Syariah Mandiri Cabang Medan”

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1.
Pengertian Dividend Payout Ratio
Gitman (2003:570) mengatakan bahwa “dividen payout ratio indicates
the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the
form of cash, it is calculated by dividing the firm’s cash dividend pershare by
its earning per share.
Keown, et all (2005:607) mengatakan bahwa “dividend ratio is the
amount of dividends relative to the company’s net income or earning per
share.
Menurut Tjiptono dan Hendy (2006:201), ” Rasio pembayaran deviden
(dividend payout ratio – DPR), atau cukup disebut payout ratio merupakan
rasio yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan”.
Menurut Sudjaja dan Inge (2002:387), Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen antara lain:
a.
Faktor hukum
1.
Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa deviden
dapat dibayar dari tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
2.
Peraturan
mengenai
tindakan
yang
merugikan
modal.
Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen
yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan
membagikan keuntungannya.
3.
Peraturan mengenai tak mampu bayar, perusahaan boleh tidak
membayar deviden jika tidak mampu (jumlah hutang lebih besar
daripada jumlah harta).
b.
Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang
diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun
terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan,
persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk
tunai.
c.
Membayar pinjaman
Perusahaan jika telah mambuat keputusan untuk memperluas
usahanya atau untuk membiayai lainnya maka ia dapat melunasi
pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan
cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika
diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus
ada laba ditahan.
d.
Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka
panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen tunai.
e.
Pengembangan aktiva
Pertumbuhan perusahaan akan semakin besar kebutuhan dananya
untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Dana semakin
banyak dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang.
f.
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam
bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik
ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun ditempat lain.
g.
Stabilitas keuntungan
Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur sering kali dapat
memperkirakan keuntungan dikemudian hari. Maka perusahaan
seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya
dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
h.
Pasar modal
Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang
tinggi dan keuntungan teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar
modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk
pembiayaannya. Perusahaan kecil yang masih baru atau agak
gegabah adalah terlalu beresiko bagi calon debitur.
i.
Kendali perusahaan
Perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern
maka pembayaran deviden akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan
atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham
biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh
golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa.
j.
Keputusan kebijakan dividen
Perusahaan ingin mempertahankan dividen perlembar saham pada
tingkat yang konstan tetapi naiknya dividen selalu terlambat
dibandingkan dengan naiknya keuntungan, artinya dividen itu baru
akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu
benar-benar mantap dan nampak cukup permanen
Menurut
Riyanto
(2001),
faktor-faktor
yang
menjadi
pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
2.
1.
Posisi likuiditas
2.
Kebutuhan dana untuk membayar hutang
3.
Tingkat perluasan perusahaan
4.
Pengawasan terhadap perusahaan
Kebijakan Devidend
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan keputusan pendanaan perusahaan dan juga merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan di masa yang akan datang. Rasio
pembayaran deviden menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen
kas dan laba yang sebagai sumber pendanaan.
Laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan
sebagai deviden menjadi lebih kecil. Persentase dari pendapatan yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash Dividen Payout Ratio.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan
dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga
memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004:144).
Secara umum ada tiga kebijakan dividen, yaitu:
a.
Kebijakan dengan persentase tetap pembayaran deviden tunai
b.
Kebijakan dividen biasa
c.
Kebijakan dividen rendah plus ekstra
Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya sebagai berikut (Brigham
dan Houston, 2001:84):
a.
Tanggal pengumuman (declaration date)
b.
Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date)
c.
Tanggal ex dividen (ex-dividend date)
d.
Tanggal pembayaran (payment date)
Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen dikemukan oleh
Suherli dan Harahap (2004:230) yang telah teruji secara empiris, yaitu:
a.
b.
Smoothing Theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa
jumlah dividen tergantung akan keuntungan perusahaan sekrang dan
dividen tahun sebelumnya.
Dividend Irrelevance Theory
c.
d.
e.
Teori ini diperkenalkan oleh miller dan modligani dalam
makalahnya dividend irrelevance Preposition. Makalah tersebut
menjelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, dan tidak
diperhitungkannya biaya transaksi serta dalm kondisi pasar yag
sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh
apapun pada harga pasar saham tersebut.
