UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ERRA MEDIKA
JL. TOLE ISKANDAR No. 4 - 5 DEPOK
PERIODE 17 JUNI–12 JULI DAN 29 JULI–16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S. Far
1206329985
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ERRA MEDIKA
JL. TOLE ISKANDAR No. 4 – 5 DEPOK
PERIODE 17 JUNI–12 JULI DAN 29 JULI–16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S. Far
1206329985
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
iii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Puteri Isabella Nauli Tampubolon,S.Far
NPM
: 1206329985
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 10 Januari 2014
iv
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Erra Medika yang berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 – 5 Jalan Tole Iskandar,
Depok yang pada semester ini berlangsung berlangsung pada tanggal 17 Juni –
12 Juli dan 29 Juli – 16 Agustus 2013.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihakpihak yang dengan penuh ketulusan hati memberikan bimbingan, arahan, dan
dukungan kepada penulis selama menjalankan PKPA dan ketika menyusun
laporan PKPA dan Tugas Umum ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1.
Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.
3.
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
4.
Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek
dan Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan,
pengarahan serta nasehat kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek
Erra Medika.
5.
Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt selaku pembimbing II dari Fakultas
Farmasi
Universitas
Indonesia,
yang telah
bersedia memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
6.
Karyawan dan karyawati Apotek Erra Medika yang telah banyak
membantu penulis dalam membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
v
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
7.
Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu, berbagi pengalaman, dan
pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
8.
Keluarga tercinta, atas kasih sayang dan doa yang tak pernah putus
mengiringi setiap langkah perjalanan hidup penulis.
9.
Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 77 Universitas Indonesia atas
kebersamaan, kerjasama dan kesediaan berbagi suka dan duka, dukungan
dan semangat yang diberkan kepada Penulis.
10.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis
Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna. Semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
2014
vi
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far
NPM
: 1206329985
Program Studi : Apoteker
Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI
APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4 – 5
DEPOK PERIODE 17 JUNI–12 JULI
DAN 29 JULI–16
AGUSTUS 2013
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 10 Januari 2014
Yang menyatakan
(Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far)
vii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
ABSTRAK
Nama
NPM
Program Studi
Judul
: Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far
: 1206329985
: Apoteker
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra
Medika Jl. Tole Iskandar No. 4 - 5 Depok Periode
17 Juni – 12 Juli dan 29 Juli – 16 Agustus 2013
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan,
termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek. Dalam mengelola apotek,
diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab
untuk mengelola apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis
kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini,
seorang calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan
pengetahuan, akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa
kuliah dalam hal pengelolaan apotek. Oleh sebab itu, dilakukan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika pada 17 Juni – 12 Juli dan 29 Juli – 16
Agustus 2013. Tugas Khusus dengan judul “Label Informasi Obat Sediaan Selain
Sediaan Padat Oral di Apotek Erra Medika” bertujuan untuk mengetahui
informasi tambahan yang harus diberikan kepada pasien yang menggunakan obat
sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika.
Kata Kunci
: Apotek, Apotek Erra Medika, Label Informasi Obat
Tugas umum : xiii + 53 halaman, 19 lampiran
Tugas Khusus : iii + 19 halaman, 33 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 11 (1978 – 2009)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 9 (1999 – 2013)
viii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
ABSTRACT
Name
NPM
Study Program
Title
: Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far
: 1206329985
: Apothecary
: Report of Pharmacist Internship Program at Erra Medika
Pharmacy Jl. Tole Iskandar No. 4 - 5 Depok Period of June
17th - July 12th and July 29th - August 16th, 2013
Pharmaceutical services are part of the health care system, including pharmacy
services in pharmacies. In managing the pharmacy, needed a pharmacists
pharmacy manager that responsible for managing both technical and non-technical
pharmacy activity. To be able to carry out the activities of the pharmacy services,
a pharmacist not only requires the provision of education and knowledge, but also
the application of knowledge that has been acquired during times of study in
Pharmacy Management. Therefore, Pharmacist Internship Program was conducted
in Erra Medika Pharmacy on 17th - July 12th and July 29th - August 16th, 2013.
Special task with the title "Label Drug Information Oral Solid dosage form
preparations in addition to pharmacy Erra Medika" aims to find out additional
information that should be given to patients who use the drug dosage in addition
to solid oral dosage in Pharmacy Erra Medika.
Keywords
: Pharmacy, Erra Medika Pharmacy, Label Drug Information
General Assignment : xiii + 53 pages, 19 appendices
Specific Assignment : iii + 19 pages, 33 appendices
Bibliography of General Assignment : 11 (1978 – 2009)
Bibliography of Specific Assignment : 9 (1999 – 2013)
ix
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
HALAMAN ORISINALITAS .............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH .................................................................................................................
ABSTRAK .............................................................................................................
ABSTRACT ...........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
1. PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1.2. Tujuan ..............................................................................................
1
1
2
2. TINJAUAN UMUM ................................................................................
2.1 Definisi Apotek ................................................................................
2.2 Landasan Hukum Apotek .................................................................
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................
2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ..........................................................
2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) ..............................
2.6 Tata Cara Perizinan Apotek .............................................................
2.7 Pelanggaran Apotek ..........................................................................
2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek ..........................................................
2.9 Tenaga Kerja di Apotek ....................................................................
2.10 Golongan Obat .................................................................................
2.10.1 Obat Bebas ...............................................................................
2.10.2 Obat Bebas Terbatas .................................................................
2.10.3 Obat Keras Daftar G ..................................................................
2.10.3.1 Psikotropika ....................................................................
2.10.3.2 Obat Wajib Apotek (OWA) ...........................................
2.10.4 Narkotika ..................................................................................
2.11 Pengelolaan Apotek .........................................................................
2.12 Pelayanan Apotek .............................................................................
2.13 Swamedikasi .....................................................................................
3
3
3
4
4
7
9
10
12
14
16
17
17
18
19
21
22
25
26
29
3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA ............................ 31
3.1 Sejarah Singkat Apotek Erra Medika ............................................... 31
3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Erra Medika ............... 31
x
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xiii
3.2.1 Lokasi ........................................................................................
3.2.2 Bangunan ...................................................................................
3.2.3 Tata Ruang ................................................................................
3.3 Perlengkapan Apotek .......................................................................
3.4 Struktur Organisasi Apotek Erra Medika .........................................
3.5 Kegiatan-Kegiatan di Apotek ............................................................
3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian ....................................................
3.5.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian ...........................................
3.6 Pengelolaan Psikotropika .................................................................
3.7 Pengelolaan Narkotika .....................................................................
31
31
32
33
33
36
36
39
39
40
4. PEMBAHASAN ......................................................................................
4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ........................................................
4.2 Sumber Daya Manusia .....................................................................
4.3 Pengelolaan dan Pelayanan Resep ....................................................
4.4 Pelayanan Swamedikasi ....................................................................
4.5 Pembeliaan dan Pengadaan Barang ..................................................
4.6 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika .........................................
4.7 Pengelolaan Administrasi Keuangan ................................................
4.8 Pengelolaan Kartu Stok .....................................................................
42
42
44
46
47
48
49
51
51
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 52
5.2. Saran ................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................... 54
xi
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Penandaan Obat Bebas ....................................................................
Penandaan Obat Bebas Terbatas ...................................................
Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ...............................
Penandaan Obat Keras .................................................................
Penandaan Narkotika ...................................................................
xii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
17
17
18
19
22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20a
Lampiran 20b
Denah Lokasi Apotek Erra Medika ................................................
Desain Eksterior Apotek Erra Medika ..........................................
Desain Interior Apotek Erra Medika .............................................
Denah Ruangan Apotek Erra Medika ...........................................
Kartu Stok .....................................................................................
Contoh Resep ................................................................................
Salinan Resep ................................................................................
Struktur Organisasi Apotek Erra Medika ......................................
Etiket Obat ....................................................................................
Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres .....................
Bon Kontan Pembelian Obat .......................................................
Surat Pemesanan Obat ....................................................................
Surat Pesanan Narkotika .............................................................
Surat Pesanan Psikotropika ...........................................................
Kuitansi .........................................................................................
Faktur Pembelian Obat ..................................................................
Lemari Narkotika & Psikotropika .................................................
Contoh Pelaporan Narkotika ........................................................
Contoh Pelaporan Psikotropika ....................................................
Laporan Penggunaan Narkotika ....................................................
Laporan Penggunaan Psikotopika .................................................
xiii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
73
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga dan masyarakat serta
didukung oleh pemerintah. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan,
mengamanatkan
Pembangunan
Kesehatan
ditujukan
untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis. Untuk itu upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah ataupun
swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan di bidang kesehatan dapat
diupayakan melalui
penyediaan obat - obatan yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat, dan
dengan jumlah yang cukup, serta aman untuk digunakan. Satu diantara sarana
yang memperoleh izin dari pemerintah untuk mendistribusikan obat-obatan
kepada masyarakat yaitu apotek.
Apotek turut berperan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat sehingga keberadaan apotek turut
membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat.
Apotek juga merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, meliputi menyediakan obat-obatan dan
perbekalan farmasi lainnya serta memberikan informasi, konsultasi, dan evaluasi
mengenai obat yang dibutuhkan .
Dalam mengelola apotek, diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang bertanggung jawab untuk mengelola apotek baik teknis dan nonteknis farmasi. Dalam menjalankan fungsinya, selain aspek sosial kemanuasiaan
1
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
2
(social oriented) apotek juga memiliki aspek bisnis (profit oriented). Dengan
demikian, selain menguasai ilmu kefarmasian, apoteker juga harus memiliki
pengetahuan mengenai manajemen untuk pengelolaannya sehingga dapat
mendapatkan keuntungan bagi apotek tersebut (Umar, 2007). Dalam hal ini
kemampuan manajerial tersebut meliputi pengelolaan administrasi, persediaan,
sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia.
Adanya perubahan paradima dari drug oriented menjadi patient oriented,
menjadikan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya terfokus pada
pengelolaan persediaan farmasi sekarang juga dituntut untuk menerapkan
pelayanan kepada pasien. Perubahan ini menuntut apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam berinteraksi langsung dengan pasien selain
ilmu kefarmasiannya. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien
secara baik dan jelas dalam memberikan informasi (drug informer), dan
memonitor penggunaan obat (drug monitoring). Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
dalam proses pelayanan apotek.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, seorang
calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan pengetahuan,
akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah
dalam hal pengelolaan apotek. Atas dasar pemikiran tersebut, maka Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia telah bekerja sama
dengan Apotek Erra Medika untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Pada semester ini kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal
17 Juni – 12 Juli Dan 29 Juli -16 Agustus 2013.
1.2
Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di
apotek.
b. Memahami cara pengelolaan apotek dalam kegiatan teknis dan
non-teknis kefarmasian.
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Definsi Apotek
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No. 1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah
obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika, sedangkan
perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun
2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
2.2
Landasan Hukum Apotek
Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam:
a.
Undang-undang Negara, yaitu :
1) Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
2) Undang-Undang No. 35 tahun1997 tentang Narkotik.
3) Undang-Undang No. 36 tahun 1997 tentang Kesehatan
b. Peraturan pemerintah (PP), yaitu :
1) PP No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
26 tahun 1965 tentang Apotek.
2) PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
c.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), yaitu :
1) Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek.
2) Permenkes RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
3
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
4
d.
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), yaitu :
1) Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek.
2) Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
2.3
Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek
adalah:
a.
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b.
Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c.
Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
d.
Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan
farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.4
Persyaratan Pendirian Apotek
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut
Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, yaitu:
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
5
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 disebutkan
bahwa :
a) Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
b) Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek.
c) Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d) Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko
kesalahan penyerahan.
e) Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling.
f) Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,
serangga.
g) Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.
Beberapa
persyaratan
yang
harus diperhatikan
dalam
pendirian
sebuah apotek adalah:
a.
Lokasi dan Tempat
Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap
mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk,
dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain.
b.
Bangunan dan Kelengkapan
Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara
mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat
dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola
Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Luas
bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang
tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet.
Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
6
kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi
dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik.
1)
Ruang tunggu
Ruang tunggu seyogyanya dibuat senyaman mungkin, bersih,
segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau
konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan
menyediakan majalah, minuman mineral atau dispenser dan majalah
kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin,
karena berhubungan langsung dengan pelanggan.
2)
Ruang peracikan
Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau
dengan mudah pada saat persiapan, peracikan, dan pengemasan.
3)
Bagian penyerahan obat
Untuk
pelayanan
profesional
di
apotek,
seyogyanya
apotek
menyediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga
digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa
dibuat
ruang
menggunakan
terpisah,
dinding
dapat
juga
dilakukan
penyekat, sehingga
dapat
pembatasan
dengan
memberikan
atau
menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan pelanggan atau
pasien.
4)
Ruang administrasi
Merupakan ruangan yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang
lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan
kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu
dari supplier industri/pabrik farmasi.
c.
Perlengkapan Apotek
Semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan
apotek disebut perlengkapan Apotek. Perlengkapan Apotek yaitu :
1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan seperti timbangan, mortir, dan
gelas ukur.
2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat
dan lemari pendingin.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
7
3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas.
4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, dan bahan beracun.
5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti
erlenmeyer, dan gelas ukur.
6) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan
resep.
7) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi
terbaru.
2.5
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan
bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah
terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek. Sebelumnya, Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat
Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker.
Sejak
tanggal
1
Juni
2011,
diberlakukan
Permenkes
RI
No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian
wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan
seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib memiliki surat izin sesuai
tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker
(SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian
atau
Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas
produksi atau distribusi farmasi.
Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite
Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus
SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
8
mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun
dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/penyaluran;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping
harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan
SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki SIK dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi
APA di apotek lain.
Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,
APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker
Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA
menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
9
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya
lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker
bersangkutan dicabut.
2.6
Tata Cara Perizinan Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002)
Izin apotek diberikan oleh Menteri, kemudian Menteri melimpahkan
wewenang
pemberian
izin
apotek
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan
pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin
apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek
yang bersangkutan
masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat
melaksanakan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan.
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Permenkes
RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang tertera pada pasal 7 dan 9, yaitu:
a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.
b.
Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM
untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan
kegiatan.
c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (poin b) dan
(poin c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat
pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan menggunakan formulir APT-4.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
10
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan ayat
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan
Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5.
f.
Dalam hal
hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala Balai POM dimaksud (poin c) masih belum memenuhi syarat,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat dalam waktu 12 (dua
belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan
formulir APT-6.
g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (poin f), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
h.
Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan
sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara
apoteker dan pemilik sarana.
i.
Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang
bersangkutan.
j.
Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja
wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan
menggunakan formulir APT-7.
2.7
Pelanggaran Apotek
Pelanggaran apotek dapat dikategorikan berdasarkan berat atau ringannya
pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat, yaitu:
a.
Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi.
b.
Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.
c.
Pindah alamat apotek tanpa izin.
d.
Menjual narkotika tanpa resep dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
11
e.
Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak
berhak dalam jumlah besar.
f.
Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada
waktu APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut.
Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan yaitu:
1. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir
pada jam buka apotek.
2. Mengubah denah apotek tanpa izin.
3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.
4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya.
5. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum
dimusnahkan.
6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.
7. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh Apoteker.
8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.
9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.
10. Resep narkotika tidak dipisahkan.
11. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa.
12. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat
diketahui dengan jelas asal-usul obat tersebut.
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat
dikenakan sanksi, baik bersifat administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi
administratif yang diberikan menurut Permenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002
dan Permenkes RI No. 992/Menkes/Per/X/1993 adalah:
a.
Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan.
b.
Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan
sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan
Pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Balai/Balai Besar POM setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
12
c.
Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek
tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia tersebut telah dipenuhi. Pencairan izin apotek
dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila
terdapat pelanggaran terhadap:
a.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
b.
Undang-Undang Narkotika No. 22 tahun 1997
c.
Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun 1997
2.8
Pencabutan Surat Izin Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan
pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek
dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Provinsi.
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila :
a.
Apoteker
tidak
lagi
memenuhi
kewajibannya
untuk
menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu
baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan,
seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan
cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
b.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari 2 (dua) tahun secara terus menerus.
c.
Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang
Narkotika, Undang-Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, UndangUndang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
d.
Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
e.
Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
13
f.
Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan
pencabutan Surat Izin Apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:
a.
Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua)
bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b.
Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam)
bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan
menggunakan Formulir Model APT-13.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,
dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan
contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas
dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti
tata cara sebagai berikut :
a.
Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras
tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b.
Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
c.
Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang
olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang
dimaksud dalam huruf (a).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
14
2.9
Tenaga Kerja di Apotek
Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga
kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga
yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menegah
farmasi/Asisten Apiteker. Tenaga pendukung untuk menjamin kelancaran kegiatan
pelayanan kefarmasian di apotek yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten
Apoteker, juru resep, kasir dan pegawai adminstrasi/tata usaha.
Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. APA adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotek. APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang
berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika
bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di
apotek adalah sebagai berikut:
a.
Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.
b.
Pengelolaan sediaan farmasi dalam hal menyediakan, menyimpan, dan
menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya
terjamin.
c.
Melaksanakan fungsi administrasi dalam hal mengatur, melaksanakan, dan
mengawasi administrasi di apotek.
d.
Melaksanakan fungsi kewirausahaan yaitu mengusahakan agar apotek yang
dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana
kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan
penekanan biaya serendah mungkin.
e.
Melakukan pengembangan apotek.
Menurut Kepmekes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan
mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab apoteker pengelola
apotek:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
15
a.
Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,
APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah
apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek
dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
b.
Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker
Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut
tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek
lain.
c.
Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat dengan menggunakan formulir model APT-9.
d.
Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
e.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker
yang bersangkutan dapat dicabut.
Selanjutnya, menurut Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal
20 – 23 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun
Apoteker Pengganti,
dalam pengelolaan apotek. Apoteker
Pendamping
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang
bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung
jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker
Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan
farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara.
Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup
besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker, juru
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
16
resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, kasir yaitu orang
yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi
dengan kwitansi dan nota, pegawai tata usaha yaitu petugas yang melaksanakan
administrasi apotek dan
membuat
laporan pembelian,
penjualan,
dan
keuangan apotek.
Pada Pasal 24, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris
APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak
terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep,
narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika
dan psikotropika. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima
sebagaimana
dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan formulir model APT-11 dengan tembusan kepada
Kepala Balai POM setempat.
2.10
Golongan Obat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002,
sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan
kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di
Apotek. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau
paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
Obat-obatan yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat golongan narkotika. Penggolongan
inibedasarkan
tingkat
keamanan
dan
dimaksudkan
untuk
memudahkan
pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Pemerintah
menetapkan beberapa peraturan mengenai “Tanda” untuk membedakan jenis-jenis
obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi
mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
17
a.
UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
b.
Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan
Obat Bebas Terbatas.
c.
Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras
Daftar G.
d.
Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek.
e.
Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.
Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu (Umar, 201; Kementerian Kesehatan RI, 1997):
2.10.1 Obat Bebas
Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obabt bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi
hitam. Contohnya adalah parasetamol.
Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas
2.10.2 Obat Bebas Terbatas
Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
tepi hitam.
Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas
Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat batuk, obat influenza, obat
penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat-obat antiseptik, dan obat tetes mata
untuk iritasi ringan. Obat golongan ini termasuk obat keras namun dapat dibeli
tanpa resep dokter.
Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam
wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
18
(disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan
penggunaannya dengan huruf berwarna putih.
Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu:
a.
P No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Neozep ®.
b.
P No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:
Minosep gargle®.
c.
P No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:
Canesten®.
d.
P No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e.
P No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax®
(supositoria untuk laksatif)
f.
P No.6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®
Supositoria untuk wasir.
P. No. 1
Awas! Obat Keras
Baca aturan memakainya
P. No. 2
Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur,
Jangan ditelan
P. No. 3
Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar
dari badan
P. No. 4
Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No. 5
Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P. No. 6
Awas! Obat Keras
Obat wasir, jangan
ditelan
Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas
2.10.3 Obat Keras Daftar G
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya
“boleh diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes,
hormon, psikotropika, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat
injeksi. Obat keras mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi,
dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran
merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket
dan bungkus luar. Contohnya adalah Propanolol, Amoksisilin.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
19
Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras
2.10.3.1 Psikotropika
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut
Psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5
tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997):
a.
Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: meskalin (kaktus amerika), metilendioksi metilamfetamin (MDMA).
b.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amfetamin, metakualon, dan metifedinat. Sekarang obat Psikotropika
golongan I dan II dikategorikan narkotika golongan I.
c.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital.
d.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
Pabrik obat dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian
dan atau lembaga pendidikan. PBF dapat menyalurkan sediaan psikotropika
kepada PBF lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
rumah sakit, dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
20
Penyerahan psikotropika kepada pasien dalam rangka peredaran hanya
dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan
dokter, sedangkan penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan
kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan
kepada pasien. Penyerahan psikotropika kepada pasien dilaksanakan berdasarkan
resep dokter. Khusus penyerahan psikotropika oleh dokter dapat dilakukan pada
kondisi jika pelaksanaan tugas dilakukan di daerah terpencil yang tidak ada
apotek. Tugas pengaturan psikotropika adalah:
1.
Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
2.
Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
3.
Memberantas peredaran gelap narkotika.
Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi :
a.
Pemesanan Psikotropika
Apoteker melakukan pemesanan psikotropika ke PBF menggunakan
surat pesanan (SP) psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nama apotek, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel
apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu
jenis obat psikotropika dan dibuat 2 rangkap, aslinya diberikan pada
distributor dan salinannya untuk apotek sebagai arsip.
b.
Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan belum diatur dalam satu peraturan khusus sebagaimana
penyimpanan narkotika. Namun, psikotropika memiliki potensi untuk
disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan dalam suatu rak atau
lemari khusus dan membuat kartu persediaan psikotropika.
c.
Pelaporan Psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang
berhubungan dengan penggunaan psikotropika. Berdasarkan Undang-Undang
No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, disebutkan bahwa pabrik obat,
pedagang besar farmasi, rumah sakit, puskesmas, lembaga penelitian dan atau
pendidikan wajib melaporkan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan
dengan
penggunaan
psikotropika
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
21
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/Balai POM,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan juga disimpan sebagai arsip.
Laporan psikotropika
dibuat secara berkala
sesuai
kebijakan
Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.10.3.2 Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter oleh
apoteker di apotek disebut ObatWajib Apotek (Kementerian Kesehatan RI,
1990). Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria :
a.
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun.
b.
Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c.
Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d.
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e.
Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Obat-obat yang termasuk ke dalam Daftar Obat Wajib Apotek antara lain :
1.
Daftar Obat Wajib No. 1 (Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990)
mengalami perubahan pada Daftar Obat Wajib menurut Kepmenkes RI
No. 925/Menkes/Per/X/1993 yaitu memuat perubahan golongan obat
terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA atau Obat
Keras berubah menjadi Obat Bebas Terbatas atau Obat Bebas, disertai
keterangan batasannya. Contohnya Ibuprofen semula golongan OWA
menjadi golongan Obat Bebas Terbatas dengan pembatasan tablet 200 mg,
kemasan tidak lebih dari 10 tablet.
2.
Daftar
Obat
Wajib
No.
2
menurut
Kepmenkes
RI
No. 924/Menkes/SK/X/1993, antara lain:
a.
Obat luar untuk infeksi jamur pada kulit, inflamasi 1 tube
b.
Obat inhalasi 1 tabung
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
22
3.
Daftar
Obat
Wajib
No.
3
menurut
Kepmenkes
RI
No. 1176/Menkes/SK/X/1999 antara lain:
a.
Obat saluran pecernaan dan metabolisme maksimal 10 tablet
(pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter)
b.
Obat kulit, makimal 1 tube
c.
Obat antiifeksi umum, kategori I, II dan III : 1 paket
d.
Obat dengan sistem Muskuloskeletal (pemberian obat hanya atas dasar
pengobatan ulang dari dokter) : maksimal 10 tablet untuk antigout, anti
inflamasi dan antirematik, 1 tube obat mata serta1 botol untuk obat
telinga.
2.10.4 Narkotika (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009).
Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan.
Gambar 2.5 Penandaan Narkotika
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a.
Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kokain, opium, heroin, ganja.
b.
Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin,
normetadon, metadon.
c.
Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
23
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: kodein, norkodein, etilmorfin.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 199/Menkes/SK/X/1996, PT. Kimia
Farma Tbk merupakan satu–satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah
untuk mengimpor dan mendistribusikan narkotika di wilayah Indonesia, guna
kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan dengan penanggung jawab yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika oleh pemerintah karena
narkotika
adalah
bahan
berbahaya
yang
sifatnya
dapat
menyebabkan
ketergantungan serta dapat mengakibatkan kerusakan organ.
Pengelolaan narkotika di apotek meliputi:
a.
Pemesanan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1976, dinyatakan bahwa
Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk menguasai, meracik,
dan menjual narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pemesanan narkotika di
apotek dilakukan dengan surat pemesanan narkotika kepada Pedagang Besar
Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma Tbk. Surat pesanan narkotika harus
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama
jelas, nama apotek, nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat
rangkap empat, tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke PBF Kimia Farma
sementara sisanya disimpan oleh apotek sebagai arsip dimana untuk 1 lembar
SP hanya dapat untuk memesan satu jenis narkotika.
b.
Penyimpanan Narkotika
Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pada pasal 5 dan 6,
disebutkan bahwa Apotek memiliki tempat khusus penyimpanan narkotika yang
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan yang lain yang kuat.
2)
Harus mempunyai kunci yang kuat.
3)
Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika dan bagian kedua untuk
penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
24
4)
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau
lantai.
5)
Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6)
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi
kuasa.
7)
Lemari khusus harus ditempatkan pada tempat yang aman dan
tidak terlihat oleh umum.
c.
Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa:
1) Narkotika
hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan IPTEK.
2) Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter.
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan
Makanan (sekarang BPOM) No. 366/E/SE/1977, disebutkan pula bahwa:
a) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan
resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.
b) Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan tulisan
iter pada resep – resep yang mengandung narkotika.
d.
Pelaporan Narkotika
Sesuai Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal 11 ayat 2, dinyatakan
bahwa importir, eksportir, pabrik obat, Pedagang Besar Farmasi, apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan narkotika secara berkala
setiap bulannya dan paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat, serta sebagai arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
25
e.
Pemusnahan Narkotika yang Rusak atau Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 9, disebutkan
bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang
rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam
pengobatan dan atau pengembangan penelitian.
Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut:
1) Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat.
2) Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala
Dinas Kesehatan tingkat II.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus
membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga,
yang memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
2) Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek
tersebut.
4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan
para saksi.
Berita acara tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan:
1)
Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.
2)
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
3)
Arsip.
2.11
Pengelolaan Apotek
Kegiatan pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memenuhi tugas dan fungsi pelayanan
apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis
kefarmasian dan pengelolaan non-teknis kefarmasian. Pengelolaan non-teknis
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
26
kefarmasian tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia,
kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.
Menurut Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, pengelolaan teknis
kefarmasian Apotek meliputi:
a. Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan
obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi:
1) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya.
3) Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan
masyarakat.
2.12
Pelayanan Apotek
Menurut Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian yang ada di apotek
terdiri atas:
1.
a.
Pelayanan Resep
Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal
penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama,
alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian
yang jelas; dan informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan
klinis:
adanya
alergi,
efek
samping,
interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
27
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b.
Penyiapan Obat
1) Peracikan
Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah disebut peracikan. Dalam melaksanakan
peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
2) Etiket
Obat diberikan etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan obat
Sebelum
obat
diserahkan kepada
pasien,
harus
dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat
dan konseling kepada pasien.
5) Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan
dan
perbekalan
kesehatan
lainnya,
sehingga
dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat
yang salah. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma
dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
28
7)
Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.
Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan
lain lainnya.
3.
Pelayanan residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan
(medication record).
Sedangkan pelayanan apotek sebagaimana diatur oleh Permenkes RI
No. 922/Menkes/Per/X/1993 disebutkan sebagai berikut :
a.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Pengelolaan resep menjadi tanggung jawab APA.
b.
Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang tertulis
dalam resep dengan obat paten. Apabila pasien tidak mampu menebus
obat, apoteker dapat menghubungi dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
c.
Apoteker memberikan informasi penggunaan obat yang tepat, rasional, dan
aman kepada pasien.
d.
Apabila apoteker menganggap ada kekeliruan dalam resep yang ditulis
dokter, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
e.
Namun, jika pada kejadian di atas dokter tetap pada pendiriannya, maka
dokter harus menyatakan secara tertulis dan membubuhkan tanda tangan di
atas resep.
f.
Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker, dirahasiakan dan disimpan
dalam jangka waktu tiga tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
29
diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita,
penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang
berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
2.13
Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat untuk swamedikasi meliputi obatobat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA),
obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari
kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan,
obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit
dan obat kulit topikal.
Pelayanan obat tanpa resep merupakan pelayanan yang penting di apotek
sehubungan
dengan
perkembangan
pelayanan
farmasi
komunitas
yang
berorientasi pada asuhan kefarmasian. Pasien mengemukakan keluhan atau gejala
penyakit, selanjutnya apoteker menginterpretasikan penyakitnya dan memilihkan
alternatif obat atau merujuk ke pelayanan kesehatan lain.
Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam menolong dirinya
sendiri dan untuk mengatasi masalah kesehatan perlu ditunjang dengan sarana
yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
Sarana tersebut berupa ketersediaan obat dan peningkatan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi.
Kewajiban apoteker dalam melayani obat wajib apotek yaitu:
1) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang
disebutkan dalam daftar obat wajib apotek yang bersangkutan.
2) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3) Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek
samping, dan lain-lain yang diperlukan oleh pasien.
Menurut WHO, fungsi atau tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi
adalah sebagai komunikator, penyedia obat yang berkualitas, pengawas dan
pelatih, kolaborator dan promotor kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
30
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
swamedikasi, antara lain :
a. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di
dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat aktif,
indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis dan cara
penggunaan.
b. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya
apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi
batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.
c. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau
memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.
d. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa
jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau
menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.
e. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak
boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan
dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA
3.1
Sejarah Singkat Apotek Erra Medika
Apotek Erra Medika di bawah naungan Yayasan Sangkakala yang berdiri
pada tanggal 2 Agustus 1977 di Depok.
Maksud dan tujuan dari yayasan adalah :
a. Menyelenggarakan pendidikan, latihan dan pembangunan jasmani
maupun rohani pada masyarakat.
b. Menyelenggarakan, memelihara, membina dan memajukan kesehatan
masyarakat.
Apotek Erra Medika diprakarsai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, Ny.
Cora Laurens dan Ny. Istiana yang didirikan pada tanggal 13 Juli 1998
berdasarkan akta notaris B. Wirastuti Puntaraksma, SH No. 6 tahun 1997. Pada
tahun 2009 didirikan PBF (Pedagang Besar Farmasi) Erra Medika.
3.2
Lokasi, Bangunan dan Tata Ruang Apotek Erra Medika
3.2.1 Lokasi
Apotek Erra Medika berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 – 5 Jl. Tole
Iskandar Depok (Lampiran 1). Lokasi tersebut cukup strategis dan mudah
dijangkau karena berada di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dalam dua arah
dan mudah dijangkau, dekat dengan pemukiman masayarakat, dan dekat dengan
RSIA Hermina. Desain eksterior Apotek Erra Medika tampak dari depan dapat
dilihat pada lampiran 2 dan desain Interior pada lampiran 3.
3.2.2
Bangunan
Bangunan Apotek Erra Medika terdiri dari dua ruko, dua lantai dan
berdampingan dengan Klinik Erra Medika. Lantai satu terdiri dari ruang
penjualan, ruang peracikan, loket penerimaan resep dan loket penyerahan obat
berdampingan dengan ruang praktek dokter umum, dokter spesialis kandungan,
spesialis THT, ruang administrasi, kasir, laboratorium, radiologi, ruang tunggu
dan toilet. Lantai dua terdiri dari gudang penyimpanan resep dan arsip. Denah
Ruangan Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 4.
31
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
32
3.2.3
Tata Ruang
Apotek memiliki ruang tunggu apotek yang tidak terlalu besar karena
biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu klinik. Resep-resep umumnya
berasal dari Klinik Erra Medika sehingga terdapat celah pada dinding di sebelah
komputer yang berhubungan langsung dengan kasir klinik. Pembayaran
dilakukan di kasir klinik. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai
disiapkan akan diserahkan ke bagian penyerahan obat. Bagian penyerahan obat
terletak di depan, di sekitar etalase produk OTC (Over the Counter) dan
Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT), seperti kosmetika,
perlengkapan bayi, dan perlengkapan sehari-hari (sabun, shampoo, dan lain-lain)
yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Pada bagian penerimaan resep juga
menerima pembelian resep yang berasal dari luar klinik, pembelian obat tanpa
resep, dan PKRT.
Di bagian dalam, terdapat ruang peracikan yang terpisah dengan ruang
tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan
cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak dan juga dilengkapi
pendingin ruangan untuk menyimpan dan menjaga semua obat di Apotek serta
menjaga kenyamanan para karyawan. Pada ruang peracikan, obat disusun
berdasarkan bentuk sediaan (padat, c a i r, s e t e n ga h p a d a t , obat suntik) dan
disusun secara alfabetis di lemari dan rak untuk memudahkan pengambilan obat.
Obat-obat paten dan generik diletakkan secara terpisah pada lemari yang berbeda
di dalam ruang peracikan. Narkotika dan psikotropika diletakkan terpisah dari
obat lainnya, disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang
menempel pada dinding. Obat-obat yang harus disimpan pada kondisi dingin
seperti supositoria, insulin, vaksin, dan sebagian obat-obat suntik diletakkan pada
lemari pendingin.
Di ruang peracikan terdapat meja untuk peracikan resep. Untuk
memudahkan peracikan, terdapat timbangan di dekat meja peracikan. Di samping
meja peracikan terdapat meja kecil tempat alat pembungkus puyer. Selain itu,
terdapat meja untuk pemeriksaan obat dan penulisan salinan resep.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
33
3.3
Perlengkapan Apotek
Apotek Erra Medika memiliki beberapa perlengkapan apotek, antara lain :
1.
Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,
blender. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
2.
Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi seperti lemari
obat dan lemari pendingin.
3.
Lemari penyimpanan khusus psikotropika dan narkotika.
4.
Buku standar Farmakope Indonesia Edisi IV, ISO, MIMS, IONI, kumpulan
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek dan bukubuku kefarmasian.
5.
Alat administrasi, seperti blanko pemesanan obat, faktur, kuitansi, salinan
resep, etiket obat dan lain-lain.
3.4
Struktur Organisasi Apotek Erra Medika
Apotek Erra Medika berada di bawah Yayasan Sangkakala yang dikepalai
oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku Pemilik Sarana Apotek dan seorang
Apoteker Pengelola Apotek yaitu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt. Apotek Erra
Medika mempunyai 4 orang tenaga ahli yang terdiri dari 3 asisten apoteker dan 1
orang juru resep, sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan
digabung menjadi satu dengan klinik.
Tenaga kerja di Apotek Erra Medika secara bergantian bekerja
berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga sore (pukul
08.00-15.00) dan shift siang hingga malam (pukul 15.00-22.00). Adapun
tugas dan fungsi tiap karyawan yang ada di apotek Erra Medika adalah sebagai
berikut :
a.
Pimpinan Apotek
Pimpinan bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan dengan
kewenangan sebagai berikut :
1) Mempertahankan
kontinuitas
hidup
dan
laju
perkembangan
perusahaan yang dipimpinnya.
2) Memberikan penilaian prestasi kerja seluruh karyawan yang
dipimpinnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
34
3) Menganalisa permasalahan intern maupun ekstern yang berpengaruh
terhadap jalannya perusahaan.
b.
APA (Apoteker Pengelola Apotek)
Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Menyelenggarakan
pelayanan
kefarmasian
yang
sesuai dengan
fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi
segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang
berlaku.
2) Memimpin
seluruh
kegiatan
manajerial
apotek
termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya
antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian
beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan.
3) Bertanggung
jawab
terhadap
kelancaran
administrasi
dan
penyimpanan dokumen penting.
4) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha
apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya
untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek.
5) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini apoteker
harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta terkini.
6) Melaksanakan pelayanan swamedikasi
7) Memeriksa
kebenaran
obat
yang
akan
diserahkan
kepada
pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor
resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan
memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta
informasi tambahan lain yang diperlukan.
8) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
35
c.
Asisten Apoteker (AA)
Tugas dan kewajiban asisten apoteker adalah sebagai berikut:
1) Mendata kebutuhan barang
2) Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan
obat di ruang peracikan.
3) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari
penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket,
mengemas, sampai dengan menyerahkan obat.
4) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan obat, nama obat, jumlah obat, nama obat,
nomor resep, nama pasien.
6) Mencatat keluar masuk barang dalam kartu stok
7) Melakukan
pengecekan
terhadap
obat-obat
yang
mempunyai
kadaluarsa
8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat
yang masuk setiap harinya.
9) Membuat salinan resep dan kuitansi bila dibutuhkan.
d.
Juru Resep
Tenaga yang membantu asisten apoteker dalam meracik obat di apotek.
Tugas dan kewajiban juru resep adalah:
1) Membantu tugas apoteker dan asisten apoteker dalam penyediaan atau
pembuatan obat jadi maupun obat racikan.
2) Menyiapkan
dan
membersihkan
alat-alat
peracikan
serta
melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada asisten apoteker.
3) Membuat obat-obat racikan
standar di bawah pengawasan asisten
apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
36
3.5
Kegiatan – kegiatan di Apotek
Apotek Erra Medika memulai kegiatan dari pukul 08.00 sampai pukul
22.00 dari senin sampai minggu, yang dibagi menjadi dua shift. Kegiatan yang
dilakukan di Apotek Erra Medika terbagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan
teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian.
3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan ini berhubungan langsung dengan pengelolaan perbekalan
farmasi, yang meliputi :
1.
Pengadaan barang
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan antara lain :
a. Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan
pengadaan obat
berdasarkan kebutuhan Apotek Erra Medika dan
berdasarkan buku defecta atau buku pesanan berdasarkan stok minimum.
b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi yang ada.
c. Sistem atau pengadaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang Apoteker
Pengelola Apotek (APA). APA dan Asisten Apotker (AA) bekerja sama untuk
menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang. Pengadaan atau pemesanan
barang di Apotek Erra Medika biasanya dilakukan pada pagi hari, setiap hari
Senin dan Kamis menggunakan Surat pesanan (SP).Untuk pemesanan cito
disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar.
Pembelian dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab
langsung terhadap APA. Pembelian dan pemesanan obat ditandatangani oleh
apoteker.
Dalam melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi
(PBF), perlu diperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi.
b.
Besarnya potongan harga (diskon) dan tenggang waktu pembayaran.
c.
Pelayanan yang baik, cepat dan tepat waktu.
d.
Kelengkapan dan kualitas barang terjamin.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
37
2.
Penerimaan barang
Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai dengan faktur
sebagai tanda bukti penyerahan barang. Barang -barang yang telah diterima
dari PBF kemudian diperiksa meliputi :
a.
Kesesuaian jenis dan jumlah barang yang dipesan dalam SP (Surat
Pesanan).
b.
Tanggal kadaluwarsa barang.
c.
Spesifikasi obat dan keadaan fisik obat.
Apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan, petugas akan
menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan faktur kopi.
Terdapat empat lembar faktur, faktur yang asli dikembalikan kepada distributor
atau PBF dan kopi faktur disimpan sebagai dokumen untuk apotek dan dicatat
dalam buku. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur
dimana faktur asli akan diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal
pembayaran.
3.
Penyimpanan barang
Penyimpanan barang di apotek dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan
obat generik, kemudian disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO (First In
First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai dengan kartu stok.
Obat dan alat kesehatan disimpan di rak, sedangakan untuk obat yang
membutuhkan suhu rendah segera dimasukkan dalam lemari pendingin.
Penyimpanan obat bebas diletakkan di etalase ruang depan pada bagian OTC.
4.
Penjualan
Penjualan obat di Apotek Erra Medika dilakukan dengan sistem
pembayaran tunai dan kredit. Adapun pelayanan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a.
Pelayanan obat resep dengan pembayaran tunai
Pelayanan atau penjualan obat dengan resep diberikan kepada pasien yang
membeli obat dengan resep secara tunai. Proses pelayanan resepnya adalah :
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
38
1) Apoteker atau asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
diperiksa kelengkapan resepnya dan diberi harga.
2) Setelah pasien setuju dan langsung membayar pada kasir, lalu kasir akan
mencatat alamat pasien di resep.
3) Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh asisten apoteker
yang dibantu oleh juru resep. Obat yang telah selesai dibuat, diberi etiket
kemudian diperiksa kembali oleh apoteker atau asisten apoteker baik
bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan jumlah obat. Obat diberikan
kepada pasien dengan pemberian informasi penggunaan obat kemudian
dicatat alamat pasien, jumlah, dan harga resep ke dalam buku resep.
b.
Pelayanan obat resep dengan pembayaran kredit
Apotek Erra Medika bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam
pelayanan kesehatan, antara lain : Bank Mandiri, PT. Nayaka dan Sudirman
Medical Center. Pelayanan obat dengan resep kredit dilakukan secara gratis.
Klaim pada PT. Nayaka Husada dan Sudiman Medical Center dilakukan 1 bulan
sekali pada awal bulan, sedangkan PT. Mandiri dilakukan dua kali, yaitu pada
awal dan pertengahan bulan. Keuntungan yang didapatkan apotek dari setiap
resep yaitu sekitar 10%. Untuk resep kredit Bank Mandiri pengeluaran obat
dibatasi yaitu sebesar Rp. 55.000/lembar resep, jika melebihi batas maka pasien
harus membayar.
c.
Pelayanan atau penjualan obat bebas
Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa
melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang
termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, dan alat
kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan
kepada konsumen atau pembeli.
d.
Pelayanan Obat Wajib Apotek
Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh
apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
39
3.5.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian
Kegiatan ini meliputi :
1.
Bagian Keuangan
Pada prinsipnya kegiatan keuangan adalah mengelola seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan uang masuk dan uang keluar. Di apotek arus uang
masuk meliputi arus penjualan tunai dan penagihan piutang (penjualan kredit).
Arus uang keluar berupa biaya operasional apotek (listrik, telepon, PAM, gaji
pegawai), pembelian barang secara tunai dan pembayaran rutin untuk pembelian
barang secara kredit. Pada kegiatan keuangan dikenal buku kas dan buku bank.
Buku kas berisi semua pemasukan dan pengeluaran uang dalam bentuk tunai
yang dilakukan setiap hari sedangkan buku bank berisi semua pemasukan dan
pengeluaran melalui bank.
2.
Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi bertugas mencatat serta membukukan seluruh
kegiatan administrasi di apotek yang merupakan unsur penunjang semua
kegiatan di apotek, selain itu dapat juga memberikan data keuangan secara rinci.
Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat
mendadak maupun dalam menyusun rencana jangka panjang.
Pada kegiatan administrasi pembelian, transaksi pembelian dimasukkan ke
dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasarkan faktur pembelian. Transaksi
pembelian kemudian ditampilkan sehingga jumlah barang akan tercatat dan
jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer.
Pada administrasi penjualan harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui
komputer. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah
dibayar, maka stok barang secara otomatis berkurang sesuai dengan transaksi
yang telah dilaksanakan.
3.6
Pengelolaan Psikotropika
Di Apotek Erra Medika, pengelolaan psikotropika secara garis besar
meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pelayanan resep psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
40
1.
Pemesanan Psikotropika
Pembelian psikotropika pada PBF dilakukan dengan surat pesanan
psikotropika. Satu SP boleh lebih dari satu jenis psikotropika. Dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek yang
ditandatangani oleh APA.
2.
Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika
Penerimaan dan penyimpanan psikotropika dilakukan oleh asisten
apoteker yang mempunyai SIK. Psikotropika disimpan di tempat khusus
dalam lemari yang mempunyai kunci yang dipegang oleh AA yang telah
diberi kuasa.
3.
Pelayanan Resep Psikotropika
Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung psikotropika dari
resep asli. Resep yang mengandung psikotropika di simpan terpisah dari
resep lain. Psikotropika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan
psikotropika
setiap
hari
untuk
pembuatan
laporan
penggunaan
psikotropika.
4. Laporan Penggunaan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilaporkan setiap bulan ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Depok dan Balai POM Bandung Jawa Barat
paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada
balai Besar POM dan untuk arsip.
3.7
Pengelolaan Narkotika
Dalam mencegah dan menanggulangi bahaya yang ditimbulkan oleh efek
samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita
kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika maka
pemerintah telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran,
penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika menurut UU No. 35 tahun
2009. Secara garis besar pengelolaan narkotika di Apotek Erra Medika meliputi
pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pelayanan resep narkotika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
41
1. Pemesanan Narkotika
Pembelian narkotika pada PBF dilakukan dengan SP narkotika dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek yang
ditandatangani oleh APA. Satu SP rangkap empat hanya untuk memesan satu
jenis narkotika.
2.
Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika
Penerimaan narkotika dilakukan oleh asisten apoteker yang mempunyai SIK.
Narkotika disimpan di tempat khusus dalam lemari dengan ukuran tertentu
sesuai aturan dan mempunyai kunci yang dipegang oleh asistan apoteker yang
telah diberi kuasa. Lemari ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan obat
atau barang lainnya.
3.
Pelayanan Resep Narkotika
Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung narkotika dari resep
asli. Narkotika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan narkotika
setiap hari untuk pembuatan laporan penggunaan narkotika sesuai jumlahnya.
Resep yang mengandung narkotika harus digaris merah dan disimpan terpisah
dari resep lain.
4.
Laporan Penggunaan Narkotika
Laporan penggunaan narkotika di Apotek Erra Medika dilaporkan setiap
bulan ke instasi yang berwenang paling lambat setiap tanggal 10 setiap
bulannya. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, ditujukan kepada
Dinas Kesehatan Depok dan dan Balai POM Bandung Jawa Barat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
Apotek Erra Medika merupakan apotek yang dikelola atas dasar kerjasama
antara Dra. Alfina Rianti M.Pharm, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dengan Bapak dr. Erlang Setiawan, Sp.PA selaku Pemilik Sarana Apotek
(PSA) yang mempunyai dua ruang gerak, yaitu fungsi pengabdian kepada
masyarakat (non profit oriented) dan fungsi bisnis (profit oriented), dan keduanya
harus berjalan bersamaan. Berkenaan dengan fungsi yang pertama, apotek
berperan
menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya serta
memberi informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Fungsi yang
kedua yaitu sebagai suatu unit usaha yang berhubungan dengan obat serta
perbekalan farmasi lain sebagai komoditi untuk disalurkan kepada masyarakat
sehingga apotek memperoleh pendapatan yang nantinya dikelola untuk membuat
apotek tetap dapat bertahan hidup dan berkembang. Apotek Erra Medika
merupakan apotek klinik yang sudah berdiri sejak 15 tahun yang lalu.
Kepercayaan pelanggan menyebabkan apotek ini mampu bertahan hingga
sekarang.
4.1
Lokasi dan Tata Ruang Apotek
Apotek Erra Medika memiliki tempat lokasi yang strategis, karena berada di
tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dalam dua arah dan mudah dijangkau, dekat
dengan pemukiman masayarakat, dekat dengan RSIA Hermina dan Rumah Sakit
Hasanah Graha Afiah (HGA). Apotek ini berada dalam satu bangunan dengan
klinik Erra Medika yang menjadi sumber utama resep yang diterima oleh Apotek
Erra Medika. Apotek dan Klinik Erra Medika buka setiap hari sehingga mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Di sekitar
Apotek juga terdapat Apotek pesaing antara lain Apotek Tumbuh Sehat, Apotek
Trinitas, Apotek K-24 dan lain-lain, sehingga terkadang resep obat dari berbagai
sarana kesehatan juga terbagi ke berbagai Apotek tersebut. Apotek Erra Medika
memiliki persediaan obat yang cukup lengkap sehingga dapat bertahan sampai
sekarang.
42
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
43
Desain tata letak ruang Apotek Erra Medika secara umum sudah sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu
apotek harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan, keranjang sampah, dan
tempat mendisplai informasi. Apotek Erra Medika juga dilengkapi dengan
fasilitas AC dan TV, ruang apotek, toilet, kasir, kamar mandi, ruang istirahat
karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, dan tempat pencucian atau wastafel
serta halaman parkir yang cukup luas sehingga memberikan nilai tambah untuk
apotek. Apotek Erra Medika belum memiliki ruangan khusus untuk konseling.
Untuk ruang pelayanan resep desainnya berdasarkan lay out tipe L, sangat
membantu petugas untuk menyediakan obat yang dibutuhkan lebih efesien dan
efektif. Lay out dapat dilihat pada lampiran 4. Tata letak yang baik dapat
memberikan pelayanan kefarmasian yang tepat dan cepat. Penataan obat-obat bebas
diletakkan di etalase bagian depan dengan tujuan agar lebih mudah terlihat oleh
pasien yang membutuhkan. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, kemudian disusun secara alphabetic. Obat-obatan selain yang
diperjualbelikan secara bebas disediakan rak atau etalase yang diletakkan di
bagian dalam apotek, hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengambilan
obat.
Penyimpanan obat-obatan di Apotek Erra Medika ditempatkan berdasarkan
jenis sediaan (obat bebas dan obat bebas terbatas, obat keras, narkotika, dan
psikotropika) dan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabet. Obat
bebas dalam bentuk tablet/kapsul dibedakan penyimpanannya dengan obat bebas
dalam bentuk sediaan larutan. Penyimpanan sediaan larutan yang termasuk dalam
produk OTC (over the counter) dibedakan berdasarkan kelas terapi. Penyimpanan
obat bebas diletakkan di etalase terdepan bersama dengan alat kesehatan, produk
bayi dan kosmetik, diurutkan secara rapi dengan memperhatikan estetika warna
dari kemasan sehingga dapat terlihat menarik (eye catching).
Obat ethical diletakkan dalam rak di ruang bagian dalam dan dibedakan
berdasarkan obat generik dan non generik, dan juga menurut bentuk sediaan yang
masing-masingnya disusun secara alfabetis. Untuk mempermudah pencariaan
obat, sebaiknya dibedakan berdasarkan kelas terapi. Obat disimpan sesuai dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
44
spesifikasinya masing-masing, misalnya untuk obat-obatan yang harus disimpan
pada kondisi dingin maka disimpan di kulkas pada suhu tertentu, contohnya
supositoria, injeksi dan juga sediaan kapsul atau tablet yang memang
penyimpanannya didalam kulkas. Kartu stok produk ethical disimpan terpisah dari
sediaan agar penyusunannya terlihat lebih menarik dan tidak terganggu oleh
adanya kartu stok lainnya. Dalam penulisan kartu stok, perlu dibedakan agar
mempermudah pencarian, baik dalam tulisan ataupun warna dari kartu stok itu
sendiri, seperti pada kartu stok untuk golongan psikotropik dan narkotik, dapat
ditulis dengan tinta merah ataupun kartu stok berwarna selain putih, agar
mempermudah pembedaan dan pencariannya. Kartu stok Apotek Erra Medika
dapat dilihat pada lampiran 5.
Apotek Erra Medika memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sesuai
standar suatu apotek, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangundangan, misalnya lemari narkotika, buku standar Farmakope Indonesia, ISO,
MIMS, serta kumpulan peraturan yang berkaitan dengan hukum farmasi dan
perlengkapan administrasi seperti blanko pemesanan obat, buku defekta, buku
penerimaan obat, faktur, kwitansi, dan salinan resep. Resep dan salinan resep Apotek
Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.
4.2
Sumber Daya Manusia
Struktur organisasi Apotek Erra Medika yaitu, apotek berada di bawah
Yayasan Sangkakala yang diketuai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku
Pemilik Modal Apotek, dan sebagai penanggung jawab apotek yaitu Dra. Alfina
Rianti, M.Pharm, Apt serta 3 (tiga) asisten apoteker dan 1 (satu) orang juru resep,
sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan digabung menjadi
satu dengan klinik. Sebaiknya keuangan apotek dan klinik dibuat terpisah untuk
memperjelas perputaran keuangannya. Apotek buka setiap hari mulai dari jam
09.00 – 22.00 WIB dengan 2 (dua) shift. Struktur organisasi dapat dilihat pada
lampiran 8.
Kedisiplinan setiap karyawan di Apotek Erra Medika sudah cukup baik,
jam kerja yang dijalankan sesuai jadwal, karyawan datang dan pulang tepat
waktu. Karyawan yang berhalangan hadir akan memberi kabar terlebih dahulu
dengan alasan yang tepat dan dapat diterima. Hubungan antar karyawan di Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
45
Erra Medika terjalin baik, memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang
tinggi. Hal ini terlihat dari cara karyawan dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya. Pekerjaan yang dilakukan tidak terbatas pada tugas pokok
masing-masing karyawan, tetapi bersifat fleksibel dan saling membantu satu sama
lain. Keterampilan karyawan sudah cukup baik dan cekatan dalam menyelesaikan
suatu masalah yang berhubungan dengan resep dan obat-obatan yang ada di
apotek.
Berkaitan
dengan
pengelolaan
apotek
maka
secara
keseluruhan
pengelolaan Apotek Erra Medika telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 992/MENKES/PER/X/1993 tepatnya
pada pasal 10 sampai dengan pasal 13. Mengacu pada pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka Apotek, maka Apoteker pengelola Apotek dapat
menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pengelola Apotek Erra Medika belum
sepenuhnya memenuhi peraturan tersebut karena tidak dapat hadir setiaap saat,
sehingga diperlukan apoteker pendamping.
Sebagai Apoteker di apotek diharapkan dapat mengendalikan dan
mengawasi seluruh kegiatan di apotek serta dapat memotivasi dan mengkoordinir
setiap pegawai agar dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan
maksimal, sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan pendapatan apotek.
Apoteker diharapkan mampu untuk menjamin peningkatan kualitas hidup manusia
dengan hasil yang optimal melalui pengobatan yang efektif, rasional dan aman.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi dan konsultasi kepada
pasien. Sejauh ini apotek Erra Medika telah berupaya untuk memberikan
pelayanan informasi obat walaupun hanya sebatas penggunaan obat kepada pasien
yang dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker. Kepuasan pelayanan yang
diberikan oleh Apotek Erra Medika diharapkan dapat mempertahankan pelanggan
lama dan menarik pelanggan baru. Pasien merupakan sasaran utama pelayanan
yang dilakukan apotek. Dengan demikian, diperlukan pelayanan yang memuaskan
misalnya memberikan informasi obat atau solusi alternatif obat agar dapat
menumbuhkan kepercayaan pada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
46
4.3
Pengelolaan dan Pelayanan Resep
Pengelolaan resep di apotek dilakukan dengan baik. Semua resep yang
sudah dibuat, disimpan dan diurutkan berdasarkan nomor resep setiap harinya.
Untuk resep narkotika dan resep psikotropika disimpan terpisah. Dicatat pula
informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat dan jumlah
obat yang diberikan pada sistem komputer.
Dalam hal pelayanan apotek, apotek Erra Medika melakukan pelayanan
obat dengan resep, pelayanan/ penjualan obat bebas dan pelayanan obat wajib
apotek. Apotek Erra Medika menerima resep umum dan resep Klinik Erra
Medika. Pertama dilihat persediaan obat yang diminta ada atau tidak kemudiaan
dilakukan skrining resep dan kemudian resep dihargai. Setelah dilakukan skrining
resep, pasien yang tidak cocok dengan harga yang diberikan maka resepnya
dikembalikan dan bila cocok pasien akan melakukan pembayaran, diberi struk
pembayaran sekaligus nomor antrian resep, setelah dilakukan pembayaran maka
obat disiapkan, jika perlu diracik terlebih dahulu. Peralatan meracik yang
digunakan di apotek Erra Medika diantaranya adalah
alat pengisi kapsul,
penyerbuk tablet (Pulverized Machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer.
Peralatan-peralatan ini sangat membantu pegawai dalam penyiapan obat-obat
racikan sehingga dapat meningkatkan mutu dan kecepatan di dalam pelayanan,
namun ada yang perlu diperhatikan mengenai kebersihan alat yang digunakan,
setelah menggunakan alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (Pulverized Machine),
dan alat pengemas serbuk obat/puyer dalam pengerjaan suatu resep hendaknya
dibersihkan terlebih dahulu sebelum alat-alat tersebut digunakan pada pengerjaan
resep selanjutnya. Setelah obat siap, lalu pemberian etiket dan dilakukan
pengecekan akhir oleh asisten apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien.
Untuk obat oral menggunakan etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat yang
ditujukan untuk selain pemakaian oral menggunakan etiket berwarna biru. Pada
saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta nomor antrian,
kemudian obat diserahkan serta diberikan petunjuk penggunaan obat (pelayanan
informasi obat) oleh asisten apoteker. Contoh etiket dan kemasan dapat dilihat
pada lampiran 9 dan Lampiran 10.
Pada etiket harus ditulis secara lengkap nomor resep, tanggal, nama pasien,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
47
dan aturan pakainya. Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak menimbulkan
persepsi yang salah bagi pasien. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas diberi
etiket dan diperiksa kembali kesesuaian obat yang diminta konsumen, jumlah,
kekuatan obat, aturan pakai, penulisan kopi resep, dan kuitansi pembelian oleh
Asisten Apoteker. Pengerjaan resep di apotek dapat dikatakan cukup cepat. Pasien
yang mendapat resep racikan hanya perlu menunggu 10-15 menit dan pasien yang
tidak mendapatkan resep yang memerlukan peracikan hanya perlu menunggu 5-10
menit untuk mengambil obat.
Pada saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta
nomor antrian kemudian obat diserahkan oleh Asisten Apoteker dengan disertai
pemberiaan informasi mengenai indikasi dan cara penggunaan obat.
Pembayaran dilakukan di kasir secara tunai. Apotek juga mengadakan kerja
sama dengan perusahaan asuransi kesehatan seperti Asuransi Bank Mandiri,
Asuransi Sudirman dan Nayaka sehingga pembayaran akan dilakukan asuransi
tersebut kepada pihak Erra Medika pada tempo waktu yang telah disepakati.
4.4
Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi
atau
pengobatan
sendiri
berdasar
PerMenKes
No.919/MENKES/PER/ X/1993 adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala
penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Lebih dari 60% dari
masyarakat melakukan swamedikasi dan 80% di antaranya mengandalkan obat
modern. Meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya arti sehat, serta mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh
pasien merupakan penyebab meningkatnya praktik swamedikasi. Akibatnya,
penggunaan obat bebas maupun obat bebas terbatas oleh masyarakat juga semakin
meningkat.
Apotek Erra Medika melayani pelayanan obat tanpa resep dokter, yaitu
obat bebas dan obat bebas terbatas. Tidak adanya tenaga kefarmasian (Asisten
Apoteker maupun Apoteker) berada di tempat serta memiliki pengetahuan dan
ketrampilan klinis dalam menanggapi gejala penyakit, termasuk ketrampilan
berkomunikasi sehingga menjadi hambatan bagi Apotek Erra Medika untuk
melakukan swamedikasi kepada pasien yang membeli obat tanpa resep dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
48
Sebelum melakukan pembayaran obat tanpa resep, pembeli diberikan satu
lembar bon kontan untuk dibayar di kasir. Bon kontan sebaiknya di tulis dalam
dua rangkap sehingga apotek dan pasien sama-sama memiliki arsip. Contoh Bonkontan pembelian obat dapat dilihat pada lampiran 11.
4.5.
Pembelian dan Pengadaan Barang
Pemesanan dapat dilakukan secara langsung ketika karyawan Pedagang
Besar Farmasi (PBF) datang ke apotek ataupun melalui telepon. Pengadaan
barang hanya dilakukan melalui pembelian dan pemesanan barang pada Senin dan
Kamis. Pembelian dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab
langsung terhadap Apoteker Pengelola Apotek (APA). Jika ada obat yang bersifat
mendesak (cito) atau bersifat fast moving mendadak habis persediaannya apotek
Erra Medika tidak melakukan pemesanan di luar hari tersebut (Senin dan Kamis)
melalui pembelian langsung. Cara pemesanan ini kurang efektif karena sering kali
terjadi kekosongan obat yang dikarenakan pengiriman dari PBF terlambat atau
kurang terkontrolnya stok pengaman (buffer stock). Surat pemesanan obat non
narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada lampiran 12.
Setiap pekerjaan yang dilakukan harus ada fungsi pengawasan dan
pengendalian sedini mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang berlarut-larut. Jika
rencana yang telah ditetapkan terjadi penyimpangan maka perlu diambil tindakan
pencegahannya. Untuk mengendalikan suatu apotek, maka setiap saat perlu
diadakan pengawasan terhadap kas, resep-resep, perbekalan farmasi, laporan
perbekalan serta biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Pemilik Sarana Apotek dan
APA juga bertugas untuk mengawasi dan menilai prestasi kerja setiap staf atau
karyawan.
