By Ardhiles WK Adalah sindrom penurunan perfusi ke jaringan terutama organ vital. Ditandai kondisi lemah, pucat, HR meningkat, BP menurun, urin output menurun, dan kesadaran menurun. Hal ini menandakan mekanisme hemodinamik dan transpor oksigen lumpuh. Penyebab : 1. Dehidrasi karena berbagai sebab: muntah & diare (sering), peritonitis 2. Luka bakar grade II – III, luas luka bakar > 30% 3. Perdarahan - Perdarahan dalam tubuh atau keluar Manifestasi klinis : - Perubahan perfusi perifer : ekstrimitas dingin, basah, dan pucat. CRT > 2 detik Takikardia Pd keadaan lanjut : penurunan TD, penurunan produksi urin, takipneu, tampak lemah, apatis, kesadaraan turun Klasifikasi Klinis Pengelolaan Dehidrasi ringan: Kehilangan cairan tubuh sekitar 5% BB Nadi normal Atau nadi sedikit meningkat Selaput lendir kering Haus Badan lemas Penggantian volume cairan yang hilang dengan dg minum atau infus cairan kristaloid ( Nacl 0,9% / Ringer Laktat/ Ringer asetat Dehidrasi sedang: kehilangan cairan tubuh sekitar 8% BB Nadi cepat Tekanan darah mulai turun Selaput lendir kering Oliguria Tampak lesu dan lemas Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid ( Nacl 0,9% / Ringer Laktat/ Ringer asetat Dehidrasi berat : kehilangan Nadi sangat cepat, kecil, sulit cairan tubuh sekitar > 10% BB diraba Tekanan darah turun Anuria Kesadaran menurun Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid ( Nacl 0,9% / Ringer Laktat/ Ringer asetat Pertolongan harus cepat diberikan yakni menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah dg infus cairan. Time saving is life saving, jika tdk resiko kematian sangat besar. EBV (estimated blood volume 65 – 75 ml/kgBB, utk memudahkan EBV rata2 70ml/kgBB Klasifikasi Klinis Pengelolaan Klas I : Kehilangan volume darah < 15% EBV (sekitar < 750ml) Sedikit takikardia Tdk perlu / cairan kristaloid Kelas II : Kehilangan darah 15-30% EBV ( 750-1500ml) Takikardia ( 100-120x/m) Takipnea (20-30x/m) Urin output turun (2030cc/jam) Penggantian volume darah yg hilang dg cairan kristaloid sejumlah 2-4x volume darah yg hilang Kelas III : Kehilangan darah 30-40% EBV ( 1500-2000ml) Takikardia > 120x/m Takipnea (30-40x/m) Urin output turun (5-15cc/jam) Perubahan status mental (confused) Penggantian volume darah yg hilang dg kristaloid dan darah. Kristaloid 2-4x dan darah sebanyak jumlah yg hilang Kelas IV : Kehilangan darah > 40% EBV ( > 2000ml) Takipnea > 35x/m Takikardia > 140 x/m Perfusi pucat, dingin, basah, perubahan mental hingga penurunan kesadran. BP turun Penggantian volume darah yg hilang dg kristaloid dan darah. Kristaloid 2-4x dan darah sebanyak jumlah yg hilang Bila penderita tdk memperlihatkan perbaikan dari TTV sbg respon thd pemberian cairan, maka hrs dipertimbangkan kemungkinan 1. bahwa ada perdarahan yg cukup potensial sdg berlangsung 2. ada tambahan kehilangan cairan yg memperburuk kehilangan darah akut 3. syoknya bkn krn perdarahan Prinsip pd penggantian volume perdarahan: 1. Hentikan perdarahan luar sesegera mungkin, monitoring TTV secara ketat 2. Pada kehilangan darah/cairan yg kontinyu di anjurkan pemasangan CVP 3. Penggantian darah dpt menggunakan darah lengkap (whole blood) atau komponen