Bird in the Hand Theory
Gordon mengemukakan bird in the hand theory. Gordon
mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand)
adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena
pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah
terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly)
Tax Preparance Theory
Teori ini diungkapkan oleh bhattacharya yang menjelaskan bahwa
berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen
yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi.
Clientele Effegt Theory
Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan
jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya
mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan
konsekuensi negatif dari pajak.
B. Tinjauan Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah:
1.
Agung Baruno (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Agung Baruno (2005) berjudul “Analisis
Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR)
pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Variabel
independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio (CR), return on assets
(ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) dan deviden
payout ratio satu tahun sebelumnya (DPRt-1). Untuk menguji ada tidaknya
pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan t-test.
Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan
yang signifikan dan positif.
2.
Sutrisno (2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) berjudul, “Analisis
Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio (DPR)
pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Variabel independen dari penelitian tersebut adalah pengaruh posisi kas,
DER, potensi pertumbuhan (growth potential), ukuran perusahaan (firm size),
kepemilikan dan profitabilitas (ROA) terhadap DPR menunjukkan bahwa
posisi kas dan DER merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi
DPR perusahaan publik yang terdaftar di BEJ, sedangkan variabel lainnya
tidak cukup signifikan.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Agung
Baruno
(2005)
Judul
Variabel
Metodologi
Penelitian
Hasil penelitian
Analisis Pengaruh
Rasio-rasio
Keuangan
Terhadap
Devidend Payout
Ratio pada
Industri
Telekomunikasi
di Bursa Efek
Jakarta (BEJ)
cash ratio
(CR), return on
assets (ROA),
return on
equity (ROE),
debt to equity
ratio (DER),
firm size (FS),
dan deviden
payout ratio
satu tahun
sebelumnya
(DPR t-1 )
sebagai
variabel
F-test dan ttest.
Hasil penelitian
menunjukkan, untuk
PT Telkom hanya
posisi kas, ROI, dan
FS yang
berpengaruh
terhadap DPR,
sedangkan untuk PT
Indosat, hanya posisi
kas, ROE, DER, dan
DPR satu tahun
sebelumnya
independen (X)
dan Devidend
Payout Ratio
sebagai
variabel
dependen (Y)
Sutrisno
(2001)
Analisis Pengaruh
Rasio-rasio
Keuangan
Terhadap
Devidend Payout
Ratio (DPR) pada
Perusahaan
Publik yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta
(BEJ)
pengaruh posisi F-test dan tkas, DER,
test.
potensi
pertumbuhan
(growth
potential),
ukuran
perusahaan
(firm size),
kepemilikan
dan
profitabilitas
(ROA) sebagai
variabel
independen (X)
dan Devidend
Payout Ratio
sebagai
variabel
dependen (Y)
Hasil penelittian
menunjukkan bahwa
posisi kas dan DER
merupakan faktor
yang paling dominan
mempengaruhi DPR
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan
merupakan
tuntunan
untuk
memecahkan
merumuskan hipotesis.
Cash Position (posisi kas)
(X1)
H1
masalah
penelitian
serta
Debt to equity ratio (DER)
(X2)
H2
Return on Assets (ROA)
(X3)
H3
Growth Potential
(X4)
H4
Dividend
Payout Ratio
(DPR)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
Cash Position (CP) merupakan posisi kas suatu perusahaan dan faktor
penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan untuk
menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan.
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Peningkatan
kewajiban akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih, termasuk dividen
yang di bayarkan, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada
pembagian dividen.
Return On Assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan.
Growth Potensial (GP) merupakan kemampuan perusahaan untuk
bertumbuh. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yang semakin cepat,
maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut.
Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu yang mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan pembayaran deviden setiap tahun kepada
pemegang saham.
2.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori
yang relevan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2003 : 51).
Penulis sesuai dengan kerangka konseptual
merumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Cash Positon (CP) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR),
H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR),
H3
: Return On Asset
(ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR),
H4 : Growth Potential berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR)
Download