LAPORAN KASUS I IDENTITAS PASIEN Nama : I Nengah Ariawan

advertisement
LAPORAN KASUS
I IDENTITAS PASIEN
Nama
: I Nengah Ariawan
Umur
: 26 tahun
Alamat
: Sala Susut
TC
: 23 Mei 2012
II DATA DASAR
Subjektif
: autoanamnesis
Keluhan Utama
: Muntah darah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang sadar mengeluh muntah darah sejak 5 jam SMRS. Muntah
dikatakan sebanyak 1 x dengan volume kurang lebih 2 gelas aqua. Muntahan
dikatakan berwarna hitam dan tidak bercampur dengan makanan. Sebelumnya pasien
pernah muntah lebih dari 6 kali dengan volume lebih sedikit dengan muntahan yang
sekarang.
Pasien juga mengeluh berak darah sejak satu hari SMRS. Buang air besar
dilakukan sebanyak dua kali sehari dengan berak hitam yang masih dirasakan sampai
saat masuk rumah sakit. Konsistensi berak adalah lembek dan berwarna hitam seperti
kopi. Keluhan tidak membaik dengan perubahan asupan makanan maupun minuman.
Sehari sebelum keluhan dirasakan, BAB pasien masih normal. Keesokan harinya tibatiba berak menjadi berwarna kehitaman. Pasien berusaha minum obat atau ke dokter
dengan harapan keluhan tersebut akan menghilang dengan sendirinya, namun keluhan
tetap ada hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Perut membesar dirasakan oleh pasien sejak lama yang muncul perlahan. Perut
seperti berisi cairan. Awalnya perut membesar sedikit demi sedikit, kemudian
membesar dengan cepat dan dirasakan menetap.
Pasien juga mengeluhkan lemas sedah hampir satu minggu yang lalu sehingga
pasien hanya tiduran saja. Nafsu makan juga dikatakan mulai menurun.
Keluhan bulu ketiak atau bulu kemaluan rontok dikatakan sudah sejak lama.
Perdarahan dari gusi dan dari hidung disangkal. Bengkak pada kaki tidak dikeluhkan
oleh pasien. Buang air kecil normal, warna kencing kuning, kencing tidak berbuih dan
tidak pernah keluar batu dari saluran kencing. Keluhan bengkak pada kedua kelopak
mata saat bangun pagi disangkal.
Riwayat Pengobatan
:
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan yang sama sehingga dirawat inap
sebanyak 6 kali. Pasien terakhir kali dirawat sekitar satu tahun yang lalu. Pemeriksaan
penunjang berupa endoskopi pernah dilakukan dengan hasil varises esofagus grade III
tahun 2006 dan USG Abdomen dengan varises vena portal dan splenomegali. Pasien
tidak pernah kontrol ke dokter atau rumah sakit sehingga tidak minum obat.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat penyakit kuning
disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki penyakit yang perlu transfusi darah tidak
ada. Riwayat operasi tidak ada.
Riwayat Penyakit keluarga
:
Riwayat penyakit kuning dalam keluarga disangkal
Riwayat Sosial dan Lingkungan
:
Pasien merupakan seorang pengrajin ukiran dan belum menikah. Riwayat
merokok + lebih dari 1 bungkus sehai. Riwayat minum alcohol + sering. Riwayat
tattoo - . Riwayat melakukan kontak seksual bergantian ada. Pasien juga merupakan
golongan menengah kebawah.
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum
: Lemah (sakit sedang)
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Denyut Nadi
: 80x/mnt
Respirasi
: 21x/mnt
Temperatur
: 36,5 C
Status General
Mata
: Anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening –
THT
: Telinga
Hidung
: cairan –
: NCH -, Cyanosis –
Tenggorokan : Tonsil T0/T0 hiperemis –
Thorax : Cor
: inspeksi
: gerak dada + simetris, jejas -, spider nevi –,
thrill -
PO
perkusi
: hipersonor +/+, batas jantung dalam batas
normal
Palpasi
: gerak nafas terangkat simetris, fokal fremitus
Normal, palpasi iktus kordis teraba pada MCL
kiri
ICS V
Auskultasi
: cor : S1S2 tunggal Regular Murmur –, batas
atas pada ICS II, batas kanan PSL kanan ICS
V, batas Kiri pada MCL kiri ICS V
Po : vesicular +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
: Inspeksi
: distensi +, vena abdominalis tak tampak,
umbilicus menonjol
Auskultasi
: vena abdominal +, BU+ menurun
Perkusi
: thympani + menurun, perubahan suara dari
timpani pada bagian medial menjadi redup
pada
bagian lateral, undulating fluid wave
Palpasi
: NT -, hepar tidak teraba, lien shaffner 4.