darah (packed red cell), bila terpaksa dapat gunakan universal donor (PRC-O) 4. Jangan berikan tranfusi darah atau loading cairan dlm keadaan dingin krn akan memperburuk keadaan (hipotermia), atau darah terlalu lama di suhu ruangan hingga lisis (hiperkalemia) 5. Posisi shock Luas luka bakar ( rule of nine) RL : 4 ml x burn area x BB Contoh: BB 50 kg, burn: 60% Deficit: 4x60x50 ml = 12.000 Pemberian: 6000ml 8 jam pertama 6000 ml 16 jam berikutnya Bukan hanya cairan Tapi ……. Intubasi dg ETT Reaksi tubuh berupa syok disebabkan reaksi alergi berat ( makanan, obat-obatan, dll). Anafilaktik merupakan reaksi alergi sistemik tipe segera yang dimediasi oleh interaksi antara alergen dg IgE yg terikat pd permukaan sel mast atau basofil. Reaksi tersebut mencetuskan pelepasan mediator seprti histamin, triptase, nitric oxide,prostaglandin, dll Faktor predisposisi: Beberapa faktor yg meningkatkan resiko terjadi anafilaksis 1. Sifat alergen : Zat yg sering menyebabkan anafilaksis ( obat gol penisilin, zat kontras radiologi, aspirin, lateks, kacang-kacangan, kerang, sengatan serangga) 2. Jalur pemberian obat. Parenteral ( IV) lebih sering menimbulkan anafilaksis dibanding dg oral 3. Riwayat atopik (peka tjd alergi). Basofil pd penderita atopik lebih reaktif dan mudah mengalami degranulasi 4. Lamanya paparan alergen : waktu lamanya terpapar alergen meningkatkan resiko anafilaksis Histamin : Histamin bekerja melalui ikatan dg reseptor H1 dan H2. Rangsangan pd reseptor H1 akan menimbulkan efek pruritus & urtikaria krn permeabilitas vaskuler meningkat, peningkatan produksi lendir hidung, takikardia, bronkospasme. H2 menimbulkan reaksi peningkatan asam lambung. Kombinasi H1 dan H2 menyebabkan nyeri kepala dan kemerahan di wajah Triptase : ada dalam granula sel mast yg meningkatkan derajat keparahan klinis saat anafilaksis Nitric Oxide : Ikatan histamin dan resptor H1 merangsang sel endotel merubah asam amino L-arginin mjd NO. NO menyebabkan vasodilatasi shg tjd hipotensi selama anafilaksis Manifestasi: bervariasi, reaksi cepat ada yg beberapa menit sj, reaksi lambat bisa muncul 8-12 jam sejak terpapar alergen. a). Kulit : kemerahan pd kulit, urtikaria, pruritus gatal-gatal. b) Saluran nafas : rhinorea ( keluar cairan dari rongga hidung), bersin2, stridor, sesak nafas dg bronchospasme, suara parau, bengkak pd faring dan laring. Wheezing sbg tanda bronchospasme c). Kardiovaskuler : Hipotensi mrp tanda anafilaksis dg syok, hipotensi berat menyebabkan penurunan kesadaran kegagalan kardiovaskuler.Arytmia, palpitasi, dan nyeri dada bisa tjd pd reaksi anafilaksis d). Gastrointestinal :Nyeri abdomen, mual-muntah, diare, edema intestinal e). Saraf : Pingsan, disorientasi, kejang bisa tjd saat anafilaksis Tanda-tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan BP ). Bila gejala syok tjd mendadak tanpa disertai urtikaria dan angioedema. Perlu dipertimbangkan adanya IMA, arytmia, syok tipe lain Tindakan syok anafilaktik: A : Airway : pertahankan jalan nafas B : Breathing : beri oksigen dg masker ( konsentrasi bisa sampai 100%), selanjutny lihat bawah.. C : Circulation : posisi syok (elevasi tungkai),segera: 1. injeksi Epinefrin 1: 1000, 0,3ml