BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jumlah populasi manusia semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak ini tentu diikuti dengan aktifitas-aktifitas dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan juga tempat untuk permukiman, perkantoran, pertokoan dan lahan pertanian sebagai penunjang dalam kehidupan manusia. Semua kegiatan manusia tersebut membutuhkan tempat. Lasaiba (2012) menjelaskan bahwa akibat dari berbagai perubahan penggnaan lahan yang disebabkan semakin pesatnya pembangunan khususnya di wilayah perkotaan maka hal ini akan menyebabnya bertambahnya kebutuhan hidup manusia termasuk kebutuhan lahan. Maka keadaan ini yang menjadikan semakin kompleksnya jenis kegiatan manusia yang mulai berkembang dan konsekuensinya adalah kebutuhan manusia pada lahan yang semakin meningkat seperti yang dikemukakan Marwinto (1986) dalam Marthalina (2006). Semakin sulitnya mendapatkan lahan kota dengan permintaan yang selalu tinggi menjadikan nilai lahan meningkat, konsekuensinya terjadilah peningkatan harga lahan. Lahan sangat penting bagi manusia dan salah satu benda ekonomi yang berbeda dengan benda ekonomi lainnya. Lahan merupakan benda yang tidak dapat dipindahkan serta memiliki luasan yang tetap. Keadaan tersebut yang menyebabkan persaingan yang terjadi dalam memperoleh lahan untuk aktifitas dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat terutama di daerah perkotaan. Keadaan demikian dapat terjadi karena jumlah manusia yang terus menerus bertambah setiap waktu. Permintaan lahan akan terus meningkat seperti yang dijelaskan oleh Yunus (2008) dalam konsep distance decay principle. Konsep tersebut menjelaskan bahwa semakin dekat suatu lokasi dengan lahan perkotaan terbangun maka kesenjangan antara penawaran dan permintaan akan semakin tinggi dan demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi mengingat untuk mendapatkan suatu lahan, biaya transportasi perlu diperhitungkan sehingga semakin dekat dengan kota maka kecenderungan perkembangan harga lahan akan semakin meningkat. Manusia akan memperebutkan lokasi lahan yang dianggap menguntungkan baik digunakan sebagai permukiman, pertokoan maupun bercocok tanam. Selain adanya kedekatan jarak, adanya perbedaan kepentingan juga dapat mempengaruhi permintaan lahan. Seperti yang dikemukakan F.Fahira (2010) perbedaan kepentingan terhadap lahan mengakibatkan terjadinya kelangkaan lahan karena permintaan lahan yang meningkat jauh lebih besar dari lahan yang tersedia. Maka akan menyebabkan kenaikan harga lahan menjadi tidak terkendali dan dapat menyebabkan terganggunya alokasi pembangunan yang memerlukan lahan. Drabkin (1977) dalam Yunus (2000) menjelaskan bahwa harga lahan adalah penilaian pada lahan yang diukur berdasarkan harga nominal yang dalam hal ini adalah satuan uang untuk satuan luas pada pasaran lahan. Harga lahan setiap tempat pun berbeda – beda. Semakin mudahnya aksesibilitas di suatu tempat maka semakin mahal harga lahannya. Selain karena aksesibilitas juga harga lahan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan perekonomian di tempat tersebut. Jika pertumbuhan ekonominya stabil maka harga tanah di daerah itu juga stagnan. Perkembangan kota yang semakin lama semakin meningkat membuat harga lahan di daerah perkotaan semakin mahal. Padahal tidak semua masyarakat memiliki keuangan yang cukup untuk membeli lahan diperkotaan. Maka hal ini yang mendorong semakin menjamurnya daerah permukiman maupun lahan - lahan yang terbangun didaerah pinggiran kota. Selain alasan harga lahan yang semakin mahal di pusat kota, alasan kenyamanan seperti polusi udara, suara maupun air juga relatif masih sedikit. Aksesibilitas serta jaringan yang menghubungkan antara daerah pinggiran kota dan pusat kota pun semakin berkembang. Daerah pinggiran yang mempunyai aksesibilitas langsung ini akan menyebabkan perkembangan harga