4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mentimun Secara Umum Dalam ilmu tumbuhan Menurut Sharma, (2002) tanaman Mentimun diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantea Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucumis Spesies : Cucumis sativus L Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari family cucurbitales Yang sudah populer ditanam petani di Indonesia. Tanaman mentimun berasal dari benua Asia, tepat-nya Asia Utara, meski sebagian ahli menduga berasal dari Asia Selatan. Para ahli tanaman memastikan daerah asal mentimun adalah India, tepatnya dilereng gunung Himalaya (Rukmana, 1944). Mentimun merupakan tumbuhan dari family Cucurbitaceae (Timun – timunan), family ini terdiiri dari sekitar 90 marga dengan 700 jenis, dan penyebarannya didaerah tropis dan subtropis, sedikit sekali di temperature. Mentimun diduga berasal dari pegunungan Himalaya Di India Utara. Metimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah, atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur, dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainase yang baik. Mentimun termasuk tanaman semusim annual yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi 4 5 tanaman dapat mencapai 50 cm - 250 cm, bercabang dan yang tumbuh di sisi tangkai daun Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-cabang\ kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk, ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun bervariasi (Cahyono,2003). Bunga mentimun merupakan bunga sempurna. Berbentuk terompet dan berukuran 2 cm - 3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benang sari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah pangkal bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 - 6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat, bunga mentimun merupakan bunga sempur na (Cahyono 2003). Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001). Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003). B. Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian seharihari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa 6 munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Mentimun dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya mentimun diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, diladang atau disawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan (Anonimous, 2009). Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman mentimun adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl. Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto dkk, 2003). Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik yang optimal diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 400 cal/cm2 setiap hari. Mentimun memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman mentimun adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60 C dan siang harinya 21,0C serta penyinaran matahari antara 10 - 13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas mentimun yang tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didaerah yang suhunya antara 270 C – 320 C (Rukmana, 2007) C. Tata Laksana Budidaya Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) 1. Pengolahan Media Tanam Polybag adalah wadah tanam yang digunakan sebagai suatu model budidaya sayuran pada lahan pekarangan yang sempit. Polybag yang berukuran 30 x 30 cm bisa digunakan untuk menanam mentimun. Polybag harus dilubangi 3-5 lubang dibagian bawah sisi kiri dan kanan wadah untuk membuang air yang berlebihan supaya tidak tergenang. Sebaiknya polybag dibalik sebelum diisi media tanam agar polybag 7 dapat berdiri kokoh dan tidak mudah roboh. Media tanam yang digunakan berupa campuran sekam bakar dan batu bata. Perbandingannya dapat 1:1 tergantung tingkat kesuburan tanah dan tekstur media. Masukkan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan jarak 1 cm dari bibir polybag (Alexander, 2013). Media tanam tanaman mentimun yakni dengan menggunakan metode hidroponik Substrat (sekam bakar,batu bata dan pasir) Cara lain yang dapat diterapkan adalah menanam tanaman tanpa tanah dengan media berupa air atau substrat. Jenis substrat yang dapat digunakan memiliki ciri mampu menahan air,tidak mudah lapuk dan tidak mengandung senyawa yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman seperti arang sekam, pasir, rockwool, pakis dan sebagainya. Menyediakan kebutuhan tanaman mineral tanaman dan berbagai bahan sumber hara diracik sehingga hara tersebut tersedia dalam jumlah cukup dan lengkap (Ginting, 2008). Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk (Drupadi et al, 2011). Arang sekam mempunyai karateristik ringan (berat jenis 0,2 kg/1). Kasar sehingga sirkulasi tinggi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehingga aerasi dan drainasenya baik, hal ini juga dapat mempengaruhi pergerakan akar tanaman dalam media tersebut arang sekam telah steril, karena saat pembuatanya sekam telah dapat panas tinggi karena proses pembakarannya sehingga tidak memerlukan desinfeksi. Mempunyai daya melapuk lambat dan dapat bertahan hingga kira-kira satu tahun sehingga dapat digunakan beberapa kali (Drupadi et al, 2011). 8 Sekam padi berperan penting dalam perbaikan struktur tanah, sehingga sistem aerasi dan drainasenya dimedia tanam menjadi lebih baik. Arang sekam juga memiliki kandungan karbon C yang tinggi, sehingga membuat media tanam menjadi gembur (Tim Redaksi Penyebar Swadaya, 2007). Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena sifatnya yang porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan pasir, maka pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung batu kerikil. Kelebihannya murah dan mudah didapat, sedangkan kekurangannya kemampuan menahan air rendah dan berat (Haryanto et al, 2003) Abu sekam mempunyai sifat sangat sulit melepas air sehingga daerah perakaran lembab. Dengan keadaan tersebut, untuk waktu yang lama akan menggangu penyerapan air dan unsur hara yang akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Dengan demikian akan mengakibatkan berat tajuk yang dihasilkan rendah (Widyastuti, 2004) Media pasir merupakan media yang porus media tanam bisa mengunakan pasir halus yang dibersihkan terlebih dahulu, pasir yang dipisahkan dari batu-batu dan dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai media tanam. Penanaman dilakukan pada wadah dengan menggunakan media pasir setelah media tanam siap benih ditabur selanjutnya ditutup kembali dengan pasir (Mas’ud, 2009). 2. Penanaman Penanaman mentimun pada polybag bisa dilakukan dengan menyiapkan polybag dengan ukuran ± 15 cm atau kurang. Mengisi polybag dengan media tanam seperti arang sekam, pasir dan batu bata. Mengambil bibit mentimun dari kemasan sebanyak 2 buah bibit dan Membuat lubang tanam dengan jari kemudian menanam bibit mentimun Dalam satu polybag dapat ditanami 2-3 bibit tanaman 9 mentimun. Melakukan penyiraman setiap hari pada pagi dan sore hari. (Anonim, 2014). Sebelum dilakukan penanaman, pot/polybag disiram lebih dahulu untuk memudahkan penanaman. Penanaman di pot atau polybag dilakukan dengan cara mengisi dengan media terlebih dahulu lalu menanam tanaman timun dengan jumlah 2-3 biji Sedangkan penanaman didalam rak vertikultur hanya satu baris tanaman dengan jarak antar tanaman 15 cm. (Alexander, 2013). 3. Pemeliharaan a. Pemupukan Menurut Sutiyoso, (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,5. Pada EC yang terlampau tinggi tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis. Berikut merupakan cara pembuatan larutan nutrisi hidroponik untuk menghasilkan larutan nutrisi 1000 liter Komposisi Pekatan A yakni, Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Asam etilenadiaminatetraasetat (Fe EDTA). Komposisi Pekatan B yakni, Kalium dihidro fosfat, Amnonium sulfat, Kalium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan Sulfat, Amonium hepta molibdat. Dalam pembuatan pupuk hidroponik, baik untuk sayuran daun, batang dan daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca 10 dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gejala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap oleh akar (Sutiyoso, 2009) b. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman. Menurut Eng (2013) ada beberapa OPT yang mengganggu dalam budidaya tanaman mentimun. Antara lain sebagai berikut : 1. Ulat Tanah (Agrotis sp.) Ulat ini sering merusak tanaman mentimun yang masih muda yang baru di tanam, ulat ini berwarna coklat kehitaman. Serangan ulat tanah biasanya di lakukan pada malam hari dan serangan ulat tanah biasanya sedikit demi sedikit, maka dari itu perlu dilakukan pencegahan sebelum menanam mentimun yaitu dengan melakukan sanitasi pada lahan. Tanaman mentimun yang sudah terserang sebaiknya segera dilakukan pemberantasan dengan insektisida yang berbentuk butiran kemudian ditabur di samping tanaman mentimun. 2. Kutu daun (Aphsgossypii cover) Gejalanya yakni, menyerang pucuk daun hingga keriput, mengulung keriting dan hingga kering Pengendaliannya dengan pemberiaan fungisida atau herbisida sebelum penanaman tanaman dan melakukan sanitasi kebun atau lahan. 