Untuk pembelian resep Narkotika dilakukan pada PBF Kimia Farma sesuai
peraturan yang berlaku. Surat Pesanan narkotika ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIKA, SIA dan stempel apotek. Hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan pemesanan obat antara lain stok minimum dan
maksimum barang, waktu tunggu (lead time), stok pengaman (buffer stock) dan
parameter lain sehingga waktu pemesanan tepat dan tidak terjadi stok kosong
ataupun stok mati. Surat pemesanan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada
lampiran 13 dan lampiran 14.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
49
Barang pesanan yang datang akan dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan antara barang yang datang dengan daftar barang yang dipesan di
buku pemesanan dan dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merk,
jumlah, harga satuan, jumlah harga per barang dan jumlah harga keseluruhan obat
yang tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, faktur
ditandatangani oleh petugas apotek dan distempel dengan cap apotek. Faktur yang
asli dikembalikan kepada distributor atau PBF yang bersangkutan dan copy
fakturnya disimpan sebagai dokumen untuk apotek dan dicatat dalam buku dan
komputer. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur
dimana faktur asli diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal
pembayaran. Pembayaran biasanya dilakukan pada tanggal 10 dan 20. Contoh
kwitansi pembayaran pada lampiran 15. Jika penerimaan obat telah selesai
dilakukan, obat diletakkan pada etalase atau lemari obat sesuai dengan jenis
obatnya. Contoh faktur Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 16.
Apotek Erra Medika tidak mempunyai gudang, data barang-barang yang
masuk dimasukkan ke dalam stok di komputer dan kartu stok secara manual yang
disimpan dalam rak penyimpanan dokumen. Pada ruang racik terdapat lemari dan
rak untuk menyimpan obat dimana penyimpanan obat berdasarkan FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expire First Out) artinya obat yang masuk terlebih
dahulu dan obat yang memiliki waktu kadaluarsa (expire date) lebih dekat akan
dikeluarkan terlebih dahulu, sehingga mengurangi terjadinya obat rusak dan
kadaluarsa. Stok opname apotek Erra Medika dilakukan setiap sebulan sekali.
4.6
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
Resep narkotika dan psikotropika pengerjaannya sama seperti pengerjaan
resep umumnya, namun terdapat hal-hal yang penting untuk diperhatikan yaitu,
pada saat penerimaan resep, resep diperiksa secara teliti keaslian/kebenarannya,
resep tidak boleh berupa copy resep dari apotek lain, tidak boleh diberikan copy
resep kepada pasien kecuali untuk resep yang belum habis ditebus dan harus
ditebus kembali di apotek yang sama, resep tidak boleh di iter (diulang), resep
diberi tanda berupa garis merah pada narkotika/ psikotropika dan resep dipisahkan
secara khusus serta dimasukkan dalam catatan harian narkotika dan psikotropika
untuk kemudian dibuatkan laporan bulanan narkotika dan psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
50
Psikotropika dan narkotika disimpan di lemari khusus yang terdiri dari dua
susun lemari, pintu dan kunci yang berbeda-beda. Dimana lemari psikotropika
terletak diatas dan narkotika dibawah, lemari narkotik terdiri dari dua pintu, satu
bagian untuk menyimpan persediaan narkotika, dan satu bagian yang lain untuk
menyimpan narkotika untuk keperluan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kemudahan bagi petugas apotek, bahwa golongan obat ini berbeda
dari obat dalam (ethical) lainnya, sehingga meningkatkan kewaspadaan mereka
agar berhati-hati dalam memilihkan atau memberi obat tersebut, karena obat
tersebut tidak boleh diserahkan tanpa resep dokter. Lemari khusus penyimpanan
narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada Lampiran 17.
Resep-resep yang masuk tersebut disimpan dan dikelompokkan setiap
bulannya berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan
nomornya. Nomor resep yang mengandung narkotika dan psikotropika,
dipisahkan untuk mempermudah penyusunan laporan ke instansi yang berwenang.
Administrasi Pelaporan dan Pencatatan Apotek Erra Medika bergabung
dengan Klinik Erra Medika, sehingga apotek
hanya melakukan pelayanan
kefarmasian di mana di dalamnya melakukan pemesanan, penyimpanan,
peracikan serta penyampaian obat kepada pasien. Laporan yang dibuat pun hanya
sebatas kegiatan tersebut, tidak melakukan laporan keuangan yang berkaitan
dengan penjualan dan pembayaran hutang dagang, neraca keuangan, laporan labarugi, pembelian, karena laporan tersebut telah dilakukan oleh bagian administrasi
dan keuangan.
Apoteker melakukan tugas kefarmasian meliputi pengawasan yang
berkaitan dengan kegiatan apotek dan membuat laporan penggunaan narkotika &
psikotropika serta obat generik. Dalam pelaporan narkotika dan psikotropika,
apoteker di Apotek Erra Medika dibantu oleh seorang asisten apoteker yang
bertanggung jawab untuk mendata narkotika dan psikotropika yang telah
digunakan setiap periodenya. Pembuatan laporan penggunaan narkotika &
psikotropika serta obat generik dilakukan setiap bulan yang ditujukan kepada
instansi yang berwenang. Contoh pelaporan obat golongan narkotika dan
psikotropika dapat di lihat pada lampiran 18 dan lampiran 19. Arsip kegiatan
lainnya yaitu membuat laporan penggunaan obat setiap bulannya untuk dilaporkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
51
ke bagian administrasi dan keuangan. Laporan penggunaan narkotika,
psikotropika dapat dilihat pada lampiran 20 dan lampiran 21.
4.7
Pengelolaan Administrasi Keuangan
Pengelolaan keuangan menyangkut kelangsungan jalannya apotek. Semua
kegiatan dan keuangan apotek dicatat pada laporan harian secara rinci dan jelas
sehingga mempermudah pembuatan laporan setiap bulan dan juga laporan
tahunan. Laporan ini kemudian disimpan sebagai arsip dan juga disampaikan
kepada pemilik sarana apotek (PSA).
Pembayaran barang kepada PBF dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 tiap
bulannya. Penagihan pembayaran kepada pihak asuransi dilakukan sesuai
kesepakatan. Untuk Asuransi Bank Mandiri, sebulan dilakukan sebanyak dua kali,
penagihan tengah bulan dan akhir bulan. Untuk Asuransi lainnya, yaitu Asuransi
Nayaka dan Sudirman, penagihan dilakukan di awal bulan.
4.8 Pengelolaan Kartu Stok
Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek
Erra Medika memiliki kartu stok yang terdapat di set\iap kotak penyimpanan obat
(blanko kartu stok obat di Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 13).
Pada kenyataannya, kartu stok ini kurang digunakan dengan baik sehingga sering
terjadi kekosongan obat dan dokumentasi expired date suatu obat menjadi tidak
terkontrol. Dengan memanfaatkan kartu stok, pengelolaan obat dapat dilakukan
dengan lebih baik sehingga tidak perlu terjadi penolakan resep akibat kekosongan
barang dan jumlah obat yang telah expired dapat terkontrol.
4.8
Pengelolaan Kartu Stok
Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek
Erra Medika memiliki kartu stok yang terdapat di setiap kotak penyimpanan obat).
Pada kenyataannya, kartu stok ini kurang digunakan dengan baik seatu obat
menjadi tidak terkontrol. Dengan memanfaatkan kartu stok, pengelolaan obat
dapat dilakukan dengan lebih baik sehingga tidak perlu terjadi penolakan resep
akibat kekosongan barang dan jumlah obat yang telah expired dapat terkontrol.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan tugasnya
memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian dan
berwenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan mutu
pelayanan apotek dan manajemen apotek serta menjamin penggunaan
obat yang rasional.
2. Pengelolaan teknis kefarmasian di apotek meliputi kegiatan peracikan,
pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya serta pelayanan informasi mengenai perbekalan
farmasi, sedangkan pengelolaan non-teknis kefarmasian tersebut
meliputi
semua
kegiatan
administrasi,
keuangan,
keuangan,
personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan
lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.
5.2
Saran
1.
Untuk dapat menjalankan tugas apoteker secara optimal sesuai
peraturan pemerintah, maka sebaiknya apotek memiliki Apoteker
Pendamping.
2.
Agar persediaan obat dan waktu kadaluarsa obat dapat lebih diawasi
sehingga tidak terjadi kekosongan obat, maka penggunaan kartu stok
obat harus lebih ditingkatkan.
52
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (1997). Surat Edaran Direktorat
Jenderal POM Nomor 336/E/SE/1997 Tentang Narkotika. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan
Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan RI .(2002). Keputusan Menteri No. 1332/MENKES/
SK/X/2002 Tentang Perubahan tanAtas Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/
Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Umar, Muhammad. (2007). Manajemen Apotek Praktis cetakan kedua. Jakarta:
Nyohoka Brothers.
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. (2009). Jakarta.
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. (1997). Jakarta
53
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
54
Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Erra Medika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
55
Lampiran 2. Desain Eksterior Apotek Erra Medika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
56
Lampiran 3. Desain Interior Apotek Erra Medika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
57
Lampiran 4. Denah Ruangan Apotek Erra Medika
1.
2a.
2b.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Keterangan :
Tempat tunggu pasien
Pintu masuk apotek
Pintu masuk klinik
Etalase OTC
Lemari OTC
Lemari penyimpanan obat tablet &
kapsul bermerek
Meja AA
Lemari penyimpanan obat sediaan
oral cair & alkes
Lemari penyimpanan obat generik,
sediaan semisolid, sediaan steril
cair (tetes mata, tetes telinga)
Wastafel
Lemari Narkotika & Psikotropika
Kulkas penyimpanan obat
12. Tempat membungkus pulveres
13. Meja peracikan & rak penyimpanan
obat-obat untuk racikan
14. Rak penyimpanan obat-obat untuk
racikan
15. Meja pengecekan harga obat
(komputer)
16. Ruang Administrasi PBF Erra
Medika
17. WC
18. Laboratorium
19. Musolah
20. Kasir
21. Ruang Praktek dokter
22. Tangga ke lantai 2
23. Meja keamanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
58
Lampiran 5. Kartu Stok
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
59
Lampiran 6. Contoh Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
60
Lampiran 7. Salinan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
61
Lampiran 8. Struktur Organisasi Apotek Erra Medika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
62
Lampiran 9. Etiket Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
63
Lampiran 10. Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
64
Lampiran 11. Bon Kontan Pembelian Obat Tanpa Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
65
Lampiran 12. Surat Pemesanan Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
66
Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
67
Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
68
Lampiran 15. Kuitansi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
69
Lampiran 16. Faktur Pembelian Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
70
Lampiran 17. Lemari Narkotika & Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
71
Lampiran 18. Contoh Laporan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
72
Lampiran 19. Contoh Laporan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
73
Lampiran 20a. Laporan Penggunaan Narkotika
Lampiran 20b. Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LABEL INFORMASI OBAT
SEDIAAN SELAIN SEDIAAN PADAT ORAL
DI APOTEK ERRA MEDIKA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ERRA MEDIKA
PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far
1206329985
APOTEKER LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1.2. Tujuan ..............................................................................................
1
1
2
2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1. Definisi Informasi Obat ....................................................................
2.2. Langkah-Lngkah dalam Penyerahan Obat .......................................
2.3. Peran Apoteker dalam Proses Penyerahan Obat ..............................
2.4. Informasi Obat yang Perlu Diketahui ..............................................
2.5. Sumber Informasi Obat ....................................................................
3
3
3
7
8
11
3. METODOLOGI PENGKAJIAN ........................................................... 12
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 12
3.2. Metode Pengkajian ........................................................................... 12
4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 13
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 18
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 18
5.2. Saran ................................................................................................. 18
DAFTAR REFERENSI ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Informasi Obat...................................................................... 20
iii
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting
karena diperlukan dalam upaya kesehatan, selain untuk menghilangkan
gejala/simptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan
obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Kerasionalan penggunaan obat menjadi
penting untuk diperhatikan karena berdampak pada status kesehatan seseorang.
Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan
kesehatan karena kemungkinan terjadinya dampak negatif (Penggunaan Obat
yang Rasional, 2011). Satu diantara penyebab ketidakrasionalan penggunaan obat
adalah kurangnya informasi yang diberikan oleh apoteker mengenai obat yang
dikonsumsi oleh pasien.
Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
disebutkan bahwa setiap konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Untuk kategori produk
obat, ini berarti bahwa konsumen atau pasien berhak atas informasi yang benar,
jelas dan jujur mengenai obat yang dikonsumsinya. Dengan mengetahui informasi
penting terkait obat yang akan digunakan, maka konsumen atau pasien dapat
mengetahui dengan pasti tujuan penggunaan dan hal-hal lain yang terkait dengan
obat yang sedang diminum (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2008).
Sebagai pelaku pelayanan kesehatan, apoteker wajib secara moral dan
hukum berada dalam posisi yang terbaik untuk memberikan informasi yang cukup
dan dapat dimengerti tentang obat yang digunakan oleh pasien untuk
memaksimalkan hasil terapi dan mengatasi masalah yang mungkin timbul selama
terapi. Apoteker memegang peranan yang vital dalam pemberian informasi karena
apoteker merupakan petugas terakhir yang menyerahkan obat kepada pasien.
Informasi yang diberikan oleh apoteker haruslah benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2004). Layanan informasi obat di apotek, selain menjadi
1
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
2
tuntutan profesionalisme seorang apoteker juga dapat dilihat sebagai faktor yang
menarik minat konsumen terhadap pembelian obat di apotek.
Informasi yang diberikan antara lain mengenai cara menggunakan obat,
lama penggunaan obat, waktu penggunaan / konsumsi obat, penyimpanan yang
baik, dan efek samping yang sering dihadapi. Jika penderita patuh pada instruksi
dari dokter dan apoteker, maka keberhasilan terapi dapat diperoleh, namun jika
obat disalah digunakan karena ketidaktahuan atau informasi yang tidak cukup,
dapat mengkibatkan bahaya atau pengobatan yang tidak efektif bagi pasien.
Masalah yang sering dihadapi oleh pasien ketika pemberian informasi adalah
sulitnya mengingat semua informasi yang diberikan oleh apoteker. Hal ini dapat
diatasi dengan pemberian informasi secara lisan dan tertulis berupa label yang
berisikan informasi yang diperlukan dalam penggunaan obat. Dalam rangka
realisasi perencanaan pemberian label tersebut maka penulis melakukan
pendataan pelabelan informasi ini diharapkan dapat mendukung dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.
1.2
Tujuan
Pendataan dan pelabelan informasi tambahan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui informasi tambahan yang harus diberikan kepada pasien yang
menggunakan obat sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Informasi Obat (Siregar dan Kumolosasi, 2006)
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan
secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan
farmakoterapi obat.
Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada
pengetahuan seperti nama kimia; struktur dan sifat-sifat; identifikasi; indikasi
diagnostik atau indikasi terapi; mekanisme kerja; waktu mulai kerja dan durasi
kerja; dosis dan jadwal pemberian; dosis yang direkomendasikan; absorpsi;
metabolisme; detoksifikasi; ekskresi; efek samping dan reaksi merugikan;
kontraindikasi; interaksi; harga; keuntungan; tanda; gejala; dan pengobatan
toksisitas; efikasi klinik; data komparatif; data klinik; data penggunaan obat; dan
setiap informasi lain yang berguna dalam diagnosis dan pengobatan pasien.
2.2 Langkah-Langkah dalam Penyerahan Obat (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2009)
Menurut WHO, pengobatan yang rasional adalah suatu keadaan di mana
pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dengan
dosis, cara pemberian dan durasi yang tepat, dengan cara sedemikian rupa
sehingga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan dan dengan
biaya yang paling terjangkau bagi mereka dan masyarakat pada umumnya. Bila
definisi WHO tersebut diterjemahkan, maka “meningkatkan kepatuhan” berarti
bahwa pemberian pengobatan sebaiknya disertai dengan informasi yang memadai,
karena informasi obat dan pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses terapi rasional. Umumnya dokter dianggap merupakan pemegang
keputusan terakhir dalam suatu proses terapi, namun dalam hal penggunaan obat,
apoteker dan asisten apoteker merupakan petugas terakhir yang menyerahkan obat
kepada pasien. Proses penyerahan obat seringkali diabaikan oleh para penyusun
kebijakan di bidang kesehatan selama pengembangan proses pemberian pelayanan
kesehatan. Proses ini biasanya dianggap kurang penting dibandingkan proses
3 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
4
diagnosis, pengadaan, kontrol penyimpanan dan distribusi. Kelalaian ini sangat
merugikan karena proses penyerahan obat yang tidak tepat dan tidak terkontrol
dapat menimbulkan dampak buruk bagi sistem pemberian pelayanan kesehatan.
Semua proses yang telah dilakukan hingga penentuan obat oleh dokter untuk
pasien akan menjadi tidak berguna bila proses penyerahan obat tidak dapat
menjamin ketepatan pemberian obat yang benar kepada pasien, yaitu tepat
dalam dosis dan jumlah yang efektif. Pemberian informasi tersebut disertai dengan
instruksi yang jelas dan penyimpanan obat dalam kemasan yang menjamin
kestabilan obat.
Petugas penyerah obat merupakan orang terakhir yang berkomunikasi
dengan pasien sebelum obat digunakan, maka proses penyerahan obat disertai
informasi merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan penggunaan
obat yang tepat. Dengan demikian, proses ini sebaiknya dimengerti oleh setiap
pelaku proses penyerahan obat. Dalam proses penyerahan obat, ada delapan
langkah penting yang sebaiknya dilakukan untuk menjamin terlaksananya
penyerahan obat yang benar kepada pasien. Setiap langkah membawa tanggung
jawab dan atau pertimbangan yang penting untuk dilakukan. Dalam hal ini,
diasumsikan bahwa pemberi resep telah melakukan diagnosis yang benar serta
memilih obat yang benar dan regimen yang tepat, serta pasien mempunyai akses
terhadap apotek. Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Petugas penyerah obat menerima resep yang benar dari pasien atau pemberi
resep (secara tertulis atau lisan) dan melakukan pengkajian resep terhadap
antara lain :
a.
Orisinalitas (keaslian resep)
b.
Jika diperlukan komunikasi dengan pemberi resep untuk resep yang
meragukan dan tidak jelas
2. Petugas peyerah obat membaca resep dengan benar dan memeriksa ketepatan
instruksi yang tertulis pada resep terhadap :
a.
Nama obat
b.
Dosis, cara dan lama pemberian
c.
Ketersediaan obat
Petugas penyerah obat kemudian mencari obat di tempat penyimpanannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
5
3. Obat yang diresepkan tersedia dalam kondisi layak pakai (tidak kadaluarsa
atau rusak). Petugas penyerah obat sebaiknya :
a.
Menjamin obat disimpan pada tempat yang benar
b.
Memeriksa tanggal kadaluarsa dan melakukan proses FIFO (First In
First Out)
c. Melakukan proses periksa dan periksa ulang (jika memungkinkan)
terhadap ketepatan nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat yang
diberikan
4. Petugas penyerah obat sebaiknya memiliki pengetahuan obat dan cara
penggunaan obat yang tepat dan dapat pula melakukan hal berikut :
a.
Penyiapan obat dengan tepat
b.
Pengecekan kembali terhadap jenis obat dan dosis
5. Petugas penyerah obat sebaiknya mengkomunikasikan kepada pasien cara
yang tepat untuk menggunakan obat melalui informasi mengenai :
a.
Etiket obat yang mencantumkan informasi mengenai nama pasien, nama
obat, petunjuk penggunaan obat, tanggal pemberian obat, identitas
pemberi resep, dan identitas petugas penyerah obat
b.
Instruksi berupa simbol untuk pasien yang buta huruf
c.
Pemberian label/etiket informasi tambahan untuk obat
6. Pasien mengerti terhadap instruksi dari petugas penyerah obat. Petugas
penyerah obat sebaiknya :
a.
Mengulang secara lisan, instruksi yang tertulis pada etiket, jika
memungkinkan dalam bahasa yang jelas dan lugas, yang dimengerti oleh
pasien
b.
Meminta pasien untuk mengulang instruksi yang diberikan
c.
Menekankan kebutuhan terhadap adanya kepatuhan
d.
