jemaat GKI Palsigunung dalam pemberdayaan warga jemaat. Bab V: Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. 5 Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, hlm. 2 KamusBesarBahasa Indonesia, edisikedua, DepartemanPendidikandanKebudayaan, hlm. 563 7 HarunHadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK GunungMulia, 1995) hlm. 362 6 5