IM di deltoid atau paha (vastus lateralis). Pemberian dpt di ulang tiap 20-30 menit bila diperlukan 2. Beri infus guyur / loading dg cairan elektrolit isotonis (RL,NS) 1 liter tiap 30 mnit sambil memantau TTV dan urin output. Setelah kondisi membaik atur infus sesuai program. Obat vasopressor spt dopamin perlu dipertimbangkan. Pemberian dopamin dg syringe pump cairan NS atau dalam tetesan infus D5 hingga tekanan systolik > 90mmHg. 3. Utk obstruksi bronkus : Nebulasi bronkodilator spt β-adrenergik (salbutamol, terbutalin) dan kortikosteroid inhalasi (pulmicort)/ yg injeksi metilprednisolon 125mg (IV). Dan bila perlu intubasi jika obstruksi berat. 4. Antihistamin : AH1: Diphenhidramin 50mg iv (secara pelan), dan AH2: Ranitidin 50mg atau cimetidin 300 mg IV Epinefrin/ adrenalin Difenhidramin (anti-histamin) Dexametason (kortikosteroid Anti-inflamasi) Salbutamol dan ipatropium bromide (bronkodilator & anticholinergik) Perawat harus menanyakan dan mencatat riwayat alergi, atopik pasien sebelumnya utk mencegah anafilaktik. Skin test pd obat yg sering memicu alergi spt antibiotik, zat kontras radiologi, dll Syok yang terjadi karena proses infeksi yg berlanjut sampai menurunya tekanan darah shg mengancam kehidupan Bakteri, virus, jamur dpt menyebabkan kondisi ini. Toksin yang dihasilkan menyebabkan inflamasi yang memicu turunnya tekanan darah dan menurunnya perfusi ke organ vital infection/sepsis: G(-/+ ) septicemia, pneumonia, peritonitis, meningitis, cholangitis, pyelonephritis, jaringan necrotik, pancreatitis, gangren basah Manifestasi : - fase dini tanda klinis hangat,demam, vasodilatasi - fase lanjut tanda dingin, vasokontriksi, pucat ekstrimitas, takikardia, palpitasi, nafas pendek, rash dan perubahan warna kulit. Pemeriksaan : Kultur darah , cek hitung jenis utk tahu penyebab infeksi BGA bila sampai terjadi hipoksia ataupun asidosis Chest X-Ray mungkin melihat pneumonia atau efusi pleura Sampel urin utk meihat infeksi Tindakan : 1. Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 mmHg, MAP 60 mmHg 2. Tindakan awal : infus cairan kristaloid, pemberian antibiotik, membuang sumber infeksi (mis dg pembedahan) 3. Tindakan lanjut pemberian vasopressor (mis dopamin) Syok yang terjadi karena gang fungsi miokardium Penyebab: - gagal jantung - IMA - Tamponade jantung - Tension pneumotorak Pemeriksaan : - Hipotensi disertai dg gangguan irama jantung (EKG) - Mungkin disertai dg peninggian JVP (jugular venous pressure) - Pmx fisik pendukung pada tamponade jantung ( bunyi jantung menjauh dan redup), pada tension pneumotorak (hipersonor dan pergeseran letak trakea) Monitoring ketat TTV, irama jantung Pada arytmia diberi anti arytmia Perikardiosentesis pd tamponade jantung Pemasangan jarum torakostomi pd tension pneumotorak utk mengurangi udara di pleura. Obat inotropik : IV dopamin 5-10 µg/kg/menit atau IV dobutamin 5-10 µg/kg/menit Di encerkan dg Normal Salin atau D5 Rumus: Titrasi = dosis X KgBB X 60 Faktor Oplosan Dopamin 1 ampul 200mg, di Encerkan NS sampai 50 ml. Maka Faktor oplosan= 200/50 = 4 mg/ml = 4 X 1000 = 4000 µg/ml Contoh : dopamin di berikan 5 µg/kgBB/min. berapa seting syring pump dopamin yg dijalankan ml/perjam