BAB 2

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A KAJIAN PUSTAKA
1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling dalam Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa teori keagenan juga disebut teori kontraktual yang memandang suatu
perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan.
Eisenhardt dalam Wijayanti (2009) menggunakan asumsi sifat dasar manusia
untuk menjelaskan tentang teori agensi, yaitu:
1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai presepsi masa mendatang
(bounded rationality),
3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Salah satu sifat dasar
manusia adalah self interst artinya mementingkan diri sendiri dan tidak
mau berkorban untuk orang lain.
Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang
disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari
investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima
kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain
yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan Govindarajan, 2005).
7
8
2. Laba
1) Pengertian Laba
Laba merupakan salah satu informsi potensial yang terkandung didalam
laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun ekstenal
perusahaan.
Informasi
laba
merupakan
komponen
laporan
keuangan
perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajeman, membantu
mengestimasikan kemampuan laba yang reprsentatif dalam jangka panjang,
dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana (Kuschcnheiter dan
Melumad 2002). Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah
pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur pendapatan dan biaya
akan diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda seperti laba kotor, laba
operasional, laba sebelum pajak dan laba bersih.
Menurut Nani (2006 : 21 ) :
“Ukuran yang seing kali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya
manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Berhasil
atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemapuan
manajemen dalam melibatkan kemungkinan dan kesempatan dimasa yang
akan datang baik jangka panjang maupun jangka pendek”.
Investor (sebagai pihak luar perusahaan) juga tertarik pada hal yang
menyangkut laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak laba yang
diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai devisa
bagi mereka. Hal ini menjadi penting bagi investor untuk mengevaluasi
kembali apakah dananya akan diinvestasikan diperusahaan tersebut atau dalam
9
hal ini disepakati sebagai dasar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui
berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap
tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali
penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan.
2) Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk
mempengaruhi informasi laba yang dilaporkan yang sebenarnya tidak dialami
oleh perushaan. Tujuannnya adalah untuk meningkatkan kepercayaan
pemegang saham tehadap manajer, karena tingkat keuntungan dikaitkan
dengan kinerja manajemen sehingga mempengaruhi besar atau kecilnya
intensif yang diterima manajemen.
Menurut Scott (2000) dalam Dedhy Sulistiawan (2011: 41 ) mendefinisikan
adanya 4 pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas
laba sebagai berikut:
1. Taking a bath. Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan
tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode
tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Jika perusahaan berada dalam
kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian,
manager cenderung berusaha melaporkan nilai kerugian dalam jumlah yang
sangat ekstrem agar pada periode berikutnya dapat nelaporkan laba sesuai
target.
10
2. Income minimization. Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode
tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering
dilakukan dengan motovasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang
dibayar tidak terlalu tinggi.
3. Income maximization. Pada pola ini menjdikan laba tahun berjalan lebih
tinggi dari laba sebenarnya. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh
perusahaan yang akan melakukan IPO agar mendapat kepercayaan dari
kreditor.
4. Income smoothing. Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba
sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor
yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting
dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga
saham atau fluktuasi laba merupakan indikator resiko. Demi menjaga agar
laporan tidak fluktuatif, stabilitas harus dijaga.
3. Perataan Laba
1). Pengertian Perataan Laba
Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003 : 19 ) :
“Tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang
digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan, pelaporan
laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya
manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau
transaksi riil (real smoothing)”.
Definisi lain menganai income smoothing adalah definisi yang dikemukakan
oleh Belkaoui (1993) dalam Ghozali dan Chariri (2007 : 65 ) perataan laba
11
merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai
trend atau tingkat yang diinginkan.
Adapun Frudenberg dan Tirole (1995) dalam Nurkhabib (2004:11)
mendefinisikan perataan laba sebagai proses manipulasi profil waktu earning
atau pelaporan earning agar aliran laba yang dilaporkan perubahannya lebih
sedikit.
Definisi income smoothing lainnya yang dikemukakan Beidelman (1973)
dalam Ghozali dan Chariri (2007) adalah perataan laba yang dilaporkan dapat
didefinisikan sebagai
usaha
yang disengaja
untuk
meratakan atau
memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal
bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha
manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batasbatas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan prinsip manajemen yang
wajar.
2). Faktor Pendorong Perataan Laba
Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
manajer melakukan perataan laba. Menurut Heyworth (1953) dalam Ghozali
dan Chariri (2007: 14 ) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong
dilakukannya perataan laba adalah memperbaiki hubungan dengan kreditor,
investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses
psikologis.
Beidleman dalam Belkaoui (2007 : 39 ) mempertimbangkan dua alasan
menajemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi
12
bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat
yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga
memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan
seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.
Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat
laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan
korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian
fortofolio pasar.
3) Teknik Dalam Perataan Laba
Menurut Sugiarto (2003) berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan
laba diantaranya :
1. Perataan laba melalui waktu terjadinya transaksi atas pengakuan
transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan
waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (akrual).
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu, yaitu
mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen mengklasifikasikan pos-pos
rugi laba dalam kategori yang paling berbeda.
4) Tujuan Perataan Laba
Menurut Foster (1986), tujuan perataan laba adalah memberikan
informasi yang relevan dalam menentukan prediksi terhadap laba dimasa
mendatang, memperbaiki citra perusahaan dimata stakeholder bahwa
perushaan memiliki resiko yang rendah, meningkatkan persepsi pihak
13
eksternal terhadap kemajuan manajemen, meningkatkan kepuasan relasi
bisnis, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Menurut Mulford dan Comiskey (2002), terdapat rewards dari permainan
angka-angka keuangan (financial number game). Reward itulah yang
kemungkinan menjadi tujuan dan motivasi manajemen untuk melakukan
perataan laba. Bentuk reward tersebut adalah :
a. Efek harga saham. Harga saham yang lebih tinggi, meningkatkan nilai
perusahaan, menurunkan biaya modal
b. Ejek biaya pinjaman. Meningkatkan kualitas kredit, menurunkan biaya
pinjaman, mengurangi ketatnya perjanjian keuangan
c. Efek biaya politik. Mengurangi ketatnya peraturan dan menghindari pajak
yang tinggi.
4.Ukuran Perusahaan
1) Pengertian Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008 : 40 ) adalah Besar
kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai
aset. Selanjutnya ukuran perusahaan menurut Scott dalam Torang (2012 : 49)
didefinisaikan Ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks yang mengukur
tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
Sedangkan Malleret (2008) mendefinisaikan Ukuran organisasi adalah
seperangkat
kebijaksanaan yang ditetapkan dengan baik yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersaing secara global. Menurut (Ferry dan
14
Jones, 1979 dalam Panjaitan: 2004), ukuran perusahaan adalah suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai
cara, antara lain: total aset, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi
pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi.
Semakin besar total aset, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada
dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan
perusahaan kecil (small firm).
Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan
sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk
alasan yang berbeda:
a. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil
umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk
obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya
peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas
perusahaan
kecil
membutuhkan
mungkin
penentuan
kurang
harga
dapat
sedemikian
dipasarkan
rupa
agar
sehingga
investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
b. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan
15
dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin
besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan
kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi
kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
c. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aset,
tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz,
1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan.
Ukuran perusahaan sangat berpengaruh pada tiga faktor utama, yaitu :
a. Besarnya total aktiva,
b. Besarnya hasil penjualan,
c. Besarnya kapitalisasi pasar .
Namun disamping faktor utama diatas, ukuran perusahaan pun dapat
ditentukan oleh faktor tenaga kerja, nilai pasar saham, log size, dan lain-lain
yang semuanya berkorelasi tinggi. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan
Logaritma Natural (Ln) dari total aset. Hal ini dikarenakan besarnya total asset
16
masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar,
sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen
Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan
perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan .
Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) yang mengambil
pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa:
“Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih
besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan
yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih
ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/ general public)”.
Size (ukuran) perusahaan menurut hasil penelitian Cooke (1992) terbukti
mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan.
Penelitian Miswanto (1999) tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap
risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang
positif terhadap risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini membuktikan
bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula
berpengaruh terhadap return investasi
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya
17
perusahaan yang dapat dilahat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah
karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang
mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
2) Klasifikasi Ukuran Perusahaan
UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4
kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.
Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang
dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. UU No. 20 Tahun
2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar sebagai berikut:
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1.Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau
badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
18
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahu nan lebih
besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
Selanjutnya, klasifikasi ukuran perusahaan menurut Stanley dan Morse
dalam Suryana (2006:119) adalah sebagai berikut: “Industri yang menyerap
tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajianan rumah tangga. Industri
kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan
industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih”.
3) Pengukuran Ukuran Perusahaan
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko
(2008:257) mengemukakan bahwa: “ Aset total dapat menggambarkan
ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut
semakain besar.”
Selanjutnya, Yogiyanto (2007:282) menyatakan bahwa : “Ukuran aktiva
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur
sebagai logaritma dari total aset”. Sementara itu, untuk menghitung nilai
total asset Asnawi (2005:274) mengemukakan bahwa:
“Nilai total asset
19
biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan
lainnya, untuk itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.”
5. Profitabilitas
Proftabilitas adalah suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang
tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan didalam
perusahaan. Sedangkan dalam committee on terminology mendefinisikan
profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok
produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atas penghailan operasi.
Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan
penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi ( Harahap :2010 ).
Sedangkan menurut Husnan (2002 : 57 ) bahwa Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu
perusahaan menunjukkan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Jadi profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto:2001).
Profitabilitas merupakan evaluasi pendapatan perusahaan dalam kaitannya
dengan peningkatan tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu,investasi
dari pemilik perusahaan atau nilai saham(Gitman:2006).
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor
atas investasi yag dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas
20
usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas
dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha
tersebut.
Analisis profitabiliatas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya
investor, ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satusatunya faktor penentu perubahan nilai efek. (John J Wild : 2005). Cara untuk
menilai profitabilitas suatu perusahaan dapat berupa perbandingan antara laba
yang berasal dari operasi usaha, laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva,
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Riyanto: 2001).
5.1 Analisis Rasio Profitabilitas
Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio
rentabilitas.
Kasmir (2012 : 194 ) menjelaskan bahwa :
“Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk
menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama
mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering
disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio
21
profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan laporan laba
rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.
Menurut Atmajaya (2004 : 66 ) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba.
Menurut John J Wild dalam bukunya financial statement analysis
(2005: 2005) membagi analisis profitabilitas terhadap beberapa bagian.
Gambar 2.1
Analisis Profitabilitas
Analisis Profitabilitas
Menganalisis
profitablitas
Mengukur laba rugi
analisis dua tahap
Menganalisis
pendapatan
Sumber
pendapatan
Daya
tahan
pendapatan’
Hubungan
pendapatan utam,
pengakuan
pendapatan’
Menganalisis
harga
pokok
penjualan
Mengukur laba
kotor
Menganalisis laba
kotor
Menginterpretasi
kan laba kotor
Menganalisis
beban
Penjualan
Penyusutan
Pemeliharaan
Amortisasi
Umum
dan
administrasi
Pendanaan
Pajak penghasilan
Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On
Assets, dan Return On Equity. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya
tarik bisnis (business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting
22
dalam persaingan usaha, sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari
profitabilitas usaha, seperti ROA, ROE dan NPM. Semakin tinggi rasio ini akan
menarik pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha, sehingga pada kondisi
persaingan tersebut akan membuat rate of return cenderung mengarah pada
keseimbangan (Gale, 1972),
Daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk
masuk dalam dunia usaha sehingga laba abnormal lambat laun akan kembali
menurun menuju laba normal. Profitabilitas dapat diukur berdasarkan :
1. Return on Assets (ROA) dalam analisis manajemen keuangan, mempunyai
arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang
bersifat menyeluruh atau komprehensif. Rasio ini mengukur efektivitas
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
akan
digunakan
untuk
operasi
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan (Munawir: 2002).
2. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas
pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur tingkat profitabilitas dari ekuitas.
3. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan
menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini
membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap
23
penjualan bersih. Menurut Dwi Pastowo (2005 : 97) rasio Net Profit
Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur rupiah laba yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini disajikan tabel rangkuman dari penelitian terdahulu yang menjadi
dasar dari penelitian terdahulu:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
penelitia
n
1. 1 Muham
mad
1
Arfan
.dan
Desry
Wahyun
1i (2010)
1
1
1
Judul
Variabel
Metode
penelitian
penelitian
penelitian
Pengaruh
Firm
Size,
Winner/Losser
Stock,
dan
Debt to Equity
Ratio
Terhadap
Perataan Laba
(Studi
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI)
Pengaruh
1. Regresi
Firm Size,
Logistik
Winner/Losse 2. Pengujian
r Stock, dan
Hipotesis
Debt
to
secara
Equity Ratio
simultan
dan parsial
(Metode
Sensus)
Hasil penelitian
1.
Firm Size,
Winner/Losser
Stock, dan Debt
to Equity Ratio
secara simultan
berpengaruh
terhadap
perataan laba
pada
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
2.
Hasil
pengujian
secara parsial
menunjukkan
bahwa :
 Firm Size
berpengaruh
positif terhadap
perataan laba
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
Saran
1. Dapat
menggunakan
metode lain
selain indeks
eckel yaitu
model Michelson
(1995)
2. Menambah atau
menggunakan
beberapa
variable lain,
misalnya
kebijakan
akuntansi,
kelompok usaha,
price earning
ratio, bonus
plan, risiko
industry dan
lain-lain.
3. Perlu
mempertimbang
kan seluruh
perusahaan non
keuangan dan
rentang waktu
24
 Winner/Losser
Stock
berpengaruh
positif terhadap
perataan laba
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
 Debt to Equity
Ratio tidak
berpengaruh
positif terhadap
perataan laba
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
2
Sulistiya
wati
(2013)
Pengaruh
Nilai
Perusahaan,
Kebijakan
Deviden, dan
Reputasi
Auditor
Terhadap
Perataan Laba
Nilai
Perusahaan,
Kebijakan
Deviden, dan
Reputasi
Auditor
3
I
Nyoman
Perataan laba Ukuran
serta
faktor- perusahaan,
1.Metode
Analisis
Deskriptif
untuk
menggamb
arkan
variable
penelitian
2.Metode
binary
logistic
regression
untuk
pengujian
hipotesis
Nilai Perusahaan,
Kebijakan
Deviden,dan
Reputasi Auditor
tidak
mempengaruhi
perataan laba
1.Metode
Statistik
1.Ukuran
Perusahaan,
yang lebih lama.
.
Investor dalam
pengambilan
kepu
tusannya
untuk
berinvestasi tidak
hanya
memusatkan
perhatian kepada
laba perusahaan
saja, tetapi juga
pada
keadaan
keuangan
perusahaan serta
rasio-rasio
keuangan lainnya,
karena
terdapat
bukti adanya
tindakan perataan
laba
yang
dilakukan
oleh
perusahaan go
public
di
Indonesia.
Peneliti yang akan
meneliti
agar
25
4
Ari
Widana
N. dan
Gerianta
Wirawan
Yasa(20
13)
faktor
yang
mempengaruhi
nya di Bursa
Efek Indonesia
Profitabilitas,
Deskriptif
Dividend
2.Binary
Payout Ratio,
Logistic
Net
Profit
Regression
Margin
Financial
Leverage
Olivya
Pramono
(2013)
Analisis
Pengaruh
ROA, NPM,
DER,
dan
SIZE terhadap
Praktik
Perataan Laba
(Studi Kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI Periode
2007-2011)
Profitabilitas,
NPM, DER
dan
SIZE
Firm
Metode
Analisis :
1. Statistik
Deskriptif
2. UjiAsumsi
Klasik
 Uji
Normali
tas
 Uji
Multikol
inearitas
 Uji
Hesteros
kedastisi
tas
 Uji
Autokor
elasi
 Uji
Koefisie
dividend payout
ratio serta
financial
leverage tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tindakan
perataan laba
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
tahun 2007-2011.
2.Net Profit
Margin dan
Profitabilitas
berpengaruh
positif signifikan
terhadap tindakan
perataan laba
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
tahun 2007-2011.
DER tidak
Berpengaruh
terhadap tindakan
praktek perataan
laba dan dampak
pada NPM adalah
membuat
kelangsungan
perusahaan
menjadi
lebih
baik
karena
peningkatan
ekonomi tersebut
sehingga
manajemen tidak
perlu melakukan
tindakan perataan
laba
menggunakan
variabel
independen lain,
dengan
proksi
yang berbeda pula,
seperti misalnya
operating
profit
margin, operating
leverage
serta
sektor industri. Di
samping
itu,
sampel
serta
jangka
waktu
penelitian
pada
penelitian
selanjutnya agar
lebih diperluas
Untuk
peneliti
selanjutnya
sebaiknya
menguji
beberapa
faktor lain
yang diduga
memiliki
pengaruh
terhadap
income
smoothing,
seperti
kompensasi
bagi
manajemen
dan
kepemilikan
manajerial di
Indonesia
26
n
Determi
nasi
 Uji F
 Uji T
Analisis
Ukuran
1. Uji
Faktor-Faktor
perusahaan,
Normalita
yang
Total debt to
s one
Mempengaruhi total asset,
sample
Income
Return on
kolmogoro
Smoothing
asset,
v smirnov
Net profit
2. Analisis
margin,
binary
Debt to equity
logistic
ratio
regression
5
Ni
Nyoman
Ayu
Suryand
ari,SE.,
M.Si.,A
k
(2012)
6
Harris
Prasetya,
Shiddiq
Nur
Rahardjo
(2013)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Financial
leverage,
Klasifikasi
KAP
dan
Likuiditas
Terhadap
Praktik
Perataan laba
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Financial
Leverage,
Klasifikasi
KAP
dan
Likuiditas
Terhadap
Praktik
Perataan Laba
Menggunaka
n
regresi
logistic
Dewi
(2011)
Analisa
faktor
Dependen:
Perataan
Regresi
Logistik
7
rasio total debt to
total asset, return
on asset, NPM,
dan debt to equity
ratio
tidak
berpengaruh
terhadap income
smoothing,
sedangkan ukuran
perusahaan,
berpengaruh
negatif terhadap
income
smoothing.
1.Financial
leverage
dan likuiditas
berpengaruh
positif signifikan
terhadap praktik
perataan laba
2.Ukuran
perusahaan,
profitabilitas,dan
klasifikasi KAP
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap praktik
perataan laba
1.Ukuran
perusahaan
1.
Menggunak
an index lain
dalam
mengklasifikasik
an income
smoothing
seperti index
Michelson.
2.
Memasukk
an variabel lain
yang diprediksi
akan
berpengaruh
terhadap income
smoothing
seperti
1.Penelitian
selanjutnya agar
menambah
variabel yang
terkait dengan
good corporate
governance
seperti komite
audit atau dewan
komisaris.
2.Penelitian
selanjutnya dapat
menggunakan
perusahaan selain
manufaktur seperti
properti, atau
keuangan untuk
dapat mewakili
keraga
man keadaan
sebenarnya suatu
industri.
1.Penelitian
selanjutnya dapat
27
8
Muham
mad
Aryirsya
d
faktor
yang
mempengaruhi
praktik
perataan laba
(
income
s
moothing
)
pada
perusahaan
manufaktur
dan keuangan
yang terdaftar
di BEI (2006
2009)
laba,
Independen:
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
financial
leverage
dan
jenis industri.
Binomial
Analisis
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Resiko
Perusahaan,
dan Leverage
Operasi
terhadap
Praktik
Perataan laba
pada
PerusahaanPerusahaan
yang Terdafta
di
Jakarta
Ukuran
Menggunaka
Perusahaan,
n
logistic
Profitabilitas, regresion
Resiko
Perusahaan,
dan Leverage
Operasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
tindakan perataan
laba.
2.Profitabilitas,
financial leverage
dan jenis industri
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
tindakan perataan
laba
menggunakan
metode
pengklasifikasian
sampel yang
berbeda (misalnya
model Michelson)
dan kemudian dib
andingkan dengan
indeks Eckel yang
banyak dipakai
dalam penelitian
terdahulu.
2.Penelitian
selanjutnya
diharapkan juga
dapat menguji
beberapa faktor
lain yang
diduga memiliki
pengaruh terhadap
perataan laba,
seperti kebijakan
akuntansi,
peraturan
pemerintah, dan
kompensasi bagi
manajemen
1.Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
secara
signifikan
terhadap praktik
perataan laba
2.Profitabilitas
perusahaan tidak
berpengaruh
secara siginifikan
terhadap praktik
perataan laba.
3.Risiko
perusahaan tidak
berpengaruh
secara signifikan
1.Periode
penelitian
sebaiknya
lebih
lama lagi agar hasil
penelitian
lebih
baik
2.Mengggunakan
model lain untuk
mengelimpokkan
perusahaan sebagai
perusahaan sebagai
perataan laba dan
bukan
perataan
laba
3.Menambah
faktorfaktor yang
mempengaruhi
28
Islamic Index
(2008)
terhadap praktik praktik
perataan laba
laba
4.Leverage
operasi
perusahaan tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap praktik
perataan laba
perataan
9
Sri
Widodo
Analisis
Perataan laba
dan
Faktor
yang
Mempengaruhi
pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa
Efek
Jakarta
Besaran
perusahaan,
net
profit
margin, return
on
asset
operating
profit margin
Menggunaka
n
metode
statistik
deskriptif
dan statistik
inferensi
1.Besaran
Perusahaan,
Net Profit Margin
, Return On Asset
tidak berpengaruh
terhadap praktek
perataan laba
2.Operating
profit margin
yang
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap praktik
perataan laba.
1.memasukkan
perusahaan dari
sektor lain seperti
perbankan,
asuransi,
transportasi,
perdagangan, dan
sebagainya
2.pengujian
terhadap faktor faktor pendorong
perataan laba
selain besaran
perusahaan, net
profit margin,
operating profit
margin, dan
return on asset
.
10
Endang
Dwi
Hastuti
(2011)
Amalisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Praktik
Perataan Laba
pada
Perusahaan
yang
Masuk
dalam Jakarta
Islamic Indeks
Periode 20042007
Besaran
perusahaan,
rasio
profitabilitas,
rasio leverage
perusahaan
Menggunaka
n
analisis
regresi linier
berganda
1.Variabel
Besaran
Perusahaan (total
asset)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap perataan
laba (Income
Smoothing)
2.Profitabilitas
yang diukur
dengan rasio
antara laba bersih
setelah pajak
1.Penelitianpenelitian
selanjutnya
diharapkan dapat
menggunakan cara
lain untuk
mengukur atau
mendeteksi adanya
praktik perat
aan laba.
2.Penelitian
selanjutnya juga
diharapkan dapat
melaku
kan perbandingan
29
dengan total
aktiva (ROA)
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap
perataan laba.
Variabel leverage
dalam penelitian
ini berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap perataan
laba
perilaku perataan
laba yang
dilakukan
perusahaan-pe
rusahaan antara
bursa
yang satu dengan
yang lain dengan
menambahkan
varia
bel-variabel lain
yang terkait
dengan praktik
perataan laba
seperti kelompok
usaha, rencana
bonus, harga
saham dan
sebagainya
C. RERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan landasan teori dan permasalahan yang dikemukakan, maka
sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan rerangka pemikiran
teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukan pada
gambar berikut:
Gambar 2.2
Rerangka pemikiran
Profitabilitas
Perataan Laba
Ukuran perusahaan
30
Keterangan :
: Pengaruh masing-masing variabel independen yaitu
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik
Perataan laba
D. HIPOTESIS
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan tbesar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aer, log size, nilai pasar,
saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga
kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini
berdasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoeds, 1994).
Hasil lainnya ditemukan oleh Albretch dan Richardson (1990), bahwa
perusahaan- perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan
perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil
karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh
para investor. Maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:
HA.1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan
terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan.
Menurut Syahriana(2006 : 103) profitablitas suatu perusahaan akan
menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan
komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja
31
manjemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam
jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan dana
(Dwiatmini dan Nurkholis 2001:28). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi
tolak ukur kinerja bagi pihak eksternal.
HA. 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari profitabilitas terhadap
perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan.
Download