Gejala Hedonisme menulari remaja

advertisement
* Antara bahan yang boleh dibuat rujukan pensyarah. Boleh juga
surf internet untuk maklumat2 lain.
Artikel Buletin An-Nur :
Ghazwul Fikri
Senin, 02 Agustus 04
Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat
diartikan "Perang Pemikiran". Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak
musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala untuk meracuni pikiran umat Islam
agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada
tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah
berlangsung
sejak
lama
dan
terus
berlanjut
hingga
kini.
Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali
peperangan besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler,
sebab pasukan muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah
sedikit. Pasukan Khalid bin Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah
tentara sekitar 3000 personil, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi
berjumlah 100.000 personil, hampir 1 berbanding 35. Allah memenangkan
kaum muslimin dalam pertempuran tersebut. Kekalahan demi kekalahan itu
akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik baru. Di bawah
pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya bukan lagi
berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan puteraputera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau
motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk
menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil.
Tafsir dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai
ke tahap dan tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali
ke Eropa, lalu membentuk semacam Research and Development (Penelitian
dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat
mereka
kuasai.
Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa.
Sampai dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari
kaum salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke
negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan negeri-negeri Islam itu. Di
antara pernyataan mereka ialah, "Percuma kita berperang melawan umat
Islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka. Jika komitmen
mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh
karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama
mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka.” Gleed Stones, mantan
perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma
memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada
pemuda-pemuda Islam al-Qur'an masih bergelora. Tugas kita kini adalah
mencabut al-Qur'an hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai
mereka.”
Dalam konteks ini, al-Qur'an mengatakan, artinya, "Sesungguhnya setan bagi
kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.
Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi
penghuni
neraka."
(QS.Faathir
:
6).
Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat alAn'aam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari
kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan
memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara
sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi kini, penghinaan
dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang
mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuhmusuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan
lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting lainnya hampir
seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya perputaran roda
organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya dapat mereka
kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh mayoritas
umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh
da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh
sumber berita berada dalam 'tangan' mereka, baik yang berskala internasional
maupun
nasional.
Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai
oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi
kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu
merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat
dunia (terutama kalangan elitnya) membenci Islam dan menjauhinya, serta
menanamkan keraguan dalam dada kaum muslimin akan kebenaran dan
urgensi
Islam
di
dalam
hidup.
Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam,
penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih
jauh dari memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul betul faham akan
Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis
atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar
membawa misi dakwah dan perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan
penulis yang beragama Islam, termasuk yang berkaliber internasional yang
mempunyai semangat sekali pun, banyak yang belum atau tidak memahami
Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya umat Islam mengcounter
serangan
musuh-musuh
Allah
itu
nyaris
tak
ada.
Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak
memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita
yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor
berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang sifatnya
merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang islami, harus
terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa berbahaya bagi umat
Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan pemahaman Islam yang
benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat dengan
peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim
belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara
kelemahan-kelemahan
dan
keterbelakangan
kita,
umat
Islam.
Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman ’alaihis salam pernah
menda'wahi ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus),
yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu.
Kalau korespondensi da'wah sederhana antara Nabi Sulaiman 'alaihis salam
dengan ratu Saba' ini boleh dikatakan termasuk bagian dari pers secara
sederhana, maka pers dalam arti yang sempit berarti telah eksis pada zaman
Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman ’alaihis salam, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam pun dalam menda'wahkan Islam
kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, di
antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa
dukungan hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini.
Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting,
antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa
siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai
pers itu orang mukmin, yang benar-benar faham akan dakwah dan memang
merupakan Da'i (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak
akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum
Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam.
Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit pers yang
menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya
memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan alQur'an, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah
buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi
justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala.
Na'udzu
billaah
min
dzaalik!
Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom,
meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap
berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah
ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi)
atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar
Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu
wata’ala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang
dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio,
televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik
yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau
mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara
lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan
jurnalis Muslim yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan
dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan
berita
yang
benar
serta
baik
secara
menarik
dan
bijaksana.
Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan
akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam
yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam
dan mengantisipasi serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya
menyerang
Islam
dengan
berbagai
cara.
Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuhmusuh Islam dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari.
Misalnya adanya 'tokoh' Islam yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor
doktor, yang konotasinya pembela Islam, sehingga dikira umat Islam, ia
memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk dalam hal ini Jaringan
Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama, sebab sejak zaman
Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku Muslim,
tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan
Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan
kaum Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut
(phobi) kalau Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu
wata’ala yang fana ini. Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah,
tabloid dan sejenisnya, mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun toh
menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa sedemikian rupa, sehingga tidak
mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan, dan menyampai kan
apa-apa yang seharusnya disampaikan. Na'udzu billaah min dzaalik! Mereka
laksana
musuh
dalam
selimut,
menggunting
dalam
lipatan.