ballotement negatif, dan shifting dullnes
positif +,Caput medusa, penampakan kolateral
dan denyut epigastrial tidak ditemukan
Ekstremitas
: hangat : + +
++
Rectal Toucher
--
: mukosa licin, didapatkan darah pada handscoen, melena (+)
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
oedem - - Eritema Palmaris –
Pemeriksaan
23/5/12
Nilai normal
WBC
4,7
4,8 – 10,8 x 103 µL
Lymphosit
0,6
25 – 40%
RBC
4,30
4,2 – 5,4 x 106̂ /µL
HgB
8,4
12 – 16 g/dL
HCT
27,1
37 – 47%
MCV
63,2
79 – 99 fL
MCH
19,6
27 – 31 pg
MCHC
31,0
33 – 37 g/dL
RDW
17,4
11,6 – 14,8
PLT
33
150 – 450 103/µL
MPV
7,3
7,0 – 10,0
PCT
0,02
0,050 – 0,10
GLU
96
70 – 110
BUN
66
6 – 20
Creatinin
0,72
0.5 – 2.0
AST
13
0-18
ALT
22
0-22
Kimia Darah
USG Abdomen
(11/07/06)
Kesan : splenomegali
Varises vena porta dengan peningkatan aliran vena porta
(bisa krn hiperspleenism)
(28/07/06)
Kesan : Tanda-tanda porta hipertensi dengan splenomegali
: thrombus (-)
Esopago Gastro Duodenoskopi
(22/07/06)
Kesan : Varises Esofagus grade III
Ulkus duodenum
Problem
1. Hematemesis Melena ec varises esofagus
2. Anemia ringan normokromik normositer
3. Sirosis hepatis dengan asites
Rencana Pemecahan Masalah
Problem 1: hematemesis melena
•
Diagnostik: endoskopi
•
Terapi: GC, Asam tranexamat, sucralfat,antasida, PPI
•
Monitoring: Cek DL
•
Edukasi:
o Menjelaskan
kondisi
penyakit
pasien
secara
lengkap
beserta
komplikasi dan prognosisnya.
o Menjelaskan faktor pencetus timbulnya penyebab pecahnya varises
esophagus
Problem 2: anemia ringan normokromik normositer
•
Diagnostik: serial DL
•
Terapi:
o Rawat Inap
o Rencana transfusi PRC 1 kolf
•
Monitoring: Keluhan, tanda-tanda vital, balance cairan, serial DL @ 24 jam
•
Edukasi:
Nutrisi : makanan direbus/lunak perbanyak sayuran dan buah
roboransia
Problem 3: sirosis hepatis dengan asites
•
Diagnosis: albumin, HBs Ag, BOF, USG Abdomen
•
Terapi: asam amino (melihat nilai albumin)
•
Monitoring: -
•
Edukasi:
o Diet tinggi kalori tinggi protein.
o Bed rest total (mengurangi kelelahan)
o Rutin control kerumah sakit.
o Roboransia seperti vitamin B komplek
o Hindari/kurangi konsumsi alcohol dan makanan berlemak
Catatan Kemajuan Pasien
Tanggal
25/5/12
S
Berak
O
Kes: CM
Problem
-melena
P
•
Rawat ruangan
darah +,
muntah
darah
-,lemas +,
mual -,
muntah-.