jk 1 amp di oplos 50 ml, BB pasien 50 kg Jawab = 5 X 50kg X 60 4000 = 3,75 ml/ jam Neurogenic shock sebagian besar krn spinal injuri, yg lain krn regional anestesi, obat-obatan, dan gangguan syaraf. Rangsangan simpatis terganggu krn signal dari sistem saraf hilang/ berkurang tiba-tiba. Menyebabkan hipotensi dan bradikardia. Spinal cord injury sebagian besar tjd krn trauma benda tumpul sekitar 85-90 %. Dan paling banyak terjadi di daerah servikal, lalu thorakolumbal. Servikal injury Prinsip : - Immobilisasi dg colar brace / bantalan pasir - Log rol saat memindahkan Hipotensi Bradikardia Kulit hangat dan kering Vasodilatasi perifer, shg kemerahan Menurunnya cardiac output Terlihat tanda injury : cervikal s/d tulang ekor Lindungi airway dg imobilisasi spinal Infus kristaloid utk menjaga kecukupan perfusi (tdk boleh berlebih) Obat inotropik dopamin atau dobutamin titrasi (syringe pump) Pada bradicardia berat diberikan atropin 0,5 – 1mg IV ( diulang tiap 5 menit sampai maks dose 3 mg) Konsul utk ditangani oleh bedah syaraf dan ortopedik 1 ampul = 1ml =0,25 mg Pemeriksaan Hipovolemik Cardiogeni k Neurogenik Septik Anafilaktik Tanda dan Gejala Pucat, dingin, kulit lembab, takikardia, oliguria, hipotensi Kulit dingin, lembab, arytmia, braditakikardi Oliguria Hipotensia Kulit hangat, normal/bradicar dia Hipotensi Normal/oliguri Kelemahan otot tertentu Demam/ hangat, takikardia, oliguria, hipotensi Kulit hangat Urtikaria Kemerahan Sesak nafas Bradi/takikar dia hipotensia Data laboratoriu m/ X-ray Hematokrit turun, osmolaritas naik ECG Cardiac enzym: Trop I/T, CKMB X-ray Normal Neutrofil meningkat, kultur darah/ biakan kuman Eusinofil meningkat, Yang utama muncul: 1.Devisit volume cairan b/d output cairan yang berlebihan 2.Penurunan perfusi jaringan b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan 3.Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan 4.Hipertermia b/d proses infeksi 5.Resiko penurunan curah jantung b/d penurunan tahanan vascular sistemik Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Defisit volume cairan b/d output cairan yang berlebihan ❖ Mempertahankan TD, nadi, suhu dalam batas normal ❖ Mempertahankan urin output 0,5-1 ml/kgBB/ jam ❖ Tidak ada tanda dehidrasi: turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cowong 1. Monitor TTV, urin output, tanda dehidrasi 2. Monitor intake output 3. Elevasi kaki untuk meningkatkan preload 4. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai kebutuhan pasien 5. Jika pasien sadar tingkatkan asupan oral 6. Pelihara kondisi IV line ke pasien 7. Monitor hasil laboratorium yang menunjang. Diagnosa Resiko penurunan curah jantung b/d penurunan tahanan vascular sistemik Kriteria Hasil ❖ Curah jantung normal ditunjukkan dengan perfusi adekuat CRT < 2 det, akral hangat, irama ECG normal, suara jantung normal ❖ TTV dalam batas normal Intervensi 1. Monitor tanda penurunan curah jantung 2. Monitor adanya disritmia jantung 3. Monitor status pernafasan yang disebabkan penurunan fungsi jantung 4. Monitor status hemodinamik, CVP, MAP 5. Monitor balance cairan 6. Batasi aktifitas dan asupan cairan 7. Kolaborasi pemberian obat inotropik, anti arytmia, deuretik