Mudah-mudahan Allah memberi kita kemampuan untuk menyeleksi bahan
bacaan serta memilih media informasi yang kita dengar dan saksikan setiap
hari. Dan yang tak kalah penting, semoga Allah subhanahu wata’ala
menjadikan hati kita cinta terhadap Islam dan selalu menda'wahkan dan
memperjuangkannya, sampai akhirnya Dia memanggil kita ke sisi-Nya
selama-lamanya. Amin ya Rabbal ’alaimin (M.Hanafi Maksum)
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=290
Gejala Hedonisme menulari remaja
Posted on 29 Julai, 2008 by admin
HEDONISME itu ringkasnya satu fahaman yang mementingkan kesukaan dan
kemewahan dalam kehidupan tanpa menghiraukan larangan agama dan tatasusila.
Hedonismelah yang melanda generasi belia kini. Ia menimbulkan kebimbangan
negara terutama ketika Malaysia berhasrat menjadi negara maju.
Berdasarkan sejarah, amalan hedonisme berasal dari Eropah selepas zaman Ratu
Victoria. Beliau yang begitu fanatik dengan ajaran Kristian melarang segala perbuatan
yang dianggap boleh menghina agama.
Antara arahan yang dikeluarkannya ialah mewajibkan penggunaan penutup meja
bertujuan menutup kaki meja. Kebanyakan kaki meja pada zaman itu mempunyai
ukiran berbentuk kaki perempuan yang mengghairahkan. Oleh kerana perbuatan itu
dianggap menghina perempuan dan bertentangan dengan agama, beliau mengeluarkan
arahan supaya kaki meja ditutup menggunakan kain.
Selain itu, pelbagai arahan dikeluarkan bagi menyekat kebebasan rakyat seperti
larangan mengenai seks yang dianggap keterlaluan oleh masyarakatnya, hiburan dan
sebagainya.
Selepas pemerintahan Ratu Victoria, keadaan mula berubah. Penggantinya
membenarkan semua perkara yang sebelum ini dilarang. Dengan itu bermulalah era
dunia moden yang membenarkan semua amalan yang dulunya dilarang.
Kebebasan itu menular di kalangan masyarakat hingga melampaui batas susila dan
agama. Pergaulan bebas, seks luar nikah, hiburan yang melampau dan seumpamanya.
Pemerintah turut menggalakkan pelbagai pesta dan diadakan secara besar-besaran.
Hasilnya masyarakat hanyut dibuai hawa nafsu dan mengetepikan agama daripada
kehidupan. Rakyat mula mengejar kepuasan nafsu semata-mata. Mereka sentiasa leka
mencari kepuasan jasmani tanpa didasari asas pemikiran dan batas susila yang
seharusnya dipelihara.
Melalui perkembangan masa, pengaruh budaya itu kemudiannya menular ke negara
lain di dunia termasuk negara ini.
Secara umumnya, hedonisme itu boleh dianggap neokolonialisme yang dikhususkan
serangannya kepada generasi muda oleh Barat. Pelbagai konsep dan cara hidup seperti
cara hidup ‘happy go lucky’, melepak, mengunjungi pesta liburan, seks bebas dan
sebagainya adalah termasuk dalam tabiat ini.
Secara jelas, konsep yang dikemukakan itu hanya mementingkan kepuasan nafsu
tanpa wujudnya sebarang panduan atau batasan tertentu terutamanya ajaran agama.
Gejala ini timbul berikutan kegagalan manusia memahami konsep ajaran agama yang
menekankan keseimbangan antara nafsu dan akal fikiran demi kesejahteraan manusia.
Budaya ini begitu cepat menular di kalangan remaja yang terpengaruh dengan
keseronokan dan aktiviti yang dianggap dapat menghilangkan rasa bosan terutama
remaja di bandar besar.
Dengan kemunculan pelbagai pusat hiburan dan kebebasan media yang tidak dikawal
ketat, hedonisme merebak dengan pantas tanpa disedari mereka. Keadaan bertambah
buruk apabila penyalahgunaan dadah begitu berleluasa. Ini termasuk penggunaan pil
Eecstasy yang banyak digunakan oleh remaja kota.
Selain itu, peningkatan kelahiran anak luar nikah dan kes pembuangan bayi adalah
akibat gejala negatif di kalangan remaja yang terpengaruh dengan hedonisme.
