BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling dalam Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa teori keagenan juga disebut teori kontraktual yang memandang suatu perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan. Eisenhardt dalam Wijayanti (2009) menggunakan asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi, yaitu: 1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai presepsi masa mendatang (bounded rationality), 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Salah satu sifat dasar manusia adalah self interst artinya mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban untuk orang lain. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan Govindarajan, 2005). 7 8 2. Laba 1) Pengertian Laba Laba merupakan salah satu informsi potensial yang terkandung didalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun ekstenal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajeman, membantu mengestimasikan kemampuan laba yang reprsentatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana (Kuschcnheiter dan Melumad 2002). Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur pendapatan dan biaya akan diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda seperti laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak dan laba bersih. Menurut Nani (2006 : 21 ) : “Ukuran yang seing kali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemapuan manajemen dalam melibatkan kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka panjang maupun jangka pendek”. Investor (sebagai pihak luar perusahaan) juga tertarik pada hal yang menyangkut laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak laba yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai devisa bagi mereka. Hal ini menjadi penting bagi investor untuk mengevaluasi kembali apakah dananya akan diinvestasikan diperusahaan tersebut atau dalam 9 hal ini disepakati sebagai dasar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan. 2) Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk mempengaruhi informasi laba yang dilaporkan yang sebenarnya tidak dialami oleh perushaan. Tujuannnya adalah untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham tehadap manajer, karena tingkat keuntungan dikaitkan dengan kinerja manajemen sehingga mempengaruhi besar atau kecilnya intensif yang diterima manajemen. Menurut Scott (2000) dalam Dedhy Sulistiawan (2011: 41 ) mendefinisikan adanya 4 pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut: 1. Taking a bath. Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Jika perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian, manager cenderung berusaha melaporkan nilai kerugian dalam jumlah yang sangat ekstrem agar pada periode berikutnya dapat nelaporkan laba sesuai target. 10 2. Income minimization. Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motovasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayar tidak terlalu tinggi. 3. Income maximization. Pada pola ini menjdikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan melakukan IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor. 4. Income smoothing. Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan indikator resiko. Demi menjaga agar laporan tidak fluktuatif, stabilitas harus dijaga. 3. Perataan Laba 1). Pengertian Perataan Laba Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003 : 19 ) : “Tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing)”. Definisi lain menganai income smoothing adalah definisi yang dikemukakan oleh Belkaoui (1993) dalam Ghozali dan Chariri (2007 : 65 ) perataan laba 11 merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau tingkat yang diinginkan. Adapun Frudenberg dan Tirole (1995) dalam Nurkhabib (2004:11) mendefinisikan perataan laba sebagai proses manipulasi profil waktu earning atau pelaporan earning agar aliran laba yang dilaporkan perubahannya lebih sedikit. Definisi income smoothing lainnya yang dikemukakan Beidelman (1973) dalam Ghozali dan Chariri (2007) adalah perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batasbatas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. 2). Faktor Pendorong Perataan Laba Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Menurut Heyworth (1953) dalam Ghozali dan Chariri (2007: 14 ) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Beidleman dalam Belkaoui (2007 : 39 ) mempertimbangkan dua alasan menajemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi 12 bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar. 3) Teknik Dalam Perataan Laba Menurut Sugiarto (2003) berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya : 1. Perataan laba melalui waktu terjadinya transaksi atas pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (akrual). 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu, yaitu mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. 3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang paling berbeda. 4) Tujuan Perataan Laba Menurut Foster (1986), tujuan perataan laba adalah memberikan informasi yang relevan dalam menentukan prediksi terhadap laba dimasa mendatang, memperbaiki citra perusahaan dimata stakeholder bahwa perushaan memiliki resiko yang rendah, meningkatkan persepsi pihak 13 eksternal terhadap kemajuan manajemen, meningkatkan kepuasan relasi bisnis, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Menurut Mulford dan Comiskey (2002), terdapat rewards dari permainan angka-angka keuangan (financial number game). Reward itulah yang kemungkinan menjadi tujuan dan motivasi manajemen untuk melakukan perataan laba. Bentuk reward tersebut adalah : a. Efek harga saham. Harga saham yang lebih tinggi, meningkatkan nilai perusahaan, menurunkan biaya modal b. Ejek biaya pinjaman. Meningkatkan kualitas kredit, menurunkan biaya pinjaman, mengurangi ketatnya perjanjian keuangan c. Efek biaya politik. Mengurangi ketatnya peraturan dan menghindari pajak yang tinggi. 