Subsidi BBM Pada RAPBN-P 2011 Tabel 1. SUBSIDI BBM DALAM APBN 2011 DAN RAPBN-P 2011 8.800 95 945 Subsidi Energi Volume BBM Subsidi Premium (juta KL) Solar (juta KL) Minyak Tanah (juta KL) LPG (juta Ton) Subsidi BBM (Rp triliun) Subsidi Listrik (Rp triliun) Total Subsidi Energi (Rp triliun) 23,19 13,08 2,31 3,52 95,91 40,7 136,61 24,54 14,16 1,8 3,52 120,76 66,4 187,16 -450 15 -25 -4,9% 18,8% -2,6% I 9.250 80 970 % Perubahan 1) LA Total Penerimaan Migas (Rp triliun) 5,8% 8,3% -22,1% 0,0% 25,9% 63,1% 37,0% BN – SE 1,35 1,08 -0,51 0 24,85 25,7 50,55 204,9 232,4 27,5 13,4% 68,29 45,24 -23,05 -33,8% AN PE Net Penerimaan Migas (Rp triliun) AP KS AN AA N Potensi Penerimaan Migas TJ EN D Asumsi Makro Kurs (Rp/US$) ICP (US$/barel) Lifting Minyak (ribu barel/hari) Selisih R RAPBN-P 2011 PR APBN 2011 AN D Sumber: Keterangan Pemerintah tentang Pokok-Pokok Perubahan APBN TA 2011 Ket: 1) Penerimaan Migas hanya memperhitungkan PPh MIgas dan PNBP SDA Migas Berdasarkan asumsi makro yang ditetapkan di dalam APBN 2011, maka dapat dilihat bahwa penerimaan migas adalah Rp204,9 triliun dan total subsidi energi adalah Rp136,61 triliun seperti tercantum pada tabel diatas. • Mengacu kepada perubahan asumsi makro ekonomi dan volume BBM subsidi pada RAPBN-P 2011, direncanakan penerimaan migas bertambah Rp232,4 triliun dan total subsidi energi sebesar Rp187,16 triliun. Berdasarkan data pada tabel diatas, perubahan asumsi makro dan volume BBM subsidi akan menambah penerimaan migas sebesar Rp 232,4 triliun – Rp 204,9 triliun = Rp 27,5 triliun. Namun, di sisi lain, tambahan anggaran belanja untuk subsidi energi (BBM + Listrik) akan melonjak sebesar Rp 187,16 triliun – Rp 136,61 triliun = Rp 50,55 triliun. BI R O • AN AL IS A AN G G AR • • Perubahan tersebut juga menyebabkan penurunan net penerimaan migas sebesar Rp68,95 triliun – Rp45,24 triliun = Rp23,05 triliun, yang berarti perubahan tersebut memberikan kontribusi defisit sebesar Rp23,05 triliun. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 27 Tabel 2. Penerimaan Migas-Subsidi Energi-Defisit APBN Indikator APBN 2011 RAPBN-P 2011 Selisih Penerimaan Migas (Rp triliun) Subsidi Energi (Rp triliun) Defisit APBN (Rp triliun) 204,9 136,61 124,7 232,4 187,16 151,1 27,5 50,55 26,4 Sumber: Keterangan Pemerintah tentang Pokok-Pokok Perubahan APBN TA 2011 Pada RAPBN-P 2011 direncanakan peningkatan defisit anggaran sebesar Rp26,4 triliun dari target APBN 2011 sebesar Rp124,7 triliun (1,8% dari PDB) menjadi Rp151,1 triliun (2,1% dari PDB). • Penurunan net penerimaan migas sebesar Rp23,05 triliun yang sebagian besar disebabkan oleh subsidi energi ternyata mempunyai kontribusi sebesar Rp23,05 triliun/Rp26,4 triliun = 87,3% dari defisit anggaran. BN – SE TJ EN D PR R I • KS AN AA N AP Grafik 1. Komposisi Penyebab Defisit Anggaran RAPBN-P 2011 Penurunan Net Penerimaan Migas 87,3% AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA Lainnya 12,7% O Catatan: Peningkatan defisit yang utamanya disebabkan oleh beban subsidi energi seperti tersebut di atas pada dasarnya sangat memberatkan APBN. Pelebaran defisit sebenarnya dimaksudkan untuk meningkatkan belanja modal khususnya pada sektor infrastruktur, yang diharapkan nantinya akan dapat menggerakkan perekonomian lebih cepat lagi. • Untuk mengatasi persoalan beban subsidi energi yang meningkat, opsi-opsi yang pernah disampaikan oleh Tim Kajian Program Pembatasan BBM Bersubsidi perlu kiranya dikaji kembali, khususnya opsi no. 1. Opsi-opsi tersebut adalah: BI R • Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 28 1. Menaikkan harga premium Rp 500 per liter, namun angkutan umum diberi jaminan kembalian (“cash back“) sehingga tarifnya tidak naik. 2. Perpindahan penggunaan BBM bagi kendaraan pribadi dari premium ke pertamax. 3. Penjatahan konsumsi premium dengan sistem kendali penjatahan yang berlaku tidak hanya untuk kendaraan umum, tetapi juga kendaraan pribadi. • D PR R I Dengan memilih Opsi Pertama, yaitu dengan menaikkan harga BBM subsidi jenis Premium sebesar Rp 500 per liter dan asumsi volume BBM Subsidi masih utuh, akan diperoleh penghematan sekitar Rp 12,27 triliun seperti tercantum pada tabel berikut. Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp. 500/liter (Rp triliun) * berdasarkan RAPBN-P 2011 12,27 14,16 38,7 7,08 19,35 SE BN 24,54 Premium + Solar AP Volume BBM Subsidi (juta KL)* Solar – Premium TJ EN Tabel 3. Nilai Penghematan Anggaran dengan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp 500/liter LA KS AN AA N Sedangkan dengan menerapkan kenaikan harga BBM sebesar Rp500 per liter untuk jenis premium dan solar sekalipun, penghematan yang dapat diperoleh adalah sekitar Rp19,35 triliun. Perlu juga diperhatikan bahwa jika terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp500, akan ada penambahan inflasi sebesar 0,25 persen1. PE • AN D AN Jika diterapkan kenaikan harga BBM sebesar Rp 600 per liter untuk jenis premium dan solar, dan asumsi volume BBM Subsidi masih utuh, penghematan yang dapat diperoleh adalah sekitar Rp 23,22 triliun seperti tercantum pada tabel berikut. G AR Tabel 4. Nilai Penghematan Anggaran dengan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp 600/liter Solar Premium + Solar 24,54 14,72 14,16 8,50 38,7 23,22 BI R O AN AL IS A AN G Volume BBM Subsidi (juta KL)* Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp. 600/liter (Rp triliun) * berdasarkan RAPBN-P 2011 Premium 1 http://www.kompas.com/read/xml/2011/07/01/14350736/BBM.Naik.Rp.500.Inflasi.Naik.0.25.Persen Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 29