Untitled

advertisement
3.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia
Jakarta;
4.
Undang-undang Nomor 21
Pekerja/Serikat Buruh;
5.
Peraturan Pemerintah
Perlindungan Upah;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom;
7.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999
tentang Upah Minimum sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-226/MEN/2000Gubernur berwenang untuk menetapkan
Upah Minimum Propinsi;
8.
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
KEP.564/MEN/92 "
Dalam Negeri Nomor
tentang Dewan
115 Tahun 1992
Ketenagakerjaan Daerah;
9.
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
Tahun 2000 tentang Serikat
Nomor
8
Tahun
1981
tentang
10. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta^
Nomor
1812 Tahun 2000 tentang Penyempurnaa
Keanggotaan Dewan Ketenagakerjaan Daerah Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
11. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3052/2001 tentang Penetapan Upah Minimum
Propinsi (UMP) Tahun 2002 di Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
12. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA
JAKARTA
TENTANG
TATA
CARA
PENANGGUHAN
PELAKSANAAN
UPAH
MINIMUM
PROPINSI.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerintah Daerah adalah
Khusus Ibukota Jakarta;
Pemerintah
Propinsi
Daerah
2.
Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
3.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
4.
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
5.
Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan
kerja pada pengusaha dengan menerima upah;
6.
Pengusaha adalah :
a.
orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b.
orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya;
c.
orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum
atau tidak, yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan
mencari keuntungan atau tidak, milik orang perorangan,
persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara;
Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri
dari upah pokok termasuk tunjangan tetap;
9.
Upah Minimum Propinsi adalah upah minimum yang
ditetapkan dengan keputusan Gubernur dan berlaku di
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
BAB II
PENANGGUHAN PELAKSANAAN
UPAH MINIMUM PROPINSI
BAGIAN PERTAMA
PENGAJUAN PERMOHONAN
Pasal 2
(1) Pengusaha yang tidak dapat melaksanakan Upah Minimum Propinsi
dapat mengajukan permohonan penangguhan pelaksanaan Upah
Minimum Propinsi.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan
secara tertulis kepada Gubernur melalui Kepala Dinas selambatlambatnya 10 hari sebelmu berlakunya upah minimum.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan atas
kesepakatan tertulis antara Serikat Pekerja/Buruh yang tercatat pada
Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan Pengusaha dan
didukung oleh mayoritas pekerja di perusahaan yang bersangkutan,
atau bagi perusahaan yang belum ada Serikat Pekerjanya,
kesepakatan antara Pekerja yang mewakili lebih dari 50% Pekerja
penerima upah minimum dengan Pengusaha, disertai dengan
a.
salinan kesepakatan bersama;
b.
salinan akta pendirian perusahaan;
c.
laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca,
perhitungan rugi/laba beserta penjelasan-penjelasan untuk 2
tahun terakhir;
d.
perkembangan produksi dan pemasaran selama 2 tahun terakhir
serta rencana produksi dan pemasaran untuk 2 tahun yang akan
datang;
e.
data upah menurut jabatan pekerja;
f.
jumlah pekerja seluruhnya dan jumlah pekerja yang dimohonkan
penangguhan pelaksanaan upah minimum propinsi;
g.
surat pernyataan kesediaan perusahaan untuk melaksanakan
upah minimum yang baru setelah berakhirnya waktu
penangguhan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan c tidak
berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sampai
dengan 100 orang.
Pasal 3
Apabila permohonan tidak lengkap atau tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) maka permohonan tidak
dapat diproses lebih lanjut.
BAGIAN KEDUA
PENELITIAN DAN EVALUASI
r-Pasal 4
(1) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud
diadakan penelitian dan evaluasi.
dalam Pasal 2
akan
(2) Penelitian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan apabila diperlukan Kepala
Dinas dapat membentuk Tim untuk melakukan penelitian dan evaluasi
terhadap permohonan yang diajukan oleh perusahaan.
(3) Dalam melakukan penelitian dan evaluasi, Kepala Dinas dapat meminta
Akuntan Publik untuk memeriksa keadaan keuangan perusahaan guna
pembuktian ketidakmampuan perusahaan untuk melaksanakan upah
minimum propinsi.
(4) Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dibebankan pada perusahaan yang bersangkutan.
BAB III
PENETAPAN PENANGGUHAN
UPAH MINIMUM PROPINSI
Pasal 5
(1) Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Kepala Dinas dapat menetapkan penolakan atau persetujuan
penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang
mempunyai tenaga kerja di bawah 1.000 orang.
(2) Untuk perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 1.000 orang
atau lebih maka penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan
upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur.
(3) Persetujuan penangguhan pelaksanaan upah
dimaksud pada ayat (1) dan (2) dalam bentuk:
minimum
sebagaimana
a.
membayar upah terendah tetap sesuai ketetapan upah minimum yang
lama; atau
b.
membayar lebih rendah dari upah minimum yang baru; atau
c.
menangguhkan pembayaran upah minimum yang baru secara bertahap.
(4) Penetapan penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan upah
minimum diberikan kepada pengusaha.
(5) Bagi perusahaan yang diberikan persetujuan penangguhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak diwajibkan membayar kekurangan upah
selama jangka waktu pelaksanaan penangguhan upah minimum.
Pasal 6
(1) Penetapan penolakan atau persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 selambat-lambatnya 1 bulan terhitung sejak diterimanya permohonan
secara lengkap.
(2) Apabila waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
terlampaui dan belum ada keputusan penetapan dari Gubernur atau Kepala
Dinas maka permohonan penangguhan dianggap telah disetujui.
BAB IV
KETENTUAN LAIN
Pasal 7
(1) Selama permohonan penangguhan masih dalam proses.
(2) Dalam hal permohonan penangguhan ditolak, upah yang diberikan
pengusaha kepada pekerja serendah-rendahnya sama dengan upah
minimum yang berlaku terhitung mulai tanggal berlakunya ketentuan upah
minimum propinsi yang baru.
-
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Hal-hal yang merupakan pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Kepala
Dinas,
(2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 11 Maret 2002
GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
SUTIYOSO
Di undangkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Maret 2002
SEKRETARIS DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
H. FAUZI BOWO
NIP 470044314
Download