BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Impor Beras 2.1.1 Pengertian Beras

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Impor Beras
2.1.1 Pengertian Beras
Beras adalah bagian butir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam
(Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma
(bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi,
gabah digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian
isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut
beras (Wikipedia, 2012).
2.1.2 Pengertian Impor
Menurut Amir (1999) impor merupakan suatu kegiatan memasukkan barangbarang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran
dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.
2.1.3 Pola Impor di Indonesia
Jenis dan volume kebutuhan masyarakat berbeda dari waktu ke waktu. Begitu
pula perimbangan kemampuan pasok antara produksi dalam negeri dengan
kemampuan pasok dari luar negeri. Setelah diberlakukannya undang-undang
penanamanan modal di dalam negeri maka pola impor Indonesia berturut-turut
terdiri dari barang konsumsi, bahan baku, dan kemudian disusul dengan barang
modal. Perubahan ini antara lain sebagai akibat keberhasilan kebijakan
industrialisasi di Indonesia yang menitikberatkan pada pertumbuhan industri
barang konsumsi atau yang lebih dikenal dengan industri substitusi impor (Amir,
1999).
2.1.4 Pelaksanaan Impor Beras
Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi masyarakat
Indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi
beras menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan pangan, peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani, dalam rangka stabilitas kepentingan
Universitas Sumatera Utara
konsumsi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, Menteri Perdagangan
Republik Indonesia memandang perlu mengatur ketentuan tersebut melalui
Surat15 Keputusan Menperindag
Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 , tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, antara lain:
1. Impor Beras adalah kegiatan memasukkan beras ke dalam pabean.
2. Impor Beras untuk keperluan stabilisasi harga, penanggulangan keaadaan
darurat, masyarakat miskin dan pengadaan Beras dari luar negeri sebagai
cadangan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh Pemerintah.
3. Impor Beras untuk keperluan tertentu adalah pengadaan beras dariluar negeri
terkait dengan faktor kesehatan, konsumsi khusus atau segmen tertentu, dan
untuk memenuhi kebutuhan bahan beku/penolong industri yang tidak atau
belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari sumber dalam negeri.
4. Beras hanya dapat diimpor oleh importir yang telah mendapat pengakuan
sebagai Importir Produsen Beras, selanjutnya disebut IP Beras, dan oleh
importir yang telah mendapat penunjukan sebagai Importir Terdaftar Beras,
selanjutnya disebut sebagai IT Beras.
5. Impor beras dilarang dalam masa 1 (satu) bulan sebelum panen raya, selama
panen raya dan 2 (dua) bulan setelah panen raya.
6. Beras yang diimpor oleh IP Beras hanya boleh dipergunakan sebagai bahan
baku untuk proses produksi industri yang dimilikinya dan dilarang
diperjualbelikan maupun dipindahtangankan.
7. Setiap kali importasi beras oleh IT Beras harus mendapat persetujuan impor
terlebih dahulu dari Direktur Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (BPPHP), mengenai jumlah dan jenis beras, pelabuhan tujuan dan
waktu pengimporan.
8. Pelaksanaan setiap importasi beras oleh IP Beras atau IT Beras wajib terlebih
dahulu dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis di negara muat barang
2.2 Harga Impor Beras
Sesuai dengan peraturan impor Indonesia, harga impor beras dihititung dengan
menggunakan metode Cost Insurance Freight (CIF). CIF merupakan
harga
barang sampai pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau eksportir
Universitas Sumatera Utara
menanggung semua biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan dan ekpsortir
wajib menutup asuransi dengan membayar premi asuransi.
2.3 Produksi Beras
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan input (Joersen, 2003). Oleh sebab itu Produksi
Beras yang akan di bahas merupakan hasil akhir aktifitas pertanian tahunan
indonesia untuk beras hasil petani lokal Indonesia.
2.4 Nilai Kurs (Rupiah Terhadap Dolar)
Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting
dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita
menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang
sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara
terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara
yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih
mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang
bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.
2.5 Regresi Linier Berganda
Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang
terkenal
Galton
menemukan
bahwa
meskipun
terdapat
tendensi
atau
kecenderungan bahwa orang tua yang tinggi akan mempunyai anak yang tinggi
dan orang tua yang pendek akan mempunyai anak yang pendek juga, tetapi
ratarata tinggi badan anak yang lahir dari orang tua dengan tinggi badan tertentu
cenderung bergerak atau regress ke arah rata-rata tinggi badan anak seluruh
populasi tersebut (Hakim Abdul, 2004).
Pengertian dari analisis regresi adalah suatu model matematis yang dapat
digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua variabel atau lebih yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-
Universitas Sumatera Utara
nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X.
Variabel ini digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai dari variabel
yang lain. Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada
variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. Variabel itu merupakan
variabel yang diramalkan atau menerangkan nilainya (Hasan, 1999).
Dalam ilmu statistika, teknik yang umum digunakan untuk menganalisis
hubungan antara dua atau lebih variabel adalah analisa regresi. Model matematis
dalam menjelaskan hubungan antara variabel dalam analisis regresi menggunakan
persamaan regresi. Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam membangun suatu
persamaan regresi adalah bahwa antara variabel terikat dengan variabel bebas
mempunyai sifat hubungan sebab akibat.Analisis regresi linier digunakan untuk:
1.
Menentukan hubungan fungsional antar variabel terikat dengan bebas.
Hubungan fungsional ini dapat disebut sebagai persamaan garis regresi yang
berbentuk linier.
2.
Meramalkan atau menduga nilai dari satu variabel dalam hubungannya
dengan variabel lain yang diketahui melalui persamaan garis regresinya.
Analisis regresi terdiri dari dua bentuk yaitu:
1.
Analisis Regresi Linier Sederhana
2.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang
bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel terikat
dan variabel bebas.Sedangkan analisis regresi linier berganda adalah bentuk
regresi dengan model yang memiliki hubungan antara satu variabel terikat dengan
dua atau lebih variabel bebas.
2.5.1 Bentuk Umum Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah untuk meramalkan pengaruh dua variabel bebas
atau lebih terhadap satu variabel tak bebas. Bentuk umum persamaan regresi linier
berganda adalah:
di mana :
ΕΆ = 𝑏𝑏0 + 𝑏𝑏1 π‘₯π‘₯1 + 𝑏𝑏2 π‘₯π‘₯2 + β‹― + 𝑏𝑏𝑛𝑛 π‘₯π‘₯𝑛𝑛
(2.1)
Y = variabel tak bebas
X = variabel bebas
𝑏𝑏0 , 𝑏𝑏1 , … , 𝑏𝑏𝑛𝑛 = koefisien yang mempengaruhi veriabel
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas, maka bentuk umum
regresi linier berganda untuk satu variabel terikat dan tiga variabel bebas adalah:
ΕΆ = 𝑏𝑏0 + 𝑏𝑏1 𝑋𝑋1 + 𝑏𝑏2 𝑋𝑋2 + 𝑏𝑏3 𝑋𝑋3
(2.2)
Besarnya b 0 , b 1 , b 2 , dan b 3 dapat ditentukan dengan menggunakan empat
persamaan berikut ini:
∑ π‘Œπ‘Œ = 𝑛𝑛 𝑏𝑏0 + 𝑏𝑏1 ∑ 𝑋𝑋1 + 𝑏𝑏2 ∑ 𝑋𝑋2 + 𝑏𝑏3 ∑ 𝑋𝑋3
⎀
∑ 𝑋𝑋1 π‘Œπ‘Œ = 𝑏𝑏0 ∑ 𝑋𝑋1 + 𝑏𝑏1 ∑ 𝑋𝑋1 2 + 𝑏𝑏2 ∑ 𝑋𝑋1 . 𝑋𝑋2 + 𝑏𝑏3 ∑ 𝑋𝑋1 . 𝑋𝑋3 βŽ₯
∑ 𝑋𝑋2 π‘Œπ‘Œ = 𝑏𝑏0 ∑ 𝑋𝑋2 + 𝑏𝑏1 ∑ 𝑋𝑋1 . 𝑋𝑋2 + 𝑏𝑏2 ∑ 𝑋𝑋2 2 + +𝑏𝑏3 ∑ 𝑋𝑋2 . 𝑋𝑋3 βŽ₯
βŽ₯
∑ 𝑋𝑋3 π‘Œπ‘Œ = 𝑏𝑏0 ∑ 𝑋𝑋3 + 𝑏𝑏1 ∑ 𝑋𝑋1 . 𝑋𝑋3 + 𝑏𝑏2 ∑ 𝑋𝑋2 . 𝑋𝑋3 + +𝑏𝑏3 ∑ 𝑋𝑋3 2 ⎦
2.5.2
(𝟐𝟐. πŸ‘πŸ‘)
Pengujian Regresi Linier Ganda
Setelah mendapat harga koefisien regresinya, maka harga-harga tersebut dapat
pula digunakan untuk menghitung korelasi ganda. Dengan kata lain, kita dapat
mengaitkan hasil-hasil perhitungan analisis regresi ganda dengan perhitungan
analisis korelasi ganda.
Sesuai dengan persamaan (2.1), diadakan pengujian regresi berganda
dengan hipotesis :
𝐻𝐻0 ∢ π‘Ÿπ‘Ÿπ‘¦π‘¦.π‘₯π‘₯ 1 .π‘₯π‘₯ 2 = 0
𝐻𝐻1 ∢ π‘Ÿπ‘Ÿπ‘¦π‘¦.π‘₯π‘₯ 1 .π‘₯π‘₯ 2 ≠ 0
Kriteria pengujan hipotesanya:
Jika πΉπΉβ„Žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– ≥ 𝐹𝐹𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 , maka 𝐻𝐻0 ditolak dan 𝐻𝐻1 diterima
Jika πΉπΉβ„Žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– < 𝐹𝐹𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 , maka 𝐻𝐻0 diterima dan 𝐻𝐻1 ditolak
πΉπΉβ„Žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– dapat diketahui melalui persamaan berikut:
πΉπΉβ„Žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– =
𝐽𝐽𝐽𝐽 π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ
π‘˜π‘˜
𝐽𝐽𝐽𝐽 π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ
𝑛𝑛 −π‘˜π‘˜−1
(2.4)
Untuk menguji model regresi yang terbentuk, diperlukan dua macam jumlah
kuadrat (JK) yaitu JK untuk regresi (π½π½π½π½π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ ) dan JK untuk sisa (π½π½π½π½π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ ) yang akan
didapatkan setelah mengetahui nilai-nilai berikut:
di mana:
π½π½π½π½π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ
π‘₯π‘₯1𝑖𝑖
π‘₯π‘₯2𝑖𝑖
π‘₯π‘₯3𝑖𝑖
π½π½π½π½π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ = 𝑏𝑏1 ∑ π‘₯π‘₯1𝑖𝑖 𝑦𝑦 + 𝑏𝑏2 ∑ π‘₯π‘₯2𝑖𝑖 𝑦𝑦 + 𝑏𝑏3 ∑ π‘₯π‘₯3𝑖𝑖 𝑦𝑦
(2.5)
= jumlah kuadrat regresi
= 𝑋𝑋1𝑖𝑖 − 𝑋𝑋�1𝑖𝑖
= 𝑋𝑋2𝑖𝑖 − 𝑋𝑋�2𝑖𝑖
= 𝑋𝑋3𝑖𝑖 − 𝑋𝑋�3𝑖𝑖
Universitas Sumatera Utara
𝐽𝐽𝐽𝐽res = ∑(ΕΆ − Y)²
di mana:
(2.6)
π½π½π½π½π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ = jumlah kuadrat residu
2.6 Koefisien Determinasi
Koefisein determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pengaruh dua variabel. Nilai koefisien
determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Besarnya koefisien
determinasi (R2) dapat dicari menggunakan formulasi sebagai berikut:
𝐽𝐽𝐽𝐽 π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ
𝑅𝑅2 = ∑(𝑦𝑦)2
di mana:
(2.7)
R2 = besarnya koefisien determinasi sampel
2.7 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan ukuran kedua yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana keeratan hubungan anatara suatu variabel dengan variabel
lain. Jika koefisien korelasi berhubungan dengan sampel yang digunakan maka
koefisien korelasi besarnya adalah akar koefisien determinasi. Maka persamaan
koefisien korelasi adalah:
π‘Ÿπ‘Ÿπ‘₯π‘₯π‘₯π‘₯ =
𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ π‘Œπ‘Œπ‘–π‘– −∑ 𝑋𝑋 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ ∑ π‘Œπ‘Œπ‘–π‘–
�𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ ²−(∑ 𝑋𝑋 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ )2 −�𝑛𝑛 ∑ π‘Œπ‘Œπ‘–π‘– 2 −(∑ π‘Œπ‘Œπ‘–π‘– )2
(2.8)
di mana:
π‘Ÿπ‘Ÿπ‘₯π‘₯π‘₯π‘₯ = Koefisien korelasi antara Y dan X
π‘‹π‘‹π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ = Variabel bebas
π‘Œπ‘Œπ‘–π‘– = Variabel terikat
Nilai r selalu terletak antara −1 dan 1, sehingga nilai π‘Ÿπ‘Ÿ tersebut dapat ditulis
−1 ≤ π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ +1. Untuk π‘Ÿπ‘Ÿ = +1, berarti ada korelasi positif sempurna antara X dan
Y, sebaliknya jika π‘Ÿπ‘Ÿ = −1, berarti korelasi negatif sempurna antara X dan Y,
sedangkan π‘Ÿπ‘Ÿ = 0, berarti tidak ada korelasi antara X dan Y.
Jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan didalam
variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai
korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti oleh
Universitas Sumatera Utara
penurunan didalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut
mempunyai korelasi yang negatif. Dan jika tidak ada perubahan pada variabel
walaupun variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut
tidak mempunyai hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
Besarnya Nilai 𝒓𝒓
0,80 < π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ 1,00
0,60 < π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ 0,80
0,40 < π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ 0,60
0,20 < π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ 0,40
π‘Ÿπ‘Ÿ ≤ 0,20
Interpretasi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Universitas Sumatera Utara
Download