UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4 - 5 DEPOK PERIODE 17 JUNI–12 JULI DAN 29 JULI–16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S. Far 1206329985 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4 – 5 DEPOK PERIODE 17 JUNI–12 JULI DAN 29 JULI–16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S. Far 1206329985 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI 2014 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 iii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Puteri Isabella Nauli Tampubolon,S.Far NPM : 1206329985 Tanda Tangan : Tanggal : 10 Januari 2014 iv Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil‘alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika yang berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 – 5 Jalan Tole Iskandar, Depok yang pada semester ini berlangsung berlangsung pada tanggal 17 Juni – 12 Juli dan 29 Juli – 16 Agustus 2013. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihakpihak yang dengan penuh ketulusan hati memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama menjalankan PKPA dan ketika menyusun laporan PKPA dan Tugas Umum ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Pejabat Sementara Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013. 3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 4. Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek dan Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek Erra Medika. 5. Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt selaku pembimbing II dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. 6. Karyawan dan karyawati Apotek Erra Medika yang telah banyak membantu penulis dalam membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. v Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 7. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi. 8. Keluarga tercinta, atas kasih sayang dan doa yang tak pernah putus mengiringi setiap langkah perjalanan hidup penulis. 9. Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 77 Universitas Indonesia atas kebersamaan, kerjasama dan kesediaan berbagi suka dan duka, dukungan dan semangat yang diberkan kepada Penulis. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Penulis 2014 vi Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far NPM : 1206329985 Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4 – 5 DEPOK PERIODE 17 JUNI–12 JULI DAN 29 JULI–16 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 10 Januari 2014 Yang menyatakan (Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far) vii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 ABSTRAK Nama NPM Program Studi Judul : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far : 1206329985 : Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika Jl. Tole Iskandar No. 4 - 5 Depok Periode 17 Juni – 12 Juli dan 29 Juli – 16 Agustus 2013 Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek. Dalam mengelola apotek, diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab untuk mengelola apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, seorang calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dalam hal pengelolaan apotek. Oleh sebab itu, dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika pada 17 Juni – 12 Juli dan 29 Juli – 16 Agustus 2013. Tugas Khusus dengan judul “Label Informasi Obat Sediaan Selain Sediaan Padat Oral di Apotek Erra Medika” bertujuan untuk mengetahui informasi tambahan yang harus diberikan kepada pasien yang menggunakan obat sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika. Kata Kunci : Apotek, Apotek Erra Medika, Label Informasi Obat Tugas umum : xiii + 53 halaman, 19 lampiran Tugas Khusus : iii + 19 halaman, 33 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 11 (1978 – 2009) Daftar Acuan Tugas Khusus : 9 (1999 – 2013) viii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 ABSTRACT Name NPM Study Program Title : Puteri Isabella Nauli Tampubolon, S.Far : 1206329985 : Apothecary : Report of Pharmacist Internship Program at Erra Medika Pharmacy Jl. Tole Iskandar No. 4 - 5 Depok Period of June 17th - July 12th and July 29th - August 16th, 2013 Pharmaceutical services are part of the health care system, including pharmacy services in pharmacies. In managing the pharmacy, needed a pharmacists pharmacy manager that responsible for managing both technical and non-technical pharmacy activity. To be able to carry out the activities of the pharmacy services, a pharmacist not only requires the provision of education and knowledge, but also the application of knowledge that has been acquired during times of study in Pharmacy Management. Therefore, Pharmacist Internship Program was conducted in Erra Medika Pharmacy on 17th - July 12th and July 29th - August 16th, 2013. Special task with the title "Label Drug Information Oral Solid dosage form preparations in addition to pharmacy Erra Medika" aims to find out additional information that should be given to patients who use the drug dosage in addition to solid oral dosage in Pharmacy Erra Medika. Keywords : Pharmacy, Erra Medika Pharmacy, Label Drug Information General Assignment : xiii + 53 pages, 19 appendices Specific Assignment : iii + 19 pages, 33 appendices Bibliography of General Assignment : 11 (1978 – 2009) Bibliography of Specific Assignment : 9 (1999 – 2013) ix Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... HALAMAN JUDUL ............................................................................................. HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................................................................................................. ABSTRAK ............................................................................................................. ABSTRACT ........................................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Tujuan .............................................................................................. 1 1 2 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................ 2.1 Definisi Apotek ................................................................................ 2.2 Landasan Hukum Apotek ................................................................. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................ 2.4 Persyaratan Pendirian Apotek .......................................................... 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) .............................. 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek ............................................................. 2.7 Pelanggaran Apotek .......................................................................... 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek .......................................................... 2.9 Tenaga Kerja di Apotek .................................................................... 2.10 Golongan Obat ................................................................................. 2.10.1 Obat Bebas ............................................................................... 2.10.2 Obat Bebas Terbatas ................................................................. 2.10.3 Obat Keras Daftar G .................................................................. 2.10.3.1 Psikotropika .................................................................... 2.10.3.2 Obat Wajib Apotek (OWA) ........................................... 2.10.4 Narkotika .................................................................................. 2.11 Pengelolaan Apotek ......................................................................... 2.12 Pelayanan Apotek ............................................................................. 2.13 Swamedikasi ..................................................................................... 3 3 3 4 4 7 9 10 12 14 16 17 17 18 19 21 22 25 26 29 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA ............................ 31 3.1 Sejarah Singkat Apotek Erra Medika ............................................... 31 3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Erra Medika ............... 31 x Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 i ii iii iv v vii viii ix x xii xiii 3.2.1 Lokasi ........................................................................................ 3.2.2 Bangunan ................................................................................... 3.2.3 Tata Ruang ................................................................................ 3.3 Perlengkapan Apotek ....................................................................... 3.4 Struktur Organisasi Apotek Erra Medika ......................................... 3.5 Kegiatan-Kegiatan di Apotek ............................................................ 3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian .................................................... 3.5.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian ........................................... 3.6 Pengelolaan Psikotropika ................................................................. 3.7 Pengelolaan Narkotika ..................................................................... 31 31 32 33 33 36 36 39 39 40 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ........................................................ 4.2 Sumber Daya Manusia ..................................................................... 4.3 Pengelolaan dan Pelayanan Resep .................................................... 4.4 Pelayanan Swamedikasi .................................................................... 4.5 Pembeliaan dan Pengadaan Barang .................................................. 4.6 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ......................................... 4.7 Pengelolaan Administrasi Keuangan ................................................ 4.8 Pengelolaan Kartu Stok ..................................................................... 42 42 44 46 47 48 49 51 51 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 52 5.2. Saran ................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN .................................................................................................... 54 xi Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Penandaan Obat Bebas .................................................................... Penandaan Obat Bebas Terbatas ................................................... Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ............................... Penandaan Obat Keras ................................................................. Penandaan Narkotika ................................................................... xii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 17 17 18 19 22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20a Lampiran 20b Denah Lokasi Apotek Erra Medika ................................................ Desain Eksterior Apotek Erra Medika .......................................... Desain Interior Apotek Erra Medika ............................................. Denah Ruangan Apotek Erra Medika ........................................... Kartu Stok ..................................................................................... Contoh Resep ................................................................................ Salinan Resep ................................................................................ Struktur Organisasi Apotek Erra Medika ...................................... Etiket Obat .................................................................................... Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres ..................... Bon Kontan Pembelian Obat ....................................................... Surat Pemesanan Obat .................................................................... Surat Pesanan Narkotika ............................................................. Surat Pesanan Psikotropika ........................................................... Kuitansi ......................................................................................... Faktur Pembelian Obat .................................................................. Lemari Narkotika & Psikotropika ................................................. Contoh Pelaporan Narkotika ........................................................ Contoh Pelaporan Psikotropika .................................................... Laporan Penggunaan Narkotika .................................................... Laporan Penggunaan Psikotopika ................................................. xiii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 73 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga dan masyarakat serta didukung oleh pemerintah. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mengamanatkan Pembangunan Kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau masyarakat. Peningkatan kesejahteraan di bidang kesehatan dapat diupayakan melalui penyediaan obat - obatan yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat, dan dengan jumlah yang cukup, serta aman untuk digunakan. Satu diantara sarana yang memperoleh izin dari pemerintah untuk mendistribusikan obat-obatan kepada masyarakat yaitu apotek. Apotek turut berperan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat sehingga keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. Apotek juga merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, meliputi menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya serta memberikan informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan . Dalam mengelola apotek, diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab untuk mengelola apotek baik teknis dan nonteknis farmasi. Dalam menjalankan fungsinya, selain aspek sosial kemanuasiaan 1 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia 2 (social oriented) apotek juga memiliki aspek bisnis (profit oriented). Dengan demikian, selain menguasai ilmu kefarmasian, apoteker juga harus memiliki pengetahuan mengenai manajemen untuk pengelolaannya sehingga dapat mendapatkan keuntungan bagi apotek tersebut (Umar, 2007). Dalam hal ini kemampuan manajerial tersebut meliputi pengelolaan administrasi, persediaan, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia. Adanya perubahan paradima dari drug oriented menjadi patient oriented, menjadikan pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya terfokus pada pengelolaan persediaan farmasi sekarang juga dituntut untuk menerapkan pelayanan kepada pasien. Perubahan ini menuntut apoteker untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berinteraksi langsung dengan pasien selain ilmu kefarmasiannya. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien secara baik dan jelas dalam memberikan informasi (drug informer), dan memonitor penggunaan obat (drug monitoring). Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan apotek. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, seorang calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dalam hal pengelolaan apotek. Atas dasar pemikiran tersebut, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia telah bekerja sama dengan Apotek Erra Medika untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Pada semester ini kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal 17 Juni – 12 Juli Dan 29 Juli -16 Agustus 2013. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika bertujuan untuk: a. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di apotek. b. Memahami cara pengelolaan apotek dalam kegiatan teknis dan non-teknis kefarmasian. Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definsi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam: a. Undang-undang Negara, yaitu : 1) Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang No. 35 tahun1997 tentang Narkotik. 3) Undang-Undang No. 36 tahun 1997 tentang Kesehatan b. Peraturan pemerintah (PP), yaitu : 1) PP No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. 2) PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian c. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), yaitu : 1) Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2) Permenkes RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 3 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia 4 d. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), yaitu : 1) Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2) Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, yaitu: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 5 Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 disebutkan bahwa : a) Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b) Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c) Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d) Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e) Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f) Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g) Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: a. Lokasi dan Tempat Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain. b. Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 6 kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. 1) Ruang tunggu Ruang tunggu seyogyanya dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral atau dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin, karena berhubungan langsung dengan pelanggan. 2) Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan, dan pengemasan. 3) Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, seyogyanya apotek menyediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa dibuat ruang menggunakan terpisah, dinding dapat juga dilakukan penyekat, sehingga dapat pembatasan dengan memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan pelanggan atau pasien. 4) Ruang administrasi Merupakan ruangan yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari supplier industri/pabrik farmasi. c. Perlengkapan Apotek Semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek disebut perlengkapan Apotek. Perlengkapan Apotek yaitu : 1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan seperti timbangan, mortir, dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 7 3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, dan bahan beracun. 5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti erlenmeyer, dan gelas ukur. 6) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan resep. 7) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek. Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker. Sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Permenkes RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 8 mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Memiliki SIK dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 9 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002) Izin apotek diberikan oleh Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang tertera pada pasal 7 dan 9, yaitu: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (poin b) dan (poin c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan formulir APT-4. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 10 e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (poin c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (poin f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT-7. 2.7 Pelanggaran Apotek Pelanggaran apotek dapat dikategorikan berdasarkan berat atau ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat, yaitu: a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi. b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap. c. Pindah alamat apotek tanpa izin. d. Menjual narkotika tanpa resep dokter. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 11 e. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar. f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan yaitu: 1. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir pada jam buka apotek. 2. Mengubah denah apotek tanpa izin. 3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. 4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. 5. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan. 6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. 7. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh Apoteker. 8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain. 9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. 10. Resep narkotika tidak dipisahkan. 11. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa. 12. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal-usul obat tersebut. Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik bersifat administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan menurut Permenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 dan Permenkes RI No. 992/Menkes/Per/X/1993 adalah: a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan Pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai/Balai Besar POM setempat. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 12 c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tersebut telah dipenuhi. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap: a. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 b. Undang-Undang Narkotika No. 22 tahun 1997 c. Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun 1997 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, UndangUndang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. d. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 13 f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 14 2.9 Tenaga Kerja di Apotek Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menegah farmasi/Asisten Apiteker. Tenaga pendukung untuk menjamin kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir dan pegawai adminstrasi/tata usaha. Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Pengelolaan sediaan farmasi dalam hal menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. c. Melaksanakan fungsi administrasi dalam hal mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi di apotek. d. Melaksanakan fungsi kewirausahaan yaitu mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. e. Melakukan pengembangan apotek. Menurut Kepmekes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab apoteker pengelola apotek: Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 15 a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9. d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Selanjutnya, menurut Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 20 – 23 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker, juru Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 16 resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, kasir yaitu orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi dan nota, pegawai tata usaha yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, dan keuangan apotek. Pada Pasal 24, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat. 2.10 Golongan Obat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di Apotek. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obatan yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat golongan narkotika. Penggolongan inibedasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “Tanda” untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 17 a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. b. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 201; Kementerian Kesehatan RI, 1997): 2.10.1 Obat Bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obabt bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contohnya adalah parasetamol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas 2.10.2 Obat Bebas Terbatas Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat-obat antiseptik, dan obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini termasuk obat keras namun dapat dibeli tanpa resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 18 (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a. P No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Neozep ®. b. P No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Minosep gargle®. c. P No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten®. d. P No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. e. P No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax® (supositoria untuk laksatif) f. P No.6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol® Supositoria untuk wasir. P. No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas 2.10.3 Obat Keras Daftar G Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya “boleh diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, psikotropika, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat injeksi. Obat keras mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Contohnya adalah Propanolol, Amoksisilin. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 19 Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras 2.10.3.1 Psikotropika Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut Psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: meskalin (kaktus amerika), metilendioksi metilamfetamin (MDMA). b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, metakualon, dan metifedinat. Sekarang obat Psikotropika golongan I dan II dikategorikan narkotika golongan I. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. Pabrik obat dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan. PBF dapat menyalurkan sediaan psikotropika kepada PBF lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 20 Penyerahan psikotropika kepada pasien dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter, sedangkan penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pasien. Penyerahan psikotropika kepada pasien dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Khusus penyerahan psikotropika oleh dokter dapat dilakukan pada kondisi jika pelaksanaan tugas dilakukan di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Tugas pengaturan psikotropika adalah: 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. 2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. 3. Memberantas peredaran gelap narkotika. Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Apoteker melakukan pemesanan psikotropika ke PBF menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nama apotek, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat psikotropika dan dibuat 2 rangkap, aslinya diberikan pada distributor dan salinannya untuk apotek sebagai arsip. b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan belum diatur dalam satu peraturan khusus sebagaimana penyimpanan narkotika. Namun, psikotropika memiliki potensi untuk disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu persediaan psikotropika. c. Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan psikotropika. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, disebutkan bahwa pabrik obat, pedagang besar farmasi, rumah sakit, puskesmas, lembaga penelitian dan atau pendidikan wajib melaporkan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan psikotropika kepada Kepala Dinas Kesehatan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 21 Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan juga disimpan sebagai arsip. Laporan psikotropika dibuat secara berkala sesuai kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2.10.3.2 Obat Wajib Apotek (OWA) Obat keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek disebut ObatWajib Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 1990). Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Obat-obat yang termasuk ke dalam Daftar Obat Wajib Apotek antara lain : 1. Daftar Obat Wajib No. 1 (Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990) mengalami perubahan pada Daftar Obat Wajib menurut Kepmenkes RI No. 925/Menkes/Per/X/1993 yaitu memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA atau Obat Keras berubah menjadi Obat Bebas Terbatas atau Obat Bebas, disertai keterangan batasannya. Contohnya Ibuprofen semula golongan OWA menjadi golongan Obat Bebas Terbatas dengan pembatasan tablet 200 mg, kemasan tidak lebih dari 10 tablet. 2. Daftar Obat Wajib No. 2 menurut Kepmenkes RI No. 924/Menkes/SK/X/1993, antara lain: a. Obat luar untuk infeksi jamur pada kulit, inflamasi 1 tube b. Obat inhalasi 1 tabung Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 22 3. Daftar Obat Wajib No. 3 menurut Kepmenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 antara lain: a. Obat saluran pecernaan dan metabolisme maksimal 10 tablet (pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter) b. Obat kulit, makimal 1 tube c. Obat antiifeksi umum, kategori I, II dan III : 1 paket d. Obat dengan sistem Muskuloskeletal (pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter) : maksimal 10 tablet untuk antigout, anti inflamasi dan antirematik, 1 tube obat mata serta1 botol untuk obat telinga. 2.10.4 Narkotika (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Gambar 2.5 Penandaan Narkotika Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadon, metadon. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 23 pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodein, etilmorfin. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 199/Menkes/SK/X/1996, PT. Kimia Farma Tbk merupakan satu–satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk mengimpor dan mendistribusikan narkotika di wilayah Indonesia, guna kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan dengan penanggung jawab yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika oleh pemerintah karena narkotika adalah bahan berbahaya yang sifatnya dapat menyebabkan ketergantungan serta dapat mengakibatkan kerusakan organ. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi: a. Pemesanan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1976, dinyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk menguasai, meracik, dan menjual narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pemesanan narkotika di apotek dilakukan dengan surat pemesanan narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma Tbk. Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nama apotek, nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat, tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke PBF Kimia Farma sementara sisanya disimpan oleh apotek sebagai arsip dimana untuk 1 lembar SP hanya dapat untuk memesan satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pada pasal 5 dan 6, disebutkan bahwa Apotek memiliki tempat khusus penyimpanan narkotika yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan yang lain yang kuat. 2) Harus mempunyai kunci yang kuat. 3) Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika dan bagian kedua untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 24 4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. 5) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa. 7) Lemari khusus harus ditempatkan pada tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. c. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa: 1) Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan IPTEK. 2) Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan (sekarang BPOM) No. 366/E/SE/1977, disebutkan pula bahwa: a) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. b) Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep – resep yang mengandung narkotika. d. Pelaporan Narkotika Sesuai Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal 11 ayat 2, dinyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, Pedagang Besar Farmasi, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan narkotika secara berkala setiap bulannya dan paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, serta sebagai arsip. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 25 e. Pemusnahan Narkotika yang Rusak atau Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut: 1) Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. 2) Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan tingkat II. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: 1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. 2) Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika. 3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut. 4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5) Cara pemusnahan. 6) Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para saksi. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan: 1) Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. 2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. 3) Arsip. 2.11 Pengelolaan Apotek Kegiatan pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memenuhi tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non-teknis kefarmasian. Pengelolaan non-teknis Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 26 kefarmasian tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek. Menurut Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, pengelolaan teknis kefarmasian Apotek meliputi: a. Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi: 1) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. 2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. 3) Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. 2.12 Pelayanan Apotek Menurut Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas: 1. a. Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. 2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 27 dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat 1) Peracikan Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah disebut peracikan. Dalam melaksanakan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. 2) Etiket Obat diberikan etiket harus jelas dan dapat dibaca. 3) Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4) Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5) Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6) Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 28 7) Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. 2. Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain lainnya. 3. Pelayanan residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). Sedangkan pelayanan apotek sebagaimana diatur oleh Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 disebutkan sebagai berikut : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pengelolaan resep menjadi tanggung jawab APA. b. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang tertulis dalam resep dengan obat paten. Apabila pasien tidak mampu menebus obat, apoteker dapat menghubungi dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. c. Apoteker memberikan informasi penggunaan obat yang tepat, rasional, dan aman kepada pasien. d. Apabila apoteker menganggap ada kekeliruan dalam resep yang ditulis dokter, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. e. Namun, jika pada kejadian di atas dokter tetap pada pendiriannya, maka dokter harus menyatakan secara tertulis dan membubuhkan tanda tangan di atas resep. f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker, dirahasiakan dan disimpan dalam jangka waktu tiga tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 29 diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. 