BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan (company growth) adalah peningkatan atau penurunan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dihitung sebagai persentase perubahan aset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Suprantiningrum, 2013). Menurut Brigham dan Houston (2009) pertumbuhan perusahaan adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam pecking order theory memiliki hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan. Dalam hal ini, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada dana eksternal. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Pernyataan tersebut didukung oleh Joni dan Lina (2010) yang berpendapat bahwa pertumbuhan perusahaan pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aset, baik aset lancar maupun aset jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan internal atau dengan pendanaan eksternal. Pertumbuhan perusahaan perusahaan mencerminkan pertumbuhan sumber daya berupa aset yang dimiliki perusahaan dan diukur dari perbedaan nilai total aset setiap tahun. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan alokasi investasi aset yang dilakukan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan ini tentunya membutuhkan dana yang memadai. Berdasarkan pecking order theory, perusahaan akan cenderung menggunakan dana internal terlebih dahulu, baru kemudian menggunakan dana eksternal (hutang). Ketika perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang tinggi sehingga melebihi jumlah laba ditahan, maka akan terjadi peningkatan hutang. Asumsinya adalah ketika aset perusahaan meningkat sedangkan faktor lain dianggap ceteris paribus, maka peningkatan aset akan menyebabkan peningkatan hutang (Hestaningrum, 2012). Menurut Joni dan Lina (2010), pertumbuhan perusahaan dapat dirumuskan: ππππππππππππππππππππππ π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π· = 2.1.2 π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨ ππππππππππππ − π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨ ππππππππππππ−ππ π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨ ππππππππππ ππ−ππ Profitabilitas Profitabilitas (profitability) merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001).Menurut Kieso dan Weygandt (2011) “profitability ratios measure the income or operating success of a company for a given period of time. Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan dari kegiatan operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu.” Gitman (2009) menyatakan profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan rasio dalam menghasilkan profit dari suatu tingkat tertentu atas penjualan, aset, dan modal. Profitabilitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan (Heriyani, 2011). Tingkat profitabilitas menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk keuntungan dari investasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan (Gaol, Ritonga dan Rofika, 2011). Ditambahkan oleh Sunarwi (2009) bahwa pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif terakhir untuk pembiayaan. Pengukuran profitabilitas menurut Prathepkanth (2011) dapat diproksikan dengan Return on Equity (ROE) yang mengukur ROE melalui sebuah perbandingan antara Laba Bersih dengan Total Ekuitas yang dapat digambarkan dalam rumus berikut dibawah ini: πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ ππππ π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬ = 2.1.3 π³π³π³π³π³π³π³π³ π©π©π©π©π©π©π©π©π©π©π©π© × ππππππ% π»π»π»π»π»π»π»π»π»π» π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬ Likuiditas Menurut Gitman (2009) rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas, yang ditunjukkan besar kecilnya aset lancar, yaitu aset yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Perubahan komposisi struktur modal akan mempengaruhi tingkat likuiditas bila penambahan hutang jangka panjang digunakan untuk melunasi hutang jangka pendek atau bisa juga digunakan untuk meningkatkan aset lancar. Perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi berarti mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutang yang akhirnya struktur modal akan menjadi lebih kecil (Heriyani, 2011). Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan aset lancar yang dimiliki (Hestaningrum, 2012). Pengukuran Likuiditas menurut Musiega et al., (2013) dapat diproksikan dengan Current Ratio (CR) yang mengukur CR melalui sebuah perbandingan antara Total Aktiva Lancar dengan Total Liabilitas Lancar yang dapat diformulasikan dengan rumus berikut ini: πͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺπͺ πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ = 2.1.4 π»π»π»π»π»π»π»π»π»π» π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨π¨ π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³ × ππππππ% π»π»π»π»π»π»π»π»π»π» π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π²π² π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³ Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership) Kepemilikan Institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahuan yang diukur dalam prosentase (Listyani, 2002). Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatas perilaku opportunistic manager, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya (Scoot, 2000). Adapun formulasi kepemilikan institusional adalah sebagai berikut : ππππππππππππππππππππππ ππππππππππππππππππππππππ = ππππππππππππ π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬ π²π²π²π² ππππππππππππππππ π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’π’ × ππππππ% πππππππ₯π₯π₯π₯π₯π₯ π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬π¬ π²π²π²π² ππππππππππππππ Menurut penelitian Tanderlilin dan Wilberforce (2002) yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena kepemilikan institusional lebih mementingkan stabilitas pendapatan (return) melalui pembagian dividen. 2.1.5 Ukuran Perusahaan Menurut Sunarwi (2009), ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar-kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuitias, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Gaol, Ritonga dan Rofika (2011) menambahkan bahwa ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Pada saat perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat, maka perusahaan akan membutuhkan modal yang besar demikian juga sebaliknya pada saat pertumbuhan perusahan rendah maka kebutuhan terhadap modal juga akan semakin kecil. Jadi, konsep tingkat pertumbuhan tersebut memiliki hubungan yang positif tetapi implikasi tersebut akan memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal dalam menentukan jenis modal yang digunakan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kecenderungan untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar (Sunarwi, 2009). Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan kompleks tidak mempunyai kendala untuk mendapatkan dana eksternal (hutang). Sedangkan untuk perusahaan kecil, dianggap memiliki penggunaan hutang yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyebutkan penggunaan dana internal lebih dulu dibandingkan dana eksternal. Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dulu, dan berhutang dalam jumlah yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan, perusahaan kecil memiliki tingkat risiko yang tinggi apabila terjadi financial distress dibandingkan dengan perusahaan besar (Hestaningrum, 2012). Dalam hal ini, perusahaan kecil akan cenderung menyukai hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang. Hal ini dikarenakan, biaya untuk membayar bunga hutang jangka pendek lebih rendah dibanding hutang jangka panjang. Demikian juga dengan perusahaan besar yang cenderung memiliki sumber pendanaan yang lebih kuat (Joni dan Lina, 2010). Menurut Suprantiningrum (2013), ukuran perusahaan dapat dirumuskan: Size = Log Natural dari Total Aktiva 2.1.6 Risiko Bisnis Risiko merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas perusahaan. Risiko bisnis adalah suatu ketidakpastian atas proyeksi tingkat pengembalian atau laba di masa yang akan datang. Menurut Brigham dan Houston (2009), risiko bisnis merupakan tingkat risiko inheren dari operasi perusahaan apabila tidak menggunakan utang. Dengan demikian, risiko bisnis sering dihubungkan dengan pengambilan kebijakan utang suatu perusahaan. Risiko bisnis merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk sistem pendanaannya terutama dalam keputusan penggunaan utang. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki risiko bisnis kecil apabila perusahaan menghadapi permintaan produk yang stabil, harga-harga input dan produknya yang relatif konstan, harga produknya dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga akan menurun. Selain itu, perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi kemungkinan tidak akan menggunakan utang dalam jumlah yang besar karena dengan menggunakan utang akan meningkatkan risiko yang akan ditanggung perusahaan (Brigham dan Houston, 2009). Seperti yang telah dijelaskan dalam trade off theory bahwa perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi sebaiknya menggunakan utang yang lebih kecil dibanding perusahaan yang memiliki risiko bisnis rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan utang yang semakin besar akan meningkatkan beban bunga, sehingga akan semakin mempersulit keuangan perusahaan. Sebagai implikasinya, perusahaan dengan risiko bisnis besar sebaiknya menggunakan utang lebih kecil dibanding perusahaan yang memiliki risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan utang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan utang mereka. Hal tersebut menandakan bahwa risiko bisnis memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan kebijakan utang. Turki dan Ahmed (Musiega et al., 2013) telah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen di Arab Saudi. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa risiko pasar memiliki korelasi negatif dengan dividen per saham, ini dicirikan dengan penurunan pada pasar saham Arab Saudi pada mei 2006 sejak penurunan pasar dari indek pasar 20.000 ke 5.000 meskipun hasil-hasil tidaklah signifikan. Anufam (Musiega et al., 2013) juga telah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Uni Emirat Arab dan hasil-hasil temuan penelitiannya telah menunjukkan bahwa risiko perusahaan ditemukan menjadi faktor penentu signifikan atas kebijakan dividen. Perusahaan dengan rasio payout yang tinggi memiliki risiko yang lebih rendah dan prospek pertumbuhan tinggi. Hasil-hasil dari studi tersebut telah menunjukkan bahwa semakin tinggi kebijakan dividen suatu perusahaan maka semakin rendah risikonya dan semakin tinggi rasio payout-nya sehingga direktur menjadi enggan untuk melaporkan dan membayar dividen, pada saat masa depan adalah tidak pasti atau return tidak terjamin. Oleh karena itu, risiko bisnis telah ditemukan memiliki hubungan negatif dengan kebijakan dividen pada perusahaan di Ghana (Amidu dan Abor dalam Musiega et al., 2013). Menurut Musiega et al., (2013), pengukuran risiko bisnis dapat dihitung dengan deviasi standar suatu perusahaan antara Earning Before Interest & Taxes dengan Total Assets yang dapat diformulasikan sebagai berikut : πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ π©π©π©π©π©π©π©π©π©π©π©π© = 2.1.7 πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ π π π π π π π π π π π π π π π³π³π³π³π³π³π³π³ πΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆ × ππππππ% πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ − ππππππππ π³π³π³π³π³π³π³π³ πΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆ Kebijakan Dividen Menurut Al-Deehani (2003), kebijakan dividen adalah salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan. Kebijakan ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menentukan berapa besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa laba yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Pembagian dividen merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendistribusikan kemakmuran kepada para pemegang saham. Selain itu, kebijakan dividen menjadi bagian penting dari strategi pendanaan jangka panjang perusahaan. Teori kebijakan dividen sangat dikaitkan dengan karya Miller & Modigliani (1967) dan tesis relevansi kebijakan dividennya. M&M menunjukkan bahwa dalam asumsi-asumsi tertentu termasuk investor rasional dan pasar modal sempurna, nilai pasar dari suatu perusahaan bersandar dari kebijakan dividennya. Selain itu, Wolmarans (2003) menambahkan bahwa kebijakan dividen secara umum dikaitkan sebagai salah satu dari keputusan-keputusan finansial paling penting yang dilakukan dari sudut pandang strategis dan kebijakan dividen tersebut dapat mempengaruhi level equitas ditahan dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini, jika dividen yang dibayarkan tidak diubah dalam bentuk-bentuk nilai equitas baru, kemudian keputusan ini juga dapat mempengaruhi struktur keuangan suatu perusahaan. Pentingnya keputusan dividen oleh karena didasarkan pada sebuah fakta bahwa hal itu dapat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi dan keputusankeputusan pendanaan yang dilakukan. Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen diantaranya yaitu Dividend Irrelevance Theory, The Bird in Hand Theory, Tax Preference Theory, Clientele Effect dan Signaling Hypothesis. 1. Dividend Irrelevance Theory Teori menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Peningkatan dividen hanya dimungkinkan apabila yang diperoleh perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun di masa yang akan datang (Miller dan Modigliani, 1961). 2. The Bird in Hand Theory Teori ini berpendapat bahwa investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain (Gordon 1963 dan Lintner 1962 dalam Alzomaia & Al-Khadhiri, 2013). 3. Tax Preference Theory Teori ini menyatakan bahwa investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan daripada dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi (Brennan 1970 dalam Baker, Powell & Veit, 2002). 4. Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersih perusahaan (Miller dan Modigliani, 1961). 5. Signaling Hypothesis Theory Dalam teori ini, Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen (Miller dan Modigliani, 1961). Pengukuran Kebijakan Dividen yang akan digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Musiega et al., (2013) yang mengukur Kebijakan Dividen dengan menggunakan proksi Dividend Payout Ratio, yang dihitung melalui sebuah perbandingan antara Dividen Per Saham dengan Laba Per Saham. Pengukuran Kebijakan Dividen menurut Musiega et al., (2013) dapat diperoleh dengan menggunakan proksi Dividend Payout Ratio yang dihitung melalui sebuah perbandingan antara Dividend Per Saham dengan Laba Per Saham yang akan dirumuskan sebagai berikut: π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π« π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π·π· πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ = 2.2 π«π«π«π«π«π«ππππππππ π·π·π·π·π·π· π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³ πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ × ππππππ% π³π³π³π³π³π³π³π³ π·π·π·π·π·π· π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³π³ πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ Review Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian tentang kebijakan dividen. Penelitian Ahmed & Javid (2008) dengan judul “Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms” , menyimpulkan bahwa perusahaanperusahaan dengan Laba Bersih yang lebih stabil dapat menghasilkan free cash flow yang lebih besar dan oleh karena itu dapat membayarkan dividen lebih besar. Selain itu, konsentrasi kepemilikan dan likuiditas pasar memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout policy. Peluang-peluang investasi dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout policy. Kapitalisasi pasar dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividend payout policy yang menunjukkan bahwa perusahaan memilih investasi dalam asetnya lebih dari membayarkan dividen-dividen kepada pemegang saham. Penelitian Gupta, & Banga (2010) dengan judul “The Determinants of Corporate Dividend Policy.” Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan dan Struktur Kepemilikan adalah faktor-faktor utama yang mempengaruhi Kebijakan Dividen perusahaan. Hasil uji regresi telah menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa Likuiditas dan Leverage menjadi faktor penentu utama Kebijakan Dividen dari perusahaanperusahaan di India. Penelitian lain dilakukan oleh Gill, Biger, & Tibrewala (2010) dengan judul “Determinants of Dividend Payout Ratio: Evidence from United States.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout pada perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa adalah profit margin, pertumbuhan penjualan, DER dan pajak. Sementara itu, perusahaan jasa lebih dipengaruhi oleh profit margin, pertumbuhan penjualan dan DER. Dan bagi perusahaan manufaktur, dividend payout ratio lebih dipengaruhi oleh profit margin, pajak dan market-to-book ratio. Mehta (2012) juga telah melakukan penelitian berjudul “An Empirical Analysis of Determinants of Dividend Policy-Evidence from the UAE Companies.” Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa Profitabilitas, Risiko Bisnis, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Leverage perusahaan berpengaruh terhadap Dividend Policy dan faktor-faktor yang paling berpengaruh siginifikan terhadap Dividend Policy adalah Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan. Penelitian oleh Trang (2012) dengan judul “Determinants of Dividend Policy: The Case of Vietnam.” Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap pembayaran dividen secara positif, terdapat hubungan negatif antara Risiko Bisnis dengan pembayaran dividen pada perusahaan sampel di Vietnam. Regulated firms banyak membayarkan dividen dibandingkan dengan unregulated firm. Faktor paling penting adalah Profitabilitas yang merupakan faktor penentu utama kebijakan dividen di Vietnam. Penelitian Badu (2013) dengan judul “Determinants of Dividend Payout Policy of Listed Financial Institutions in Ghana.” Penelitian dilakukan pada Lembaga Keuangan di Ghana, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Usia (Age) dengan Likuiditas tetapi tampak secara statistik hubungan tidak signifikan antara Profitabilitas, Kolateral dengan pembayaran Dividen. Oleh karena itu, faktor-faktor utama penentu kebijakan dividen adalah Usia Perusahaan, Kolateral dan Likuiditas. Penelitian Musiage, Alala, Douglas, Christopher, & Robert (2013) dengan judul “Determinants of Dividend Payout Policy Among Non-Financial Firms on Nairobi Securities.” Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa Return on Equity Current Earnings dan aktivitas-aktivitas Pertumbuhan perusahaan ditemukan berkaitan secara positif dengan Dividend Payout, Risiko bisnis dan Ukuran Perusahaan keduanya sebagai variabel moderasi yang dapat meningkatkan ketepatan variabel signifikan diantara faktor-faktor penentu Dividend Payout. Penelitian Ranti (2013) dengan judul “Determinants of Dividend Policy: A Study of Selected Listed Firms in Nigeria.” Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kinerja finansial perusahaan, ukuran perusahaan dan independensi dewan terhadap Dividend Payout dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Nigeria. Nuhu, Musah, & Senyo (2014) juga telah melakukan penelitian dengan judul “Determinants of Dividend Payout of Financial Firms and Non-Financial Firms in Ghana.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Profitabilitas, Jumlah Dewan, Leverage, dan Pajak dengan Dividend Payout dan Jumlah Dewan adalah faktor penentu Dividend Payout paling konsisten yang ditemukan dalam perusahaan keuangan dan non keuangan di Ghana. Penelitian lain dilakukan oleh Baah, Tawiah, & Eric (2014) dengan judul “Industry Sector Determinants of Dividend Policy and Its Effect on Share Prices in Ghana.” Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor-faktor penentu utama dividend policy perusahaan di Ghana Stock Exchange adalah Return on Equity, Profit After Tax dan Ukuran Perusahaan. Namun demikian faktor-faktor tersebut beragam dalam mempengaruhi dividend payout melintasi sektor berbeda. Profit After Tax menjadi variabel kunci yang secara konsisten dianggap banyak sektor yang membayarkan dividennya. Kebanyakan perusahaan di Ghana Stock Exchange, menunjukkan secara statistik tidak signifikan dan memiliki hubungan yang lemah antara Dividend Payout dengan Harga Saham. Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu yang relevan dan mengilhami penelitian ini disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/ Tahun Ahmed & Javid (2008) Judul Penelitian Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange NonFinancial Listed Firms. Variabel Hasil Penelitian Variabel Independen: 1. Laba Bersih (X1) 2. Struktur Kepemilikan (X2) 3. Market to Book Value of Equity (X3) 4. Likuiditas (X4) 5. Investasi (X5) 6. Ukuran Perusahaan (X6) 7. Pertumbuhan Penjualan (X7) 8. Leverage (X8) Hasil penelitiannya telah menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang untung dengan Laba Bersih yang lebih stabil dapat menghasilkan free cash flow yang lebih besar dan oleh karena itu dapat membayarkan dividen lebih besar. Selain itu, konsentrasi kepemilikan dan likuiditas pasar memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout policy. Peluang-peluang investasi dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout policy. Kapitalisasi pasar dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividend payout policy yang menunjukkan bahwa perusahaan memilih investasi dalam asetnya lebih dari membayarkan dividendividen kepada pemegang saham. Variabel Dependen: Dividend Payout (Y) Gill, Biger & Tibrewala (2010) Determinants of Dividend Payout Ratio: Evidence from United States. Variabel Independen: 1. Profitabilitas (X1) 2. Aliran Kas (X2) 3. Pajak Korporat (X3) 4. Pertumbuhan Penjualan (X4) 5. Market to Book Value (MTBV) (X5) 6. Debt to Equity Ratio (DER) (X6) Variabel Dependen: Standard Payout Ratio (Y) Hasil penelitiannya telah menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi dividend payout pada perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa adalah profit margin, pertumbuhan penjualan, DER dan pajak. Sementara itu, perusahaan jasa lebih dipengaruhi oleh profit margin, pertumbuhan penjualan dan DER. Dan bagi perusahaan manufaktur, dividend payout ratio lebih dipengaruhi oleh profit margin, pajak dan marketto-book ratio. Nama Peneliti/ Tahun Gupta (2010). Judul Penelitian The Determinants of Corporate Dividend Policy Variabel Hasil Penelitian Variabel Independen: 1. Leverage (X1) 2. Likuiditas (X2) 3. Profitabilitas (X3) 4. Struktur Kepemilikan (X4) 5. Pertumbuhan (X5) Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan dan Struktur Kepemilikan adalah faktorfaktor utama yang mempengaruhi Kebijakan Dividen perusahaan. Dan hasil uji regresi telah menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa Likuiditas dan Leverage menjadi faktor penentu utama Kebijakan Dividen dari perusahaanperusahaan di India. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap pembayaran dividen secara positif, terdapat hubungan negatif antara Risiko Bisnis dengan pembayaran dividen pada perusahaan sampel di Vietnam. Regulated firms banyak membayarkan dividen dibandingkan dengan unregulated firm. Faktor paling penting adalah Profitabilitas yang merupakan faktor penentu utama kebijakan dividen di Vietnam. Variabel Dependen: Dividend Rate (Y) Trang (2012) Mehta (2012). Determinants of Dividend Policy: The Case of Vietnam An Empirical Analysis of Determinants of Dividend PolicyEvidence from the UAE Companies. Variabel Independen: 1. Profitabilitas (X1) 2. Ukuran Perusahaan (X2) 3. Level Utang (X3) 4. Likuiditas (X4) 5. Struktur Aset (X5) 6. Jenis Industri (X6) 7. Peluang Pertumbuhan (X7) 8. Risiko Bisnis (X8) 9. Manajemen Kepemilikan (X9) 10. Konsentrasi Kepemilikan (X10) 11. Dewan Direktur (X11) 12. Kualitas Audit (X12) Variabel Dependen: Pembayaran Dividen (Y) Variabel Independen: 1. Profitabilitas (X1) 2. Risiko Bisnis (X2) 3. Likuiditas (X3) 4. Leverage (X4) 5. Ukuran Perusahaan (X5) Variabel Dependen: Payout Ratio (Y) Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa Profitabilitas, Risiko Bisnis, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Leverage perusahaan berpengaruh terhadap Dividend Policy. Dan faktor-faktor yang paling berpengaruh siginifikan terhadap Dividend Policy adalah Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan. Nama Peneliti/ Tahun Badu (2013) . Judul Penelitian Determinants of Dividend Payout Policy of Listed Financial Institutions in Ghana. Variabel Hasil Penelitian Variabel Independen: 1. Return on Assets (ROA) (X1) 2. Growth (X2) 3. Age (X3) 4. Ratio of Cash and Cash Equivalent (X4) 5. Financial Institution (X5) Temuan penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Usia (Age) dengan Likuiditas tetapi tampak secara statistik hubungan tidak signifikan antara Profitabilitas, Kolateral dengan pembayaran Dividen. Oleh karena itu, faktorfaktor utama penentu kebijakan dividen dalam lembaga keuangan di Ghana adalah Usia Perusahaan, Kolateral dan Likuiditas. Variabel Dependen: Dividend Payout Strategy (Y) Ranti (2013) Determinants of Dividend Policy: A Study of Selected Listed Firms in Nigeria Variabel Independen: 1. Return on Equity (X1) 2. Ukuran Perusahaan (X2) 3. Financial Leverage (X3) 4. Independensi Dewan (X4) Variabel Dependen: Dividend Payout Ratio (Y) Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kinerja finansial perusahaan, ukuran perusahaan dan independensi dewan terhadap Dividend Payout dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Nigeria. Musiage, Alala, Douglas, Christopher, & Robert (2013). Determinants of Dividend Payout Policy Among NonFinancial Firms on Nairobi Securities Variabel Independen: 1. Laba Tahun Berjalan (X1) 2. Likuiditas (X2) 3. Profitabilitas (X3) 4. Peluang pertumbuhan (X4) Variabel Dependen: Payout Ratio (Y) Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa Return on Equity Current Earnings dan aktivitas-aktivitas Pertumbuhan perusahaan ditemukan berkaitan secara positif dengan Dividend Payout, Risiko bisnis dan Ukuran Perusahaan keduanya sebagai variabel moderasi yang dapat meningkatkan ketepatan variabel signifikan diantara faktor-faktor penentu Dividend Payout. Variabel Moderasi: 1. Ukuran Perusahaan (Z1) 2. Risiko Bisnis (Z2) Nama Peneliti/ Tahun Nuhu, Musah & Senyo (2014) Judul Penelitian Determinants of Dividend Payout of Financial Firms and Non-Financial Firms in Ghana. Variabel Hasil Penelitian Variabel Independen: 1. Profitabilitas (X1) 2. Peluang Investasi (X2) 3. Pajak (X3) 4. Leverage (X4) 5. Jumlah Dewan (X5) Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Profitabilitas, Jumlah Dewan, Leverage, dan Pajak dengan Dividend Payout. Dan Jumlah Dewan adalah faktor penentu Dividend Payout paling konsisten yang ditemukan dalam perusahaan keuangan dan non keuangan di Ghana. Variabel Dependen: Dividend Payout (Y) Baah, Tawiah & Eric (2014) Industry Sector Determinants of Dividend Policy and Its Effect on Share Prices in Ghana Variabel Independen: 1. Share Price Volatility (X1) 2. Profit After Tax (X2) 3. Size (X3) 4. Growth (X4) Variabel Dependen: Payout Ratio (Y) Hasil penelitiannya telah menunjukkan bahwa faktorfaktor penentu utama dividend policy perusahaan di Ghana Stock Exchange adalah Return on Equity, Profit After Tax dan Ukuran Perusahaan. Namun demikian faktor-faktor tersebut beragam dalam mempengaruhi dividend payout melintasi sektor berbeda. Profit After Tax menjadi variabel kunci yang secara konsisten dianggap banyak sektor yang membayarkan dividennya. Kebanyakan perusahaan di Ghana Stock Exchange, menunjukkan secara statistik tidak signifikan dan memiliki hubungan yang lemah antara Dividend Payout dengan Harga Saham.