23-An-APBN-VII - Subsidi BBM RAPBN-P 2011

advertisement
Subsidi BBM Pada RAPBN-P 2011
Tabel 1. SUBSIDI BBM DALAM APBN 2011 DAN RAPBN-P 2011
8.800
95
945
Subsidi Energi
Volume BBM Subsidi
Premium (juta KL)
Solar (juta KL)
Minyak Tanah (juta KL)
LPG (juta Ton)
Subsidi BBM (Rp triliun)
Subsidi Listrik (Rp triliun)
Total Subsidi Energi (Rp triliun)
23,19
13,08
2,31
3,52
95,91
40,7
136,61
24,54
14,16
1,8
3,52
120,76
66,4
187,16
-450
15
-25
-4,9%
18,8%
-2,6%
I
9.250
80
970
%
Perubahan
1)
LA
Total Penerimaan Migas (Rp triliun)
5,8%
8,3%
-22,1%
0,0%
25,9%
63,1%
37,0%
BN
–
SE
1,35
1,08
-0,51
0
24,85
25,7
50,55
204,9
232,4
27,5
13,4%
68,29
45,24
-23,05
-33,8%
AN
PE
Net Penerimaan Migas (Rp triliun)
AP
KS
AN
AA
N
Potensi Penerimaan Migas
TJ
EN
D
Asumsi Makro
Kurs (Rp/US$)
ICP (US$/barel)
Lifting Minyak (ribu barel/hari)
Selisih
R
RAPBN-P
2011
PR
APBN
2011
AN
D
Sumber: Keterangan Pemerintah tentang Pokok-Pokok Perubahan APBN TA 2011
Ket: 1) Penerimaan Migas hanya memperhitungkan PPh MIgas dan PNBP SDA Migas
Berdasarkan asumsi makro yang ditetapkan di dalam APBN 2011, maka dapat dilihat
bahwa penerimaan migas adalah Rp204,9 triliun dan total subsidi energi adalah
Rp136,61 triliun seperti tercantum pada tabel diatas.
•
Mengacu kepada perubahan asumsi makro ekonomi dan volume BBM subsidi pada
RAPBN-P 2011, direncanakan penerimaan migas bertambah Rp232,4 triliun dan total
subsidi energi sebesar Rp187,16 triliun.
Berdasarkan data pada tabel diatas, perubahan asumsi makro dan volume BBM
subsidi akan menambah penerimaan migas sebesar Rp 232,4 triliun – Rp 204,9 triliun
= Rp 27,5 triliun. Namun, di sisi lain, tambahan anggaran belanja untuk subsidi energi
(BBM + Listrik) akan melonjak sebesar Rp 187,16 triliun – Rp 136,61 triliun = Rp 50,55
triliun.
BI
R
O
•
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
•
•
Perubahan tersebut juga menyebabkan penurunan net penerimaan migas sebesar
Rp68,95 triliun – Rp45,24 triliun = Rp23,05 triliun, yang berarti perubahan tersebut
memberikan kontribusi defisit sebesar Rp23,05 triliun.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 27
Tabel 2. Penerimaan Migas-Subsidi Energi-Defisit APBN
Indikator
APBN 2011
RAPBN-P 2011
Selisih
Penerimaan Migas (Rp triliun)
Subsidi Energi (Rp triliun)
Defisit APBN (Rp triliun)
204,9
136,61
124,7
232,4
187,16
151,1
27,5
50,55
26,4
Sumber: Keterangan Pemerintah tentang Pokok-Pokok Perubahan APBN TA 2011
Pada RAPBN-P 2011 direncanakan peningkatan defisit anggaran sebesar Rp26,4
triliun dari target APBN 2011 sebesar Rp124,7 triliun (1,8% dari PDB) menjadi
Rp151,1 triliun (2,1% dari PDB).
•
Penurunan net penerimaan migas sebesar Rp23,05 triliun yang sebagian besar
disebabkan oleh subsidi energi ternyata mempunyai kontribusi sebesar Rp23,05
triliun/Rp26,4 triliun = 87,3% dari defisit anggaran.
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
•
KS
AN
AA
N
AP
Grafik 1. Komposisi Penyebab Defisit Anggaran RAPBN-P 2011
Penurunan Net
Penerimaan Migas
87,3%
AN
AL
IS
A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Lainnya
12,7%
O
Catatan:
Peningkatan defisit yang utamanya disebabkan oleh beban subsidi energi seperti
tersebut di atas pada dasarnya sangat memberatkan APBN. Pelebaran defisit
sebenarnya dimaksudkan untuk meningkatkan belanja modal khususnya pada sektor
infrastruktur, yang diharapkan nantinya akan dapat menggerakkan perekonomian
lebih cepat lagi.
•
Untuk mengatasi persoalan beban subsidi energi yang meningkat, opsi-opsi yang
pernah disampaikan oleh Tim Kajian Program Pembatasan BBM Bersubsidi perlu
kiranya dikaji kembali, khususnya opsi no. 1. Opsi-opsi tersebut adalah:
BI
R
•
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 28
1. Menaikkan harga premium Rp 500 per liter, namun angkutan umum diberi
jaminan kembalian (“cash back“) sehingga tarifnya tidak naik.
2. Perpindahan penggunaan BBM bagi kendaraan pribadi dari premium ke
pertamax.
3. Penjatahan konsumsi premium dengan sistem kendali penjatahan yang berlaku
tidak hanya untuk kendaraan umum, tetapi juga kendaraan pribadi.
•
D
PR
R
I
Dengan memilih Opsi Pertama, yaitu dengan menaikkan harga BBM subsidi jenis
Premium sebesar Rp 500 per liter dan asumsi volume BBM Subsidi masih utuh, akan
diperoleh penghematan sekitar Rp 12,27 triliun seperti tercantum pada tabel berikut.
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp. 500/liter (Rp triliun)
* berdasarkan RAPBN-P 2011
12,27
14,16
38,7
7,08
19,35
SE
BN
24,54
Premium + Solar
AP
Volume BBM Subsidi (juta KL)*
Solar
–
Premium
TJ
EN
Tabel 3. Nilai Penghematan Anggaran dengan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp 500/liter
LA
KS
AN
AA
N
Sedangkan dengan menerapkan kenaikan harga BBM sebesar Rp500 per liter untuk
jenis premium dan solar sekalipun, penghematan yang dapat diperoleh adalah sekitar
Rp19,35 triliun. Perlu juga diperhatikan bahwa jika terjadi kenaikan harga BBM
bersubsidi sebesar Rp500, akan ada penambahan inflasi sebesar 0,25 persen1.
PE
•
AN
D
AN
Jika diterapkan kenaikan harga BBM sebesar Rp 600 per liter untuk jenis premium
dan solar, dan asumsi volume BBM Subsidi masih utuh, penghematan yang dapat
diperoleh adalah sekitar Rp 23,22 triliun seperti tercantum pada tabel berikut.
G
AR
Tabel 4. Nilai Penghematan Anggaran dengan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp 600/liter
Solar
Premium + Solar
24,54
14,72
14,16
8,50
38,7
23,22
BI
R
O
AN
AL
IS
A
AN
G
Volume BBM Subsidi (juta KL)*
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Rp. 600/liter (Rp triliun)
* berdasarkan RAPBN-P 2011
Premium
1
http://www.kompas.com/read/xml/2011/07/01/14350736/BBM.Naik.Rp.500.Inflasi.Naik.0.25.Persen
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 29
Download