2.13 Swamedikasi Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat untuk swamedikasi meliputi obatobat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal. Pelayanan obat tanpa resep merupakan pelayanan yang penting di apotek sehubungan dengan perkembangan pelayanan farmasi komunitas yang berorientasi pada asuhan kefarmasian. Pasien mengemukakan keluhan atau gejala penyakit, selanjutnya apoteker menginterpretasikan penyakitnya dan memilihkan alternatif obat atau merujuk ke pelayanan kesehatan lain. Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam menolong dirinya sendiri dan untuk mengatasi masalah kesehatan perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Sarana tersebut berupa ketersediaan obat dan peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi. Kewajiban apoteker dalam melayani obat wajib apotek yaitu: 1) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebutkan dalam daftar obat wajib apotek yang bersangkutan. 2) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. 3) Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, dan lain-lain yang diperlukan oleh pasien. Menurut WHO, fungsi atau tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi adalah sebagai komunikator, penyedia obat yang berkualitas, pengawas dan pelatih, kolaborator dan promotor kesehatan. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 30 Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi, antara lain : a. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat aktif, indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis dan cara penggunaan. b. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi batuk saja, tidak perlu obat penurun demam. c. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter. d. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya. e. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi). Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA 3.1 Sejarah Singkat Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika di bawah naungan Yayasan Sangkakala yang berdiri pada tanggal 2 Agustus 1977 di Depok. Maksud dan tujuan dari yayasan adalah : a. Menyelenggarakan pendidikan, latihan dan pembangunan jasmani maupun rohani pada masyarakat. b. Menyelenggarakan, memelihara, membina dan memajukan kesehatan masyarakat. Apotek Erra Medika diprakarsai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, Ny. Cora Laurens dan Ny. Istiana yang didirikan pada tanggal 13 Juli 1998 berdasarkan akta notaris B. Wirastuti Puntaraksma, SH No. 6 tahun 1997. Pada tahun 2009 didirikan PBF (Pedagang Besar Farmasi) Erra Medika. 3.2 Lokasi, Bangunan dan Tata Ruang Apotek Erra Medika 3.2.1 Lokasi Apotek Erra Medika berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 – 5 Jl. Tole Iskandar Depok (Lampiran 1). Lokasi tersebut cukup strategis dan mudah dijangkau karena berada di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dalam dua arah dan mudah dijangkau, dekat dengan pemukiman masayarakat, dan dekat dengan RSIA Hermina. Desain eksterior Apotek Erra Medika tampak dari depan dapat dilihat pada lampiran 2 dan desain Interior pada lampiran 3. 3.2.2 Bangunan Bangunan Apotek Erra Medika terdiri dari dua ruko, dua lantai dan berdampingan dengan Klinik Erra Medika. Lantai satu terdiri dari ruang penjualan, ruang peracikan, loket penerimaan resep dan loket penyerahan obat berdampingan dengan ruang praktek dokter umum, dokter spesialis kandungan, spesialis THT, ruang administrasi, kasir, laboratorium, radiologi, ruang tunggu dan toilet. Lantai dua terdiri dari gudang penyimpanan resep dan arsip. Denah Ruangan Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 4. 31 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia 32 3.2.3 Tata Ruang Apotek memiliki ruang tunggu apotek yang tidak terlalu besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu klinik. Resep-resep umumnya berasal dari Klinik Erra Medika sehingga terdapat celah pada dinding di sebelah komputer yang berhubungan langsung dengan kasir klinik. Pembayaran dilakukan di kasir klinik. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai disiapkan akan diserahkan ke bagian penyerahan obat. Bagian penyerahan obat terletak di depan, di sekitar etalase produk OTC (Over the Counter) dan Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT), seperti kosmetika, perlengkapan bayi, dan perlengkapan sehari-hari (sabun, shampoo, dan lain-lain) yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Pada bagian penerimaan resep juga menerima pembelian resep yang berasal dari luar klinik, pembelian obat tanpa resep, dan PKRT. Di bagian dalam, terdapat ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak dan juga dilengkapi pendingin ruangan untuk menyimpan dan menjaga semua obat di Apotek serta menjaga kenyamanan para karyawan. Pada ruang peracikan, obat disusun berdasarkan bentuk sediaan (padat, c a i r, s e t e n ga h p a d a t , obat suntik) dan disusun secara alfabetis di lemari dan rak untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat paten dan generik diletakkan secara terpisah pada lemari yang berbeda di dalam ruang peracikan. Narkotika dan psikotropika diletakkan terpisah dari obat lainnya, disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang menempel pada dinding. Obat-obat yang harus disimpan pada kondisi dingin seperti supositoria, insulin, vaksin, dan sebagian obat-obat suntik diletakkan pada lemari pendingin. Di ruang peracikan terdapat meja untuk peracikan resep. Untuk memudahkan peracikan, terdapat timbangan di dekat meja peracikan. Di samping meja peracikan terdapat meja kecil tempat alat pembungkus puyer. Selain itu, terdapat meja untuk pemeriksaan obat dan penulisan salinan resep. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 33 3.3 Perlengkapan Apotek Apotek Erra Medika memiliki beberapa perlengkapan apotek, antara lain : 1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, blender. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas. 2. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3. Lemari penyimpanan khusus psikotropika dan narkotika. 4. Buku standar Farmakope Indonesia Edisi IV, ISO, MIMS, IONI, kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek dan bukubuku kefarmasian. 5. Alat administrasi, seperti blanko pemesanan obat, faktur, kuitansi, salinan resep, etiket obat dan lain-lain. 3.4 Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika berada di bawah Yayasan Sangkakala yang dikepalai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku Pemilik Sarana Apotek dan seorang Apoteker Pengelola Apotek yaitu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt. Apotek Erra Medika mempunyai 4 orang tenaga ahli yang terdiri dari 3 asisten apoteker dan 1 orang juru resep, sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan digabung menjadi satu dengan klinik. Tenaga kerja di Apotek Erra Medika secara bergantian bekerja berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga sore (pukul 08.00-15.00) dan shift siang hingga malam (pukul 15.00-22.00). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan yang ada di apotek Erra Medika adalah sebagai berikut : a. Pimpinan Apotek Pimpinan bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan dengan kewenangan sebagai berikut : 1) Mempertahankan kontinuitas hidup dan laju perkembangan perusahaan yang dipimpinnya. 2) Memberikan penilaian prestasi kerja seluruh karyawan yang dipimpinnya. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 34 3) Menganalisa permasalahan intern maupun ekstern yang berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. b. APA (Apoteker Pengelola Apotek) Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. 2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. 3) Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting. 4) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. 5) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta terkini. 6) Melaksanakan pelayanan swamedikasi 7) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. 8) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 35 c. Asisten Apoteker (AA) Tugas dan kewajiban asisten apoteker adalah sebagai berikut: 1) Mendata kebutuhan barang 2) Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. 3) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. 4) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. 5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, nama obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien. 6) Mencatat keluar masuk barang dalam kartu stok 7) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa 8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. 9) Membuat salinan resep dan kuitansi bila dibutuhkan. d. Juru Resep Tenaga yang membantu asisten apoteker dalam meracik obat di apotek. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: 1) Membantu tugas apoteker dan asisten apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. 2) Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada asisten apoteker. 3) Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan asisten apoteker. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 36 3.5 Kegiatan – kegiatan di Apotek Apotek Erra Medika memulai kegiatan dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 dari senin sampai minggu, yang dibagi menjadi dua shift. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Erra Medika terbagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian. 3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan ini berhubungan langsung dengan pengelolaan perbekalan farmasi, yang meliputi : 1. Pengadaan barang Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan antara lain : a. Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan Apotek Erra Medika dan berdasarkan buku defecta atau buku pesanan berdasarkan stok minimum. b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi yang ada. c. Sistem atau pengadaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang Apoteker Pengelola Apotek (APA). APA dan Asisten Apotker (AA) bekerja sama untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang. Pengadaan atau pemesanan barang di Apotek Erra Medika biasanya dilakukan pada pagi hari, setiap hari Senin dan Kamis menggunakan Surat pesanan (SP).Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pembelian dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung terhadap APA. Pembelian dan pemesanan obat ditandatangani oleh apoteker. Dalam melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), perlu diperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi. b. Besarnya potongan harga (diskon) dan tenggang waktu pembayaran. c. Pelayanan yang baik, cepat dan tepat waktu. d. Kelengkapan dan kualitas barang terjamin. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 37 2. Penerimaan barang Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Barang -barang yang telah diterima dari PBF kemudian diperiksa meliputi : a. Kesesuaian jenis dan jumlah barang yang dipesan dalam SP (Surat Pesanan). b. Tanggal kadaluwarsa barang. c. Spesifikasi obat dan keadaan fisik obat. Apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan, petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan faktur kopi. Terdapat empat lembar faktur, faktur yang asli dikembalikan kepada distributor atau PBF dan kopi faktur disimpan sebagai dokumen untuk apotek dan dicatat dalam buku. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur dimana faktur asli akan diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal pembayaran. 3. Penyimpanan barang Penyimpanan barang di apotek dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan obat generik, kemudian disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO (First In First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai dengan kartu stok. Obat dan alat kesehatan disimpan di rak, sedangakan untuk obat yang membutuhkan suhu rendah segera dimasukkan dalam lemari pendingin. Penyimpanan obat bebas diletakkan di etalase ruang depan pada bagian OTC. 4. Penjualan Penjualan obat di Apotek Erra Medika dilakukan dengan sistem pembayaran tunai dan kredit. Adapun pelayanan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pelayanan obat resep dengan pembayaran tunai Pelayanan atau penjualan obat dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep secara tunai. Proses pelayanan resepnya adalah : Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 38 1) Apoteker atau asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa kelengkapan resepnya dan diberi harga. 2) Setelah pasien setuju dan langsung membayar pada kasir, lalu kasir akan mencatat alamat pasien di resep. 3) Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh asisten apoteker yang dibantu oleh juru resep. Obat yang telah selesai dibuat, diberi etiket kemudian diperiksa kembali oleh apoteker atau asisten apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan jumlah obat. Obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi penggunaan obat kemudian dicatat alamat pasien, jumlah, dan harga resep ke dalam buku resep. b. Pelayanan obat resep dengan pembayaran kredit Apotek Erra Medika bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam pelayanan kesehatan, antara lain : Bank Mandiri, PT. Nayaka dan Sudirman Medical Center. Pelayanan obat dengan resep kredit dilakukan secara gratis. Klaim pada PT. Nayaka Husada dan Sudiman Medical Center dilakukan 1 bulan sekali pada awal bulan, sedangkan PT. Mandiri dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan pertengahan bulan. Keuntungan yang didapatkan apotek dari setiap resep yaitu sekitar 10%. Untuk resep kredit Bank Mandiri pengeluaran obat dibatasi yaitu sebesar Rp. 55.000/lembar resep, jika melebihi batas maka pasien harus membayar. c. Pelayanan atau penjualan obat bebas Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen atau pembeli. d. Pelayanan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 39 3.5.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Kegiatan ini meliputi : 1. Bagian Keuangan Pada prinsipnya kegiatan keuangan adalah mengelola seluruh kegiatan yang berhubungan dengan uang masuk dan uang keluar. Di apotek arus uang masuk meliputi arus penjualan tunai dan penagihan piutang (penjualan kredit). Arus uang keluar berupa biaya operasional apotek (listrik, telepon, PAM, gaji pegawai), pembelian barang secara tunai dan pembayaran rutin untuk pembelian barang secara kredit. Pada kegiatan keuangan dikenal buku kas dan buku bank. Buku kas berisi semua pemasukan dan pengeluaran uang dalam bentuk tunai yang dilakukan setiap hari sedangkan buku bank berisi semua pemasukan dan pengeluaran melalui bank. 2. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi bertugas mencatat serta membukukan seluruh kegiatan administrasi di apotek yang merupakan unsur penunjang semua kegiatan di apotek, selain itu dapat juga memberikan data keuangan secara rinci. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat mendadak maupun dalam menyusun rencana jangka panjang. Pada kegiatan administrasi pembelian, transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasarkan faktur pembelian. Transaksi pembelian kemudian ditampilkan sehingga jumlah barang akan tercatat dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. Pada administrasi penjualan harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui komputer. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar, maka stok barang secara otomatis berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. 3.6 Pengelolaan Psikotropika Di Apotek Erra Medika, pengelolaan psikotropika secara garis besar meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pelayanan resep psikotropika. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 40 1. Pemesanan Psikotropika Pembelian psikotropika pada PBF dilakukan dengan surat pesanan psikotropika. Satu SP boleh lebih dari satu jenis psikotropika. Dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek yang ditandatangani oleh APA. 2. Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika Penerimaan dan penyimpanan psikotropika dilakukan oleh asisten apoteker yang mempunyai SIK. Psikotropika disimpan di tempat khusus dalam lemari yang mempunyai kunci yang dipegang oleh AA yang telah diberi kuasa. 3. Pelayanan Resep Psikotropika Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung psikotropika dari resep asli. Resep yang mengandung psikotropika di simpan terpisah dari resep lain. Psikotropika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan psikotropika setiap hari untuk pembuatan laporan penggunaan psikotropika. 4. Laporan Penggunaan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dilaporkan setiap bulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Depok dan Balai POM Bandung Jawa Barat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip. 3.7 Pengelolaan Narkotika Dalam mencegah dan menanggulangi bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika maka pemerintah telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika menurut UU No. 35 tahun 2009. Secara garis besar pengelolaan narkotika di Apotek Erra Medika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pelayanan resep narkotika. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 41 1. Pemesanan Narkotika Pembelian narkotika pada PBF dilakukan dengan SP narkotika dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek yang ditandatangani oleh APA. Satu SP rangkap empat hanya untuk memesan satu jenis narkotika. 2. Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh asisten apoteker yang mempunyai SIK. Narkotika disimpan di tempat khusus dalam lemari dengan ukuran tertentu sesuai aturan dan mempunyai kunci yang dipegang oleh asistan apoteker yang telah diberi kuasa. Lemari ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan obat atau barang lainnya. 3. Pelayanan Resep Narkotika Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli. Narkotika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan narkotika setiap hari untuk pembuatan laporan penggunaan narkotika sesuai jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris merah dan disimpan terpisah dari resep lain. 4. Laporan Penggunaan Narkotika Laporan penggunaan narkotika di Apotek Erra Medika dilaporkan setiap bulan ke instasi yang berwenang paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, ditujukan kepada Dinas Kesehatan Depok dan dan Balai POM Bandung Jawa Barat. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek Erra Medika merupakan apotek yang dikelola atas dasar kerjasama antara Dra. Alfina Rianti M.Pharm, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Bapak dr. Erlang Setiawan, Sp.PA selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang mempunyai dua ruang gerak, yaitu fungsi pengabdian kepada masyarakat (non profit oriented) dan fungsi bisnis (profit oriented), dan keduanya harus berjalan bersamaan. Berkenaan dengan fungsi yang pertama, apotek berperan menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya serta memberi informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Fungsi yang kedua yaitu sebagai suatu unit usaha yang berhubungan dengan obat serta perbekalan farmasi lain sebagai komoditi untuk disalurkan kepada masyarakat sehingga apotek memperoleh pendapatan yang nantinya dikelola untuk membuat apotek tetap dapat bertahan hidup dan berkembang. Apotek Erra Medika merupakan apotek klinik yang sudah berdiri sejak 15 tahun yang lalu. Kepercayaan pelanggan menyebabkan apotek ini mampu bertahan hingga sekarang. 4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Erra Medika memiliki tempat lokasi yang strategis, karena berada di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dalam dua arah dan mudah dijangkau, dekat dengan pemukiman masayarakat, dekat dengan RSIA Hermina dan Rumah Sakit Hasanah Graha Afiah (HGA). Apotek ini berada dalam satu bangunan dengan klinik Erra Medika yang menjadi sumber utama resep yang diterima oleh Apotek Erra Medika. Apotek dan Klinik Erra Medika buka setiap hari sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Di sekitar Apotek juga terdapat Apotek pesaing antara lain Apotek Tumbuh Sehat, Apotek Trinitas, Apotek K-24 dan lain-lain, sehingga terkadang resep obat dari berbagai sarana kesehatan juga terbagi ke berbagai Apotek tersebut. Apotek Erra Medika memiliki persediaan obat yang cukup lengkap sehingga dapat bertahan sampai sekarang. 42 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia 43 Desain tata letak ruang Apotek Erra Medika secara umum sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan, keranjang sampah, dan tempat mendisplai informasi. Apotek Erra Medika juga dilengkapi dengan fasilitas AC dan TV, ruang apotek, toilet, kasir, kamar mandi, ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman parkir yang cukup luas sehingga memberikan nilai tambah untuk apotek. Apotek Erra Medika belum memiliki ruangan khusus untuk konseling. Untuk ruang pelayanan resep desainnya berdasarkan lay out tipe L, sangat membantu petugas untuk menyediakan obat yang dibutuhkan lebih efesien dan efektif. Lay out dapat dilihat pada lampiran 4. Tata letak yang baik dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang tepat dan cepat. Penataan obat-obat bebas diletakkan di etalase bagian depan dengan tujuan agar lebih mudah terlihat oleh pasien yang membutuhkan. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, kemudian disusun secara alphabetic. Obat-obatan selain yang diperjualbelikan secara bebas disediakan rak atau etalase yang diletakkan di bagian dalam apotek, hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengambilan obat. Penyimpanan obat-obatan di Apotek Erra Medika ditempatkan berdasarkan jenis sediaan (obat bebas dan obat bebas terbatas, obat keras, narkotika, dan psikotropika) dan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabet. Obat bebas dalam bentuk tablet/kapsul dibedakan penyimpanannya dengan obat bebas dalam bentuk sediaan larutan. Penyimpanan sediaan larutan yang termasuk dalam produk OTC (over the counter) dibedakan berdasarkan kelas terapi. Penyimpanan obat bebas diletakkan di etalase terdepan bersama dengan alat kesehatan, produk bayi dan kosmetik, diurutkan secara rapi dengan memperhatikan estetika warna dari kemasan sehingga dapat terlihat menarik (eye catching). Obat ethical diletakkan dalam rak di ruang bagian dalam dan dibedakan berdasarkan obat generik dan non generik, dan juga menurut bentuk sediaan yang masing-masingnya disusun secara alfabetis. Untuk mempermudah pencariaan obat, sebaiknya dibedakan berdasarkan kelas terapi. Obat disimpan sesuai dengan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 44 spesifikasinya masing-masing, misalnya untuk obat-obatan yang harus disimpan pada kondisi dingin maka disimpan di kulkas pada suhu tertentu, contohnya supositoria, injeksi dan juga sediaan kapsul atau tablet yang memang penyimpanannya didalam kulkas. Kartu stok produk ethical disimpan terpisah dari sediaan agar penyusunannya terlihat lebih menarik dan tidak terganggu oleh adanya kartu stok lainnya. Dalam penulisan kartu stok, perlu dibedakan agar mempermudah pencarian, baik dalam tulisan ataupun warna dari kartu stok itu sendiri, seperti pada kartu stok untuk golongan psikotropik dan narkotik, dapat ditulis dengan tinta merah ataupun kartu stok berwarna selain putih, agar mempermudah pembedaan dan pencariannya. Kartu stok Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 5. Apotek Erra Medika memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sesuai standar suatu apotek, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangundangan, misalnya lemari narkotika, buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, serta kumpulan peraturan yang berkaitan dengan hukum farmasi dan perlengkapan administrasi seperti blanko pemesanan obat, buku defekta, buku penerimaan obat, faktur, kwitansi, dan salinan resep. Resep dan salinan resep Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7. 4.2 Sumber Daya Manusia Struktur organisasi Apotek Erra Medika yaitu, apotek berada di bawah Yayasan Sangkakala yang diketuai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku Pemilik Modal Apotek, dan sebagai penanggung jawab apotek yaitu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt serta 3 (tiga) asisten apoteker dan 1 (satu) orang juru resep, sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan digabung menjadi satu dengan klinik. Sebaiknya keuangan apotek dan klinik dibuat terpisah untuk memperjelas perputaran keuangannya. Apotek buka setiap hari mulai dari jam 09.00 – 22.00 WIB dengan 2 (dua) shift. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 8. Kedisiplinan setiap karyawan di Apotek Erra Medika sudah cukup baik, jam kerja yang dijalankan sesuai jadwal, karyawan datang dan pulang tepat waktu. Karyawan yang berhalangan hadir akan memberi kabar terlebih dahulu dengan alasan yang tepat dan dapat diterima. Hubungan antar karyawan di Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 45 Erra Medika terjalin baik, memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi. Hal ini terlihat dari cara karyawan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Pekerjaan yang dilakukan tidak terbatas pada tugas pokok masing-masing karyawan, tetapi bersifat fleksibel dan saling membantu satu sama lain. Keterampilan karyawan sudah cukup baik dan cekatan dalam menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan resep dan obat-obatan yang ada di apotek. Berkaitan dengan pengelolaan apotek maka secara keseluruhan pengelolaan Apotek Erra Medika telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 992/MENKES/PER/X/1993 tepatnya pada pasal 10 sampai dengan pasal 13. Mengacu pada pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, maka Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pengelola Apotek Erra Medika belum sepenuhnya memenuhi peraturan tersebut karena tidak dapat hadir setiaap saat, sehingga diperlukan apoteker pendamping. Sebagai Apoteker di apotek diharapkan dapat mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan di apotek serta dapat memotivasi dan mengkoordinir setiap pegawai agar dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan maksimal, sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan pendapatan apotek. Apoteker diharapkan mampu untuk menjamin peningkatan kualitas hidup manusia dengan hasil yang optimal melalui pengobatan yang efektif, rasional dan aman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi dan konsultasi kepada pasien. Sejauh ini apotek Erra Medika telah berupaya untuk memberikan pelayanan informasi obat walaupun hanya sebatas penggunaan obat kepada pasien yang dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker. Kepuasan pelayanan yang diberikan oleh Apotek Erra Medika diharapkan dapat mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru. Pasien merupakan sasaran utama pelayanan yang dilakukan apotek. Dengan demikian, diperlukan pelayanan yang memuaskan misalnya memberikan informasi obat atau solusi alternatif obat agar dapat menumbuhkan kepercayaan pada pasien. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 46 4.3 Pengelolaan dan Pelayanan Resep Pengelolaan resep di apotek dilakukan dengan baik. Semua resep yang sudah dibuat, disimpan dan diurutkan berdasarkan nomor resep setiap harinya. Untuk resep narkotika dan resep psikotropika disimpan terpisah. Dicatat pula informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat dan jumlah obat yang diberikan pada sistem komputer. Dalam hal pelayanan apotek, apotek Erra Medika melakukan pelayanan obat dengan resep, pelayanan/ penjualan obat bebas dan pelayanan obat wajib apotek. Apotek Erra Medika menerima resep umum dan resep Klinik Erra Medika. Pertama dilihat persediaan obat yang diminta ada atau tidak kemudiaan dilakukan skrining resep dan kemudian resep dihargai. Setelah dilakukan skrining resep, pasien yang tidak cocok dengan harga yang diberikan maka resepnya dikembalikan dan bila cocok pasien akan melakukan pembayaran, diberi struk pembayaran sekaligus nomor antrian resep, setelah dilakukan pembayaran maka obat disiapkan, jika perlu diracik terlebih dahulu. Peralatan meracik yang digunakan di apotek Erra Medika diantaranya adalah alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (Pulverized Machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer. Peralatan-peralatan ini sangat membantu pegawai dalam penyiapan obat-obat racikan sehingga dapat meningkatkan mutu dan kecepatan di dalam pelayanan, namun ada yang perlu diperhatikan mengenai kebersihan alat yang digunakan, setelah menggunakan alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (Pulverized Machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer dalam pengerjaan suatu resep hendaknya dibersihkan terlebih dahulu sebelum alat-alat tersebut digunakan pada pengerjaan resep selanjutnya. Setelah obat siap, lalu pemberian etiket dan dilakukan pengecekan akhir oleh asisten apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien. Untuk obat oral menggunakan etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat yang ditujukan untuk selain pemakaian oral menggunakan etiket berwarna biru. Pada saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta nomor antrian, kemudian obat diserahkan serta diberikan petunjuk penggunaan obat (pelayanan informasi obat) oleh asisten apoteker. Contoh etiket dan kemasan dapat dilihat pada lampiran 9 dan Lampiran 10. Pada etiket harus ditulis secara lengkap nomor resep, tanggal, nama pasien, Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 47 dan aturan pakainya. Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas diberi etiket dan diperiksa kembali kesesuaian obat yang diminta konsumen, jumlah, kekuatan obat, aturan pakai, penulisan kopi resep, dan kuitansi pembelian oleh Asisten Apoteker. Pengerjaan resep di apotek dapat dikatakan cukup cepat. Pasien yang mendapat resep racikan hanya perlu menunggu 10-15 menit dan pasien yang tidak mendapatkan resep yang memerlukan peracikan hanya perlu menunggu 5-10 menit untuk mengambil obat. Pada saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta nomor antrian kemudian obat diserahkan oleh Asisten Apoteker dengan disertai pemberiaan informasi mengenai indikasi dan cara penggunaan obat. Pembayaran dilakukan di kasir secara tunai. Apotek juga mengadakan kerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan seperti Asuransi Bank Mandiri, Asuransi Sudirman dan Nayaka sehingga pembayaran akan dilakukan asuransi tersebut kepada pihak Erra Medika pada tempo waktu yang telah disepakati. 4.4 Pelayanan Swamedikasi Swamedikasi atau pengobatan sendiri berdasar PerMenKes No.919/MENKES/PER/ X/1993 adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Lebih dari 60% dari masyarakat melakukan swamedikasi dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern. Meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat, serta mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pasien merupakan penyebab meningkatnya praktik swamedikasi. Akibatnya, penggunaan obat bebas maupun obat bebas terbatas oleh masyarakat juga semakin meningkat. Apotek Erra Medika melayani pelayanan obat tanpa resep dokter, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Tidak adanya tenaga kefarmasian (Asisten Apoteker maupun Apoteker) berada di tempat serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam menanggapi gejala penyakit, termasuk ketrampilan berkomunikasi sehingga menjadi hambatan bagi Apotek Erra Medika untuk melakukan swamedikasi kepada pasien yang membeli obat tanpa resep dokter. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 48 Sebelum melakukan pembayaran obat tanpa resep, pembeli diberikan satu lembar bon kontan untuk dibayar di kasir. Bon kontan sebaiknya di tulis dalam dua rangkap sehingga apotek dan pasien sama-sama memiliki arsip. Contoh Bonkontan pembelian obat dapat dilihat pada lampiran 11. 4.5. Pembelian dan Pengadaan Barang Pemesanan dapat dilakukan secara langsung ketika karyawan Pedagang Besar Farmasi (PBF) datang ke apotek ataupun melalui telepon. Pengadaan barang hanya dilakukan melalui pembelian dan pemesanan barang pada Senin dan Kamis. Pembelian dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung terhadap Apoteker Pengelola Apotek (APA). Jika ada obat yang bersifat mendesak (cito) atau bersifat fast moving mendadak habis persediaannya apotek Erra Medika tidak melakukan pemesanan di luar hari tersebut (Senin dan Kamis) melalui pembelian langsung. Cara pemesanan ini kurang efektif karena sering kali terjadi kekosongan obat yang dikarenakan pengiriman dari PBF terlambat atau kurang terkontrolnya stok pengaman (buffer stock). Surat pemesanan obat non narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada lampiran 12. Setiap pekerjaan yang dilakukan harus ada fungsi pengawasan dan pengendalian sedini mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang berlarut-larut. Jika rencana yang telah ditetapkan terjadi penyimpangan maka perlu diambil tindakan pencegahannya. Untuk mengendalikan suatu apotek, maka setiap saat perlu diadakan pengawasan terhadap kas, resep-resep, perbekalan farmasi, laporan perbekalan serta biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Pemilik Sarana Apotek dan APA juga bertugas untuk mengawasi dan menilai prestasi kerja setiap staf atau karyawan. Untuk pembelian resep Narkotika dilakukan pada PBF Kimia Farma sesuai peraturan yang berlaku. Surat Pesanan narkotika ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIKA, SIA dan stempel apotek. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemesanan obat antara lain stok minimum dan maksimum barang, waktu tunggu (lead time), stok pengaman (buffer stock) dan parameter lain sehingga waktu pemesanan tepat dan tidak terjadi stok kosong ataupun stok mati. Surat pemesanan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada lampiran 13 dan lampiran 14. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 49 Barang pesanan yang datang akan dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan antara barang yang datang dengan daftar barang yang dipesan di buku pemesanan dan dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merk, jumlah, harga satuan, jumlah harga per barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek dan distempel dengan cap apotek. Faktur yang asli dikembalikan kepada distributor atau PBF yang bersangkutan dan copy fakturnya disimpan sebagai dokumen untuk apotek dan dicatat dalam buku dan komputer. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur dimana faktur asli diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal pembayaran. Pembayaran biasanya dilakukan pada tanggal 10 dan 20. Contoh kwitansi pembayaran pada lampiran 15. Jika penerimaan obat telah selesai dilakukan, obat diletakkan pada etalase atau lemari obat sesuai dengan jenis obatnya. Contoh faktur Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 16. Apotek Erra Medika tidak mempunyai gudang, data barang-barang yang masuk dimasukkan ke dalam stok di komputer dan kartu stok secara manual yang disimpan dalam rak penyimpanan dokumen. Pada ruang racik terdapat lemari dan rak untuk menyimpan obat dimana penyimpanan obat berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out) artinya obat yang masuk terlebih dahulu dan obat yang memiliki waktu kadaluarsa (expire date) lebih dekat akan dikeluarkan terlebih dahulu, sehingga mengurangi terjadinya obat rusak dan kadaluarsa. Stok opname apotek Erra Medika dilakukan setiap sebulan sekali. 