lahan yang semakin meningkat Daerah pinggiran terkena dampak yang positif dari wilayah perkotaan yang semakin tumbuh pesat perekonomiannya yaitu harga lahan yang meningkat dan aksesibilitas yang semakin baik. Tetapi di sisi lain juga ternyata mempunyai dampak negatif. Ardika (2003) dalam Marthalina (2006) menerangkan bahwa masalah - masalah yang dihadapi daerah pinggiran: angka kepadatan penduduk yang tinggi, terjadinya perubahan lahan dari pertanian ke non pertanian, intensitas mobilitas penduduk yang tinggi, pencampuran tata guna lahan yang intensif antara permukiman dan aktivitas ekonomi seperti pertanian, industri rumah tangga dan kawasan industri. Daerah perkotaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga lahan pertanian yang berada di dekat perkotaan jika dibandingkan dengan lahan pertanian yang tidak memiliki pengaruh perkotaan. Dewasa ini sering terjadi perubahan fungsi lahan dari yang semula merupakan lahan terbuka ataupun lahan persawahan kemudian berubah menjadi lahan terbangun karena dinilai mempunyai nilai ekonomi yang lebih menguntungkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Hilman,2011) yang menjelaskan penelitiannya mengenai pengaruh investasi terhadap harga lahan. Hasilnya adalah semakin besar investasi yang ditanamkan, semakin tinggi kenaikan harga tanah di sekitar lokasi. Inilah yang melatarbelakangi mengapa saat ini banyak sekali investor berlomba-lomba untuk menanam investasi seperti pertokoan, perumahan maupun bisnis properti lainnya dan banyak yang mengubah dari penggunaan lahan jenis pertanian menjadi non pertanian di area pinggiran kota, karena dinilai harga lahannya masih terjangkau bila dibandingkan pada area perkotaan tetapi seiring berjalannya waktu daerah pinggiran dapat saja menjadi daerah perkotaan dari sisi karakteristik penduduk ataupun kenampakan fisiknya Magelang merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dewasa ini. Hal tersebut berdampak pada pinggiran kota yang juga ikut mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi fisik Magelang dilihat dari sisi fisik lingkungannya merupakan daerah yang dikelilingi oleh kawasan pegunungan memiliki cadangan air tanah yang cukup melimpah. Air merupakan syarat utama dimana makhluk hidup bertempat tinggal ataupun melakukan berbagai macam kegiatan. Selain itu juga karena Magelang merupakan jalur penghubung Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yaitu Semarang. Kabupaten Magelang merupakan area pinggiran kota yang mempunyai karakteristik perkotaan atau yang dinamakan sebagai area kekotaan. Meningkatnya jumlah alat transportasi dan juga aksesibilitas yang baik merupakan salah satu bentuk semakin tumbuhnya ekonomi di daerah pinggiran. Seperti jalan koridor Yogyakarta–Magelang Km 22 hingga Km 32 didominasi berupa lahan terbuka dan area persawahan saat ini menjadi ruko-ruko serta perumahan-perumahan. Hal tersebut yang tentunya juga akan mempengaruhi harga lahan sepanjang jalan ini dari waktu ke waktu. 1.2. Rumusan Masalah Perkembangan harga lahan di Jalan Yogyakarta–Magelang Km 22 hingga Km 32 di Kabupaten Magelang selain memiliki banyak nilai positif ternyata juga menimbulkan dampak-dampak negatif. Daerah tersebut termasuk daerah dimana pertumbuhan ekonominya cukup meningkat setiap tahunnya. Seperti telah banyak dibukanya pusat-pusat perdagangan dan pertokoan pada daerah Kabupaten Magelang. Daerah pinggiran kota sering dikenal sebagai wilayah peri urban. Wilayah peri urban adalah wilayah yang terletak di antara dua wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya yaitu wilayah yang mempunyai kenampakan kekotaan tetapi disisi lain mempunyai kenampakan kedesaan seperti yang dijelaskan (Yunus, 2008). Hal demikian yang menyebabkan harga lahan di daerah pinggiran meningkat. Perkembangan kota ke daerah pinggiran telah menyebabkan kenaikan harga lahan. Keadaan tersebut seperti yang terjadi di sepanjang koridor ini. Banyak pemilik lahan pertanian yang cenderung menjual atau menyewakan lahan pertanian mereka untuk kegiatan non pertanian kepada para investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Kondisi ini tidak dapat dihindari sebab infrastruktur yang baik dan sekaligus sebagai pusat pasar karena merupakan akses utama penghubung antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yaitu Semarang. Fenomena perkembangan harga lahan secara tidak langsung telah mengubah mata pencaharian para penduduk sekitar yang dari sektor pertanian menjadi sektor non pertanian. Jika hal demikian terjadi secara terus–menerus tentunya akan mempengaruhi ketahanan pangan kita. Lambat laun produksi pertanian akan terus menurun dan akan menyebabkan harga bahan pokok semakin mahal yang semakin diperparah lagi kalau pemerintah setempat sampai mengadakan impor bahan pangan dari luar negeri. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa negeri kita ini merupakan Negara Agraris yang artinya produksi pertanian di Indonesia cukup banyak, apalagi Kabupaten Magelang dikenal sebagai daerah lumbung padi Jawa Tengah. Adanya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian ini diakibatkan karena pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami kenaikan. Hal ini berdampak positif terhadap nilai harga lahan yang juga akan mengalami kenaikan. Selain hal positif ternyata fenomena perkembangan harga lahan tersebut mempunyai dampak negatif seperti masalah degradasi lingkungan. Masalah degradasi lingkungan ini terjadi seperti misalnya daerah resapan yang mulai berkurang. Resapan air berkurang maka air yang seharusnya mengalir ke dalam tanah dan menjadi cadangan air tanah berubah menjadi run off. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka akan mudah bagi kita untuk menemukan titik genangan-genangan air apabila hujan turun. Masalah degradasi selain karena resapan air yang berkurang adalah tingkat kualitas tanah yang berkurang. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi hanya terkonsentrasi pada Kota Magelang saja. Akibatnya Jalur arteri digunakan sebagai lahan bisnis para investor, selain itu hal tersebut dapat menyebabkan perkembangan kota yang kurang merata. Fenomena demikian dapat dilihat dari terkonsentrasinya lahan-lahan terbangun hanya pada koridor ini saja. Padahal lahan-lahan lain juga berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut : 1. bagaimana perkembangan harga lahan di Kabupaten Magelang kasus koridor Yogyakarta – Magelang Km 22 hingga Km 32 ? 2. faktor – faktor apa yang mempengaruhi perkembangan harga lahan di Kabupaten Magelang kasus koridor Yogyakarta-Magelang Km 22 hingga Km 32 ? 3. dampak apa yang ditimbulkan akibat perkembangan harga lahan Kabupaten Magelang koridor Yogyakarta - Magelang Km 22 hingga Km 32 ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perkembangan harga lahan di Km 22-32 sepanjang Jalan Yogyakarta-Magelang. 2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan harga lahan di Km 22-32 sepanjang Jalan Yogyakarta-Magelang. 3. Mengetahui dampak fisik dan sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat perkembangan harga lahan di Km 22-32 sepanjang Jalan YogyakartaMagelang. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penilitian ini antara lain : 1. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk pemerintah daerah terutama dalam merencanakan pembangunan dan pentaaan kota agar tidak terjadi ketimpangan harga lahan yang sangat besar antara satu wilayah dengan wilayah lain. 2. Secara teoritis, dapat memberikan informasi – informasi terkait dengan harga lahan baik faktor – faktor yang menyebabkan perkembangan harga lahan maupun dampak – dampak yang ditimbulkan akibat perkembangan harga lahan kepada masyarakat setempat. 3. Sumber informasi dan reverensi bagi penelitian sejenis di masa mendatang.