4.Ukuran Perusahaan 1) Pengertian Ukuran Perusahaan Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008 : 40 ) adalah Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aset. Selanjutnya ukuran perusahaan menurut Scott dalam Torang (2012 : 49) didefinisaikan Ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Sedangkan Malleret (2008) mendefinisaikan Ukuran organisasi adalah seperangkat kebijaksanaan yang ditetapkan dengan baik yang harus dilaksanakan oleh perusahaan yang bersaing secara global. Menurut (Ferry dan 14 Jones, 1979 dalam Panjaitan: 2004), ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aset, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda: a. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil membutuhkan mungkin penentuan kurang harga dapat sedemikian dipasarkan rupa agar sehingga investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. b. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan 15 dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. c. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aset, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Ukuran perusahaan sangat berpengaruh pada tiga faktor utama, yaitu : a. Besarnya total aktiva, b. Besarnya hasil penjualan, c. Besarnya kapitalisasi pasar . Namun disamping faktor utama diatas, ukuran perusahaan pun dapat ditentukan oleh faktor tenaga kerja, nilai pasar saham, log size, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma Natural (Ln) dari total aset. Hal ini dikarenakan besarnya total asset 16 masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan . Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa: “Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/ general public)”. Size (ukuran) perusahaan menurut hasil penelitian Cooke (1992) terbukti mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian Miswanto (1999) tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula berpengaruh terhadap return investasi Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya 17 perusahaan yang dapat dilahat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. 2) Klasifikasi Ukuran Perusahaan UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut: Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1.Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, 18 dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahu nan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Selanjutnya, klasifikasi ukuran perusahaan menurut Stanley dan Morse dalam Suryana (2006:119) adalah sebagai berikut: “Industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajianan rumah tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih”. 3) Pengukuran Ukuran Perusahaan Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko (2008:257) mengemukakan bahwa: “ Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut semakain besar.” Selanjutnya, Yogiyanto (2007:282) menyatakan bahwa : “Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur sebagai logaritma dari total aset”. Sementara itu, untuk menghitung nilai total asset Asnawi (2005:274) mengemukakan bahwa: “Nilai total asset 19 biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.” 5. Profitabilitas Proftabilitas adalah suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Sedangkan dalam committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atas penghailan operasi. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi ( Harahap :2010 ). Sedangkan menurut Husnan (2002 : 57 ) bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Jadi profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto:2001). Profitabilitas merupakan evaluasi pendapatan perusahaan dalam kaitannya dengan peningkatan tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu,investasi dari pemilik perusahaan atau nilai saham(Gitman:2006). Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas 20 usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Analisis profitabiliatas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya investor, ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satusatunya faktor penentu perubahan nilai efek. (John J Wild : 2005). Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dapat berupa perbandingan antara laba yang berasal dari operasi usaha, laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva, laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Riyanto: 2001). 5.1 Analisis Rasio Profitabilitas Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Kasmir (2012 : 194 ) menjelaskan bahwa : “Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio 21 profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Menurut Atmajaya (2004 : 66 ) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut John J Wild dalam bukunya financial statement analysis (2005: 2005) membagi analisis profitabilitas terhadap beberapa bagian. Gambar 2.1 Analisis Profitabilitas Analisis Profitabilitas Menganalisis profitablitas Mengukur laba rugi analisis dua tahap Menganalisis pendapatan Sumber pendapatan Daya tahan pendapatan’ Hubungan pendapatan utam, pengakuan pendapatan’ Menganalisis harga pokok penjualan Mengukur laba kotor Menganalisis laba kotor Menginterpretasi kan laba kotor Menganalisis beban Penjualan Penyusutan Pemeliharaan Amortisasi Umum dan administrasi Pendanaan Pajak penghasilan Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On Assets, dan Return On Equity. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis (business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting 22 dalam persaingan usaha, sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, seperti ROA, ROE dan NPM. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha, sehingga pada kondisi persaingan tersebut akan membuat rate of return cenderung mengarah pada keseimbangan (Gale, 1972), Daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha sehingga laba abnormal lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Profitabilitas dapat diukur berdasarkan : 1. Return on Assets (ROA) dalam analisis manajemen keuangan, mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir: 2002). 2. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari ekuitas. 3. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap 23 penjualan bersih. Menurut Dwi Pastowo (2005 : 97) rasio Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. B. PENELITIAN TERDAHULU Berikut ini disajikan tabel rangkuman dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penelitian terdahulu: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama penelitia n 1. 1 Muham mad 1 Arfan .dan Desry Wahyun 1i (2010) 1 1 1 Judul Variabel Metode penelitian penelitian penelitian Pengaruh Firm Size, Winner/Losser Stock, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Pengaruh 1. Regresi Firm Size, Logistik Winner/Losse 2. Pengujian r Stock, dan Hipotesis Debt to secara Equity Ratio simultan dan parsial (Metode Sensus) Hasil penelitian 1. Firm Size, Winner/Losser Stock, dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh terhadap perataan laba pada manufaktur yang terdaftar di BEI 2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa : Firm Size berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Saran 1. Dapat menggunakan metode lain selain indeks eckel yaitu model Michelson (1995) 2. Menambah atau menggunakan beberapa variable lain, misalnya kebijakan akuntansi, kelompok usaha, price earning ratio, bonus plan, risiko industry dan lain-lain. 3. Perlu mempertimbang kan seluruh perusahaan non keuangan dan rentang waktu 24 Winner/Losser Stock berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2 Sulistiya wati (2013) Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Deviden, dan Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba Nilai Perusahaan, Kebijakan Deviden, dan Reputasi Auditor 3 I Nyoman Perataan laba Ukuran serta faktor- perusahaan, 1.Metode Analisis Deskriptif untuk menggamb arkan variable penelitian 2.Metode binary logistic regression untuk pengujian hipotesis Nilai Perusahaan, Kebijakan Deviden,dan Reputasi Auditor tidak mempengaruhi perataan laba 1.Metode Statistik 1.Ukuran Perusahaan, yang lebih lama. . Investor dalam pengambilan kepu tusannya untuk berinvestasi tidak hanya memusatkan perhatian kepada laba perusahaan saja, tetapi juga pada keadaan keuangan perusahaan serta rasio-rasio keuangan lainnya, karena terdapat bukti adanya tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan go public di Indonesia. Peneliti yang akan meneliti agar 25 4 Ari Widana N. dan Gerianta Wirawan Yasa(20 13) faktor yang mempengaruhi nya di Bursa Efek Indonesia Profitabilitas, Deskriptif Dividend 2.Binary Payout Ratio, Logistic Net Profit Regression Margin Financial Leverage Olivya Pramono (2013) Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan SIZE terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011) Profitabilitas, NPM, DER dan SIZE Firm Metode Analisis : 1. Statistik Deskriptif 2. UjiAsumsi Klasik Uji Normali tas Uji Multikol inearitas Uji Hesteros kedastisi tas Uji Autokor elasi Uji Koefisie dividend payout ratio serta financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. 2.Net Profit Margin dan Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. DER tidak Berpengaruh terhadap tindakan praktek perataan laba dan dampak pada NPM adalah membuat kelangsungan perusahaan menjadi lebih baik karena peningkatan ekonomi tersebut sehingga manajemen tidak perlu melakukan tindakan perataan laba menggunakan variabel independen lain, dengan proksi yang berbeda pula, seperti misalnya operating profit margin, operating leverage serta sektor industri. Di samping itu, sampel serta jangka waktu penelitian pada penelitian selanjutnya agar lebih diperluas Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menguji beberapa faktor lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap income smoothing, seperti kompensasi bagi manajemen dan kepemilikan manajerial di Indonesia 26 n Determi nasi Uji F Uji T Analisis Ukuran 1. Uji Faktor-Faktor perusahaan, Normalita yang Total debt to s one Mempengaruhi total asset, sample Income Return on kolmogoro Smoothing asset, v smirnov Net profit 2. Analisis margin, binary Debt to equity logistic ratio regression 5 Ni Nyoman Ayu Suryand ari,SE., M.Si.,A k (2012) 6 Harris Prasetya, Shiddiq Nur Rahardjo (2013) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial leverage, Klasifikasi KAP dan Likuiditas Terhadap Praktik Perataan laba Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Klasifikasi KAP dan Likuiditas Terhadap Praktik Perataan Laba Menggunaka n regresi logistic Dewi (2011) Analisa faktor Dependen: Perataan Regresi Logistik 7 rasio total debt to total asset, return on asset, NPM, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan ukuran perusahaan, berpengaruh negatif terhadap income smoothing. 