4.6 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Resep narkotika dan psikotropika pengerjaannya sama seperti pengerjaan resep umumnya, namun terdapat hal-hal yang penting untuk diperhatikan yaitu, pada saat penerimaan resep, resep diperiksa secara teliti keaslian/kebenarannya, resep tidak boleh berupa copy resep dari apotek lain, tidak boleh diberikan copy resep kepada pasien kecuali untuk resep yang belum habis ditebus dan harus ditebus kembali di apotek yang sama, resep tidak boleh di iter (diulang), resep diberi tanda berupa garis merah pada narkotika/ psikotropika dan resep dipisahkan secara khusus serta dimasukkan dalam catatan harian narkotika dan psikotropika untuk kemudian dibuatkan laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 50 Psikotropika dan narkotika disimpan di lemari khusus yang terdiri dari dua susun lemari, pintu dan kunci yang berbeda-beda. Dimana lemari psikotropika terletak diatas dan narkotika dibawah, lemari narkotik terdiri dari dua pintu, satu bagian untuk menyimpan persediaan narkotika, dan satu bagian yang lain untuk menyimpan narkotika untuk keperluan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi petugas apotek, bahwa golongan obat ini berbeda dari obat dalam (ethical) lainnya, sehingga meningkatkan kewaspadaan mereka agar berhati-hati dalam memilihkan atau memberi obat tersebut, karena obat tersebut tidak boleh diserahkan tanpa resep dokter. Lemari khusus penyimpanan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada Lampiran 17. Resep-resep yang masuk tersebut disimpan dan dikelompokkan setiap bulannya berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan nomornya. Nomor resep yang mengandung narkotika dan psikotropika, dipisahkan untuk mempermudah penyusunan laporan ke instansi yang berwenang. Administrasi Pelaporan dan Pencatatan Apotek Erra Medika bergabung dengan Klinik Erra Medika, sehingga apotek hanya melakukan pelayanan kefarmasian di mana di dalamnya melakukan pemesanan, penyimpanan, peracikan serta penyampaian obat kepada pasien. Laporan yang dibuat pun hanya sebatas kegiatan tersebut, tidak melakukan laporan keuangan yang berkaitan dengan penjualan dan pembayaran hutang dagang, neraca keuangan, laporan labarugi, pembelian, karena laporan tersebut telah dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan. Apoteker melakukan tugas kefarmasian meliputi pengawasan yang berkaitan dengan kegiatan apotek dan membuat laporan penggunaan narkotika & psikotropika serta obat generik. Dalam pelaporan narkotika dan psikotropika, apoteker di Apotek Erra Medika dibantu oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab untuk mendata narkotika dan psikotropika yang telah digunakan setiap periodenya. Pembuatan laporan penggunaan narkotika & psikotropika serta obat generik dilakukan setiap bulan yang ditujukan kepada instansi yang berwenang. Contoh pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika dapat di lihat pada lampiran 18 dan lampiran 19. Arsip kegiatan lainnya yaitu membuat laporan penggunaan obat setiap bulannya untuk dilaporkan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 51 ke bagian administrasi dan keuangan. Laporan penggunaan narkotika, psikotropika dapat dilihat pada lampiran 20 dan lampiran 21. 4.7 Pengelolaan Administrasi Keuangan Pengelolaan keuangan menyangkut kelangsungan jalannya apotek. Semua kegiatan dan keuangan apotek dicatat pada laporan harian secara rinci dan jelas sehingga mempermudah pembuatan laporan setiap bulan dan juga laporan tahunan. Laporan ini kemudian disimpan sebagai arsip dan juga disampaikan kepada pemilik sarana apotek (PSA). Pembayaran barang kepada PBF dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 tiap bulannya. Penagihan pembayaran kepada pihak asuransi dilakukan sesuai kesepakatan. Untuk Asuransi Bank Mandiri, sebulan dilakukan sebanyak dua kali, penagihan tengah bulan dan akhir bulan. Untuk Asuransi lainnya, yaitu Asuransi Nayaka dan Sudirman, penagihan dilakukan di awal bulan. 4.8 Pengelolaan Kartu Stok Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek Erra Medika memiliki kartu stok yang terdapat di set\iap kotak penyimpanan obat (blanko kartu stok obat di Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 13). Pada kenyataannya, kartu stok ini kurang digunakan dengan baik sehingga sering terjadi kekosongan obat dan dokumentasi expired date suatu obat menjadi tidak terkontrol. Dengan memanfaatkan kartu stok, pengelolaan obat dapat dilakukan dengan lebih baik sehingga tidak perlu terjadi penolakan resep akibat kekosongan barang dan jumlah obat yang telah expired dapat terkontrol. 4.8 Pengelolaan Kartu Stok Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek Erra Medika memiliki kartu stok yang terdapat di setiap kotak penyimpanan obat). Pada kenyataannya, kartu stok ini kurang digunakan dengan baik seatu obat menjadi tidak terkontrol. Dengan memanfaatkan kartu stok, pengelolaan obat dapat dilakukan dengan lebih baik sehingga tidak perlu terjadi penolakan resep akibat kekosongan barang dan jumlah obat yang telah expired dapat terkontrol. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan tugasnya memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian dan berwenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan mutu pelayanan apotek dan manajemen apotek serta menjamin penggunaan obat yang rasional. 2. Pengelolaan teknis kefarmasian di apotek meliputi kegiatan peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya serta pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, sedangkan pengelolaan non-teknis kefarmasian tersebut meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. 5.2 Saran 1. Untuk dapat menjalankan tugas apoteker secara optimal sesuai peraturan pemerintah, maka sebaiknya apotek memiliki Apoteker Pendamping. 2. Agar persediaan obat dan waktu kadaluarsa obat dapat lebih diawasi sehingga tidak terjadi kekosongan obat, maka penggunaan kartu stok obat harus lebih ditingkatkan. 52 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (1997). Surat Edaran Direktorat Jenderal POM Nomor 336/E/SE/1997 Tentang Narkotika. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI .(2002). Keputusan Menteri No. 1332/MENKES/ SK/X/2002 Tentang Perubahan tanAtas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/ Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Umar, Muhammad. (2007). Manajemen Apotek Praktis cetakan kedua. Jakarta: Nyohoka Brothers. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. (2009). Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. (1997). Jakarta 53 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia LAMPIRAN Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 54 Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Erra Medika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 55 Lampiran 2. Desain Eksterior Apotek Erra Medika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 56 Lampiran 3. Desain Interior Apotek Erra Medika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 57 Lampiran 4. Denah Ruangan Apotek Erra Medika 1. 2a. 2b. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Keterangan : Tempat tunggu pasien Pintu masuk apotek Pintu masuk klinik Etalase OTC Lemari OTC Lemari penyimpanan obat tablet & kapsul bermerek Meja AA Lemari penyimpanan obat sediaan oral cair & alkes Lemari penyimpanan obat generik, sediaan semisolid, sediaan steril cair (tetes mata, tetes telinga) Wastafel Lemari Narkotika & Psikotropika Kulkas penyimpanan obat 12. Tempat membungkus pulveres 13. Meja peracikan & rak penyimpanan obat-obat untuk racikan 14. Rak penyimpanan obat-obat untuk racikan 15. Meja pengecekan harga obat (komputer) 16. Ruang Administrasi PBF Erra Medika 17. WC 18. Laboratorium 19. Musolah 20. Kasir 21. Ruang Praktek dokter 22. Tangga ke lantai 2 23. Meja keamanan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 58 Lampiran 5. Kartu Stok Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 59 Lampiran 6. Contoh Resep Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 60 Lampiran 7. Salinan Resep Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 61 Lampiran 8. Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 62 Lampiran 9. Etiket Obat Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 63 Lampiran 10. Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 64 Lampiran 11. Bon Kontan Pembelian Obat Tanpa Resep Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 65 Lampiran 12. Surat Pemesanan Obat Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 66 Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 67 Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 68 Lampiran 15. Kuitansi Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 69 Lampiran 16. Faktur Pembelian Obat Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 70 Lampiran 17. Lemari Narkotika & Psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 71 Lampiran 18. Contoh Laporan Narkotika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 72 Lampiran 19. Contoh Laporan Psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 73 Lampiran 20a. Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 20b. Laporan Penggunaan Psikotropika Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LABEL INFORMASI OBAT SEDIAAN SELAIN SEDIAAN PADAT ORAL DI APOTEK ERRA MEDIKA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA PUTERI ISABELLA NAULI TAMPUBOLON, S.Far 1206329985 APOTEKER LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iii 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Tujuan .............................................................................................. 1 1 2 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1. Definisi Informasi Obat .................................................................... 2.2. Langkah-Lngkah dalam Penyerahan Obat ....................................... 2.3. Peran Apoteker dalam Proses Penyerahan Obat .............................. 2.4. Informasi Obat yang Perlu Diketahui .............................................. 2.5. Sumber Informasi Obat .................................................................... 3 3 3 7 8 11 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ........................................................... 12 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 12 3.2. Metode Pengkajian ........................................................................... 12 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 13 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 18 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 18 5.2. Saran ................................................................................................. 18 DAFTAR REFERENSI ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 19 20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Informasi Obat...................................................................... 20 iii Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam upaya kesehatan, selain untuk menghilangkan gejala/simptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Kerasionalan penggunaan obat menjadi penting untuk diperhatikan karena berdampak pada status kesehatan seseorang. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan terjadinya dampak negatif (Penggunaan Obat yang Rasional, 2011). Satu diantara penyebab ketidakrasionalan penggunaan obat adalah kurangnya informasi yang diberikan oleh apoteker mengenai obat yang dikonsumsi oleh pasien. Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen disebutkan bahwa setiap konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Untuk kategori produk obat, ini berarti bahwa konsumen atau pasien berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai obat yang dikonsumsinya. Dengan mengetahui informasi penting terkait obat yang akan digunakan, maka konsumen atau pasien dapat mengetahui dengan pasti tujuan penggunaan dan hal-hal lain yang terkait dengan obat yang sedang diminum (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008). Sebagai pelaku pelayanan kesehatan, apoteker wajib secara moral dan hukum berada dalam posisi yang terbaik untuk memberikan informasi yang cukup dan dapat dimengerti tentang obat yang digunakan oleh pasien untuk memaksimalkan hasil terapi dan mengatasi masalah yang mungkin timbul selama terapi. Apoteker memegang peranan yang vital dalam pemberian informasi karena apoteker merupakan petugas terakhir yang menyerahkan obat kepada pasien. Informasi yang diberikan oleh apoteker haruslah benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Layanan informasi obat di apotek, selain menjadi 1 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia 2 tuntutan profesionalisme seorang apoteker juga dapat dilihat sebagai faktor yang menarik minat konsumen terhadap pembelian obat di apotek. Informasi yang diberikan antara lain mengenai cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, waktu penggunaan / konsumsi obat, penyimpanan yang baik, dan efek samping yang sering dihadapi. Jika penderita patuh pada instruksi dari dokter dan apoteker, maka keberhasilan terapi dapat diperoleh, namun jika obat disalah digunakan karena ketidaktahuan atau informasi yang tidak cukup, dapat mengkibatkan bahaya atau pengobatan yang tidak efektif bagi pasien. Masalah yang sering dihadapi oleh pasien ketika pemberian informasi adalah sulitnya mengingat semua informasi yang diberikan oleh apoteker. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian informasi secara lisan dan tertulis berupa label yang berisikan informasi yang diperlukan dalam penggunaan obat. Dalam rangka realisasi perencanaan pemberian label tersebut maka penulis melakukan pendataan pelabelan informasi ini diharapkan dapat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat. 1.2 Tujuan Pendataan dan pelabelan informasi tambahan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi tambahan yang harus diberikan kepada pasien yang menggunakan obat sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Informasi Obat (Siregar dan Kumolosasi, 2006) Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan farmakoterapi obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama kimia; struktur dan sifat-sifat; identifikasi; indikasi diagnostik atau indikasi terapi; mekanisme kerja; waktu mulai kerja dan durasi kerja; dosis dan jadwal pemberian; dosis yang direkomendasikan; absorpsi; metabolisme; detoksifikasi; ekskresi; efek samping dan reaksi merugikan; kontraindikasi; interaksi; harga; keuntungan; tanda; gejala; dan pengobatan toksisitas; efikasi klinik; data komparatif; data klinik; data penggunaan obat; dan setiap informasi lain yang berguna dalam diagnosis dan pengobatan pasien. 2.2 Langkah-Langkah dalam Penyerahan Obat (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2009) Menurut WHO, pengobatan yang rasional adalah suatu keadaan di mana pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dengan dosis, cara pemberian dan durasi yang tepat, dengan cara sedemikian rupa sehingga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi mereka dan masyarakat pada umumnya. Bila definisi WHO tersebut diterjemahkan, maka “meningkatkan kepatuhan” berarti bahwa pemberian pengobatan sebaiknya disertai dengan informasi yang memadai, karena informasi obat dan pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses terapi rasional. Umumnya dokter dianggap merupakan pemegang keputusan terakhir dalam suatu proses terapi, namun dalam hal penggunaan obat, apoteker dan asisten apoteker merupakan petugas terakhir yang menyerahkan obat kepada pasien. Proses penyerahan obat seringkali diabaikan oleh para penyusun kebijakan di bidang kesehatan selama pengembangan proses pemberian pelayanan kesehatan. Proses ini biasanya dianggap kurang penting dibandingkan proses 3 Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 4 diagnosis, pengadaan, kontrol penyimpanan dan distribusi. Kelalaian ini sangat merugikan karena proses penyerahan obat yang tidak tepat dan tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak buruk bagi sistem pemberian pelayanan kesehatan. Semua proses yang telah dilakukan hingga penentuan obat oleh dokter untuk pasien akan menjadi tidak berguna bila proses penyerahan obat tidak dapat menjamin ketepatan pemberian obat yang benar kepada pasien, yaitu tepat dalam dosis dan jumlah yang efektif. Pemberian informasi tersebut disertai dengan instruksi yang jelas dan penyimpanan obat dalam kemasan yang menjamin kestabilan obat. Petugas penyerah obat merupakan orang terakhir yang berkomunikasi dengan pasien sebelum obat digunakan, maka proses penyerahan obat disertai informasi merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan penggunaan obat yang tepat. Dengan demikian, proses ini sebaiknya dimengerti oleh setiap pelaku proses penyerahan obat. Dalam proses penyerahan obat, ada delapan langkah penting yang sebaiknya dilakukan untuk menjamin terlaksananya penyerahan obat yang benar kepada pasien. Setiap langkah membawa tanggung jawab dan atau pertimbangan yang penting untuk dilakukan. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa pemberi resep telah melakukan diagnosis yang benar serta memilih obat yang benar dan regimen yang tepat, serta pasien mempunyai akses terhadap apotek. Langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Petugas penyerah obat menerima resep yang benar dari pasien atau pemberi resep (secara tertulis atau lisan) dan melakukan pengkajian resep terhadap antara lain : a. Orisinalitas (keaslian resep) b. Jika diperlukan komunikasi dengan pemberi resep untuk resep yang meragukan dan tidak jelas 2. Petugas peyerah obat membaca resep dengan benar dan memeriksa ketepatan instruksi yang tertulis pada resep terhadap : a. Nama obat b. Dosis, cara dan lama pemberian c. Ketersediaan obat Petugas penyerah obat kemudian mencari obat di tempat penyimpanannya. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 5 3. Obat yang diresepkan tersedia dalam kondisi layak pakai (tidak kadaluarsa atau rusak). Petugas penyerah obat sebaiknya : a. Menjamin obat disimpan pada tempat yang benar b. Memeriksa tanggal kadaluarsa dan melakukan proses FIFO (First In First Out) c. Melakukan proses periksa dan periksa ulang (jika memungkinkan) terhadap ketepatan nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat yang diberikan 4. Petugas penyerah obat sebaiknya memiliki pengetahuan obat dan cara penggunaan obat yang tepat dan dapat pula melakukan hal berikut : a. Penyiapan obat dengan tepat b. Pengecekan kembali terhadap jenis obat dan dosis 5. Petugas penyerah obat sebaiknya mengkomunikasikan kepada pasien cara yang tepat untuk menggunakan obat melalui informasi mengenai : a. Etiket obat yang mencantumkan informasi mengenai nama pasien, nama obat, petunjuk penggunaan obat, tanggal pemberian obat, identitas pemberi resep, dan identitas petugas penyerah obat b. Instruksi berupa simbol untuk pasien yang buta huruf c. Pemberian label/etiket informasi tambahan untuk obat 6. Pasien mengerti terhadap instruksi dari petugas penyerah obat. Petugas penyerah obat sebaiknya : a. Mengulang secara lisan, instruksi yang tertulis pada etiket, jika memungkinkan dalam bahasa yang jelas dan lugas, yang dimengerti oleh pasien b. Meminta pasien untuk mengulang instruksi yang diberikan c. Menekankan kebutuhan terhadap adanya kepatuhan d. Menginformasikan peringatan dan perhatian terkait penggunaan obat e. Memberikan perhatian khusus terhadap kondisi tertentu seperti wanita hamil, pasien yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, buta huruf, anak dan pasien lansia dan pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 6 7. Meyakinkan pasien untuk mematuhi instruksi dari terapi Untuk meningkatkan kepatuhan, pemberian obat sebaiknya disertai dengan pemberian informasi yang memadai. Komunikasi dengan pasien atau keluarganya seringkali menemui hambatan, sehingga pasien gagal untuk mengikuti petunjuk pengobatan. Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab kegagalan yang telah teridentifikasi : a. Ada kesenjangan antar pemberi dan penerima informasi, baik dalam penggunaan bahasa, cara penuturan, ataupun cara pendekatan b. Waktu untuk memberikan informasi terbatas c. Pemberi informasi tidak berhasil menarik perhatian atau keterbukaan pasien / keluarganya d. Informasi yang diberikan tidak diartikan secara benar, atau tidak dimengerti e. Petunjuk yang diberikan tidak dipahami f. Petunjuk yang diberikan tidak disepakati g. Petunjuk yang diberikan tidak dapat dilaksanakan h. Petunjuk diberikan secara tidak lengkap i. Hal-hal yang sebaiknya dikerjakan terlupa j. Pasien tidak suka diajak berdiskusi k. Pasien / keluarga merasa sudah mengetahui l. Keyakinan pasien / keluarganya sulit diubah Tidak tersampaikannya informasi secara baik, mutlak menjadi tanggung jawab apoteker atau petugas penyerah obat lainnya, walaupun hambatannya mungkin ada di pihak penerima. Untuk itu, perlu diwaspadai kemungkinan adanya hambatan di atas agar dapat diantisipasi. 8. Petugas penyerah obat melakukan pendokumentasian terhadap langkah yang dilakukan, yaitu : a. Memasukkan detil informasi pada profil pengobatan pasien b. Memasukkan data resep c. Melengkapi data inventori Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 7 2.3 Peran Apoteker dalam Proses Penyerahan Obat (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2009) Apoteker mempunyai fungsi yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan dalam hal : 1 . Pengadaan Apoteker memastikan tersedianya obat dengan kualitas yang baik pada saat diperlukan. 2. Distribusi Apoteker memindahkan obat dengan aman kemanapun obat akan diberikan, memastikan kondisi perjalanan dan penyimpanan obat tidak mempengaruhi kondisi obat. 3. Peresepan Apoteker sering diminta untuk memberikan obat bebas atau obat bebas terbatas untuk membantu pasien melakukan swamedikasi. 4. Monitoring Apoteker perlu melakukan monitoring terhadap terapi jangka panjang pasien penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan asma. Peran lain dari apoteker adalah melakukan : 1. Komunikasi dengan dokter dalam melakukan konfirmasi resep atau menjawab pertanyaan. 2. Mematuhi standar terapi. Apoteker bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan resep terhadap standar terapi terutama untuk regimen yang sifatnya kompleks seperti terapi kanker. 3. Penelitian terhadap pola peresepan dan penggunaan obat. Apoteker memiliki posisi yang strategis dalam melakukan monitor dan evaluasi terhadap peresepan dan penggunaan obat. 4. Edukasi pasien. Pada umumnya, apoteker dipercaya oleh pasien dan dapat memberikan saran yang dihargai oleh pasien serta melakukan edukasi pada pasien secara individual atau edukasi kepada kelompok pasien dengan penyakit tertentu. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 8 2.4 Informasi Obat yang Perlu Diketahui (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008) Obat adalah suatu bahan yang sangat berpotensi bila digunakan dengan tepat, karena obat dapat mencegah, menyembuhkan penyakit atau mengatasi masalah kesehatan. Dengan menggunakannya secara tepat, bisa didapatkan manfaat yang optimal dari obat. Penggunaan obat yang tepat, dimulai antara lain dengan mematuhi semua informasi yang tertera pada kemasan obat atau aturan pakai yang dituliskan oleh apotek. Jika masih kurang atau belum dapat memahaminya, konsumen berhak untuk meminta informasi obat kepada apotek atau kepada Pusat Informasi Obat yang memberikan layanan informasi kepada mayarakat luas seperti PIO Nas Badan POM (Pusat Informasi Obat Nasional Badan POM), karena informasi obat merupakan hak konsumen, sebagaimana tercantum dalam Undang-undang perlindungan konsumen. Agar dapat memperolah manfaat obat secara optimal dan dapat terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan, pada saat membeli obat di apotek, konsumen berhak mendapatkan informasi mengenai hal-hal berikut : 1. Nama dagang dan nama generik obat Nama dagang adalah nama obat yang diberikan oleh pabrik, sedangkan nama generik adalah nama obat sesuai dengan nama kandungan zat berkhasiatnya. Beberapa obat dengan nama dagang yang berbeda dapat mempunyai nama generik yang sama karena mengandung zat berkhasiat yang sama. Biasanya harga obat dengan nama generik lebih murah daripada obat dengan nama dagang. Informasi nama generik dari obat yang ingin dibeli dapat ditanyakan kepada apoteker. 2. Tujuan penggunaan atau indikasi obat Indikasi adalah suatu keadaan (kondisi penyakit) dimana obat perlu digunakan. Misalnya, indikasi dari obat golongan antibiotik adalah keadaan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sementara itu pada keadaan infeksi yang disebabkan oleh virus, tidak diperlukan antibiotik. 3. Kekuatan dan dosis Kekuatan obat adalah jumlah kandungan obat yang berkhasiat. Sedangkan dosis obat adalah jumlah dan frekuensi obat yang harus diminum Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 9 atau digunakan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya obat-obat golongan antibiotik untuk orang dewasa sering diberikan dengan kekuatan 500 mg dan dengan dosis sehari tiga kali satu tablet. 4. Efek samping yang timbul dan bagaimana upaya penanganan efek samping tersebut Pada dasarnya, semua obat memiliki efek samping. Namun efek samping bersifat individual, artinya bahwa efek samping belum tentu terjadi pada semua pasien. Efek tersebut bisa mulai dari yang bersifat ringan seperti sakit kepala atau gatal-gatal maupun bersifat berat seperti gangguan denyut jantung. Untuk obat yang sama, efek samping yang muncul pada pasien pertama belum tentu muncul juga pada pasien kedua. Untuk itu, risiko timbulnya efek samping, tidak perlu membuat konsumen menjadi cemas untuk minum obat karena setiap penggunaan obat harus sudah mempertimbangkan manfaat risiko obat. Informasi mengenai perbandingan manfaat dan risiko obat serta kemungkinan efek samping dari obat yang diminum dan tindakan apa yang harus dilakukan jika timbul efek samping dapat ditanyakan kepada apoteker. 5. Interaksi obat tersebut dengan obat lain atau dengan makanan Beberapa obat tertentu boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, namun juga ada beberapa obat yang perlu dikonsumsi terpisah beberapa jam dari obat lain. Beberapa makanan juga dapat mempengaruhi khasiat dari obat yang diminum, misalnya makanan dengan kandungan kalium yang tinggi dapat mempengaruhi kegunaan dari obat yang dapat menimbulkan peningkatan kadar kalium dari darah, seperti misalnya obat yang tergolong diuretik hemat kalium. Dengan demikian, pasien yang sedang minum obat yang mengandung spironolakton, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan ya n g kaya kalium seperti pisang. Informasi tentang obat lain atau makanan yang harus dihindari pada saat penggunaan obat tertentu dapat ditanyakan pada apoteker. 6. Lama penggunaan obat dan hasil yang diharapkan dari obat Obat harus diminum dalam jangka waktu tertentu hingga dicapai kondisi yang diinginkan. Misalnya obat untuk mengatasi penyakit diabetes Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 10 perlu diminum secara teratur hingga dapat terkontrol kadar gula darah pada interval kadar gula darah yang normal. 7. Waktu yang baik untuk minum obat Beberapa obat akan lebih baik efeknya apabila diminum pada malam hari karena dapat menyebabkan kantuk. Beberapa obat lainnya justru akan lebih baik diminum pada pagi hari seperti vitamin atau diuretik. Ada pula obat yang lebih baik diminum setelah makan karena sifat iritasi terhadap lambung. Sebaliknya ada obat yang lebih baik diminum sebelum makan karena perut dalam keadaan kosong dapat meningkatkan penyerapan obat. 8. Cara penyimpanan obat Umumnya cara penyimpanan obat yang paling sesuai adalah dengan disimpan pada suhu kamar, terlindung dari lembab, dan cahaya matahari langsung. Namun ada juga obat yang harus disimpan pada lemari es. Cara penyimpanan obat yang sesuai sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas obat, sehingga mutu obat tetap terjamin. Selain itu obat harus disimpan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak. Penyimpanan obat secara umum adalah : a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label / kemasan b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak 9. Tindakan yang diambil jika lupa minum obat Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat. Lalu dosis berikutnya diminum sesuai jadwal biasanya. Hal ini dilakukan jika waktu teringat tidak berbeda jauh dari jadwal sebenarnya. Tetapi jika baru teringat saat mendekati dosis berikutnya, abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal selanjutnya sesuai dengan aturan pakai. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 11 2.5 Sumber Informasi Obat (Siregar dan Kumolosasi, 2006) Sumber dari informasi obat meliputi : 1. Tenaga kesehatan Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain. 2. Pustaka Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori : a. Pustaka primer Sumber pustaka primer adalah karya orisinil yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan yang memperkenalkan pengetahuan baru atau peningkatan pengetahuan tentang suatu subjek. Sumber-sumber ini mencakup hasil penelitian dan laporan kasus, demikian juga studi evaluasi dan laporan deskriptif. Pustaka primer memberi landasan untuk pustaka sekunder dan tersier. b. Pustaka sekunder Sumber pustaka sekunder menguraikan berbagai abstrak dan sistem penelusuran untuk pustaka primer dan digunakan untuk menemukan artikel pustaka primer. Informasi yang diperoleh dari pustaka sekunder jarang digunakan tersendiri untuk keputusan klinik. c. Pustaka tersier Sumber pustaka tersier biasanya adalah buku teks atau referensi umum. Sumber-sumber ini menyoroti data yang diterima secara luas dari pustaka primer, mengevaluasi informasi ini, dan mempublikasikan hasil. Sumber pustaka tersier mencakup buku teks atau data base, artikel kajian, kompendia, dan pedoman praktis. 3. Sarana Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan merupakan sarana penunjang yang mempengaruhi kualitas sumbet informasi obat. 4. Prasarana Industri farmasi, Badan POM, pusat informasi obat, pendidikan tinggi farmasi, organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain-lain. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pendataan obat-obat dan pelabelan informasi tambahan yang diperlukan dalam penggunaan obat dilakukan di Apotek Erra Medika selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung pada periode 17 Juni – 12 Juli Dan 29 Juli - 16 Agustus 2013. Semua obat selain sediaan padat oral yang tersedia di Apotek Erra Medika baik obat keras ataupun obat - obat OTC didata guna mengetahui informasi apa yang diperlukan untuk diberitahukan kepada pasien. 3.2 Metode Pengkajian Metode yang digunakan dalam pengkajian pelabelan informasi tambahan yang diperlukan saat penyerahan obat adalah melalui penelusuran literatur (studi pustaka). Pustaka yang digunakan untuk menyusun kajian bersumber dari : 1. rd Medication Teaching Manual 3 Edition 2. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008 3. Drug Information Handbook 21th Edition 4. MIMS 12th Edition Dari pustaka yang digunakan tersebut dilakukan pelabelan informasi untuk masing-masing obat sehingga memudahkan apoteker atau asisten apoteker ketika akan menyerahkan obat kepada pasien. 12 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia BAB 4 PEMBAHASAN Dalam pelayanan kesehatan penggunaan obat merupakan hal yang sangat krusial dalam pengobatan penyakit. Dengan demikian, obat yang diberikan harus tepat, yaitu tepat penyakit, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pakai, tepat pasien. Kalau tidak tepat melakukannya, obat tidak akan memberikan efek yang diharapkan dan bahkan membahayakan jiwa pasien. Seorang apoteker berkewajiban untuk menjamin pasien yang berkunjung ke apotek mengerti dan memahami serta mematuhi cara menggunakan obat sehingga diharapkan penggunaan obat secara rasional dapat ditingkatkan. Satu diantara komponen dalam penggunaan obat yang rasional adalah tersedianya informasi yang memadai mengenai obat yang dikonsumsi dari segi dosis, cara pakai, efek samping yang mungkin terjadi, perhatian, dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat berdasarkan UU Konsumen (UU No. 8/1999) dimana konsumen berhak memperoleh informasi mengenai produk yang digunakan dan merupakan hak konsumen untuk menuntut bila tidak diberikan. Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif dan terkini oleh apoteker kepada pasien dan masyarakat yang membutuhkan. Tujuan informasi obat adalah memperoleh keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan resiko efek samping. Manfaat pelayanan informasi bagi apoteker adalah menjaga citra profesi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, mewujudkan pelayanan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi, menghindari medication error dan pelayanan untuk menarik pelanggan dalam upaya memasarkan pelayanan. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam proses penyerahan obat kepada pasien dianjurkan selalu disertai dengan informasi tambahan mengenai peringatan atau hal-hal yang sebaiknya diperhatikan saat menggunakan obat. Pelayanan informasi bagi pasien sangatlah penting mengingat mereka (pasien) tidak tahu obat yang mereka minum, kecuali jika dokter menjelaskan kepada mereka. Apoteker di apotek sering menyerahkan obat berdasarkan resep dari dokter kepada pasien dalam wadah yang hanya tertulis 13 Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 14 nama pasien dan aturan pakainya tanpa disertai informasi yang memadai. Informasi yang lebih baik pada pasien akan menggugah minat pasien untuk berpartisipasi aktif dalam pengobatan yang akan mempercepat penyembuhannya. Pelayanan kefarmasian yang baik akan mendukung keberhasilan suatu terapi, termasuk diantaranya pelayanan mengenai informasi obat. Dengan adanya intervensi pelayanan informasi obat oleh apoteker, penggunaan informasi lisan dan tertulis pada permulaan terapi obat, menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam kepatuhan pasien mengkonsumsi obatnya. Selama ini para petugas penyerah obat, dalam hal ini apoteker dan asisten apoteker tidak mempunyai cukup waktu untuk dapat menguasai dengan baik seluruh informasi mengenai obat yang beredar dan menjelaskannya kepada pasien. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dilakukan upaya pembuatan daftar obat beserta label informasi tambahan yang diperlukan mengenai obat-obat tersebut. Hal ini diharapkan akan memberikan kemudahan bagi para petugas penyerah obat di apotek, khususnya di Apotek Erra Medika dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Label informasi obat yang ada pada Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008 menjadi acuan dalam daftar label informasi yang dibuat untuk obat sediaan selain sediaan padat oral di Apotek Erra Medika. Adapun daftar label yang dibuat, antara lain adalah : 1. Peringatan. Menyebabkan rasa kantuk Label ini digunakan untuk sediaan-sediaan yang digunakan untuk anak yang mengandung antihistamin, atau sediaan lain untuk anak, yang jika diberi peringatan no.2 tidak sesuai. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Anakonidin Syrup®, Baby’s Cough Syrup®, Bodrexin Flu Batuk Syrup®, Decadryl Expect Syrup®, Hufagrip BP Syrup®, Hufagrip Flu Syrup®, Hufagrip Pilek Syrup®, Ikadryl Expect Syrup®, Lapisiv Syrup® , Sanadryl Expect Syrup®, Ryvell Drop®, Ryvell Syrup®. 