Menginformasikan peringatan dan perhatian terkait penggunaan obat
e. Memberikan perhatian khusus terhadap kondisi tertentu seperti wanita
hamil, pasien yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran,
buta huruf, anak dan pasien lansia dan pasien yang mendapatkan lebih
dari satu jenis obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
6
7.
Meyakinkan pasien untuk mematuhi instruksi dari terapi
Untuk meningkatkan kepatuhan, pemberian obat sebaiknya disertai
dengan pemberian informasi yang memadai. Komunikasi dengan pasien atau
keluarganya seringkali menemui hambatan, sehingga pasien gagal untuk
mengikuti petunjuk pengobatan. Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab
kegagalan yang telah teridentifikasi :
a.
Ada kesenjangan antar pemberi dan penerima informasi, baik dalam
penggunaan bahasa, cara penuturan, ataupun cara pendekatan
b.
Waktu untuk memberikan informasi terbatas
c.
Pemberi informasi tidak berhasil menarik perhatian atau keterbukaan
pasien / keluarganya
d. Informasi yang diberikan tidak diartikan secara benar, atau tidak
dimengerti
e.
Petunjuk yang diberikan tidak dipahami
f.
Petunjuk yang diberikan tidak disepakati
g.
Petunjuk yang diberikan tidak dapat dilaksanakan
h.
Petunjuk diberikan secara tidak lengkap
i.
Hal-hal yang sebaiknya dikerjakan terlupa
j.
Pasien tidak suka diajak berdiskusi
k.
Pasien / keluarga merasa sudah mengetahui
l.
Keyakinan pasien / keluarganya sulit diubah
Tidak tersampaikannya informasi secara baik, mutlak menjadi
tanggung jawab apoteker atau petugas penyerah obat lainnya, walaupun
hambatannya mungkin ada di pihak penerima. Untuk itu, perlu diwaspadai
kemungkinan adanya hambatan di atas agar dapat diantisipasi.
8. Petugas penyerah obat melakukan pendokumentasian terhadap langkah yang
dilakukan, yaitu :
a.
Memasukkan detil informasi pada profil pengobatan pasien
b.
Memasukkan data resep
c.
Melengkapi data inventori
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
7
2.3 Peran Apoteker dalam Proses Penyerahan Obat (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2009)
Apoteker mempunyai fungsi yang penting dalam sistem pelayanan
kesehatan dalam hal :
1 . Pengadaan
Apoteker memastikan tersedianya obat dengan kualitas yang baik pada saat
diperlukan.
2. Distribusi
Apoteker memindahkan obat dengan aman kemanapun obat akan diberikan,
memastikan kondisi perjalanan dan penyimpanan obat tidak mempengaruhi
kondisi obat.
3. Peresepan
Apoteker sering diminta untuk memberikan obat bebas atau obat bebas
terbatas untuk membantu pasien melakukan swamedikasi.
4. Monitoring
Apoteker perlu melakukan monitoring terhadap terapi jangka panjang
pasien penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan asma.
Peran lain dari apoteker adalah melakukan :
1. Komunikasi dengan dokter dalam melakukan konfirmasi resep atau
menjawab pertanyaan.
2. Mematuhi standar terapi. Apoteker bertanggung jawab untuk memastikan
kepatuhan resep terhadap standar terapi terutama untuk regimen yang sifatnya
kompleks seperti terapi kanker.
3. Penelitian terhadap pola peresepan dan penggunaan obat. Apoteker memiliki
posisi yang strategis dalam melakukan monitor dan evaluasi terhadap
peresepan dan penggunaan obat.
4. Edukasi pasien. Pada umumnya, apoteker dipercaya oleh pasien dan dapat
memberikan saran yang dihargai oleh pasien serta melakukan edukasi pada
pasien secara individual atau edukasi kepada kelompok pasien dengan
penyakit tertentu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
8
2.4 Informasi Obat yang Perlu Diketahui (Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 2008)
Obat adalah suatu bahan yang sangat berpotensi bila digunakan dengan
tepat, karena obat dapat mencegah, menyembuhkan penyakit atau mengatasi
masalah kesehatan. Dengan menggunakannya secara tepat, bisa didapatkan
manfaat yang optimal dari obat. Penggunaan obat yang tepat, dimulai antara
lain dengan mematuhi semua informasi yang tertera pada kemasan obat atau
aturan pakai yang dituliskan oleh apotek. Jika masih kurang atau belum
dapat memahaminya, konsumen berhak untuk meminta informasi obat kepada
apotek atau kepada Pusat Informasi Obat yang memberikan layanan informasi
kepada mayarakat luas seperti PIO Nas Badan POM (Pusat Informasi Obat
Nasional Badan POM), karena informasi obat merupakan hak konsumen,
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang perlindungan konsumen.
Agar dapat memperolah manfaat obat secara optimal dan dapat terhindar
dari efek samping yang tidak diinginkan, pada saat membeli obat di apotek,
konsumen berhak mendapatkan informasi mengenai hal-hal berikut :
1.
Nama dagang dan nama generik obat
Nama dagang adalah nama obat yang diberikan oleh pabrik,
sedangkan nama generik adalah nama obat sesuai dengan nama kandungan
zat berkhasiatnya. Beberapa obat dengan nama dagang yang berbeda dapat
mempunyai nama generik yang sama karena mengandung zat berkhasiat yang
sama. Biasanya harga obat dengan nama generik lebih murah daripada obat
dengan nama dagang. Informasi nama generik dari obat yang ingin dibeli
dapat ditanyakan kepada apoteker.
2.
Tujuan penggunaan atau indikasi obat
Indikasi adalah suatu keadaan (kondisi penyakit) dimana obat perlu
digunakan. Misalnya, indikasi dari obat golongan antibiotik adalah keadaan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sementara itu pada keadaan infeksi
yang disebabkan oleh virus, tidak diperlukan antibiotik.
3.
Kekuatan dan dosis
Kekuatan obat adalah jumlah kandungan obat yang berkhasiat.
Sedangkan dosis obat adalah jumlah dan frekuensi obat yang harus diminum
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
9
atau digunakan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya obat-obat golongan
antibiotik untuk orang dewasa sering diberikan dengan kekuatan 500 mg dan
dengan dosis sehari tiga kali satu tablet.
4. Efek samping yang timbul dan bagaimana upaya penanganan efek samping
tersebut
Pada dasarnya, semua obat memiliki efek samping. Namun efek
samping bersifat individual, artinya bahwa efek samping belum tentu terjadi
pada semua pasien. Efek tersebut bisa mulai dari yang bersifat ringan seperti
sakit kepala atau gatal-gatal maupun bersifat berat seperti gangguan denyut
jantung. Untuk obat yang sama, efek samping yang muncul pada pasien
pertama belum tentu muncul juga pada pasien kedua. Untuk itu, risiko
timbulnya efek samping, tidak perlu membuat konsumen menjadi cemas
untuk
minum
obat
karena
setiap
penggunaan
obat
harus
sudah
mempertimbangkan manfaat risiko obat. Informasi mengenai perbandingan
manfaat dan risiko obat serta kemungkinan efek samping dari obat yang
diminum dan tindakan apa yang harus dilakukan jika timbul efek samping
dapat ditanyakan kepada apoteker.
5.
Interaksi obat tersebut dengan obat lain atau dengan makanan
Beberapa obat tertentu boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat
lain, namun juga ada beberapa obat yang perlu dikonsumsi terpisah beberapa
jam dari obat lain. Beberapa makanan juga dapat mempengaruhi khasiat dari
obat yang diminum, misalnya makanan dengan kandungan kalium yang tinggi
dapat
mempengaruhi kegunaan dari obat
yang dapat
menimbulkan
peningkatan kadar kalium dari darah, seperti misalnya obat yang tergolong
diuretik hemat kalium. Dengan demikian, pasien yang sedang minum obat
yang mengandung spironolakton, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan
ya n g kaya kalium seperti pisang. Informasi tentang obat lain atau makanan
yang harus dihindari pada saat penggunaan obat tertentu dapat ditanyakan pada
apoteker.
6.
Lama penggunaan obat dan hasil yang diharapkan dari obat
Obat harus diminum dalam jangka waktu tertentu hingga dicapai
kondisi yang diinginkan. Misalnya obat untuk mengatasi penyakit diabetes
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
10
perlu diminum secara teratur hingga dapat terkontrol kadar gula darah pada
interval kadar gula darah yang normal.
7.
Waktu yang baik untuk minum obat
Beberapa obat akan lebih baik efeknya apabila diminum pada malam
hari karena dapat menyebabkan kantuk. Beberapa obat lainnya justru akan
lebih baik diminum pada pagi hari seperti vitamin atau diuretik. Ada pula
obat yang lebih baik diminum setelah makan karena sifat iritasi terhadap
lambung. Sebaliknya ada obat yang lebih baik diminum sebelum makan
karena perut dalam keadaan kosong dapat meningkatkan penyerapan obat.
8.
Cara penyimpanan obat
Umumnya cara penyimpanan obat yang paling sesuai adalah dengan
disimpan pada suhu kamar, terlindung dari lembab, dan cahaya matahari
langsung. Namun ada juga obat yang harus disimpan pada lemari es. Cara
penyimpanan obat yang sesuai sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas
obat, sehingga mutu obat tetap terjamin. Selain itu obat harus disimpan di
tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak. Penyimpanan obat secara
umum adalah :
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label / kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak
9.
Tindakan yang diambil jika lupa minum obat
Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat. Lalu dosis
berikutnya diminum sesuai jadwal biasanya. Hal ini dilakukan jika waktu
teringat tidak berbeda jauh dari jadwal sebenarnya. Tetapi jika baru teringat
saat mendekati dosis berikutnya, abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke
jadwal selanjutnya sesuai dengan aturan pakai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
11
2.5 Sumber Informasi Obat (Siregar dan Kumolosasi, 2006)
Sumber dari informasi obat meliputi :
1.
Tenaga kesehatan
Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain.
2.
Pustaka
Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori :
a. Pustaka primer
Sumber pustaka primer adalah karya orisinil yang dipublikasikan atau
tidak dipublikasikan yang memperkenalkan pengetahuan baru atau
peningkatan pengetahuan tentang suatu subjek. Sumber-sumber ini
mencakup hasil penelitian dan laporan kasus, demikian juga studi evaluasi
dan laporan deskriptif. Pustaka primer memberi landasan untuk pustaka
sekunder dan tersier.
b. Pustaka sekunder
Sumber pustaka sekunder menguraikan berbagai abstrak dan sistem
penelusuran untuk pustaka primer dan digunakan untuk menemukan
artikel pustaka primer. Informasi yang diperoleh dari pustaka sekunder
jarang digunakan tersendiri untuk keputusan klinik.
c. Pustaka tersier
Sumber pustaka tersier biasanya adalah buku teks atau referensi umum.
Sumber-sumber ini menyoroti data yang diterima secara luas dari pustaka
primer, mengevaluasi informasi ini, dan mempublikasikan hasil. Sumber
pustaka tersier mencakup buku teks atau data base, artikel kajian,
kompendia, dan pedoman praktis.
3.
Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan merupakan
sarana penunjang yang mempengaruhi kualitas sumbet informasi obat.
4.
Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, pusat informasi obat, pendidikan tinggi
farmasi, organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pendataan obat-obat dan pelabelan informasi tambahan yang diperlukan
dalam penggunaan obat dilakukan di Apotek Erra Medika selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung pada periode 17 Juni – 12 Juli Dan 29
Juli - 16 Agustus 2013. Semua obat selain sediaan padat oral yang tersedia di
Apotek Erra Medika baik obat keras ataupun obat - obat OTC didata guna
mengetahui informasi apa yang diperlukan untuk diberitahukan kepada pasien.
3.2 Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian pelabelan informasi tambahan
yang diperlukan saat penyerahan obat adalah melalui penelusuran literatur (studi
pustaka). Pustaka yang digunakan untuk menyusun kajian bersumber dari :
1.
rd
Medication Teaching Manual 3 Edition
2.
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008
3.
Drug Information Handbook 21th Edition
4.
MIMS 12th Edition
Dari pustaka yang digunakan tersebut dilakukan pelabelan informasi untuk
masing-masing obat sehingga memudahkan apoteker atau asisten apoteker ketika
akan menyerahkan obat kepada pasien.
12
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam pelayanan kesehatan penggunaan obat merupakan hal yang sangat
krusial dalam pengobatan penyakit. Dengan demikian, obat yang diberikan harus
tepat, yaitu tepat penyakit, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pakai, tepat
pasien. Kalau tidak tepat melakukannya, obat tidak akan memberikan efek yang
diharapkan dan
bahkan membahayakan jiwa
pasien.
Seorang apoteker
berkewajiban untuk menjamin pasien yang berkunjung ke apotek mengerti dan
memahami serta mematuhi cara menggunakan obat sehingga diharapkan
penggunaan obat secara rasional dapat ditingkatkan. Satu diantara komponen
dalam penggunaan obat yang rasional adalah tersedianya informasi yang
memadai mengenai obat yang dikonsumsi dari segi dosis, cara pakai, efek
samping yang mungkin terjadi, perhatian, dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat
berdasarkan UU Konsumen (UU No. 8/1999) dimana
konsumen
berhak
memperoleh informasi mengenai produk yang digunakan dan merupakan hak
konsumen untuk menuntut bila tidak diberikan.
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif dan terkini
oleh apoteker kepada pasien dan masyarakat yang membutuhkan. Tujuan
informasi obat adalah memperoleh keberhasilan terapi, memaksimalkan efek
terapi dan meminimalkan resiko efek samping. Manfaat pelayanan informasi bagi
apoteker adalah menjaga citra profesi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan,
mewujudkan pelayanan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi, menghindari
medication error dan pelayanan untuk menarik pelanggan dalam upaya
memasarkan pelayanan.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam proses penyerahan obat
kepada pasien dianjurkan selalu disertai dengan informasi tambahan mengenai
peringatan atau hal-hal yang sebaiknya diperhatikan saat menggunakan
obat. Pelayanan informasi bagi pasien sangatlah penting mengingat mereka
(pasien) tidak tahu obat
yang mereka
minum, kecuali jika dokter
menjelaskan kepada mereka. Apoteker di apotek sering menyerahkan obat
berdasarkan resep dari dokter kepada pasien dalam wadah yang hanya tertulis
13
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
14
nama pasien dan aturan pakainya tanpa disertai informasi yang memadai.
Informasi yang lebih baik pada pasien akan menggugah minat pasien untuk
berpartisipasi aktif dalam pengobatan yang akan mempercepat penyembuhannya.
Pelayanan kefarmasian yang baik akan mendukung keberhasilan suatu
terapi, termasuk diantaranya pelayanan mengenai informasi obat. Dengan adanya
intervensi pelayanan informasi obat oleh apoteker, penggunaan informasi lisan
dan tertulis pada permulaan terapi obat, menghasilkan perbaikan yang signifikan
dalam kepatuhan pasien mengkonsumsi obatnya. Selama ini para petugas
penyerah obat, dalam hal ini apoteker dan asisten apoteker tidak mempunyai
cukup waktu untuk dapat menguasai dengan baik seluruh informasi mengenai
obat yang beredar dan menjelaskannya kepada pasien. Berdasarkan latar belakang
permasalahan di atas, maka dilakukan upaya pembuatan daftar obat beserta label
informasi tambahan yang diperlukan mengenai obat-obat tersebut. Hal ini
diharapkan akan memberikan kemudahan bagi para petugas penyerah obat di
apotek, khususnya di Apotek Erra Medika dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Label informasi obat yang ada pada Informatorium Obat Nasional
Indonesia 2008 menjadi acuan dalam daftar label informasi yang dibuat untuk
obat sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika. Adapun daftar label
yang dibuat, antara lain adalah :
1. Peringatan. Menyebabkan rasa kantuk
Label ini digunakan untuk sediaan-sediaan yang digunakan untuk anak
yang mengandung antihistamin, atau sediaan lain untuk anak, yang jika diberi
peringatan no.2 tidak sesuai. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk
pemberian obat Anakonidin Syrup®, Baby’s Cough Syrup®, Bodrexin Flu Batuk
Syrup®, Decadryl Expect Syrup®, Hufagrip BP Syrup®, Hufagrip Flu Syrup®,
Hufagrip Pilek Syrup®, Ikadryl Expect Syrup®, Lapisiv Syrup® , Sanadryl Expect
Syrup®, Ryvell Drop®, Ryvell Syrup®.
2. Peringatan. Menyebabkan rasa kantuk. Jangan mengemudikan
kendaraan atau menjalankan mesin. Hindari minum alkohol.
Label ini digunakan pada sediaan untuk dewasa yang dapat menyebabkan
rasa kantuk, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan dan
menjalankan mesin yang penuh resiko; label 1 lebih sesuai untuk anak-anak.
Berbahaya jika mengemudikan kendaraan dalam pengaruh minuman atau obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
15
Beberapa sediaan ada yang hanya menyebabkan rasa ngantuk pada beberapa hari
pertama pengobatan dan beberapa ada yang hanya menyebabkan rasa kantuk pada
dosis besar. Dianjurkan untuk menghindari minuman beralkohol, karena efek
depresi obat yang bekerja di obat SSP ditingkatkan oleh alkohol. Larangan yang
tegas dapat mendorong beberapa pasien tidak menggunakan obat tersebut. Oleh
sebab itu Apoteker perlu menerangkan risiko dan manfaat, terutama pada pasien
yang merasa dapat mentoleransi efek dari alkohol.
Pasien epilepsi
yang ingin mengemudikan kendaraan sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter. Efek samping lain yang tidak berhubungan dengan
rasa kantuk tetapi juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam
mengendarai atau menjalankan mesin dengan aman adalah penglihatan kabur,
pusing, mual. Secara umum tidak ada label yang secara khusus diberikan untuk
mengatasi keadaan ini, tetapi sebaiknya pasien diberi konseling dengan tepat.
Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat
Anadex Syrup®, Bisolvon Flu Syrup®, Bycolen Syrup®, Celestamine Syrup ®,
Cohistan Expect Syrup®, Decadryl Expect Syrup ®, Decolgen Syrup®, Decolsin
Syrup®, Fludane Syrup®, Ikadryl Expect Syrup®, Lapisiv Syrup® , Sanadryl
Expect Syrup®, Ryvell Syrup®.
3. Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali
mengalami efek samping yang tidak diinginkan
Penggunaan obat sampai habis bertujuan untuk mengurangi kasus
kambuhan atau kegagalan terapi. Contohnya antibiotik oral. Sering kali, beberapa
antibiotik dapat menyebabkan efek samping (contoh diare pada pasien yang
minum klindamisin) yang membuat penggunaan obat ini sebaiknya dihentikan
dan pasien sebaiknya kembali ke dokter. Pada Apotek Erra Medika label ini
diberikan untuk pemberian obat Kalmoxillin Syrup ®, Amoxsan Dry Syrup®,
Amoxsan Forte Dry Syrup ®, Claneksi Dry Syrup®, Claneksi Forte Dry Syrup ®,
Viaclav Syrup®.
4. Bahan mudah terbakar: jauhkan dari api atau nyala api
Label ini digunakan pada sediaan yang mengandung bahan pelarut yang
mudah terbakar. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian
Acid Salicyl Pulv®, Kalpanax Tincture®, Nosib Salep®, Rodeca Lotion®, Salep
24®.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
16
5. Bersama makanan atau sesudah makan
Label ini digunakan pada sediaan yang mengiritasi lambung, atau yang
akan lebih baik penyerapannya dengan adanya makanan. Pasien disarankan untuk
makan secukupnya, walupun sedikit. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan
untuk pemberian Mucopect, Amoksisilin (Amoxsan®, Intermoxil®, Kalmoxilin®,
Lapimox®), Dimenhidrinat (Antimo®), Ibuprofen (Proris®, Hufagrip BP®).
6. Setengah sampai satu jam sebelum makan
Label ini digunakan pada beberapa sediaan yang absorbsinya meningkat
dengan cara ini tetapi sebagian besar antibiotik. Pada Apotek Erra Medika label
ini diberikan untuk pemberian Metoklorpramid ( Primperan ®, Damaben®),
7. Satu jam sebelum makan atau kondisi perut kosong
Label ini digunakan pada sediaan oral dimana absorbsinya akan berkurang
dengan adanya makanan dan kondisi asam pada lambung. Pada Apotek Erra
Medika label ini diberikan untuk pemberian Tiamfenikol (Biothicol ®,
Thiamycin®).
8. Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air
Label ini digunakan pada sediaan yang harus benar-benar larut dalam air
(contoh kloral hidrat), diperlukan minum air dalam jumlah besar (contoh
sulfonamid), atau air dibutuhkan untuk meningkatkan kerja obat (metilselulosa).
Pasien diberitahu bahwa air yang ditambahkan paling sedikit 150 ml (satu gelas
penuh). Umumnya jus buah, teh atau kopi dapat digunakan. Pada Apotek Erra
Medika label ini diberikan untuk pemberian Amoksisilin (Amoxsan ®,
Intermoxil®, Kalmoxilin®, Lapimox®), Ampisilin, Siprofloksasin (Baquinor®,
Interflox®, Jayacin®, Wiaflox®), Parasetamol, Kalsium laktat, Sefadroksil (Cefat ®,
Pyricef®,
Staforin®),
Klindamisin
(Albiotin®,
Prolic®),
Kotrimoksazol
(Primadex®, Sanprima®), Bisakodil (Dulcolax®), Eritromisin (Erysanbe®).
9. Disebar/dioleskan tipis-tipis
Label ini digunakan pada sediaan obat luar yang harus digunakan sedikit
demi sedikit (contoh kortikosteroid, ditranol). Pada Apotek Erra Medika label ini
diberikan untuk pemberian obat topikal yaitu Apolar Cream ®, Benoson Cream®,
Betason Cream®, Canesten Cream®, Chlorampecort Cream®, Cinolon Cream®,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
17
Digenta Cream®, Diprosone Cream®, Dolones Cream®, Elocon Cream®,
Esperson Cream®, Flexasur Cream®, Garamycin Cream® dan sediaan topikal
lainnya.
10. Jangan menggunakan lebih dari 2 dosis setiap kali pengulangan. Jangan
menggunakan lebih dari 8 dosis dalam waktu 24 jam
Label ini digunakan pada sediaan mengandung parasetamol untuk dewasa
dengan dosis “jika perlu”. Sebaiknya disebutkan jenis bentuk sediaannya, misal
tablet atau kapsul. Label ini digunakan karena memungkinkan timbulnya resiko
yang bersifat serius pada penggunaan overdosis parasetamol. Pada Apotek Erra
Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Sanmol ®, Panadol®, Tempra
®
dan Dumin®.
11. Jangan digunakan bersamaan dengan sediaan yang mengandung
parasetamol
Label ini digunakan pada semua sediaan yang mengandung parasetamol.
Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Anadex
Syrup®, Baby’s Cough®, Bodrexin Flu Batuk®, Bycolen Syrup®, Decolgen
Syrup®, Decolsin Syrup®, Fludane Syrup®, Hufagrip Flu®, Nellco Spesial OBH®,
OBH
Trpoca
Anak®,
Sanmol®,
Panadol®,
Tempra
®
dan
Dumin®.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan buku-buku yang dijadikan sebagai sumber pustaka dalam
penelusuran informasi terhadap obat-obatan yang tersedia di Apotek Erra Medika,
terdapat 11 jenis label yang dapat digunakan untuk memberikan informasi yang
berguna dalam penggunaan sediaan selain sediaan padat oral bagi pasien
dalam menjalankan terapi pengobatannya.
5.2 Saran
Penggunaan label informasi tambahan dalam penyerahan obat sebaiknya
segera diterapkan dalam pelayanan kefarmasian di Apotek Erra Medika agar
proses
pengobatan
pasien
dapat
berjalan
18
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
dengan
optimal.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
American Pharmacists Association (AphA). (2012). Drug Information Handbook. A
Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Profesionals 21st Edition.
United States : Lexi Comp.
American Society of Health-System Pharmacists. (2004). Medication Teaching
Manual. The Guide To Patient Drug Information 8th Edition. American Society of
Health-System Pharmacists.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2008). Konsumen
(Obat) yang Berdaya Sadar Akan Haknya Atas Informasi Obat. ISSN 18299334, Vol.9, No.3.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Informatorium
Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
(2004).
Keputusan
Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12 2012/2013. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Penggunaan
Obat
yang
Rasional.
(2011).
23
November
2013.
http://pio.farmasi.asia/penggunaan-obat-yang-rasional/.
Presiden Republik Indonesia. (1999). Undang – undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta
Siregar, Charles J.P., & Kumolosasi, Endang. (2006). Farmasi Klinik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
19
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
20
Lampiran 1. Daftar Informasi Obat
No.
1
Nama Obat
2
Acid Boricum Kristal 1 G
Acid Boricum Pulv 1 G
3
Acid Salicyl Pulv 1 G
4
Actifed Plus Expt Syrup 120 ml
5
Actifed Plus Expt Syrup 60 ml
6
Actifed Syrup 120 ml
7
8
Actifed Syrup 60 ml
Acyclovir Cream 5% 5G
9
Albothyl Ovule
10
Albothyl Sol Concentrate 10 ml
11
12
Allerin Expectorant Syrup 120 ml
Allerin Expectorant Syrup 60 ml
Komposisi
Asam Borat
Label Informasi
-
Asam Borat
Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api
(IONI)
Asam Salisilat
Per 5 ml mengandung
tripolidin HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl
30 mg; guaifenesin 100 mg
Per 5 ml mengandung
tripolidin HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl
30 mg; guaifenesin 100 mg
Per 5 ml mengandung
pseudoefedrin HCl 30 mg;
tripolidine HCl 1,25 mg
Per 5 ml mengandung
pseudoefedrin HCl 30 mg;
tripolidine HCl 1,25 mg
Asiklovir
Polikresulen(Produk
kondensasi
dari
asam
metakresolsulfonat & metanal)
Polikresulen (Produk kondensasi dari
asam metakresolsulfonat & metanal)
Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat
50
mg;
Na
sitrat 180
mg;
difenhidramin HCl
12,5 mg; fenilpropanolamin HCl 12,5
mg; alkohol 5%
Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Jangan digunakan disekitar mata (MTM)
Untuk dimasukkan ke dalam vagina (MIMS)
-
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
21
No.
Nama Obat
13
Aloclair Plus Spray
14
Amoxcicilin Syr Dry 125mg/5ml 60 ml
15
Amoxsan Drop 100mg/ml 15 ml
16
Amoxsan Syr Dry 125mg/5ml 60 ml
Komposisi
Label Informasi
50
mg;
Na
sitrat 180
mg;
difenhidramin HCl
12,5 mg; fenilpropanolamin HCl 12,5
mg; alkohol 5%
Aqua, maltrodekstrin, propilen glikol,
polivinilpirolidon (PVP), ekstr. aloe vera,
K.sorbat,Na benzoat, hydroksietilselulosa,
PEG 40, castor oil terhidrogenasi,
disodium edetat, benzalkonium Cl,
sakarin Na, Na hialuronat, asam glisiretat
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum
Amoksisilin trihidrat
dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum
Amoksisilin trihidrat
dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
Amoksisilin trihidrat
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
22
No.
Nama Obat
Komposisi
17
Amoxsan Syr Dry Forte 250mg 60 ml
18
Anadex Syrup 60 ml
19
21
Anakonidin Syrup 60 ml
Antimo Anak Sachet 5 ml
Amoksisilin trihidrat
Per 5 ml mengandung
Parasetamol 120 mg; dekstrometorfan HBr
3,5 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg;
fenilpropanolamin HCl 3,5 Mg
Per 5 ml mengandung
dekstrometorfan HBr 5 mg; gliseril
guaiakolat 25 mg; pseudoefedrin HCl 7,5
mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg
Dimenhidrinat
Per 0,6 ml mengandung vit. A
2000 iu; vit. B1 1 mg; vit. B2 1,2 mg; vit.
B6 1 mg; vit. B 12 2 mcg; vit. C 30 mg;
vit. D 400 iu; nikotinamid 10 mg; lisin
HCl 25 mg; d-pantotenol 5 mg
Per 5 ml mengandung vit. A
5000 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; Vit
B6 6 mg; vit. B 12 5 mcg; vit. C 50 mg;
vit. D 400 iu; nikotinamid 20 mg; lisin HCl
250 mg; d-pantotenol 5 mg; asam lglutamat 25 mg
22
23
Apialys Drop 10 ml
Apialys Syrup 100 ml
Label Informasi
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum
dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum
dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS
-
Digunakan ± makan.
Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih
baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS)
Digunakan ± makan.
Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih
baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
23
No.
24
Nama Obat
Apolar Cream 10 G
25
Apolar-N Cream 10 G
26
Augentonic Eye Drop 5 ml
27
Baby's Cough Syrup
28
Batugin Elixir 120 ml
29
Batugin Elixir 300 ml
30
Becombion Extra Lysin 100 ml
31
Becombion Plus Syrup 100 ml
Komposisi
Desonid
Desonid 0,5 mg; neomisin
sulfat 5 mg
Tiap
ml
mengandung
eskulina 0,09%; air kulit hamamelidis 2%;
vit.A 900 ui/ml;
kinikardina0,1%;
fenazone 0,1%; ZnSO4 0,1%;
mentol
0,0004%; minyak mawar 0,02%; asam
borat 1,3%; natrium borat 0,04%
Label Informasi
-
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10
hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari
Parasetamol
120
mg; guaiafenesin tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5
25
mg; klorfeniramin maleat 1 mg
dosis selama 24 jam (MTM).
Per 30 ml mengandung ekstr. Daun
strobilanthus crispus yang setara dengan
bubuk daun kering 0,3 g; ekst. daun
sonchus arvensis yang setara dengan
bubuk daun kering 3 g
Per 30 ml mengandung ekstr. Daun
strobilanthus crispus yang setara dengan
bubuk daun kering 0,3 g; ekst. daun
sonchus arvensis yang setara dengan
bubuk daun kering 3 g
Per 5 ml mengandung vit. B1
5 mg; vit.B2 2 mg; vit.B3 20 mg; vit.B5 3 Digunakan ± makan. Dapat diberikan
mg; vit.B6 2,5 mg; vit.B12 3 mcg;L-lysin bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
HCl 375 mg
pada GI (MIMS)
Per 10 ml mengandung vit. A
4.0000 IU; vit. B1 1,4 mg; vit. B2 1,7 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
24
No.
Nama Obat
32
33
Benoson Cream 10% 15 G
Benoson cream 10% 5 G
34
Benoson N Cream 15 G
35
36
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Benoson N Cream 5 G
Bepanthen Oint 5% 20 G
Betadine Gargle 1% 100 ml
Betadine Gargle 1% 190 ml
Betadine Oint 10% 10 G
Betadine Oint 10% 20 G
Betadine Oint 10% 5 G
Betadine Sol 1 ml
Betadine Sol 15 ml
Betadine Sol 30 ml
Betadine Sol 5 ml
Betadine Sol 60 ml
Betadine Vaginal Douche (TA)100 ml
Betadine Vaginal Douche Plus Alat 100 ml
Betason Cream 5 G
51
Biolysin Smart Syrup 60 ml
Komposisi
mg; vit. B3 118 mg; vit. B6 0,7 mg; vit.
C 35 mg; vit. D 400 IU; vit. E 3 mg;
minyak hati ikan kod 200 mg
Betametason 0,1%
Betametason 0,1%
Betametason 0,1%; neomisin
sulfat 0,5%
Betametason 0,1%; neomisin
sulfat 0,5%
Dekspantenol
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Povidon iodin
Betametason
Per 5 ml mengandung asam
arakhidonat 60 mg; DHA 20 mg;
vit. A 1500 iu; vit. B1 1 mg; vit. B2 0,8
mg; vit. B6 0,8 mg; vit. B12 3 mcg; vit.
Label Informasi
-
Digunakan ± makan : Dapat diberikan
bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika
timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
25
No.
Nama Obat
52
53
54
Biolysin Syrup 60 ml
Bioplacenton Gel 15 G
Biothicol Syr Dry 125 mg/5ml 60 ml
55
56
Bisolvon Antitusive Syrup 60 ml
Bisolvon Drops 50 ml
57
Bisolvon Extra Elixir 125 ml
58
59
60
Bisolvon Extra Elixir 60 ml
Bisolvon Elixir 4 mg/5 ml 125 ml
Bisolvon Elixir 4 mg/5 ml 60 ml
61
62
Bisolvon Flu Syrup 60 ml
Bisolvon Kid Syr 60ml
63
Bodrexin Flu Batuk Syrup 60 ml
Komposisi
C 50 mg; vit. D3 400 iu; D-pantenol
3 mg;
niacinamide 10 mg; L-lisin HCl
100 mg
Per 5 ml mengandung vit. A
5000 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg;
vit. B6 1 mg; vit. B12 5
mcg; vit. C 50 mg; vit. D3 1000 iu; dpantenol 3 mg; L-lisin HCl
200 mg; niasinamid 20 mg
Neomisin sulfat 0,5%; extr.plasenta 10%
Tiamfenikol
Label Informasi
Digunakan ± makan : Dapat diberikan
bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika
timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS).
Jangan minum obat ini lebih dari 120 mg selama 24 jam.
Sebaiknya tidak digunakan pada anak dibawah 2 tahun
(MTM)
Digunakan bersama makan (MIMS)
Dekstrometorfan HBr
Bromheksin HCl
Per 5 ml mengandung bromheksin
HCl 4 mg; guaifenesin 100 mg
Digunakan bersama makan (MIMS)
Per 5 ml mengandung bromheksin
HCl 4 mg; guaifenesin 100 mg
Digunakan bersama makan (MIMS).
Bromheksin HCl
Digunakan bersama makan (MIMS).
Bromheksin HCl
Digunakan bersama makan (MIMS).
Per 5 ml mengandung
bromheksin HCl 4 mg; parasetamol 150
mg; klorfeniramin malet 2 mg; fenilefrin
HCl 5 mg
Digunakan bersama makan (MIMS).
Bromheksin HCl
Digunakan bersama makan (MIMS).
Parasetamol
100
mg;
pseudoefedrin HCl 7,5 mg; gliseril Digunakan ± makan (MIMS).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
26
No.
Nama Obat
64
Borax Glycerin Liquid 8 ml
65
Bufect Suspensi 100mg/5ml 60 ml
66
Bycolen Syrup 100 ml
67
Caladine Lotion 60 ml
68
Caladine Lotion 95 ml
69
Callusol Liquid 10 ml
70
71
72
73
Candistin Drop 100k/ml 12 ml
Canesten Cream 10 G
Canesten Cream 5 G
Carbo Glicerin 15 ml
74
Catarlent Eye Drop 15 ml
75
Catarlent Eye Drop 5 ml
76
Cefadroxil Dry Syr 125mg/5ml 60ml
Komposisi
Label Informasi
guaiakolat 20 mg; bromheksin HCl 2 mg;
klorfeniramin maleat 0,5 mg
Boraks gliserin
Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan
jangan digunakan lebih dari 3- 10 hari untuk pengobatan
Ibuprofen
demam tanpa rekomendasi dokter (DIH).
Per 5 ml mengandung
parasetamol 125 mg; gliseril guaiakolat
30 mg; ammonium Cl 90 mg; Na sitrat
50 mg; klorfeniramin maleat 2 mg; vit. C
30 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Calamin 5%; Zn oksida 10%;
Difenhidramin HCl 2%
Calamin 5%; Zn oksida 10%;
Difenhidramin HCl 2%
Asam salisilat 0,2 g; asam laktat
0,05 g; polidocanol 0,02 g
Biarkan di dalam rongga mulut selama mungkin
Nistatin
sebelum ditelan (MIMS)
Klotrimazol
Klotrimazol
Karbol gliserin
K-iodida 5 mg; K-klorida 5
mg; Na tiosulfat 0.5 mg;
tiomerosal 0.002 mg
K-iodida 5 mg; K-klorida 5
mg; Na tiosulfat 0.5 mg;
tiomerosal 0.002 mg
Digunakan ± makan : dapat diberikan
Cefadroksil
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
27
No.
Nama Obat
Komposisi
77
Cefat Dry Syrup 125mg/5ml 60 ml
Cefadroksil monohidrat
78
Cefat Forte 250 mg Syrup
Cefadroksil monohidrat
79
Cefspan Dry Syr 100mg/5ml 30 ml
80
Celestamine Syrup 30 ml
81
82
83
84
85
86
Celestamine Syrup 60 ml
Cendo Eyefresh 0,6 ml MiniDose
Cendo Fenicol Eye Drop 0,25% 5 ml
Cendo Fenicol Eye Drop 0,50% 5 ml
Cendo Fenicol Eye Oint 35 G
Cendo Lyteers Eye Drop 15 ml
87
Cendo Tobroson 0,6 ml
88
Cendo Tobroson MiniDose
89
Cendo Xitrol Eye Drop 5 ml
Cefiksim
Betametason
0,25
mg;
deksklorfeniramin maleat 2 mg
Betametason
0,25
mg;
deksklorfeniramin maleat 2 mg
HPMC 3 mg; dextran 70 1 mg
Kloramfenikol
Kloramfenikol
Kloramfenikol
Ion Na & K dengan Benzalkonium Cl
Tiap
ml
mengandung tobramisin
3 mg; Deksametason sodium fosfat setara
dengan Deksametason 1 mg
Tiap
ml
mengandung tobramisin
3 mg; Deksametason sodium fosfat
setara dengan Deksametason 1 mg
Polimiksin B sulfat 6.000
iu/ml;
neomisin
sulfat 3.5mg/ml;
deksametason 0.1%
Label Informasi
pada GI (MIMS)
Digunakan ± makan : dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI (MIMS)
Digunakan ± makan : dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI (MIMS)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan(IONI, DIH)
Diberikan bersama makanan atau sesudah makan (MIMS,
DIH)
-
-
-
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
28
No.
Nama Obat
90
Cendo Xitrol Eye Oint 3,5 G
91
Cendo Xitrol MiniDose
92
Cenfresh MiniDose
93
Cerebrofort Gold Syrup 100 ml
94
Cerebrofort Gold Syrup 200 ml
95
Cerebrofort plus DHA Syrup 100 ml
Komposisi
Polimiksin B sulfat 6.000
iu/ml;
neomisin
sulfat
3.5mg/ml; deksametason
0.1%
Polimiksin B sulfat 6.000
iu/ml;
neomisin
sulfat
3.5mg/ml; deksametason
0.1%
Dekstran 0.1%; Hidroksi
metil selulosa 0.3 %
Asam arakhidonat 15 mg;
DHA 10 mg; EPA 2 mg; asam Lglutamat
50 mg; asam folat 100
mcg; biotin 0,2 mg; L-lisin HCl 50
mg; vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg;
vit. B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A
2000 iu; vit. C
50 mg; vit. D 200 iu
Asam arakhidonat 15 mg;
DHA 10 mg; EPA 2 mg; asam Lglutamat
50 mg; asam folat 100
mcg; biotin 0,2 mg; L-lisin HCl 50
mg;
vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg; vit.
B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A 2000
iu; vit. C
50 mg; vit. D 200 iu
Per 5 ml mengandung DHA
10 mg; asam amino 15 mg; EPA 2 mg;
asam L-glutamat 50 mg; asam folat 100
mcg; vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg;
Label Informasi
-
-
Digunakan ± makan : dapat dicampur dengan susu,
jus buah atau makanan lain (MIMS)
Digunakan ± makan : dapat dicampur dengan susu,
jus buah atau makanan lain (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
29
No.
Nama Obat
96
Chloramphecort Cream 10 G
97
98
Chloramphecort-H Cream 10 G
Cinolon Cream 10 G
99 Cinolon-N Cream 10 G
100 Citocetin Syrup 60 ml
101 Claneksi Dry Syrup 60 ml
102 Claneksi Dry Syrup Forte 60 ml
103 Claritin Syrup 30 ml
104 Claritin Syrup 60 ml
Komposisi
Label Informasi
vit. B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A
2000 iu; vit. C
50 mg; vit. D 200 iu
Hidrokortison
asetat
25
mg;
kloramfenikol 20 mg
Hidrokortison
asetat
25
mg;
kloramfenikol
20
mg; prednisolon
2,5 mg
Flusinolon asetonid
Flusinolon asetonid 0,025%; neomisin
sulfat 0,5%
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan tanpa
memperhatikan makanan. Pemberian terbaik digunakan
pada saat memulai makan untuk penyerapan yang lebih
Per
5
ml
mengandung amoksisilin baik dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI
trihidrat 125 mg; asam klavulanat 25 mg
(MIMS, MTM, DIH)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan tanpa
memperhatikan makanan. Pemberian terbaik digunakan
pada saat memulai makan untuk penyerapan yang lebih
Per 5 ml mengandung amoksisilin trihidrat baik dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI
250 mg; asam klavulanat 62,5 mg
(MIMS, MTM, DIH)
Loratadin
Digunakan ± makan (MIMS)
Loratadin
Digunakan ± makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
30
No.