Islam awal-awal lagi menolak gejala negatif ini. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad sewaktu fasa pertama dakwahnya di Makkah menekankan keburukan
hawa nafsu dan menyeru manusia mengamalkan akhlak terpuji.
Sewaktu Islam mula berkembang di tanah Arab, gejala buruk seperti minum arak,
pelacuran dan berfoya-foya di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah begitu ketara.
Hanya selepas Islam bertapak kukuh perkara itu dapat dibendung dan diatasi. Islam
juga mengajar penganutnya melakukan perkara yang berfaedah dan menjauhi perkara
yang sia-sia dengan mengemukakan konsep semua perbuatan akan dihitung oleh
Allah di akhirat kelak.
Malah dalam hadis yang diriwayatkan, Rasulullah bersabda yang bermaksud bahawa
Islam itu adalah pekerti yang terpuji. Hadis itu dengan jelas mengajar umat Islam
bahawa sebarang pekerjaan atau sikap yang bertentangan dengan nilai dan norma
agama akan mendapat balasan seksaan di akhirat dan terkeluar dari ajaran agama.
Punca gejala ini timbul akibat kurang didikan agama. gejala negatif di kalangan belia
terutama remaja Islam. Didikan agama yang dimaksudkan ialah pendidikan yang
dapat membentuk ketahanan dalaman generasi muda untuk menangkis sebarang
gejala negatif yang disogokkan kepada mereka.
Pendidikan Islam negara perlu dirombak semula bagi memastikan keberkesanannya
dalam jiwa pelajar. Walaupun semua komponen pendidikan agama sudah dimasukkan
dalam kurikulum yang disediakan oleh Kementerian Pelajaran tetapi pendekatannya
kurang menarik minat mereka.
Realiti pelajar masa kini mempelajari agama semata-mata untuk mendapat keputusan
cemerlang dalam peperiksaan. Pelajaran yang diberikan hanya untuk memberi
pengetahuan bukan untuk diamalkan. Akibatnya walaupun pelajar Islam mendapat
pendidikan agama tetapi daripada statistik yang dikeluarkan majoriti mereka yang
terjebak dalam gejala negatif.
Ketika ini dianggarkan lebih 400,000 remaja Islam terjebak dengan penagihan dadah
dan ini bermakna negara kehilangan 400,000 pemimpin generasi akan datang.
Keadaan bertambah buruk apabila kerajaan terpaksa mengeluarkan perbelanjaan besar
untuk memulihkan mereka kembali. Ini tidak termasuk mereka yang ketagih arak,
melacur, terbabit dengan kegiatan kongsi gelap, punk dan gejala sosial lain.
Pusat Islam harus memikul tanggungjawab bersama menggerakkan semua agensi
agama di seluruh negara termasuk pegawai majlis agama negeri menjalankan gerak
gempur memberi kesedaran kepada semua pihak mengenai bahaya gejala ini. Malah
semua agensi kerajaan seperti Kementerian Pelajaran, Kementerian Perpaduan Negara
dan Pembangunan Masyarakat dan Kementerian Belia dan Sukan akan
menggembleng tenaga membina sahsiah generasi muda.
http://mazlan66.wordpress.com/2008/07/29/gejala-hedonisme-menulari-remaja
Kegemilangan Islam:
Di zaman Rasulullah sahabat dan khalifah sehingga khalifah Osmaniah
(Aqidah dan ilmu)
Zaman Kejatuhan:
- Kerajaan Islam di Sepanyol (Cordoba-1492)
- Kerajaan Islam Melayu Nusantara 1511
- Kerajaan Khalifah Osmaniah di Turki 1920an
- Kewujudan negara zionis Israel 1948 melalui penaklukan Palestin
Bagaimana Penjajahan Di Zaman Moden Dilakukan oleh musuh Islam?
- Peperangan seperti: perang Bosnia, Iraq, Afghanistan, Lubnan (Perang
Salib)
- Politik – gerakkan demokrasi/ hak asasi dan lain-lain
- Ekonomi – perjanjian perdagangan seperti badan kewangan/ IMF
perjanjian perdagangan bebas (FTA)
- Ketenteraan – penciptaan senjata-senjata baru terkini
- Menyalahgunakan teknologi seperti ICT untuk penyebaran khabar angin,
propaganda, al-Quran palsu, ajaran sesat, bahan lucah, dan hiburan
melampau
- Penjajahan pemikiran dan sesat – mewujudkan ideologi-ideologi moden,
pemikiran baru seperti komunis, demokrasi, sosialis, kapitalis, materialisme,
saintisme, dan globalisasi.
http://penawartinta.blogspot.com/2009/01/sejarah-jatuh-bangun-umat-islam.html
Download