2. Peringatan. Menyebabkan rasa kantuk. Jangan mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin. Hindari minum alkohol. Label ini digunakan pada sediaan untuk dewasa yang dapat menyebabkan rasa kantuk, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan dan menjalankan mesin yang penuh resiko; label 1 lebih sesuai untuk anak-anak. Berbahaya jika mengemudikan kendaraan dalam pengaruh minuman atau obat. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 15 Beberapa sediaan ada yang hanya menyebabkan rasa ngantuk pada beberapa hari pertama pengobatan dan beberapa ada yang hanya menyebabkan rasa kantuk pada dosis besar. Dianjurkan untuk menghindari minuman beralkohol, karena efek depresi obat yang bekerja di obat SSP ditingkatkan oleh alkohol. Larangan yang tegas dapat mendorong beberapa pasien tidak menggunakan obat tersebut. Oleh sebab itu Apoteker perlu menerangkan risiko dan manfaat, terutama pada pasien yang merasa dapat mentoleransi efek dari alkohol. Pasien epilepsi yang ingin mengemudikan kendaraan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Efek samping lain yang tidak berhubungan dengan rasa kantuk tetapi juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengendarai atau menjalankan mesin dengan aman adalah penglihatan kabur, pusing, mual. Secara umum tidak ada label yang secara khusus diberikan untuk mengatasi keadaan ini, tetapi sebaiknya pasien diberi konseling dengan tepat. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Anadex Syrup®, Bisolvon Flu Syrup®, Bycolen Syrup®, Celestamine Syrup ®, Cohistan Expect Syrup®, Decadryl Expect Syrup ®, Decolgen Syrup®, Decolsin Syrup®, Fludane Syrup®, Ikadryl Expect Syrup®, Lapisiv Syrup® , Sanadryl Expect Syrup®, Ryvell Syrup®. 3. Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan Penggunaan obat sampai habis bertujuan untuk mengurangi kasus kambuhan atau kegagalan terapi. Contohnya antibiotik oral. Sering kali, beberapa antibiotik dapat menyebabkan efek samping (contoh diare pada pasien yang minum klindamisin) yang membuat penggunaan obat ini sebaiknya dihentikan dan pasien sebaiknya kembali ke dokter. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Kalmoxillin Syrup ®, Amoxsan Dry Syrup®, Amoxsan Forte Dry Syrup ®, Claneksi Dry Syrup®, Claneksi Forte Dry Syrup ®, Viaclav Syrup®. 4. Bahan mudah terbakar: jauhkan dari api atau nyala api Label ini digunakan pada sediaan yang mengandung bahan pelarut yang mudah terbakar. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian Acid Salicyl Pulv®, Kalpanax Tincture®, Nosib Salep®, Rodeca Lotion®, Salep 24®. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 16 5. Bersama makanan atau sesudah makan Label ini digunakan pada sediaan yang mengiritasi lambung, atau yang akan lebih baik penyerapannya dengan adanya makanan. Pasien disarankan untuk makan secukupnya, walupun sedikit. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian Mucopect, Amoksisilin (Amoxsan®, Intermoxil®, Kalmoxilin®, Lapimox®), Dimenhidrinat (Antimo®), Ibuprofen (Proris®, Hufagrip BP®). 6. Setengah sampai satu jam sebelum makan Label ini digunakan pada beberapa sediaan yang absorbsinya meningkat dengan cara ini tetapi sebagian besar antibiotik. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian Metoklorpramid ( Primperan ®, Damaben®), 7. Satu jam sebelum makan atau kondisi perut kosong Label ini digunakan pada sediaan oral dimana absorbsinya akan berkurang dengan adanya makanan dan kondisi asam pada lambung. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian Tiamfenikol (Biothicol ®, Thiamycin®). 8. Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air Label ini digunakan pada sediaan yang harus benar-benar larut dalam air (contoh kloral hidrat), diperlukan minum air dalam jumlah besar (contoh sulfonamid), atau air dibutuhkan untuk meningkatkan kerja obat (metilselulosa). Pasien diberitahu bahwa air yang ditambahkan paling sedikit 150 ml (satu gelas penuh). Umumnya jus buah, teh atau kopi dapat digunakan. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian Amoksisilin (Amoxsan ®, Intermoxil®, Kalmoxilin®, Lapimox®), Ampisilin, Siprofloksasin (Baquinor®, Interflox®, Jayacin®, Wiaflox®), Parasetamol, Kalsium laktat, Sefadroksil (Cefat ®, Pyricef®, Staforin®), Klindamisin (Albiotin®, Prolic®), Kotrimoksazol (Primadex®, Sanprima®), Bisakodil (Dulcolax®), Eritromisin (Erysanbe®). 9. Disebar/dioleskan tipis-tipis Label ini digunakan pada sediaan obat luar yang harus digunakan sedikit demi sedikit (contoh kortikosteroid, ditranol). Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat topikal yaitu Apolar Cream ®, Benoson Cream®, Betason Cream®, Canesten Cream®, Chlorampecort Cream®, Cinolon Cream®, Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 17 Digenta Cream®, Diprosone Cream®, Dolones Cream®, Elocon Cream®, Esperson Cream®, Flexasur Cream®, Garamycin Cream® dan sediaan topikal lainnya. 10. Jangan menggunakan lebih dari 2 dosis setiap kali pengulangan. Jangan menggunakan lebih dari 8 dosis dalam waktu 24 jam Label ini digunakan pada sediaan mengandung parasetamol untuk dewasa dengan dosis “jika perlu”. Sebaiknya disebutkan jenis bentuk sediaannya, misal tablet atau kapsul. Label ini digunakan karena memungkinkan timbulnya resiko yang bersifat serius pada penggunaan overdosis parasetamol. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Sanmol ®, Panadol®, Tempra ® dan Dumin®. 11. Jangan digunakan bersamaan dengan sediaan yang mengandung parasetamol Label ini digunakan pada semua sediaan yang mengandung parasetamol. Pada Apotek Erra Medika label ini diberikan untuk pemberian obat Anadex Syrup®, Baby’s Cough®, Bodrexin Flu Batuk®, Bycolen Syrup®, Decolgen Syrup®, Decolsin Syrup®, Fludane Syrup®, Hufagrip Flu®, Nellco Spesial OBH®, OBH Trpoca Anak®, Sanmol®, Panadol®, Tempra ® dan Dumin®. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan buku-buku yang dijadikan sebagai sumber pustaka dalam penelusuran informasi terhadap obat-obatan yang tersedia di Apotek Erra Medika, terdapat 11 jenis label yang dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna dalam penggunaan sediaan selain sediaan padat oral bagi pasien dalam menjalankan terapi pengobatannya. 5.2 Saran Penggunaan label informasi tambahan dalam penyerahan obat sebaiknya segera diterapkan dalam pelayanan kefarmasian di Apotek Erra Medika agar proses pengobatan pasien dapat berjalan 18 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 dengan optimal. Universitas Indonesia DAFTAR REFERENSI American Pharmacists Association (AphA). (2012). Drug Information Handbook. A Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Profesionals 21st Edition. United States : Lexi Comp. American Society of Health-System Pharmacists. (2004). Medication Teaching Manual. The Guide To Patient Drug Information 8th Edition. American Society of Health-System Pharmacists. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2008). Konsumen (Obat) yang Berdaya Sadar Akan Haknya Atas Informasi Obat. ISSN 18299334, Vol.9, No.3. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta: CV. Sagung Seto. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12 2012/2013. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Penggunaan Obat yang Rasional. (2011). 23 November 2013. http://pio.farmasi.asia/penggunaan-obat-yang-rasional/. Presiden Republik Indonesia. (1999). Undang – undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta Siregar, Charles J.P., & Kumolosasi, Endang. (2006). Farmasi Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 19 Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 Universitas Indonesia LAMPIRAN Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 20 Lampiran 1. Daftar Informasi Obat No. 1 Nama Obat 2 Acid Boricum Kristal 1 G Acid Boricum Pulv 1 G 3 Acid Salicyl Pulv 1 G 4 Actifed Plus Expt Syrup 120 ml 5 Actifed Plus Expt Syrup 60 ml 6 Actifed Syrup 120 ml 7 8 Actifed Syrup 60 ml Acyclovir Cream 5% 5G 9 Albothyl Ovule 10 Albothyl Sol Concentrate 10 ml 11 12 Allerin Expectorant Syrup 120 ml Allerin Expectorant Syrup 60 ml Komposisi Asam Borat Label Informasi - Asam Borat Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api (IONI) Asam Salisilat Per 5 ml mengandung tripolidin HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl 30 mg; guaifenesin 100 mg Per 5 ml mengandung tripolidin HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl 30 mg; guaifenesin 100 mg Per 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 30 mg; tripolidine HCl 1,25 mg Per 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 30 mg; tripolidine HCl 1,25 mg Asiklovir Polikresulen(Produk kondensasi dari asam metakresolsulfonat & metanal) Polikresulen (Produk kondensasi dari asam metakresolsulfonat & metanal) Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat 50 mg; Na sitrat 180 mg; difenhidramin HCl 12,5 mg; fenilpropanolamin HCl 12,5 mg; alkohol 5% Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Jangan digunakan disekitar mata (MTM) Untuk dimasukkan ke dalam vagina (MIMS) - Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 21 No. Nama Obat 13 Aloclair Plus Spray 14 Amoxcicilin Syr Dry 125mg/5ml 60 ml 15 Amoxsan Drop 100mg/ml 15 ml 16 Amoxsan Syr Dry 125mg/5ml 60 ml Komposisi Label Informasi 50 mg; Na sitrat 180 mg; difenhidramin HCl 12,5 mg; fenilpropanolamin HCl 12,5 mg; alkohol 5% Aqua, maltrodekstrin, propilen glikol, polivinilpirolidon (PVP), ekstr. aloe vera, K.sorbat,Na benzoat, hydroksietilselulosa, PEG 40, castor oil terhidrogenasi, disodium edetat, benzalkonium Cl, sakarin Na, Na hialuronat, asam glisiretat Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum Amoksisilin trihidrat dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum Amoksisilin trihidrat dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan Amoksisilin trihidrat agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 22 No. Nama Obat Komposisi 17 Amoxsan Syr Dry Forte 250mg 60 ml 18 Anadex Syrup 60 ml 19 21 Anakonidin Syrup 60 ml Antimo Anak Sachet 5 ml Amoksisilin trihidrat Per 5 ml mengandung Parasetamol 120 mg; dekstrometorfan HBr 3,5 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg; fenilpropanolamin HCl 3,5 Mg Per 5 ml mengandung dekstrometorfan HBr 5 mg; gliseril guaiakolat 25 mg; pseudoefedrin HCl 7,5 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg Dimenhidrinat Per 0,6 ml mengandung vit. A 2000 iu; vit. B1 1 mg; vit. B2 1,2 mg; vit. B6 1 mg; vit. B 12 2 mcg; vit. C 30 mg; vit. D 400 iu; nikotinamid 10 mg; lisin HCl 25 mg; d-pantotenol 5 mg Per 5 ml mengandung vit. A 5000 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; Vit B6 6 mg; vit. B 12 5 mcg; vit. C 50 mg; vit. D 400 iu; nikotinamid 20 mg; lisin HCl 250 mg; d-pantotenol 5 mg; asam lglutamat 25 mg 22 23 Apialys Drop 10 ml Apialys Syrup 100 ml Label Informasi nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Digunakan ± makan (MIMS - Digunakan ± makan. Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Digunakan ± makan. Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 23 No. 24 Nama Obat Apolar Cream 10 G 25 Apolar-N Cream 10 G 26 Augentonic Eye Drop 5 ml 27 Baby's Cough Syrup 28 Batugin Elixir 120 ml 29 Batugin Elixir 300 ml 30 Becombion Extra Lysin 100 ml 31 Becombion Plus Syrup 100 ml Komposisi Desonid Desonid 0,5 mg; neomisin sulfat 5 mg Tiap ml mengandung eskulina 0,09%; air kulit hamamelidis 2%; vit.A 900 ui/ml; kinikardina0,1%; fenazone 0,1%; ZnSO4 0,1%; mentol 0,0004%; minyak mawar 0,02%; asam borat 1,3%; natrium borat 0,04% Label Informasi - Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari Parasetamol 120 mg; guaiafenesin tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 25 mg; klorfeniramin maleat 1 mg dosis selama 24 jam (MTM). Per 30 ml mengandung ekstr. Daun strobilanthus crispus yang setara dengan bubuk daun kering 0,3 g; ekst. daun sonchus arvensis yang setara dengan bubuk daun kering 3 g Per 30 ml mengandung ekstr. Daun strobilanthus crispus yang setara dengan bubuk daun kering 0,3 g; ekst. daun sonchus arvensis yang setara dengan bubuk daun kering 3 g Per 5 ml mengandung vit. B1 5 mg; vit.B2 2 mg; vit.B3 20 mg; vit.B5 3 Digunakan ± makan. Dapat diberikan mg; vit.B6 2,5 mg; vit.B12 3 mcg;L-lysin bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman HCl 375 mg pada GI (MIMS) Per 10 ml mengandung vit. A 4.0000 IU; vit. B1 1,4 mg; vit. B2 1,7 Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 24 No. Nama Obat 32 33 Benoson Cream 10% 15 G Benoson cream 10% 5 G 34 Benoson N Cream 15 G 35 36 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Benoson N Cream 5 G Bepanthen Oint 5% 20 G Betadine Gargle 1% 100 ml Betadine Gargle 1% 190 ml Betadine Oint 10% 10 G Betadine Oint 10% 20 G Betadine Oint 10% 5 G Betadine Sol 1 ml Betadine Sol 15 ml Betadine Sol 30 ml Betadine Sol 5 ml Betadine Sol 60 ml Betadine Vaginal Douche (TA)100 ml Betadine Vaginal Douche Plus Alat 100 ml Betason Cream 5 G 51 Biolysin Smart Syrup 60 ml Komposisi mg; vit. B3 118 mg; vit. B6 0,7 mg; vit. C 35 mg; vit. D 400 IU; vit. E 3 mg; minyak hati ikan kod 200 mg Betametason 0,1% Betametason 0,1% Betametason 0,1%; neomisin sulfat 0,5% Betametason 0,1%; neomisin sulfat 0,5% Dekspantenol Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Povidon iodin Betametason Per 5 ml mengandung asam arakhidonat 60 mg; DHA 20 mg; vit. A 1500 iu; vit. B1 1 mg; vit. B2 0,8 mg; vit. B6 0,8 mg; vit. B12 3 mcg; vit. Label Informasi - Digunakan ± makan : Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 25 No. Nama Obat 52 53 54 Biolysin Syrup 60 ml Bioplacenton Gel 15 G Biothicol Syr Dry 125 mg/5ml 60 ml 55 56 Bisolvon Antitusive Syrup 60 ml Bisolvon Drops 50 ml 57 Bisolvon Extra Elixir 125 ml 58 59 60 Bisolvon Extra Elixir 60 ml Bisolvon Elixir 4 mg/5 ml 125 ml Bisolvon Elixir 4 mg/5 ml 60 ml 61 62 Bisolvon Flu Syrup 60 ml Bisolvon Kid Syr 60ml 63 Bodrexin Flu Batuk Syrup 60 ml Komposisi C 50 mg; vit. D3 400 iu; D-pantenol 3 mg; niacinamide 10 mg; L-lisin HCl 100 mg Per 5 ml mengandung vit. A 5000 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 1 mg; vit. B12 5 mcg; vit. C 50 mg; vit. D3 1000 iu; dpantenol 3 mg; L-lisin HCl 200 mg; niasinamid 20 mg Neomisin sulfat 0,5%; extr.plasenta 10% Tiamfenikol Label Informasi Digunakan ± makan : Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS). Jangan minum obat ini lebih dari 120 mg selama 24 jam. Sebaiknya tidak digunakan pada anak dibawah 2 tahun (MTM) Digunakan bersama makan (MIMS) Dekstrometorfan HBr Bromheksin HCl Per 5 ml mengandung bromheksin HCl 4 mg; guaifenesin 100 mg Digunakan bersama makan (MIMS) Per 5 ml mengandung bromheksin HCl 4 mg; guaifenesin 100 mg Digunakan bersama makan (MIMS). Bromheksin HCl Digunakan bersama makan (MIMS). Bromheksin HCl Digunakan bersama makan (MIMS). Per 5 ml mengandung bromheksin HCl 4 mg; parasetamol 150 mg; klorfeniramin malet 2 mg; fenilefrin HCl 5 mg Digunakan bersama makan (MIMS). Bromheksin HCl Digunakan bersama makan (MIMS). Parasetamol 100 mg; pseudoefedrin HCl 7,5 mg; gliseril Digunakan ± makan (MIMS). Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 26 No. Nama Obat 64 Borax Glycerin Liquid 8 ml 65 Bufect Suspensi 100mg/5ml 60 ml 66 Bycolen Syrup 100 ml 67 Caladine Lotion 60 ml 68 Caladine Lotion 95 ml 69 Callusol Liquid 10 ml 70 71 72 73 Candistin Drop 100k/ml 12 ml Canesten Cream 10 G Canesten Cream 5 G Carbo Glicerin 15 ml 74 Catarlent Eye Drop 15 ml 75 Catarlent Eye Drop 5 ml 76 Cefadroxil Dry Syr 125mg/5ml 60ml Komposisi Label Informasi guaiakolat 20 mg; bromheksin HCl 2 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg Boraks gliserin Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan jangan digunakan lebih dari 3- 10 hari untuk pengobatan Ibuprofen demam tanpa rekomendasi dokter (DIH). Per 5 ml mengandung parasetamol 125 mg; gliseril guaiakolat 30 mg; ammonium Cl 90 mg; Na sitrat 50 mg; klorfeniramin maleat 2 mg; vit. C 30 mg Digunakan ± makan (MIMS) Calamin 5%; Zn oksida 10%; Difenhidramin HCl 2% Calamin 5%; Zn oksida 10%; Difenhidramin HCl 2% Asam salisilat 0,2 g; asam laktat 0,05 g; polidocanol 0,02 g Biarkan di dalam rongga mulut selama mungkin Nistatin sebelum ditelan (MIMS) Klotrimazol Klotrimazol Karbol gliserin K-iodida 5 mg; K-klorida 5 mg; Na tiosulfat 0.5 mg; tiomerosal 0.002 mg K-iodida 5 mg; K-klorida 5 mg; Na tiosulfat 0.5 mg; tiomerosal 0.002 mg Digunakan ± makan : dapat diberikan Cefadroksil bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 27 No. Nama Obat Komposisi 77 Cefat Dry Syrup 125mg/5ml 60 ml Cefadroksil monohidrat 78 Cefat Forte 250 mg Syrup Cefadroksil monohidrat 79 Cefspan Dry Syr 100mg/5ml 30 ml 80 Celestamine Syrup 30 ml 81 82 83 84 85 86 Celestamine Syrup 60 ml Cendo Eyefresh 0,6 ml MiniDose Cendo Fenicol Eye Drop 0,25% 5 ml Cendo Fenicol Eye Drop 0,50% 5 ml Cendo Fenicol Eye Oint 35 G Cendo Lyteers Eye Drop 15 ml 87 Cendo Tobroson 0,6 ml 88 Cendo Tobroson MiniDose 89 Cendo Xitrol Eye Drop 5 ml Cefiksim Betametason 0,25 mg; deksklorfeniramin maleat 2 mg Betametason 0,25 mg; deksklorfeniramin maleat 2 mg HPMC 3 mg; dextran 70 1 mg Kloramfenikol Kloramfenikol Kloramfenikol Ion Na & K dengan Benzalkonium Cl Tiap ml mengandung tobramisin 3 mg; Deksametason sodium fosfat setara dengan Deksametason 1 mg Tiap ml mengandung tobramisin 3 mg; Deksametason sodium fosfat setara dengan Deksametason 1 mg Polimiksin B sulfat 6.000 iu/ml; neomisin sulfat 3.5mg/ml; deksametason 0.1% Label Informasi pada GI (MIMS) Digunakan ± makan : dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Digunakan ± makan : dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan(IONI, DIH) Diberikan bersama makanan atau sesudah makan (MIMS, DIH) - - - Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 28 No. Nama Obat 90 Cendo Xitrol Eye Oint 3,5 G 91 Cendo Xitrol MiniDose 92 Cenfresh MiniDose 93 Cerebrofort Gold Syrup 100 ml 94 Cerebrofort Gold Syrup 200 ml 95 Cerebrofort plus DHA Syrup 100 ml Komposisi Polimiksin B sulfat 6.000 