3. Lalat buah (Dacuscucurbitae Coq) Gejalanya memakan daging buah hingga berlubang, busuk dan mudah berjatuhan dan pengendalian dengan pembuangan buah yang terserang, jauh dari tanaman lainnya. Penyemprotan insektisida atau herbisida berupa Natural metilat dan lainnya 11 D. Analisis Usaha Tani Usahatani adalah suatu bidang tanah, dimana seorang petani, keluarga petani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Produksi pertanian mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan yaitu segala sesuatu yang diikutsertakan di dalam proses produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Keluaran adalah hasil tanaman yang dihasilkan dalam usahatani. Usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan luar usahatani. Petani harus mempertimbangkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk usahatani sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan yaitu biaya benih, pupuk, dan upah tenaga kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan alat pertanian dan biaya sewa tanah (Kusumawardhani, 2001). Berlangsungnya proses industrialisasi telah mengubah kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati, dari sekedar bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor pertanian modern dan besar yang dinamakan sektor agribisnis. Sektor agribisnis sebagai bentuk modern dari pertanian primer yang mencakup empat subsistem yaitu subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer seperti bibit, pupuk, dan lain sebagainya. Subsistem usahatani (on-farm agribusisness) atau pada masa lalu disebut dengan sektor pertanian primer subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan dan subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan, dan lain-lain (Saragih, 2001). 12 Pengelolaan usahatani pada hakekatnya petani menjalankan usahatani oleh karena itu setiap kegiatan harus memperhatikan secara ekonomis apakah produksi akan dijual seluruhnya atau dikonsumsi. Besar kecilnya nilai produksi tergantung dari jumlah penggunaan sumberdaya dengan efisien untuk memperoleh keuntungan. Aktifitas petani mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih banyak. Analisis ekonomi sangat penting untuk menilai usahatani. Analisis ekonomi adalah analisis yang membahas hasil total atau produktivitas atau semua sumberdaya yang dipakai dalam usahataninya (Kadariah et al., 2000). Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan total usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Penerimaan total adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi, 2002). Menurut soekartawi et al., (2011) bahwa pendapatan usahatani dapat digolongkan atas dua bagian yaitu : pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit/makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan/digudangkan pada akhir tahun. Pendapatan bersih (Net Farm Income) merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga 13 faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan. Menurut Mosher (1987) biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dpengaruhi produksi. Menurut Soekartawi (2002) Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap dan dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp) Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: TR = Q x Pq Keterangan : TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk Pq = Harga produk (Rp) Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari 14 pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso, 2005). Menurut Soekartawi (2002) tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan (U) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) dengan harga produk (Pq). Jika dirumaskan yaitu : U = TR – TC Keterangan: U = Keuntungan usaha tani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek keuangan dan pasar. Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha usaha tersebut jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke depan juga tidak jelas (Umar, 2005). Menurut Sunarjono (2000) usaha tani layak diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. Adapun hasil analisis kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah: a. R/C Ratio R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumus R/C Ratio yaitu : R/C Ratio = Total penerimaan Total biaya produksi 15 Kriteria uji : Jika R/C > 1, layak untuk diusahakan Jika R/C = 1, cukup layak untuk diusahakan Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan b. B/C Ratio B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi total biaya. Rumus B/C Ratio adalah : B/C Ratio = Keuntungan Total biaya Kriteria uji : Jika B/C > 1, untung dan layak untuk diusahakan Jika B/C = 1, impas dan cukup layak untuk diusahakan Jika B/C < 1, rugi dan tidak layak untuk diusahakan