Ma/mi +
-anemia ringan •
normokromik
Tanda vital:
normositer
•
•
TD: 100/60;
-sirosis hepatis
Nadi: 92x/mnt; dengan asites
•
RR: 20x/mnt;
T: 36,5°C;
•
KU: sedang
Status
General:
•
Mata : an+/+,
ikt -/-
•
•
Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/-
•
Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
Planning
diagnostic
DL, LFT, UL
H ttb, lien s-4
26/5/12
Berak
darah -,
lemas +,
ma/mi +
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
-anemia
sedang
normokromik
normositer
Status
General:
Mata : an+/+,
ikt -/-
DL:
Hb: 5,8 gr/dl
Abd: dist +,
ALT : 12
Bu +
menurun, NT-, AST : 23
H ttb, lien s-4
•
•
•
•
•
TD: 100/60;
Nadi: 90x/mnt;
RR: 20x/mnt;
T: 67,8°C
Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/-
IVFD RL 30
tetes/menit
Diet cair
Sucralfat 3x10
ml
Pantoprazol 2x1
Antasida
sy
3x10 ml
Lactulosa 3x10
ml
Asam
tranexamat 2x1
Propanolol
3x10gr
Cefotaxime 2 x
1 gr
Rawat Ruangan
IVFD
nacl
0,9% : dex 5% :
amino labad =
16 tpm
Transfuse PRC
Terapi lanjut
Planning dx: cek
DL
28/5/12
Keluhan –
Kes: CM
Bab /bak +
KU: sedang
Ma/mi +
Tanda vital:
Anemia
sedang
normokromik
normositer
•
•
•
Rawat ruangan
terapi lanjut
mx: VS, BC
dan DL
•
•
•
•
Rawat ruangan
Terapi lanjut
Cek DL ulang
EGD HDT bila
Hb> 9 gr DL
Sirosis hepatis
TD: 90/60;
dengan asites
Nadi: 90x/mnt;
RR: 20x/mnt;
T: 36,5°C;
Status
General:
Mata : an+/+,
ikt -/Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
H ttb, lien s-4
29/5/12
Keluhan Makan/
minum
membaik
BAB/BAK
(+)
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 100/60;
Nadi: 88x/mnt;
RR: 22x/mnt;
T: 36,1°C
-anemia
normokromik
normositer
- sirosis
hepatis
dengan asites
Status
General:
Mata : an+/+,
ikt -/Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
DL :
+/+, rh-/-,wh-/-
Hb: 8,8 gr/dL
Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
H ttb, lien s-4
30/5/12
Keluhan –
Kes: CM
muntah (-),
Makan/
KU: sedang
minum
membaik
BAB/BAK
(+)
Tanda vital:
TD: 100/70;
Nadi: 90x/mnt;
RR: 20x/mnt;
T: 36,5°C
-anemia ringan •
normokromik
•
normositer
•
- sirosis
hepatis
dengan asites
•
anemia ringan
normokromik
normositer
•
•
•
- sirosis
hepatis
dengan asites
•
Rawat ruangan
Terapi lanjut
Planning PRC 1
kolf
bila
Hb<8gr/dL
Pdx
:
USG
Abdomen
Status
General:
Mata : an+/+,
ikt -/Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
H ttb, lien s-4
31/05/20
12
Keluhan (-)
Kes: CM
muntah (-),
Makan/
KU: sedang
minum
membaik
BAB/BAK
(+)
Tanda vital:
TD: 90/60;
Nadi: 90x/mnt;
RR: 20x/mnt;
Rawat ruangan
Terapi lanjut
Propanolol
2x
10 mg
Planning PRC 1
kolf
bila
Hb<8gr/dL
T: 36,5°C
Status
General:
Mata : an+/+,
ikt -/Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
H ttb, lien s-4
Jumat,m
1 juni
2012
Keluhan (-)
Kes: CM
muntah (-),
Makan/
KU: sedang
minum
membaik
BAB/BAK
(+)
Tanda vital:
TD: 100/70;
Nadi: 90x/mnt;
RR: 20x/mnt;
T: 36,5°C
Status
General:
anemia ringan
normokromik
normositer
•
•
•
- sirosis
hepatis
dengan asites
•
Rawat ruangan
Terapi lanjut
Propanolol
2x
10 mg
Planning PRC 1
kolf
bila
Hb<8gr/dL
Hb: 9,1
Mata : an+/+,
ikt -/Thorax: cor:
S1,S2 tgl reg
m(-), po: ves
+/+, rh-/-,wh-/Abd: dist +,
Bu +
menurun, NT-,
H ttb, lien s-4
RINGKASAN
Pasien laki-laki umur 26 tahun datang dengan keluhan muntah darah sejak 5 jam
SMRS. Muntahan berwarna hitam tanpa makanan sebanyak 2 gelas. Selain itu pasien juga
mengeluh berak darah sejak 1 hari SMRS, berwarna hitam seperti kopi dengan konsistensi
lembek. Mual dan muntah tidak ada.
Pasien memiliki riwayat yang sama dan sempat dirawat inap sebanyak 6 kali.
Terakhir rawat inap satu tahun yang lalu. Riwayat penyakit kuning disangkal pasien. Riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama dikatakan tidak ada. Pasien bekerja sebagai pengrajin
ukiran belum menikah dan memiliki kebiasaan merokok dan minum alcohol. Riwayat
melakukan hubungan seksual bergantian dan pasien tidak memiliki tattoo.
Dari anamnesis di atas ditemukan keluhan, riwayat, dan faktor risiko yang mengarah
ke diagnosis sirosis hepatis. Pencetus kekambuhan kali ini adalah progresivitasdari penyakit
tersebut
Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan penurunan dari hemoglobin,
MCV, MCH dan PLT. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang (laboratorium)
ditentukan beberapa problem yang terdapat pada pasien ini, antara hematemesis melena,
anemia sedang normokromik normositer dan sirosis hepatis dengan asites. Penanganan awal
yang diberikan antara lain observasi ugd, gastric cooling,IVFD RL 30 tpm, asam tranexamat
3x 1 amp, antasida sy 3x10 ml, sucralfat sy 3x 10 ml, pantoprazol 2x1 ampl, lacsadine 3x 10
ml dan rencana transfuse PRC. Follow up dilakukan setiap hari, kondisi pasien semakin
membaik.
MASALAH
Penatalaksanaan hematemesis melena pada pasien sirosis hepatis dengan pemberat anemia
ringan normokromik normositer
V. DISKUSI
Perdarahan saluran cerna bagian atas dibedakan menjadi perdarahan variceal
efofagua maupun non variceal esophagus karena diantara keduanya terdapat perbedaan
penatalaksanaan dan prognosis.1 Hematemesis merupakan muntah darah segar atau hitam,
dimana pada pasien ini didapatkan muntah yang prominent, berwarna merah kehitaman
seperti kopi berisi air tanpa makanan. Adanya hematemesis biasanya juga disertai dengan
berak darah hitam dengan konsistensi lembek yang disebut melena. Pada pasien ini, selain
adanya hematemesis, melena juga ditemukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan colok
dubur.
Sumber perdarahan saluran cerna bagian atas dapat berasal dari pecahnya varises
esophagus, gastritis erosive, tukak peptic, sindrom Mallory Weiz, dan keganasan. Perdarahan
pada pasien ini diduga berasal dari pecahnya varisesesofagus. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan endoskopi oleh pasien sebelumnya yang menyatakan adanya varises esophagus.
Pecahnya varises esophagus merupakan akibat dari hipertensi porta yang
menyebabkan bendungan vena porta dan vena-vena yang bermuara disana,salah satunya
esovageal vein. Hipertensi portal merupakan salah satu bentuk kelainan pada sirosis hepatis.
Selain varises esophagus, gangguan lain yang muncul akibat hipertensi portal antara lain:
gastropathy hipertensi porta, collateral vein berupa spider telangiectasi, caput medusa,
hemorrhoid, serta ascites. Pada pasien ini ditemukan adanya ascites sedang. Tanda-tanda
kegagalan faal hati juga merupakan kelainan yang muncul pada sirosis hepatis. Kegagalan
faal hati ditandai dengan perubahan enzim-enzim yang dihasilkan hati, seperti peningkatan
AST/ALT, ALP, GGT, perbandingan albumin dan globulin yang terbalik, pemanjangan
waktu protrombin. Pasien ini menunjukkan peningkatan AST, lebih tinggi dari ALT. 1 Bentuk
lain kegagalan faal hati berupa hiperestrogenemia dapat dilihat dari rontoknya rambut ketiak
dan dada, ginecomastia, ataupun atropi testis, dimana pada pasien ini terjadi ginekomastia.
Keseluruhan penemuan ini mengarahkan pasien pada assessment hematemesis
melena et causa Variceal Esofagus pada sirosis hepatis. Pasien ini juga mengalami penurunan
kadar hemoglobin sampai 8,4 gr/dL dengan MCV 63,2 MCH 19,6, yang menunjukkan
anemia ringan normokromik normositer, yang disebabkan penyakit kronis.
Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna bagian atas dapat dibagi menjadi:
1. Tindakan umum : resusitasi, lavas lambung, hemostatika, antasida, dan cimetidin
2. Tindakan khusus :
•
Medik intensif
-
Lavas air es dan vasopresor
-
Sterilisasi dan lavement usus
-
Beta blocker
-
Infus vasopressin
•
-
Balontamponade
-
Sklerosis varises endoskopik
-
Koagulasi laser endoskopik
-
Embolisasi varises transhepatik
Tindakan bedah
-
Tindakan bedah darurat
-
Tindakan bedah elektif
1. Tindakan Umum
Resusitasi pada pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian atas dapat diberikan
infuse/tranfusi darah. Penderita dengan perdarahan 500-1000cc perlu diberikan infus
Dextrose 5%, Ringer Laktat, atau NaCl 0,9%. Pada penderita sirosis hati dengan
ascites/edema tungkai sebaiknya diberikan infuse Dextrose 5%.2 Seperti halnya pada pasien
ini diberikan infus dextrose 5% agar ascites tidak lebih parah. Penderita dengan perdarahan
yang massif lebih dari 1000cc dengan Hb kurang dari 8g% perlu segera ditranfusi. Adapun
indikasi tranfusi PRC pada pasien dengan perdarahan saluran cerna tersebut adalah:4
-
hemoglobin 8 g/dl atau hematokrit 25%
-
perdarahan yang sangat aktif
-
gejala kardiopulmuner
-
komorbiditas kardiopulmuner
Pada kasus hipovolumik ringan diberi transfusi sebesar 25% dari volume normal
sebaiknya dalam bentuk darah segar. Pasien ini mempunyai kadar hemoglobin 8,4 g%
sehingga belum tidak dilakukan transfuse darah. Pada perdarahan yang tidak berhenti perlu
dipikirkan adanya defisiensi factor pembekuan darah pada sirosis hati yang lanjut atau
fibrinolisa primer.2
Setelah keadaan umum pasien stabil, dipasang pipa nasogastrik untuk aspirasi isi
lambung dan lavas air es, awalnya setiap 30 menit - 1 jam. Bila air kurasan lambung tetap
merah penderita terus dipuasakan. Pada perdarahan varises esophagus yang tidak berhenti
setelah lavas air es, diperlukan tindakan medic intensif lainnya. 2 Pada pasien ini telah
dilakukan kumbah lambung sebanyak 2 kali dengan isi kurasan berwarna merah keruh
volume ± 500cc, kumbah lambung dilakukan satu jam berikutnya dimana isi kurasan sudah
mulai bening dengan sedikit gumpalan darah. Kumbah lambung diulang 2 jam berikutnya.
Untuk menjaga hemostatika dianjurkan pemberian Vitamin K dalam dosis 10-40
mg/hari parenteral karena bermanfaat untuk memperbaiki defisiensi kompleks protrombin.
Pemberian asam traneksamat juga sangat dianjurkan.2 Pada pasien perdarahan karena ulkus
peptikum dapat diberikan antasida 10-15cc/jam yang berguna untuk menetralkan dan
menekan sekresi asam lambung.2 pada pasien ini telah diberikan asam tranexamat 3x500 mg,
antasida sy 3x10 ml, sucralfat 3x10 ml dan pantoprazol 2x1.
2. Tindakan Khusus
Bila perdarahan tetap berlansung dapat dilakukan lavas lambung dengan air es
ditambah 2 ampul Noradrenaline 2-4 mg dalam 50 cc air. Dapat pula diberikan bubuk
thrombin (topostatin) misalnya 1 bungkus/ 2 jam melalui pipa nasogastrik untuk
menghentikan perdarahannya. Pada pasien sirosis hepatis dengan perdarahan varises
esophagus, perlu dilakukan pencegahan terhadap koma hepatikum, yang disebabkan antara
lain oleh peningkatan produksi ammonia pada pemecahan protein darah oleh bakteri usus.
Hal ini dapat dilakuakan dengan jalan sterilisasi usus dengan antibiotic yang tidak dapat
diserap misalnya neomisin 4 x 1 gr atau kanamisin 4 x 1 gr/ hari, sehingga pembuatan
amoniak oleh bakteri usus berkurang. Dapat diberikan pula lactulosa 200gr/hari dalam bentuk
larutan 400 cc yang bersifat laxansia ringan melalui pipa nasogastric. Selain itu perlu
dilakukan lavament khusus dengan air biasa setiap 12 – 24 jam. Pada pasien ini diberikan
laktulosa 3x10ml, dan antibiotic cefotaxime 2x 1 gr.