Nama Obat
105 Codipront Cum Expektorant Syrup 60 ml
106 Codipront Syrup 60 ml
107 Cohistan Expectorant 100 ml
108 Cohistan Expectorant 60 ml
109 Combantrin Susp Orange 10 ml
110 Comtusi Syrup 100 ml
111
112
113
114
Comtusi Syrup 60 ml
Conver Eye Drop 2% 15 ml
Counterpain Cool Cream 4% 15 G
Counterpain Cool Cream 4% 30 G
115 Counterpain Cream 15 G
116 Counterpain Cream 30 G
117 Counterpain Cream 60 G
118 Curcuma Plus Emulsi Orange 200 ml
Komposisi
Label Informasi
Per 5 ml mengandung kodein 11.11
mg; feniltoloksamin 3.67 mg;
guaifenesin 55.55 mg; extr.thyme Liquid
55.55 mg
Per 5 ml mengandung kodein
11.11 mg; feniltoloksamin3.67 mg
Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat
50 mg; klorfeniramin maleat 1 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat
50 mg; klorfeniramin maleat 1 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Pirantel pamoat
Per
5
ml
mengandung
Oksomemazin 1.65 mg; gliseril
guaiakolat 33.3 mg
Per
5
ml
mengandung
Oksomemazin 1.65 mg; gliseril
guaiakolat 33.3 mg
Sodium kromoglikat 2%
Mentol
Mentol
Metil salisilat 102 mg;
mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg
Metil salisilat 102 mg;
mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg
Metil salisilat 102 mg;
mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg
Per 5 ml mengandung ekstr.
curcuma xanthorrhiza 10 mg; minyak ikan
kod; vit. A 850 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2
2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; vit. B5 Digunakan sesudah makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
31
No.
Nama Obat
119 Curcuma Plus Syrup 120 ml
120 Curcuma Plus Syrup 60 ml
121 Curvit Cl Emulsi 175 ml
122 Curvit Syrup 120 ml
123 Curvit Syrup 60 ml
Komposisi
3 mg; vit. D 100 iu; kalsium hipofosfit 500
mg
Per 5 ml mengandung vit. B1
3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit.
B12 5 mcg; β- karoten 10% 4 mg;
dekspantenol
3
mg;
kurkuminoid 2 mg
Per 5 ml mengandung vit. B1
3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit.
B12 5 mcg; β- karoten 10% 4 mg;
dekspantenol
3
mg;
kurkuminoid 2 mg
Per 5 ml mengandung minyak
hati ikan kod 7,5 mg; ekstr.
curcuma 10 mg; asam arakhidonat 15
mg; DHA 10 mg; frukto-oligosakarida
(FOS) 500 mg; Ca hipopospit 500 mg;
vit. D
100 iu; dekspantenol 3 mg; vit. A
850 mg; vit. B1 3 mg; vit. B2 2
mg; vit B6 5 mg; vit. B12 5 mcg
Per 5 ml mengandung vit. B1
3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit.
B12
5
mcg;
β- karoten 4 mg;
dekspantenol 3 mg; Ca gluconate 300
mg;
curcuminoid 2 mg
Per 5 ml mengandung vit. B1
3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit.
B12
5
mcg;
β- karoten 4 mg;
dekspantenol 3 mg; Ca gluconate 300
Label Informasi
Digunakan sesudah makan (MIMS)
Digunakan sesudah makan (MIMS)
Digunakan sesudah makan (MIMS)
Digunakan sesudah makan (MIMS)
Digunakan sesudah makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
32
No.
Nama Obat
Komposisi
mg;
curcuminoid 2 mg
124 Cyclofem Vial IM 50 ml
Per
ml
mengandung
medroksiprogesteron asetat
50 mg; estradiol sipionat 10 mg
125 Damaben Drop 4mg/ml 10 ml
Metoklopramid HCl
126 Damaben Oral Sol 5mg/5ml 60 ml
Metoklopramid HCl
Per
5
ml
mengandung
difenhidramin HCl USP 13,5 mg;
amonium klorida USP 131,5 mg; sodium
sitrat USP 55 mg; mentol USP 1 mg
Difenhidramin HCl
Per
15
ml
mengandung
parasetamol 300 mg; fenilpropanolamin
12,5 mg; klorfeniramin maleat 1 mg
Per
5
ml
mengandung
parasetamol
150
mg;
fenilpropanolamin
HCl
6,25
mg;
etilefedrin HCl 12,5 mg; klorfeniramin
maleat 0,75 mg; dekstrometorfan HBr 5
mg; guaifenesin 50 mg
127 Decadryl Expect Syrup 60 ml
128 Decadryl Vial 10 mg/ml 15ml
129 Decolgen Liquid 60 ml
130 Decolsin Susp 60 ml
131 Depo-Progestin Vial 50mg/ml 1 ml
132 Dettol Liquid 100 ml
133 Dettol Liquid 60 ml
134 Digenta Cream 10 G
Medroksiprogesteron asetat
Betametason
dipropionat
0,05%; gentamisin sulfat
Label Informasi
Pastikan kecukupan asupan kalsium dan vit. D
jika digunakan unuk mencegah osteoporosis (DIH).
Rokok dapat meningkatkan efek samping obat. Tidak
dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama (MTM)
Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS). Digunakan
sebelum tidur (MTM)
Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS)Digunakan
sebelum tidur (MTM)
-
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Rokok dapat meningkatkan efek samping obat. Tidak
dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama (MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
33
No.
Nama Obat
135
136
137
138
Diprogenta Cream 10 G
Diprosone OV Cream 10 G
Diprosone OV Cream 5 G
Dolones Cream
Komposisi
0,1%
Betametason
dipropionat
0,05%; gentamisin sulfat
0,1%
Betametason Dipropionat
Betametason Dipropionat
Lidocaine,prilocaine
139 Dulcolactol Syrup 335mg/5ml 60 ml
140 Dulcolax Suppos 10 mg Adult
141 Dulcolax Suppos 5 mg Paed
Laktulose 10 g/ 15 ml
Bisacodyl
Bisacodyl
142 Dumin Syrup 120mg/5ml 60 ml
Parasetamol
Per 5 ml mengandung vit. A
2400 IU; vit. B1 4 mg; vit. B2
1.2 mg; vit. B6 1.2 mg; vit. B12
4 mcg; vit. C 60 mg; vit. D3 400
IU; Ca Pantotenat 6 mg; L-lisin HCl
200 mg; Ca glukonat 300 mg;
Nikotinamid 16 mg; kolin
12 mg; inositol 12 mg; Ca hipofosfit 20
mg; Na hipofosfit
20 mg
143 Elkana Syrup 60 ml
Label Informasi
Digunakan ± makan : Dapat diberikan bersama
makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI. Juga dapat dicampur dengan jus buah, air, atau
susu untuk memperbaiki rasa (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10
hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5
hari tanpa resep dokter, dan
jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam
(MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
34
No.
Nama Obat
Komposisi
Label Informasi
Hindari kontak dengan mata dan jangan
membalut luka (DIH)
Hindari kontak dengan mata dan jangan
membalut luka (DIH)
144 Elocon Cream 10 G
Mometason Furoat
145 Elocon Cream 5 G
Mometason Furoat
Per 5 ml mengandung vit. A
1500 u; vit. B1 8,33 mg; vit. B2
4,16 mg; vit. B6 1,67 mg; vit. B12 8,33
mcg; vit. C 83,33 mg; vit. D 100 u; Digunakan ± makan : dapat diberikan bersama
niasinamid 8,33 mg; pantenol 3,33 mg
makanan agar diabsorbsi lebih baik (MIMS)
Per 45 ml mengandung Ekst.
abrus precatorius folia setara dengan
bubuk daun kering 75 mg; ekstr.
liquiritae radix setara dengan bubuk akar
kering 20 mg; ekstr. piper betle folia setara
dengan daun segar 450 mg; mentol 10 mg
Piritinol HCl
Diberkan dengan makanan , berikan dengan segelas besar air
(MIMS)
Sucralfat
Digunakan ± makan (MIMS).
Jangan minum obat ini bersama atau setelah minum jus
Eritromisin
atau minuman yang mengandung karbonat (MTM)
Desoksimetason
Desoksimetason
Polikresulen (produk kondensasi
dari asam metakresolsulfonat & metanal)
Piroksikam
Digunakan ± makan .Dapat diberikan sebelum atau
sesudah makan. Pada pasien yang sensitif dan terlihat
apatis sepanjang hari berikan 40 tetes sebelum tidur, 20
Dimenthindene maleat
tetes sebelum makan pagi (MIMS)
146 Enervon C Plus Syrup 120 ml
147 Enkasari Liquid 120 ml
Encephabol 100 ml
148
149 Episan Suspensi
150 Erysanbe Dry Syrup 200mg/5ml 60 ml
151 Esperson Cream 15 Gr
152 Esperson Cream 5 Gr
153 Faktu Suppos
154 Feldene Gel 15 G
155 Fenistil Drop 0,10% 10 ml
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
35
No. Nama Obat
156 Fixef Dry Syrup 100mg/5ml 30 ml
Komposisi
Sefiksim
157 Flagyl Oral Susp 125mg/5ml 60 ml
158 Flagystatin Ovule
159 Flamar Emulgel 20 G
Metronidazol
Metronidazole,nystatin
Na diklofenak
Setil
miristoleat
pada kompleks
asam lemak teresterifikasi 0,34 g; metil
salisilat IP 1,5 g; mentol IP 0,45 g
Per 5 ml mengandung
parasetamol
125
mg;
fenilpropanolamin HCl 3,125 mg;
klorfeniramin
maleat
0,5
mg;
dekstrometorfan HBr 3,75 mg
Per 5 ml mengandung parasetamol
125 mg; fenilpropanolamin
HCl
3,125
mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg
Povidon iodin
Ketokonazol
Fucoidan
Klotrimazol
Klotrimazol
160 Flexasur Cream 30 G
161 Fludane Plus Syrup 60 ml
162
163
164
165
166
167
Fludane Syrup 60 ml
Forinfec gargle 1% 200 ml
Formyco Cream2% 10 G
Fudan Syrup
Fungiderm Cream 1% 10 G
Fungiderm Cream 1% 5 G
Label Informasi
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan; Diminum dengan menambahkan sejumlah
besar air (IONI), Hindari kulit dari paparan cahaya
matahari atau cahaya lampu secara langsung (MTM)
Hindari minuman beralkohol (IONI, MIMS, MTM, DIH)
Diberikan bersama makanan atau sesudah makan (IONI,
MIMS, DIH), Obat ini menyebabkan urin berwarna gelap
atau coklat (MTM, DIH)
-
-
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
36
No. Nama Obat
168 Garamycin Cream 15 G
169 Garamycin Cream 5 G
170 Gentasolon Cream 5 G
171 Hufagrip BP Syrup 60 ml
172 Hufagrip Flu Syrup 60 ml
173 Hufagrip Pilek Syrup 60 ml
174 Hufagrip Susp TMP Syrup 60 ml
175 Hydrocortisone Cream 1% 5G
176 Hydrocortisone Cream 2,5% 5G
177 Ikadryl Expect Syrup Apple 100 ml
178 Ikadryl Expect Syrup Apple 60 ml
179 Iliadin Nasal Spray 0,25% 10ml
180 Iliadin Nasal Spray 5% 10ml
Komposisi
Gentamisin
Gentamisin
Label Informasi
Hindari penggunaan jangka panjang pada wajah atau alat
vital (MTM). Untuk anak- anak jangan digunakan
lebih dari 4 minggu
Fluosinolon asetonid 0,025%;
gentamisin sulfat 0.1%
Per 5 ml mengandung
dekstrometorfan
HBr
7,5
mg;
pseudoefedrin HCl 15 mg; klorfeniramin
maleat 0,5 mg
Per 5 ml mengandung
parasetamol 120 mg; efedrin HCl 5 mg;
klorfeniramin maleat 2 mg; gliserin
guaiakolat 50 mg
Per
5
ml
mengandung
pseudoefedrin HCl 15 mg;
klorfeniramin maleat 1 mg
Digunakan sebelum tidur. (MTM)
Jangan diberikan kepada anak dibawah 12
tahun dan jangan digunakan lebih dari 3-10 hari untuk
Per
5
ml
mengandung ibuprofen pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH).
100 mg
Hidrokortison asetat
Hidrokortison asetat
Per 5 ml mengandung
Difenhidramin HCl 12.5 mg; ammonium
Cl 125 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Per 5 ml mengandung
Difenhidramin HCl 12.5 mg; ammonium
Cl 125 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Oksimetazolin HCl
Oksimetazolin HCl
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
37
No.
Nama Obat
181 Imboost Force Syrup 120 ml
182 Imboost Force Syrup 60 ml
183 Imboost Syrup 120 ml
184 Imboost Syrup 60 ml
185 Imunos Syrup 60 ml
186 Inerson Oint 15 G
187 Insto Eye Drop 15 ml
188 Insto Eye Drop 7,5 ml
189
190
191
192
193
194
Insto Moist
Interzol Cream 2% 5 G
Isoprinosine Syr 250mg/5ml 60 ml
Isprinol Syr 250mg/5ml 60 ml
Kalcinol-N Cream 5 G
Kalmicetine Oint 2% 15 G
195 Kalmoxillin Syr 125mg/5m 60 ml
Komposisi
Per
5
ml
mengandung echinacea
purpurea 250 mg; black elderberry extr
400 mg; Zn picolinate 10 mg
Per
5
ml
mengandung echinacea
purpurea 250 mg; black elderberry extr
400 mg; Zn picolinate 10 mg
Per
5
ml
mengandung Echinaceae
250 mg; Zn picolinate 5 mg
Per
5
ml
mengandung Echinaceae
250 mg; Zn picolinate 5 mg
Per 5 ml mengandung Echinacea (EFLA
894) 500 mg; Zn pikolinat 5 mg; selenium
15 mcg
Desoximetasone
Tetrahidrozolin HCl 0,05%;
benzalkonium Cl 0,01%; asam borat
1,5%
Tetrahidrozolin HCl 0,05%;
benzalkonium Cl 0,01%; asam borat
1,5%
Hidroksipropil metilselulosa 3 m;
benzalkonium klorida 0,1 mg
Ketokonazol
Metisoprinol
Metisoprinol
Fluocinolone,acetonide,neomycin
Chloramphenicol
Amoksisilin trihidrat
Label Informasi
Diberikan sesudah makan (MIMS)
Di berikan sesudah makan (MIMS)
Diberikan sesudah makan (MIMS)
Diberikan sesudah makan (MIMS)
Diberikan sesudah makan (MIMS)
-
-
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
38
No.
Nama Obat
196 Kalmoxillin Syr 250mg/5m 60 ml
197 Kalpanax Cream 2% 5 G
198
199
200
201
Kalpanax Tincture 15 ml
Kaltrofen Suppos 100 mg
Kamillosan Oint 10 G
Kanamycin Vial Dry 1 G
202 Kandistatin Susp 12 ml
203 Kenacort A cream 10% 10 G
204 Kenalog In Orabase Paste 5 g
205 Komix OBH Sachhet
206 Lafalos Plus Cream 20 G
Komposisi
Amoksisilin trihidrat
Mikonazol nitrat
Asam salisilat 4%; asam
benzoat 4%; total iodin 0,5%
Ketoprofen
Ekstr. kering camomile 0,01 g
Kanamycin
Label Informasi
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan
menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan
menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api
atau nyala api (IONI)
tDigunakan ± makan. Biarkan di dalam
Nistatin
rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS)
Triamsinolon asetonid
Jangan digunakan pada luka menganga (DIH)
Triamsinolon asetonid
Jangan digunakan pada luka menganga (DIH)
Succus liquiritae 167 mg;
guaiafenesin 100 mg; efedrin
HCl 4 mg; klorfeniramin maleat 2 mg Per g krim mengandung
mentol 55 g; eugenol 14 mg; metil salisilat
102 mg; capsicum oleoresin setara dengan
capsaicin 0,3 mg; vit. E asetat 30 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
39
No.
Nama Obat
207 Lapifed DM Syrup 100 ml
208 Lapisiv Syrup 100 ml
209 Lasal Expectorant Syrup 100 ml
210 Laserin Madu Syrup 110 ml
211 Laserin Madu Syrup 60 ml
Komposisi
Label Informasi
Per 5 ml mengandung triprolidin
HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl
30 mg; dekstrometorfan HBr 10 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Per
5
ml
mengandung
difenhidramin
HCl
12,5
mg;
dekstrometorfan
HBr
7,5
mg;
fenilpropanolamin HCl 6 mg; ammon Cl
100 mg; gliseril guaiakolat 75 mg; Na
sitrat 50 mg; mentol 0,75 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
75 mg; salbutamol sulfat 2 mg
(MIMS)
Per
15
ml
mengandung
Euphorbia hirta herba 0,15 g;
zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum
cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15
g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis
folium 1,8 g; abri folium
0,3 g; mentha arvensis folium
0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15
g; oleum mentha piperitae 0,015 g; mel
depuratum 1 ml
Per
15
ml
mengandung
Euphorbia hirta herba 0,15 g;
zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum
cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15
g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis
folium 1,8 g; abri folium
0,3 g; mentha arvensis folium
0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15
g; oleum mentha piperitae 0,015 g; mel
depuratum
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
40
No.
Nama Obat
212 Laserin Syrup 110 ml
213 Laserin Syrup 60 ml
214 Laxadine Syrup 110 ml
215 Laxadine Syrup 60 ml
Komposisi
1 ml
Per 15 ml mengandung
Euphorbia hirta herba 0,15 g;
zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum
cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g;
caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium
1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis
folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium
0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g;
succus liquid 0,015 ml
Per 15 ml mengandung
Euphorbia hirta herba 0,15 g;
zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum
cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g;
caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium
1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis
folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium
0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g;
succus liquid 0,015 ml
Fenolftalein 55 mg; parafin liq 1200 mg;
gliserin 378 mg
Fenolftalein 55 mg; parafin liq 1200 mg;
gliserin 378 mg
Label Informasi
-
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
41
No. Nama Obat
216 Lidocaine Hcl Ampul 2% 2ml
217 Lotasbat Cream 10 G
218
Lotion Cacar 100 ml
219
Lotion Keringat 100 ml
220 Lysin Ku Syrup Orange 100 ml
221 Madecassol Oint 1% 10 G
222
223
224
225
Melanox Cream 2% 15 G
Meptin Swinghaler 10Y/Dos 200
Mercotin Drop 10mg/ml 20 ml
Miconazole Cream 2% 10 G
226
227
228
229
230
231
232
233
Microlax Enema 5 ml
Mucopect Drop 15mg/ml 20 ml
Mucopect Elixir 30mg/5ml 60 ml
Mucopect Elixir Paed 60 ml
Mycorine Cream 15 G
Mycorine Powder 25 G
Mycospor Cream 1% 15 G
Mycospor Cream 1% 5 G
Komposisi
Label Informasi
Lidokain
Klobetasol propionat
Mentol 0,5 g; fenol 0,5 g; Zn oksida 2 g;
talk venet 25 g; gliserin 15 g
Resochin 2 g; dermatol 2 g; asam borat 2
g; talk venet 25 g; sulfur presipatum 2 g
Per
5
ml
mengandung
kurkuminoid 2 mg; lisin HCl 250 mg; vit.
B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit.
B12 5 mcg; niasinamid 5 mg; asam
pantotenat 3 mg
Ekstr. centella asiatica yang sudah
dititrasi
(Asiatikosida 40%; asam
asiatik 30%; asam madekasik 30%)
Hindari kontak mata. Gunakan krim tabir surya
Hidrokuinon
jika obat ini digunakan pada siang hari (MIMS)
Prokaterol HCl hemihidrat
Noskapin
Mikonazol nitrat
Na lauril sulfoasetat 45 mg; Na sitrat
450 mg; asam sorbat 5 mg; PEG 400 625
mg; sorbitol 4.465 mg
Ambroksol HCl
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Ambroksol HCl
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Ambroksol HCl
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Mikonazol nitrat 2%
Mikonazol nitrat 2%
Bifonazol
Bifonazol
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
42
No.
