MRS - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Malnutrisi Rumah Sakit (MRS) atau hospital acquired malnutrition adalah
terjadinya malnutrisi pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.1
Berbagai faktor dapat menyebabkan MRS diantaranya kondisi penyakit,
kurangnya
asupan
makanan
yang
disebabkan
anoreksia,
kesulitan
pemberian makan (feeding difficulties), efek samping pengobatan, juga faktor
eksternal seperti tindakan invasif dan prosedur diagnostik maupun terapetik
di rumah sakit yang menyebabkan asupan makanan terganggu .2,3
Prevalensi MRS bervariasi tergantung kriteria dan parameter yang
digunakan untuk mendefinisikan malnutrisi. Di Jerman, Prancis, Inggris, dan
Amerika Serikat (AS) selama periode 10 tahun prevalensi 6.1% sampai 14%
malnutrisi akut pada anak di rumah sakit.4 Di Indonesia, telah dilakukan
beberapa studi selama tahun 2008 sampai 2009 dengan prevalensi MRS
pada anak berkisar 24.3% sampai 24.8% .5,6
Malnutrisi rumah sakit telah diketahui sebagai penyebab meningkatnya
morbiditas dan mortalitas, lama dan biaya rawatan pasien.7 Status nutrisi
yang buruk berhubungan dengan luaran yang buruk antara lain masa
penyembuhan yang lama, kebutuhan akan perawatan intensif yang tinggi,
meningkatnya komplikasi, infeksi nosokomial, dan yang terburuk adalah
kematian.8
1
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencegah terjadinya MRS, diperlukan deteksi dini risiko
terjadinya malnutrisi pada anak selama masa perawatan di rumah sakit,
sehingga dukungan nutrisi dapat dilakukan lebih dini untuk memperbaiki
prognosis pasien.7 Deteksi sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk rumah
sakit dengan menggunakan suatu uji tapis sederhana. Untuk itu diperlukan
suatu alat uji tapis yang dapat mendeteksi risiko MRS pada anak.
Beberapa uji tapis telah dikembangkan, dan di beberapa negara hal ini
telah dilakukan sebagai prosedur rutin pada saat masuk rumah sakit.9 Ada
lima jenis alat uji tapis untuk malnutrisi rumah sakit pada anak. Kelima alat uji
tapis tersebut antara lain: Subjective Global Nutritional Assessment (SGNA),
Pediatric Nutritional Risk Score (PNRS), Screening Tool for the Assessment
of Malnutrition in Paediatrics (STAMP), the Pediatric Yorkhill Malnutrition
Score (PYMS), dan Screening Tool Risk on Nutritional status and Growth
(STRONGkids).10 Dari kelima alat uji tapis tersebut, PNRS telah diuji pada
sebuah studi di Indonesia dengan sensitifitas 79% dan spesifisitas 71%,
namun belum ada studi lain di Indonesia yang mendukung validasinya dan
penggunaan secara rutin di rumah sakit.6 Alat uji tapis lain yaitu STAMP
merupakan alat uji tapis pertama di Inggris yang telah divalidasi dan
digunakan secara rutin untuk mendeteksi risiko malnutrisi pada anak usia 2
sampai 16 tahun yang dirawat di rumah sakit.11,12 Hingga saat ini di Indonesia
belum ada uji tapis yang valid dan sesuai dengan pemeriksaan antropometri
sebagai baku standar untuk mendefinisikan malnutrisi rumah sakit.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan : bagaimana tingkat kesesuaian STAMP dan PNRS dengan
pemeriksaan antropometri?
1.3. Hipotesis
Screening tool for assessment of malnutrition in pediatric (STAMP)
mempunyai tingkat kesesuaian dengan pemeriksaan antropometri yang lebih
baik dari Pediatric Nutritional Risk Score (PNRS) sebagai uji tapis MRS pada
anak.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum : membandingkan tingkat kesesuaian STAMP dan
PNRS dengan pemeriksaan antropometri sebagai uji tapis MRS
pada anak.
1.4.2. Tujuan Khusus :
•
Menilai
tingkat
berdasarkan
kesesuaian
derajat
risiko
malnutrisi
STAMP dan PNRS dengan pemeriksaan
antropometri untuk mendiagnosis MRS
•
Menentukan hubungan derajat risiko malnutrisi berdasarkan
STAMP dan PNRS dengan lamanya masa rawatan
•
Menentukan prevalensi MRS pada anak di Rumah Sakit H.
Adam Malik Medan
3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti
mengenai deteksi dini malnutrisi rumah sakit serta aplikasi uji tapis
STAMP dan PNRS pada pasien rawat inap di rumah sakit.
2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui alat uji tapis yang
baik untuk mendeteksi dini malnutrisi rumah sakit, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dengan menyediakan
asuhan nutrisi yang tepat.
3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan kontribusi ilmiah
mengenai alat uji tapis yang baik untuk mendeteksi dini malnutrisi rumah
sakit.
4
Universitas Sumatera Utara
Download