Pemberian obat-obat golongan beta blocker non selective seperti propanolol ternyata
dapat menurunkan tekanan vena porta pada pasien sirosis hepatic akibat penurunan curah
jantung sehingga aliran darah ke hati dan gastrointestinal akan berkurang. Vasopressin juga
diberikan dan memiliki efek kontraksi otot polos seluruh system vaskuler sehingga terjadi
penurunan aliran darah di daerah splanknik yang selanjutnya menyebabkan penurunan
tekanan porta. Vasopressin terutama diberikan pada penderita perdarahan varises esophagus
yang perdarahannya tetp berlangsung setelah lavage lambung dengan air es. Cara pemberian
vasopressin adalah dengan melarutkan 20 unit dalam 100-200 cc Dextrose 5% diberikan
dalam 10 – 20 menit intravena. Beberapa ahli lain menganjurkan pemberian infuse
vasopressin dosis rndah yaitu 0,2 unit vasopressin permenit untuk 16 jam pertama dan bila
perdarahan berhenti setelah itu, dosis diturunkan menjadi 0,1 unit permenit untuk 8 jam
berikutnya.
Tindakan khusus lain yang dapat diberikan adalah pemasangan tamponade dengan
balon jenis sengstaken Blakemore tube dimana prinsipnya adalah mengembangkan balon di
daerah cardia dan esophagus yang akan menekan, sehingga perdarahan diharapkan berhenti.
Menurut laporan peneliti-peneliti, pemasangan SB tube dapat menghentikan 55 – 92%
perdarahan esophagus, tetapi 25 – 60% penderita mengalami perdarahan ulang.
Cara lain yang dilakukan untuk menhentikan perdarahan eseofagus adalah dengan
penyuntikan bahan-bahan sklerotik seperti etanolamin, polidocanol, melalui esofagoskop
kaku atau serat optic.
Bila pemberian vasopressin, pemasangan SB tube dan sklerosis varises endoskopis
gagal menghentikan perdarahan esophagus, mungkin dapat dilakukan terapi koagulasi dengan
laser secara endoskopi.
Setelah usaha-usaha medic intensif diatas mengalami kegagalan, dan perdarahan
masih berlangsun, maka perlu dilakukan tindakan bedah darurat, seperti pintasan
portosistemik atau transeksi esophagus untuk perdarahan esophagus. Pada pasien ini tidak
diberikan tindakan khusus karena dengan tindakan umum berupa gastric lavage, perdarahan
sudah dapat dihentikan.
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi ChildPugh berkaitan dengan kelangsungan hidup, dimana ditentukan oleh konsentrasi bilirubin,
albumin, ada tidaknya ascites, encephalopati serta status nutrisinya.1
Skor/parameter
Bilirubin (mg%)
Albumin (gr%)
1
< 2,0
>3,5
2
2-<3
2,8 - < 3,5
3
>3,0
<2,8
Prothrombin
time
>70
40 - < 70
< 40
0
Minmal – sedang
Banyak (+++)
Tidak ada
(+) – (++)
Stadium I dan II
Stadium III dan
Baik
IV
Kurang/Kurus
(quick%)
Ascites
Hepatic encephalopathy
Nutrisi
GRADE
A
B
C
Sempurna
NILAI
5–6
7–9
10 – 15
PROGNOSIS
10 – 15%
30 %
> 60%
Score pada pasien ini belum bisa ditentukan karena ada beberapa pemeriksaan yang belum
dilakukan. Namun dari keadaan umum pasien mengarah ke prognosis buruk.
SIMPULAN
Hematemesis melena terjadi sebagai salah satu efek pecahnya varises esophagus pada
kasus sirosis hepatis. Gejala yang timbul diantaranya muntah dan berak darah berwarna
kehitaman seperti kopi, adanya tanda-tanda hipertensi portal seperti spider nevy,
caputmedusa, hemorrhoid, gastropathy hipertensi portal, serta ascites, dan tanda kegagalan
faal hati yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan enzim-enzim yang dihasilkan
hati.1
Penatalaksanaan hematemesis melena pada pasien dengan sirosis dibagi menjadi dua,
yaitu tindakan umum dan tindakan khusus. Tindakan umum meliputi resusitasi dengan
pemasangan IV line dan pemberian transfusi darah. Protocol lain yuang dapat dilakukan
adalah pemasangan nasogastric tube dan kumbah lambung. Bila perdarahan masih
berlangsing, terapi dilanjutkan dengan tindakan khusus seperti pemberian vasopressin,
lavament usus, beta blocker, balon tamponade, sklerosis varises endoskopi, koagulasi laser
endoskopi, embolisasi varises transhepatic serta tindakan bedah.prognosis pada pasien sirosis
hepatis dapat diketahui menggunakan kriteria CHILD PUGH
Download