Nama Obat
234 Mycostatin Oral Susp 12 ml
235 Myco-Z Oint 10 G
236 Mylanta Liquid 150 ml
237 Mylanta Liquid 50 ml
238 Nebacetin Powder 5 G
239 Nellco Spesial OBH Syrup 100 ml
240
241
242
243
244
Nellco Spesial OBH Syrup 55 ml
Neo Kaolana Syrup
Neo Ultracilin Oint 10 G
Neo-Rheumacyl Cream 30 G
Nerisona Fatty Oint 10 G
245 Neurobion 5000 injeksi
246 Nifural Syrup 250mg/5ml 60 ml
247 Nipe Drop Paed 15 ml
Komposisi
Label Informasi
Dapat digunakan ± makan. Biarkan di dalam
rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS)
-
Nistatin
Nistatin 100.000 u; Zn oksida 200 mg
Per 5 ml mengandung
Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2
200 mg; simetikon 20 mg
Per 5 ml mengandung
Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2
200 mg; simetikon 20 mg
Bacitracin,neomycin
Per
5
ml
mengandung
glycyrrhizae succus 100 mg;
efedrin HCl 2,5 mg; parasetamol
135 mg; ammonium klorida 40 mg;
klorfeniramin maleat 1,3 mg
Per
5
ml
mengandung
glycyrrhizae succus 100 mg;
efedrin HCl 2,5 mg; parasetamol
135 mg; ammonium klorida 40 mg;
klorfeniramin maleat 1,3 mg
Kaolin 700 mg; pektin 66 mg
Dapat digunakan ± makan (MIMS)
Klotrimazol 1%
Camphor,eugenol,menthol,methylsalisilate Diflukortolon Valerat
Vit. B1 100 mg; vit. B6 100 mg; vit. B12
5000 mcg
Nifuroksazid
Berikan sesudah makan (MIMS)
Per ml mengandung isotifendil
HCl 1
mg; asetaminofen 120 mg; fenilefrin HCl 1 Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
43
No.
Nama Obat
248 Nipe Syrup 100 ml
249 Nosib Salep
250 Nymiko Suspensi 100k/ml 12 ml
251 OB Herbal Syrup 100 ml
252 OB Herbal Syrup 60 ml
253 Obat Batuk Hitam Syrup 100 ml
254 Obat Batuk Hitam Syrup 60 ml
255 Obat Batuk Ibu Anak 150 ml
Komposisi
mg
Per 5 ml mengandung
isotifendil HCl 2 mg; asetaminofen 120
mg; fenilefrin HCl 5 mg
Asam salisilat 0,08 g; asam benzoat
0,08
g;
sulfur presipatum 0,09 g;
mentol 0,003 g
Label Informasi
Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS)
Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api
(IONI).
Digunakan ± makan. Biarkan di dalam
rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS)
Nystatin
Ekstr. zingiberis rhizoma 4,5 g; ekstr.
kaempferiae rhizoma 1,5 g; ekstr. citrus
aurantifolii fructus 1,5 g; ekstr. thymi
herba 1,5 g; ekstr. menthae folia 0,75 g;
ekstr. myristicae semen; ekstr. licorice
Ekstr. zingiberis rhizoma 4,5 g; ekstr.
kaempferiae rhizoma 1,5 g; ekstr. citrus
aurantifolii fructus 1,5 g; ekstr. thymi
herba 1,5 g; ekstr. menthae folia 0,75 g;
ekstr. myristicae semen; ekstr. licorice
Succus liquiritiae 500 mg; ammon Cl
300 mg; anise oil 0.015
mL;
peppermint oil 0.01 mL per 15 ml
Succus liquiritiae 500 mg; ammon Cl
300 mg; anise oil 0.015
mL;
peppermint oil 0.01 mL per 15 ml
Per
100
g
mengandung bulbus
fritillariae cirrhosae 852 mg; folium
eriobotryae 195 mg; radix adenophorae
27 mg; poria 27 mg;exocarpium citri
grandis 120 mg; radix platycodonis 72
mg; rhizoma pinelliae praeparatum 27 mg; -
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
44
No.
Nama Obat
256 Obat Batuk Ibu Anak 75 ml
257 OBH Tropica Anak 60 ml
258 Otolin Ear Drop 10 ml
259 Otopain Ear Drop 8 ml
260 Otopraf Ear Drop 10 ml
Komposisi
Label Informasi
fructus schisandrae chinensis 5 mg; semen
trichosanthis 27 mg;
flos farfarae 120 mg; radix polygalae 120
mg; semen armeniacea amarum 21 mg;
rhizoma zingiberis recens 27 mg; radix
glycyrrhizae 780 mg; menthol 35 mg
Per
100
g
mengandung bulbus
fritillariae cirrhosae 852 mg; folium
eriobotryae 195 mg; radix adenophorae
27 mg; poria 27 mg;exocarpium citri
grandis 120 mg; radix platycodonis
72 mg; rhizoma pinelliae praeparatum 27
mg; fructus schisandrae chinensis 5 mg;
semen trichosanthis 27 mg; flos farfarae
120 mg; radix polygalae 120 mg; semen
armeniacea amarum 21 mg; rhizoma
zingiberis
recens
27
mg;
radix
glycyrrhizae 780 mg; menthol 35 mg
Per 5 ml mengandung succus liquiritae
150 mg; parasetamol 120 mg; ammonium
klorida 50 mg; pseudoefedrin HCl 7,5 mg;
klorfeniramin malet 1 mg
Kloramfenikol 5%; polimiksin B sulfat
10.000 iu; benzokain 1% nipagin 1%
Per 5 ml mengandung polimiksin B
sulfat 50.000 iu; neomisin sulfat 25
mg;
fludrokortison asetat
5
mg;
lidokain HCl 200 mg
Fludrokortison
asetat
1
mg;
polimiksin B sulfat 10.000 iu; neomisin
sulfat 5 mg; lidokain HCl 40 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
45
No. Nama Obat
261 Otrivin Nasal Drop 10 ml
262 Pabanox Cream 20 G
Komposisi
Xylometazolin HCl
Oxybenzone,padimate O,titanium dioxide
263 Panadol Drops 15 ml
Parasetamol
264 Panadol Syrup 160 mg/5ml 30 ml
Parasetamol
265 Panadol Syrup 160 mg/5ml 60 ml
Parasetamol
266 Paracetamol Syrup 120mg/5ml 60 ml
Parasetamol
Na 22,5 meq; K 10 meq; Cl 17,5
sitrat 15 meq; dekstrosa 25 g
Triklosan
267 Pedialyte Sol Steril 500 ml
Phisohex Reformulated
268
Emulsi 2% 60 ml
Label Informasi
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari
tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10hari
tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari
tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari
tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
meq;
Digunakan ± makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
46
No. Nama Obat
269 Pirofel Gel 20 G
278 Polysilane Suspensi 180 ml
Komposisi
Piroksikam
Per 5 ml mengandung AI(OH)3 400
mg; Mg(OH)2 400 mg; simetikon 100 mg
Per 5 ml mengandung AI(OH)3 300
mg; Mg(OH)2 300 mg; simetikon 30
mg
Deksametason 1 mg; neomisin sulfat 3,5
mg; polimiksin B sulfat 6.00 iu
Per 5 ml mengandung
metilpolisiloksan 25 mg; Mg(OH)2 100
mg; Al(OH)3 compressed gel (setara
dengan Al(OH)3 306 mg) 1.55 g
Per 5 ml mengandung metilpolisiloksan
teraktivasi 125 mg; Mg(OH)2 100 mg;
Al(OH)3 Compressed gel (setara dengan
Al(OH)3 200 mg) 1.55 g
Deksametason
sodium fosfat 1 mg;
neomisin sulfat 3,5 mg; polimiksin B sulfat
5.000 iu
Polimiksin B sulfat 2,5 mg, gramisidin
0,025 mg
Per 5 ml mengandung Al(OH)3 200 mg;
Mg(OH)2 200 mg; dimetikon 80 mg
Per 5 ml
mengandung Al(OH)3 200
mg; Mg(OH)2 200 mg; dimetikon 80 mg
279 Primperan Ampul 10mg/2ml 2ml
Metoklopramid HCl
280 Primperan Drop Paed 10 ml
Metoklopramid HCl
270 Plantacid Forte Suspensi 100 ml
271 Plantacid Suspensi 100 ml
272 Polidemisin Eye Drop 5 ml
273 Polycrol Gel 100 ml
274 Polycrol Gel Forte 100 ml
275 Polydex Eye Drop 6 ml
276 Polygran Eye Drop 5 ml
277 Polysilane Suspensi 100 ml
Label Informasi
Berikan 1 jam sesudah makan dan
menjelang tidur (MIMS)
Berikan 1 jam sesudah makan dan
menjelang tidur (MIMS)
-
Berikan 1 jam sesudah makan dan
menjelang tidur (MIMS)
Berikan 1 jam sesudah makan dan
menjelang tidur (MIMS)
Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS). Digunakan
sebelum tidur (MTM)
Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS).Digunakan
sebelum tidur (MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
47
No.
Nama Obat
Komposisi
281 Primperan Syrup 50 ml
282 Profenid Suppos 100 mg
Metoklopramid HCl
Ketoprofen
283 Proris Suppos 125 mg
Ibuprofen
284 Proris Susp 100mg/5ml 50 ml
Ibuprofen
285 Proris Syrup Forte 50 ml
287 Pyravit Syrup 225 ml
Ibuprofen
Per ml mengandung polivinilpirolidon 20
mg; vit. A; Na hyaluronat; Na klorida; Na
hidrogen fosfat; Na dihidrogen fosfat
Per 5 ml mengandung INH 100 mg;
piridoksin 10 mg
288 Pyricef Forte Syrup 60 ml
Cefadroxil
289 Pyricef Syrup 60 ml
290 Ranitidine Ampul 25mg/ml 2 ml
Cefadroxil
Ranitidin HCl
Fluocinolone
acetonide,hydroquinon,tretinoin
Karbosistein
Karbosistein
Karbosistein
Per 5 ml mengandung pseudoefedrin
15
mg; terfenadin 20 mg
286 Protagenta Eye Drop 20mg/ml 10 ml
291
292
293
294
Refaquin Cream 15 G
Rhinatiol Adult Syrup 100 ml
Rhinatiol Infant Syrup 100 ml
Rhinatiol Prometh Syrup 100 ml
295 Rhinofed Syrup 60 ml
Label Informasi
Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS).Digunakan
sebelum tidur (MTM)
Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan
jangan digunakan lebih dari 310 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi
dokter (DIH)
Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan
jangan digunakan lebih dari 3-10 hari untuk pengobatan
demam tanpa rekomendasi dokter (DIH)
Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan
jangan digunakan lebih dari 3- 10 hari untuk
pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH)
Digunakan ± makan, Dapat diberikan bersama makanan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman paga GI (MIMS)
Digunakan ± makan, Dapat diberikan bersama makanan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman paga GI (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
48
No.
Nama Obat
296 Ringer Lactate Infusion 500 ml
297 Rivanol Sol 100 ml
298 Rivanol Sol 300 ml
299 Rodeca Lotion 60ml
300 Rohto Cool Eye Drop 10 ml
301
302
303
304
305
306
Romilar Expectorant 100 ml
Ryvell Drop 10mg/ml 10 ml
Ryvell Syrup 60 ml
Ryzen Drop 1mg/ml 20 ml
Sagestam Cream 10 G
Sagestam Eye Drop 5 ml
307 Sakatonik Liver Syrup 330 ml
308 Salep 24 15 G
309 Sanadryl DMP Syrup 120 ml
Komposisi
Per L mengandung Na laktat 3,1 g; NaCl
6 g; KCl 0,3 g; CaCl2 0,2 g; aqua pro
injeksi
Rivanol
Rivanol
Asam salisilat 20 mg; Zn oksida 20
mg; mentol 1 mg; kampora 2,5 mg
Nafazolin
hidroklorida 0,012%;
asam borat; Na borat; dinatrium edetat;
polisorbat 80; benzalkonium klorida;
klorbutanol; l- menthol
Dekstrometorfan HBr
Label Informasi
Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api
(IONI)
Sebaiknya tidak digunakan pada anak dibawah 2 tahun
(MTM)
Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM)
Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM)
Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM)
-
Setirizin HCl
Setirizin HCl
Setirizin HCl
Gentamisin sulfat
Gentamisin sulfat
Per 5 ml mengandung vit. B1
1,76 mg; vit. B2 0,15 mg; vit. B6 0,21
mg; vit. B12 0,3 mcg; vit. C 15 mg;
nikotinamid 3 mg; Ca pantotenat
0,5
mg; Na
hipofosfit 15 mg; Mangan sulfat 0,12
mg; Ferro sulfat 1,18 mg
Asam salisil 2%; sulfur presipitum Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api
4%
atau nyala api (IONI)
Per
5
ml
mengandung
dekstrometorfan
HBr
10
mg; Digunakan ± makan (MIMS)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
49
No.
Nama Obat
310 Sanadryl Expect Syrup 120 ml
311 San-B Plex Drop 15 ml
312 Sanbe Tears ED 8 ml
313 Sangobion Syrup 100 ml
314 Sanmag Suspensi 120ml
315 Sanmol Drop 15 ml
316 Sanmol Syrup 120mg/5ml 60 ml
Komposisi
Label Informasi
difenhidramin HCl 12,5 mg; ammon Cl
100 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg
Per 5 ml mengandung
difenhidramin HCl 12,5 mg; amoon Cl
100 mg; K guaiakolsulfonat 30 mg; Na
sitrat 50 mg; mentol 1 mg
Digunakan ± makan (MIMS)
Per 0,6 ml mengandung vit A 5.000 iu,vit
D 400 iu,vit B1 1 mg,vit B2 1,2 mg,vit B6
1 mg,nicotinamide 10 mg,dexapanthenol 5
mg, vit C 50 mg
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Dextran,hypromellose
Per 5 ml mengandung besi (II) glukonat
125.5 mg; vit. B1 1 mg; vit. B2 1 mg;
vit. B6 1.5 mg; nikotinamida 15 mg;
biotin 300 mcg
Per 5 ml mengandung Mg
trisilikat 245 mg; koloid Al(OH)3
245 mg; simetikon 25 mg
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10
hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
Parasetamol
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10
hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini
Parasetamol
lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
50
No. Nama Obat
317 Sanorine Hijau 0,1% 200 ml
318 Sanoskin M Derm+ gel 20G
319 Sanprima Syrup 60 ml
320 Scott Emulsi 200 ml
321 Scott Emulsi 400 ml
322 Seven Seas Orange Syrup
323
324
325
326
327
328
Sofradex Eye Drop 8 ml
Sporetik Dry Syrup 100mg/5ml 30 ml
Stesolid Rektal 5 mg 2 ml
Stesolid Sol Rektal 10 mg 250 ml
Stimuno Syrup 100 ml
Stimuno Syrup 60 ml
Komposisi
Asam hialuronat
Eeco honey; gliserin;
PEG 4000
Label Informasi
propilen glikol;
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan (IONI, MTM); Diberikan bersama makanan
atau segera sesudah makan; Tidak dianjurkan pada wanita
hamil/menyusui (MIMS, MTM, DIH)
Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air;
Per 5 ml mengandung sulfametoksazol Hindari kulit dari paparan cahaya matahari atau cahaya
200 mg; trimetoprim 40 mg
lampu secara langsung (MTM, DIH)
Per 15 ml mengandung minyak hati
ikan kod 2,94 g; vit. A 850 iu; vit. D
85 iu; Ca hipofosfit 144 mg; Na
hipofosfit 72 mg
Per 15 ml mengandung minyak hati
ikan kod 2,94 g; vit. A 850 iu; vit. D
85 iu; Ca hipofosfit 144 mg; Na
hipofosfit 72 mg
Minyak hati ikan kod; konsentrat
jus jeruk; vit. A; vit. D; Vit. E; Vit. C;
Vit. B6; asam sitrat; gom akasia
Per
ml
mengandung framisetin
sulfat 5 mg; gramisidin 0,05 mg;
dekametason 0,5 mg
Sefiksim trihidrat
Diberikan bersama makanan (MIMS)
Diazepam
Diazepam
Ekstr. kering phyllanthus niruri L.
Ekstr. kering phyllanthus niruri L.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
51
No.
329
330
331
Nama Obat
Tantum Verde Oral Sol 750mg/5ml 120 ml
Tantum Verde Oral Sol 750mg/5ml 60 ml
Tarivid Otic Sol 5 ml
Komposisi
Benzidamin HCl
Benzidamin HCl
Ofloksasin
332 Tempra Drop 15 ml
Parasetamol
333 Tempra Forte Syrup 60 ml
Parasetamol
334 Tempra Syrup 100 ml
Parasetamol
335
336
337
338
Parasetamol
Tiamfenikol
Tiamfenikol
Per 100g gel mengandung heparin
Tempra Syrup 50 ml
Thiamycin Syrup 100mg/5ml 60 ml
Thiamycin Syrup 250mg/5ml 60 ml
Thrombophob Gel 20 G
Label Informasi
Digunakan ± makan (MIMS)
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih
dari 10 hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan
obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih
dari 10 hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan
obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih
dari 10 hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan
obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Digunakan ± makan (MIMS).
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih
dari 10 hari tanpa resep dokter.
Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari
5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan
obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM)
Jangan melalui rute im karena menimbulkan nyeri dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
52
No.
Nama Obat
339 Tobroson Eye Drop
340 Toplexil Syrup 60 ml
341 Transpulmin Syrup 100 ml
342 Transpulmin Syrup 60 ml
343 Tremenza Syrup 60 ml
344 Ultraproct N Cream 10 G
345
346
347
348
Ultraproct N Suppos
Upixon 10 ml
Vagistin Ovule
Vectrine Dry Syrup 175mg/5ml 60 ml
349
350
351
352
Ventolin Expectorant Syrup 100 ml
Ventolin Inhaler C/Fr 100Y 200 Dose
Ventolin Nebules 250 mg
Viaclav Syrup 60 ml
Komposisi
20.000 iu
Tiap
ml
mengandung
tobramisin 3 mg; Deksametason sodium
fosfat setara dengan Deksametason 1 mg
Per 5 ml mengandung oksomemazin
1,65
mg; guaiafenesin 33,3 mg
Per 5 ml
mengandung pipazetat 10
mg; isotipendil HCl 2 mg; ekstr. liquorice
50 mg; gliseril guaiakolat 25 mg
Per 5 ml mengandung pipazetat 10
mg; isotipendil HCl 2 mg; ekstr. liquorice
50 mg; gliseril guaiakolat 25 mg
Per 5 ml mengandung
pseudoefedrin HCl 30 mg; triprolidin
HCl 1,25 mg
Flukortolon pivalat 1 mg; lidokain
HCl 20 mg
Flukortolon pivalat 1 mg;
lidokain HCl 40 mg
Pyrantel palmoat
Metronidazole,nystatin
Erdostein
Salbutamol sulfat 1 mg; guaiafenesin
50 mg
Salbutamol sulfat
Salbutamol sulfat
Amoksisilin,asam klavulanat
Label Informasi
himatoma. Tempat injeksi sebaiknya dilakukan rotasi
pada bagian kiri/kanan perut. Penggunaan melalui sub
kutan, hanya pada jaringan sub kutan (bukan jaringan
otot) (DIH)
-
Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS)
Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Digunakan ± makan (MIMS)
Berikan sebelum atau sesudah makan (MIMS)
Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
(MIMS)
Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
53
No.
Nama Obat
Komposisi
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
Viru-Merz Serol Cream 1% 5 G
Vitacid Cream 20 G
Vitaquin Cream 15 G
Voltaren Emulgel 1% 10 G
Voltaren Emulgel 1% 20 G
Voltaren Emulgel 1% 5 G
Voltaren Emulgel 1% 50 G
Vometa Drop 5mg/ml 10 ml
Vometa Suspensi 5mg/5ml 60 ml
Vosedon Suspensi 5mg/5ml 60 ml
Tromantadin HCl
Tretinoin
Hydroquinone
Diklofenak dietilamin
Diklofenak dietilamin
Diklofenak dietilamin
Diklofenak dietilamin
Domperidon
Domperidon
Domperidon
363 Zinkid 10mg/5ml Syrup
364 Zoter Cream 5 G
Zinc sulfat
Asiklovir
Label Informasi
habis kecuali mengalami efek samping yang tidak
diinginkan(IONI, MTM)
Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan
agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH)
Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan
menambahkan sejumlah besar air (MTM)
Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS)
Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS)
Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS)
Berikan setiap hari selama 10 hari
berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti
(kemasan obat)
Jangan digunakan disekitar mata (MTM)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014
Download