1.Financial leverage dan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba 2.Ukuran perusahaan, profitabilitas,dan klasifikasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba 1.Ukuran perusahaan 1. Menggunak an index lain dalam mengklasifikasik an income smoothing seperti index Michelson. 2. Memasukk an variabel lain yang diprediksi akan berpengaruh terhadap income smoothing seperti 1.Penelitian selanjutnya agar menambah variabel yang terkait dengan good corporate governance seperti komite audit atau dewan komisaris. 2.Penelitian selanjutnya dapat menggunakan perusahaan selain manufaktur seperti properti, atau keuangan untuk dapat mewakili keraga man keadaan sebenarnya suatu industri. 1.Penelitian selanjutnya dapat 27 8 Muham mad Aryirsya d faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba ( income s moothing ) pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEI (2006 2009) laba, Independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan jenis industri. Binomial Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Resiko Perusahaan, dan Leverage Operasi terhadap Praktik Perataan laba pada PerusahaanPerusahaan yang Terdafta di Jakarta Ukuran Menggunaka Perusahaan, n logistic Profitabilitas, regresion Resiko Perusahaan, dan Leverage Operasi berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. 2.Profitabilitas, financial leverage dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba menggunakan metode pengklasifikasian sampel yang berbeda (misalnya model Michelson) dan kemudian dib andingkan dengan indeks Eckel yang banyak dipakai dalam penelitian terdahulu. 2.Penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat menguji beberapa faktor lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap perataan laba, seperti kebijakan akuntansi, peraturan pemerintah, dan kompensasi bagi manajemen 1.Ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap praktik perataan laba 2.Profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap praktik perataan laba. 3.Risiko perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan 1.Periode penelitian sebaiknya lebih lama lagi agar hasil penelitian lebih baik 2.Mengggunakan model lain untuk mengelimpokkan perusahaan sebagai perusahaan sebagai perataan laba dan bukan perataan laba 3.Menambah faktorfaktor yang mempengaruhi 28 Islamic Index (2008) terhadap praktik praktik perataan laba laba 4.Leverage operasi perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba perataan 9 Sri Widodo Analisis Perataan laba dan Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Besaran perusahaan, net profit margin, return on asset operating profit margin Menggunaka n metode statistik deskriptif dan statistik inferensi 1.Besaran Perusahaan, Net Profit Margin , Return On Asset tidak berpengaruh terhadap praktek perataan laba 2.Operating profit margin yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. 1.memasukkan perusahaan dari sektor lain seperti perbankan, asuransi, transportasi, perdagangan, dan sebagainya 2.pengujian terhadap faktor faktor pendorong perataan laba selain besaran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, dan return on asset . 10 Endang Dwi Hastuti (2011) Amalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Masuk dalam Jakarta Islamic Indeks Periode 20042007 Besaran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage perusahaan Menggunaka n analisis regresi linier berganda 1.Variabel Besaran Perusahaan (total asset) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba (Income Smoothing) 2.Profitabilitas yang diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak 1.Penelitianpenelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan cara lain untuk mengukur atau mendeteksi adanya praktik perat aan laba. 2.Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat melaku kan perbandingan 29 dengan total aktiva (ROA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Variabel leverage dalam penelitian ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba perilaku perataan laba yang dilakukan perusahaan-pe rusahaan antara bursa yang satu dengan yang lain dengan menambahkan varia bel-variabel lain yang terkait dengan praktik perataan laba seperti kelompok usaha, rencana bonus, harga saham dan sebagainya C. RERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan landasan teori dan permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan rerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukan pada gambar berikut: Gambar 2.2 Rerangka pemikiran Profitabilitas Perataan Laba Ukuran perusahaan 30 Keterangan : : Pengaruh masing-masing variabel independen yaitu Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan laba D. HIPOTESIS Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan tbesar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aer, log size, nilai pasar, saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini berdasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoeds, 1994). Hasil lainnya ditemukan oleh Albretch dan Richardson (1990), bahwa perusahaan- perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah: HA.1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Menurut Syahriana(2006 : 103) profitablitas suatu perusahaan akan menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja 31 manjemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis 2001:28). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi tolak ukur kinerja bagi pihak eksternal. HA. 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari profitabilitas terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan.