REPUBLIKA zakat & wakaf JUMAT, 4 NOVEMBER 2011 Dompet Dhuafa Gelar Pelatihan Manajemen Zakat DOK DOMPET DHUAFA Peran BMT dalam pengelolaan dana ZIS masih minim. Oleh Damanhuri Zuhri G una meningkatkan kemampuan manajemen para pengelola Baitul Maal wat Tamwil (BMT), khususnya di daerah-daerah, Dompet Dhuafa (DD) Republika menyelenggarakan Pe- latihan Manajemen Zakat Bagi 55 BMT di Jawa Tengah. “Pelatihan ini, menurut Direktur Eksekutif DD, Ahmad Juwaini, merupakan program kerja sama yang digagas DD dan Kementerian Koperasi dan UKM,” ungkap Direktur Eksekutif DD, Ahmad Juwaini, usai Orientasi Manajemen Baitul Maal dan Pembentukan Mitra Pengelola Zakat se-Jawa Tengah di Solo, Mari Awasi Kurban! Oleh Rakhmad Zailani Kiki Koordinator Pengkajian JIC mat Islam di Indonesia patut bersyukur karena pada tahun ini tidak ada perbedaan, atau terjadi kesamaan antara pemerintah dan ormas-ormas Islam dalam menetapkan Hari Raya Idul Adha 1432 H, yaitu jatuh pada Ahad, 6 November 2011. Sebuah kesamaan yang harusnya bisa juga terjadi untuk penetapan Hari Raya Idul Fitri. Syukur yang lain, khususnya bagi umat Islam di Jabodetabek, pada Idul Adha tahun ini hewan kurban diperkirakan mencapai 65.570 ekor sapi dan 374.442 ekor kambing dan domba yang pengadaannya dilakukan dengan pemeriksaaan yang ketat sehingga kesehatan hewan terjamin. Pemeriksaan ketat ini bukan hanya sebelum penyembelihan (ante mortem), tetapi juga setelah penyembelihan (post mortem), yang dilakukan oleh 106 dokter hewan yang ditugasi oleh Kementerian Pertanian ditambah dengan tenaga bantuan dari para mahasiswa kedokteran hewan yang berjumlah ratusan. Walau demikian, tetap saja peran serta masyarakat untuk dapat melakukan pemeriksaaan ante mortem dan post mortem sangat diharapkan dan dibutuhan. Hal ini mengingat di Jakarta ada sekitar 3.000 tempat pemotongan hewan kurban dadakan yang terletak di permukiman warga sehingga dapat menularkan penyakit hewan terhadap masyarakat ditambah dengan jumlah dokter hewan dan tenaga bantuan yang keseluruhannya hanya sekitar 406 orang. Terlebih hewan kurban sudah ada di tempat penampungan sementara yang didirikan seadanya pada H-10 atau lebih lama lagi di saat musim hujan ini sehingga hewan kurban yang tadinya sehat sangat rawan untuk sakit. Oleh karena itu, masih ada waktu bagi masyarakat, khususnya yang terlibat langsung dalam pemotongan hewan kurban, untuk menambah pengetahuannya tentang tata cara pemotongan hewan yang syari dan higienis agar daging hewan kurban yang dikonsumsi tidak tercemar bakteri dan mengandung racun. Salah satu caranya dengan membaca buku yang diterbitkan oleh Jakarta Islamic Centre (JIC) yang berjudul Pedoman Qurban Praktis dan Higienis. Bagi masyarakat yang menginginkan buku tersebut untuk diterapkan tahun ini atau tahun depan, dapat memesannya di nomor 081314165949. Di dalam buku itu selain menjelaskan tentang tata cara pemotongan hewan kurban yang higienis dari persiapan hingga pengemasan yang mengadosi sistem HACPP, juga dijelaskan fikih dan kaifiatnya secara syari. Sebagai pengetahuan awal dan bekal kepada pembaca yang terlibat dalam proses pemotongan hewan U kurban, berikut dijelaskan mengenai fikih kurban yang ada di buku tersebut berupa syaratsyarat dan tata krama atau adab penyembelihan hewan menurut syariat Islam. Tata cara penyembelihan hewan menurut syariat Islam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Pertama, orang yang menyembelih harus beragama Islam, dewasa (baligh), dan berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, jika penyembelihnya tidak beragama Islam (kafir/musyrik/murtad/munafik), masih kanak-kanak, sedang mabuk atau gila, maka penyembelihannya dinilai tidak sah sehingga dagingnya pun haram dimakan. Kedua, ketika akan menyembelih harus membaca basmalah. Ketiga, alat penyembelihannya harus tajam, dan keempat, hewan harus disembelih di lehernya dengan memutuskan saluran pernapasan (trachea/hulqum), saluran makanan (oesophagus/marik), dan dua urat leher (wadajain)-nya. Sedangkan hewan yang tidak dapat disembelih di lehernya karena liar atau jatuh ke dalam lubang, penyembelihannya dapat dilakukan di mana saja dari badannya asal dapat mati karena luka tersebut. Di samping tata cara di atas, seseorang yang akan menyembelih hewan kurban disunahkan memperhatikan tata krama atau adab penyembelihan sebagai berikut: Pertama, hewan yang akan disembelih sunah dihadapkan ke arah kiblat. Kedua, hewan yang akan disembelih sunah digulingkan ke sebelah rusuknya yang kiri agar mudah disembelih. Ketiga, hewan yang panjang lehernya hendaknya disembelih di pangkal lehernya dengan memotong dua urat yang ada di sebelah kiri dan kanan lehernya. Dengan demikian, diharapkan dapat mempercepat kematiannya. Keempat, orang yang akan menyembelih disunahkan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW dan membaca takbir sebanyak tiga kali di samping membaca basmalah. Kelima, orang yang menyembelih hewan ternak disunahkan menjaga kebersihan sehingga tidak mencemari lingkungan. Sedangkan untuk proses penyembelihan hewan secara mekanis, yaitu sebelum disembelih hewan dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik. Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan hidup (bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara normal. Maka, pada 1976, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memfatwakan bahwa menyembelih hewan secara mekanis dengan memingsankan terlebih dahulu hukumnya sah dan halal. Dengan penjelasan singkat di artikel ini dan artikel sebelumnya yang memang khusus membahas persoalan hewan kurban, diharapkan kaum Muslim dapat menjadi pengawas dan dapat melaksanakan pemotongan hewan dengan benar secara higienis dan syari. n Jawa Tengah, belum lama ini. Ia menilai, peran BMT dalam pengelolaan dana yang bersumber dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS) masih minim. Padahal secara prinsip, BMT memiliki fungsi pengelolaan ZIS sebagaimana namanya, baitul maal. Selama ini, BMT lebih sering memerankan fungsinya sebagai baitut tamwil, yang berorientasi pada keuntungan melalui simpan pinjam dan pembiayaan. Untuk itu DD, dalam hal ini bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM serta Perhimpunan BMT Indonesia, akan mengoptimalkan fungsi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dalam pengelolaan dan pendayagunaan dana ZIS. Sebagai langkah awal, sedikitnya 55 BMT yang berada di Jawa Tengah akan menjadi Mitra Pengelola Zakat (MPZ) DD. 9 “Sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91 Tahun 2004, KJKS selain memiliki kegiatan tamwil juga dapat melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat, infak, dan sedekah,” kata Juwaini dalam siaran persnya belum lama ini. Ia menilai, kerja sama ini penting guna mengangkat pengusaha mikro pemula, khususnya mereka yang masuk dalam ketegori mustahik dan ingin mengembangkan usahanya. “Dengan memperkuat fungsi maal akan banyak pedagang kecil yang terberdayakan melalui BMT,” tambahnya. Hal senada disampaikan Dewi Trimurni, yang mewakili Asisten Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM. Saat ini, kata Dewi, jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar, dan 98,8 persen di antaranya adalah usaha mikro. Sementara hanya 1,01 persen yang merupakan usaha kecil dan 0,01 persen masuk dalam kategori usaha menengah. “Selama ini ada problem di UMKM, yaitu mereka tidak mudah mengakses modal yang tersedia di perbankan,” katanya. Karena itu, peran ZIS yang dikelola KJKS ataupun BMT menjadi sangat penting dalam membantu masyarakat kecil yang butuh modal untuk meningkatkan taraf hidupnya. “Namun karena payung hukum yang membolehkan KJKS melaksanakan fungsi maal belum diatur dalam Undang-Undang Zakat, kami bekerja sama dengan lembaga amil zakat yang sudah dikukuhkan oleh pemerintah agar KJKS ini menjadi mitra pengelola zakat,” tutur Dewi. Ketua Asosiasi BMT Jawa Tengah, Nur Khamid Maulana, menyebutkan, tak kurang dari 20 persen BMT di Jawa Tengah serius mengelola baitul maal. Selebihnya masih mengutamakan prinsip baitut tamwil yang berorientasi pada profit kegiatan simpan pinjam dan pembiayaan. “Untuk itu kami menyambut baik kerja sama dengan DD dan Kementerian Koperasi dan UKM ini.” n ed: wachidah handasah