iu/ml; neomisin sulfat 3.5mg/ml; deksametason 0.1% Polimiksin B sulfat 6.000 iu/ml; neomisin sulfat 3.5mg/ml; deksametason 0.1% Dekstran 0.1%; Hidroksi metil selulosa 0.3 % Asam arakhidonat 15 mg; DHA 10 mg; EPA 2 mg; asam Lglutamat 50 mg; asam folat 100 mcg; biotin 0,2 mg; L-lisin HCl 50 mg; vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg; vit. B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A 2000 iu; vit. C 50 mg; vit. D 200 iu Asam arakhidonat 15 mg; DHA 10 mg; EPA 2 mg; asam Lglutamat 50 mg; asam folat 100 mcg; biotin 0,2 mg; L-lisin HCl 50 mg; vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg; vit. B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A 2000 iu; vit. C 50 mg; vit. D 200 iu Per 5 ml mengandung DHA 10 mg; asam amino 15 mg; EPA 2 mg; asam L-glutamat 50 mg; asam folat 100 mcg; vit. B1 1,5 mg; vit. B2 1,5 mg; Label Informasi - - Digunakan ± makan : dapat dicampur dengan susu, jus buah atau makanan lain (MIMS) Digunakan ± makan : dapat dicampur dengan susu, jus buah atau makanan lain (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 29 No. Nama Obat 96 Chloramphecort Cream 10 G 97 98 Chloramphecort-H Cream 10 G Cinolon Cream 10 G 99 Cinolon-N Cream 10 G 100 Citocetin Syrup 60 ml 101 Claneksi Dry Syrup 60 ml 102 Claneksi Dry Syrup Forte 60 ml 103 Claritin Syrup 30 ml 104 Claritin Syrup 60 ml Komposisi Label Informasi vit. B6 1,5 mg; vit. B12 2 mcg; vit. A 2000 iu; vit. C 50 mg; vit. D 200 iu Hidrokortison asetat 25 mg; kloramfenikol 20 mg Hidrokortison asetat 25 mg; kloramfenikol 20 mg; prednisolon 2,5 mg Flusinolon asetonid Flusinolon asetonid 0,025%; neomisin sulfat 0,5% Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan tanpa memperhatikan makanan. Pemberian terbaik digunakan pada saat memulai makan untuk penyerapan yang lebih Per 5 ml mengandung amoksisilin baik dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI trihidrat 125 mg; asam klavulanat 25 mg (MIMS, MTM, DIH) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan tanpa memperhatikan makanan. Pemberian terbaik digunakan pada saat memulai makan untuk penyerapan yang lebih Per 5 ml mengandung amoksisilin trihidrat baik dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI 250 mg; asam klavulanat 62,5 mg (MIMS, MTM, DIH) Loratadin Digunakan ± makan (MIMS) Loratadin Digunakan ± makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 30 No. Nama Obat 105 Codipront Cum Expektorant Syrup 60 ml 106 Codipront Syrup 60 ml 107 Cohistan Expectorant 100 ml 108 Cohistan Expectorant 60 ml 109 Combantrin Susp Orange 10 ml 110 Comtusi Syrup 100 ml 111 112 113 114 Comtusi Syrup 60 ml Conver Eye Drop 2% 15 ml Counterpain Cool Cream 4% 15 G Counterpain Cool Cream 4% 30 G 115 Counterpain Cream 15 G 116 Counterpain Cream 30 G 117 Counterpain Cream 60 G 118 Curcuma Plus Emulsi Orange 200 ml Komposisi Label Informasi Per 5 ml mengandung kodein 11.11 mg; feniltoloksamin 3.67 mg; guaifenesin 55.55 mg; extr.thyme Liquid 55.55 mg Per 5 ml mengandung kodein 11.11 mg; feniltoloksamin3.67 mg Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat 50 mg; klorfeniramin maleat 1 mg Digunakan ± makan (MIMS) Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat 50 mg; klorfeniramin maleat 1 mg Digunakan ± makan (MIMS) Pirantel pamoat Per 5 ml mengandung Oksomemazin 1.65 mg; gliseril guaiakolat 33.3 mg Per 5 ml mengandung Oksomemazin 1.65 mg; gliseril guaiakolat 33.3 mg Sodium kromoglikat 2% Mentol Mentol Metil salisilat 102 mg; mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg Metil salisilat 102 mg; mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg Metil salisilat 102 mg; mentol 54.4 mg; eugenol 13.6 mg Per 5 ml mengandung ekstr. curcuma xanthorrhiza 10 mg; minyak ikan kod; vit. A 850 iu; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; vit. B5 Digunakan sesudah makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 31 No. Nama Obat 119 Curcuma Plus Syrup 120 ml 120 Curcuma Plus Syrup 60 ml 121 Curvit Cl Emulsi 175 ml 122 Curvit Syrup 120 ml 123 Curvit Syrup 60 ml Komposisi 3 mg; vit. D 100 iu; kalsium hipofosfit 500 mg Per 5 ml mengandung vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; β- karoten 10% 4 mg; dekspantenol 3 mg; kurkuminoid 2 mg Per 5 ml mengandung vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; β- karoten 10% 4 mg; dekspantenol 3 mg; kurkuminoid 2 mg Per 5 ml mengandung minyak hati ikan kod 7,5 mg; ekstr. curcuma 10 mg; asam arakhidonat 15 mg; DHA 10 mg; frukto-oligosakarida (FOS) 500 mg; Ca hipopospit 500 mg; vit. D 100 iu; dekspantenol 3 mg; vit. A 850 mg; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit B6 5 mg; vit. B12 5 mcg Per 5 ml mengandung vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; β- karoten 4 mg; dekspantenol 3 mg; Ca gluconate 300 mg; curcuminoid 2 mg Per 5 ml mengandung vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; β- karoten 4 mg; dekspantenol 3 mg; Ca gluconate 300 Label Informasi Digunakan sesudah makan (MIMS) Digunakan sesudah makan (MIMS) Digunakan sesudah makan (MIMS) Digunakan sesudah makan (MIMS) Digunakan sesudah makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 32 No. Nama Obat Komposisi mg; curcuminoid 2 mg 124 Cyclofem Vial IM 50 ml Per ml mengandung medroksiprogesteron asetat 50 mg; estradiol sipionat 10 mg 125 Damaben Drop 4mg/ml 10 ml Metoklopramid HCl 126 Damaben Oral Sol 5mg/5ml 60 ml Metoklopramid HCl Per 5 ml mengandung difenhidramin HCl USP 13,5 mg; amonium klorida USP 131,5 mg; sodium sitrat USP 55 mg; mentol USP 1 mg Difenhidramin HCl Per 15 ml mengandung parasetamol 300 mg; fenilpropanolamin 12,5 mg; klorfeniramin maleat 1 mg Per 5 ml mengandung parasetamol 150 mg; fenilpropanolamin HCl 6,25 mg; etilefedrin HCl 12,5 mg; klorfeniramin maleat 0,75 mg; dekstrometorfan HBr 5 mg; guaifenesin 50 mg 127 Decadryl Expect Syrup 60 ml 128 Decadryl Vial 10 mg/ml 15ml 129 Decolgen Liquid 60 ml 130 Decolsin Susp 60 ml 131 Depo-Progestin Vial 50mg/ml 1 ml 132 Dettol Liquid 100 ml 133 Dettol Liquid 60 ml 134 Digenta Cream 10 G Medroksiprogesteron asetat Betametason dipropionat 0,05%; gentamisin sulfat Label Informasi Pastikan kecukupan asupan kalsium dan vit. D jika digunakan unuk mencegah osteoporosis (DIH). Rokok dapat meningkatkan efek samping obat. Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama (MTM) Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS). Digunakan sebelum tidur (MTM) Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS)Digunakan sebelum tidur (MTM) - Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Rokok dapat meningkatkan efek samping obat. Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama (MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 33 No. Nama Obat 135 136 137 138 Diprogenta Cream 10 G Diprosone OV Cream 10 G Diprosone OV Cream 5 G Dolones Cream Komposisi 0,1% Betametason dipropionat 0,05%; gentamisin sulfat 0,1% Betametason Dipropionat Betametason Dipropionat Lidocaine,prilocaine 139 Dulcolactol Syrup 335mg/5ml 60 ml 140 Dulcolax Suppos 10 mg Adult 141 Dulcolax Suppos 5 mg Paed Laktulose 10 g/ 15 ml Bisacodyl Bisacodyl 142 Dumin Syrup 120mg/5ml 60 ml Parasetamol Per 5 ml mengandung vit. A 2400 IU; vit. B1 4 mg; vit. B2 1.2 mg; vit. B6 1.2 mg; vit. B12 4 mcg; vit. C 60 mg; vit. D3 400 IU; Ca Pantotenat 6 mg; L-lisin HCl 200 mg; Ca glukonat 300 mg; Nikotinamid 16 mg; kolin 12 mg; inositol 12 mg; Ca hipofosfit 20 mg; Na hipofosfit 20 mg 143 Elkana Syrup 60 ml Label Informasi Digunakan ± makan : Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI. Juga dapat dicampur dengan jus buah, air, atau susu untuk memperbaiki rasa (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 34 No. Nama Obat Komposisi Label Informasi Hindari kontak dengan mata dan jangan membalut luka (DIH) Hindari kontak dengan mata dan jangan membalut luka (DIH) 144 Elocon Cream 10 G Mometason Furoat 145 Elocon Cream 5 G Mometason Furoat Per 5 ml mengandung vit. A 1500 u; vit. B1 8,33 mg; vit. B2 4,16 mg; vit. B6 1,67 mg; vit. B12 8,33 mcg; vit. C 83,33 mg; vit. D 100 u; Digunakan ± makan : dapat diberikan bersama niasinamid 8,33 mg; pantenol 3,33 mg makanan agar diabsorbsi lebih baik (MIMS) Per 45 ml mengandung Ekst. abrus precatorius folia setara dengan bubuk daun kering 75 mg; ekstr. liquiritae radix setara dengan bubuk akar kering 20 mg; ekstr. piper betle folia setara dengan daun segar 450 mg; mentol 10 mg Piritinol HCl Diberkan dengan makanan , berikan dengan segelas besar air (MIMS) Sucralfat Digunakan ± makan (MIMS). Jangan minum obat ini bersama atau setelah minum jus Eritromisin atau minuman yang mengandung karbonat (MTM) Desoksimetason Desoksimetason Polikresulen (produk kondensasi dari asam metakresolsulfonat & metanal) Piroksikam Digunakan ± makan .Dapat diberikan sebelum atau sesudah makan. Pada pasien yang sensitif dan terlihat apatis sepanjang hari berikan 40 tetes sebelum tidur, 20 Dimenthindene maleat tetes sebelum makan pagi (MIMS) 146 Enervon C Plus Syrup 120 ml 147 Enkasari Liquid 120 ml Encephabol 100 ml 148 149 Episan Suspensi 150 Erysanbe Dry Syrup 200mg/5ml 60 ml 151 Esperson Cream 15 Gr 152 Esperson Cream 5 Gr 153 Faktu Suppos 154 Feldene Gel 15 G 155 Fenistil Drop 0,10% 10 ml Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 35 No. Nama Obat 156 Fixef Dry Syrup 100mg/5ml 30 ml Komposisi Sefiksim 157 Flagyl Oral Susp 125mg/5ml 60 ml 158 Flagystatin Ovule 159 Flamar Emulgel 20 G Metronidazol Metronidazole,nystatin Na diklofenak Setil miristoleat pada kompleks asam lemak teresterifikasi 0,34 g; metil salisilat IP 1,5 g; mentol IP 0,45 g Per 5 ml mengandung parasetamol 125 mg; fenilpropanolamin HCl 3,125 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg; dekstrometorfan HBr 3,75 mg Per 5 ml mengandung parasetamol 125 mg; fenilpropanolamin HCl 3,125 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg Povidon iodin Ketokonazol Fucoidan Klotrimazol Klotrimazol 160 Flexasur Cream 30 G 161 Fludane Plus Syrup 60 ml 162 163 164 165 166 167 Fludane Syrup 60 ml Forinfec gargle 1% 200 ml Formyco Cream2% 10 G Fudan Syrup Fungiderm Cream 1% 10 G Fungiderm Cream 1% 5 G Label Informasi Diberikan bersama makanan (MIMS) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (IONI), Hindari kulit dari paparan cahaya matahari atau cahaya lampu secara langsung (MTM) Hindari minuman beralkohol (IONI, MIMS, MTM, DIH) Diberikan bersama makanan atau sesudah makan (IONI, MIMS, DIH), Obat ini menyebabkan urin berwarna gelap atau coklat (MTM, DIH) - - Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 36 No. Nama Obat 168 Garamycin Cream 15 G 169 Garamycin Cream 5 G 170 Gentasolon Cream 5 G 171 Hufagrip BP Syrup 60 ml 172 Hufagrip Flu Syrup 60 ml 173 Hufagrip Pilek Syrup 60 ml 174 Hufagrip Susp TMP Syrup 60 ml 175 Hydrocortisone Cream 1% 5G 176 Hydrocortisone Cream 2,5% 5G 177 Ikadryl Expect Syrup Apple 100 ml 178 Ikadryl Expect Syrup Apple 60 ml 179 Iliadin Nasal Spray 0,25% 10ml 180 Iliadin Nasal Spray 5% 10ml Komposisi Gentamisin Gentamisin Label Informasi Hindari penggunaan jangka panjang pada wajah atau alat vital (MTM). Untuk anak- anak jangan digunakan lebih dari 4 minggu Fluosinolon asetonid 0,025%; gentamisin sulfat 0.1% Per 5 ml mengandung dekstrometorfan HBr 7,5 mg; pseudoefedrin HCl 15 mg; klorfeniramin maleat 0,5 mg Per 5 ml mengandung parasetamol 120 mg; efedrin HCl 5 mg; klorfeniramin maleat 2 mg; gliserin guaiakolat 50 mg Per 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 15 mg; klorfeniramin maleat 1 mg Digunakan sebelum tidur. (MTM) Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan jangan digunakan lebih dari 3-10 hari untuk Per 5 ml mengandung ibuprofen pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH). 100 mg Hidrokortison asetat Hidrokortison asetat Per 5 ml mengandung Difenhidramin HCl 12.5 mg; ammonium Cl 125 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg Digunakan ± makan (MIMS) Per 5 ml mengandung Difenhidramin HCl 12.5 mg; ammonium Cl 125 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg Digunakan ± makan (MIMS) Oksimetazolin HCl Oksimetazolin HCl Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 37 No. Nama Obat 181 Imboost Force Syrup 120 ml 182 Imboost Force Syrup 60 ml 183 Imboost Syrup 120 ml 184 Imboost Syrup 60 ml 185 Imunos Syrup 60 ml 186 Inerson Oint 15 G 187 Insto Eye Drop 15 ml 188 Insto Eye Drop 7,5 ml 189 190 191 192 193 194 Insto Moist Interzol Cream 2% 5 G Isoprinosine Syr 250mg/5ml 60 ml Isprinol Syr 250mg/5ml 60 ml Kalcinol-N Cream 5 G Kalmicetine Oint 2% 15 G 195 Kalmoxillin Syr 125mg/5m 60 ml Komposisi Per 5 ml mengandung echinacea purpurea 250 mg; black elderberry extr 400 mg; Zn picolinate 10 mg Per 5 ml mengandung echinacea purpurea 250 mg; black elderberry extr 400 mg; Zn picolinate 10 mg Per 5 ml mengandung Echinaceae 250 mg; Zn picolinate 5 mg Per 5 ml mengandung Echinaceae 250 mg; Zn picolinate 5 mg Per 5 ml mengandung Echinacea (EFLA 894) 500 mg; Zn pikolinat 5 mg; selenium 15 mcg Desoximetasone Tetrahidrozolin HCl 0,05%; benzalkonium Cl 0,01%; asam borat 1,5% Tetrahidrozolin HCl 0,05%; benzalkonium Cl 0,01%; asam borat 1,5% Hidroksipropil metilselulosa 3 m; benzalkonium klorida 0,1 mg Ketokonazol Metisoprinol Metisoprinol Fluocinolone,acetonide,neomycin Chloramphenicol Amoksisilin trihidrat Label Informasi Diberikan sesudah makan (MIMS) Di berikan sesudah makan (MIMS) Diberikan sesudah makan (MIMS) Diberikan sesudah makan (MIMS) Diberikan sesudah makan (MIMS) - - Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 38 No. Nama Obat 196 Kalmoxillin Syr 250mg/5m 60 ml 197 Kalpanax Cream 2% 5 G 198 199 200 201 Kalpanax Tincture 15 ml Kaltrofen Suppos 100 mg Kamillosan Oint 10 G Kanamycin Vial Dry 1 G 202 Kandistatin Susp 12 ml 203 Kenacort A cream 10% 10 G 204 Kenalog In Orabase Paste 5 g 205 Komix OBH Sachhet 206 Lafalos Plus Cream 20 G Komposisi Amoksisilin trihidrat Mikonazol nitrat Asam salisilat 4%; asam benzoat 4%; total iodin 0,5% Ketoprofen Ekstr. kering camomile 0,01 g Kanamycin Label Informasi Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api (IONI) tDigunakan ± makan. Biarkan di dalam Nistatin rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS) Triamsinolon asetonid Jangan digunakan pada luka menganga (DIH) Triamsinolon asetonid Jangan digunakan pada luka menganga (DIH) Succus liquiritae 167 mg; guaiafenesin 100 mg; efedrin HCl 4 mg; klorfeniramin maleat 2 mg Per g krim mengandung mentol 55 g; eugenol 14 mg; metil salisilat 102 mg; capsicum oleoresin setara dengan capsaicin 0,3 mg; vit. E asetat 30 mg Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 39 No. Nama Obat 207 Lapifed DM Syrup 100 ml 208 Lapisiv Syrup 100 ml 209 Lasal Expectorant Syrup 100 ml 210 Laserin Madu Syrup 110 ml 211 Laserin Madu Syrup 60 ml Komposisi Label Informasi Per 5 ml mengandung triprolidin HCl 1,25 mg; pseudoefedrin HCl 30 mg; dekstrometorfan HBr 10 mg Digunakan ± makan (MIMS) Per 5 ml mengandung difenhidramin HCl 12,5 mg; dekstrometorfan HBr 7,5 mg; fenilpropanolamin HCl 6 mg; ammon Cl 100 mg; gliseril guaiakolat 75 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 0,75 mg Digunakan ± makan (MIMS) Per 5 ml mengandung gliseril guaiakolat Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan 75 mg; salbutamol sulfat 2 mg (MIMS) Per 15 ml mengandung Euphorbia hirta herba 0,15 g; zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium 1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g; mel depuratum 1 ml Per 15 ml mengandung Euphorbia hirta herba 0,15 g; zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium 1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g; mel depuratum Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 40 No. Nama Obat 212 Laserin Syrup 110 ml 213 Laserin Syrup 60 ml 214 Laxadine Syrup 110 ml 215 Laxadine Syrup 60 ml Komposisi 1 ml Per 15 ml mengandung Euphorbia hirta herba 0,15 g; zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium 1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g; succus liquid 0,015 ml Per 15 ml mengandung Euphorbia hirta herba 0,15 g; zingiberis rhizoma 6 g; cinnamomum cortex 0,6 g; cardamomum fructus 0,15 g; caryophyllum flos 0,6 mg; piperis folium 1,8 g; abri folium 0,3 g; mentha arvensis folium 0,015 g; hibiscus tilliaceus folium 0,15 g; oleum mentha piperitae 0,015 g; succus liquid 0,015 ml Fenolftalein 55 mg; parafin liq 1200 mg; gliserin 378 mg Fenolftalein 55 mg; parafin liq 1200 mg; gliserin 378 mg Label Informasi - Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 41 No. Nama Obat 216 Lidocaine Hcl Ampul 2% 2ml 217 Lotasbat Cream 10 G 218 Lotion Cacar 100 ml 219 Lotion Keringat 100 ml 220 Lysin Ku Syrup Orange 100 ml 221 Madecassol Oint 1% 10 G 222 223 224 225 Melanox Cream 2% 15 G Meptin Swinghaler 10Y/Dos 200 Mercotin Drop 10mg/ml 20 ml Miconazole Cream 2% 10 G 226 227 228 229 230 231 232 233 Microlax Enema 5 ml Mucopect Drop 15mg/ml 20 ml Mucopect Elixir 30mg/5ml 60 ml Mucopect Elixir Paed 60 ml Mycorine Cream 15 G Mycorine Powder 25 G Mycospor Cream 1% 15 G Mycospor Cream 1% 5 G Komposisi Label Informasi Lidokain Klobetasol propionat Mentol 0,5 g; fenol 0,5 g; Zn oksida 2 g; talk venet 25 g; gliserin 15 g Resochin 2 g; dermatol 2 g; asam borat 2 g; talk venet 25 g; sulfur presipatum 2 g Per 5 ml mengandung kurkuminoid 2 mg; lisin HCl 250 mg; vit. B1 3 mg; vit. B2 2 mg; vit. B6 5 mg; vit. B12 5 mcg; niasinamid 5 mg; asam pantotenat 3 mg Ekstr. centella asiatica yang sudah dititrasi (Asiatikosida 40%; asam asiatik 30%; asam madekasik 30%) Hindari kontak mata. Gunakan krim tabir surya Hidrokuinon jika obat ini digunakan pada siang hari (MIMS) Prokaterol HCl hemihidrat Noskapin Mikonazol nitrat Na lauril sulfoasetat 45 mg; Na sitrat 450 mg; asam sorbat 5 mg; PEG 400 625 mg; sorbitol 4.465 mg Ambroksol HCl Diberikan bersama makanan (MIMS) Ambroksol HCl Diberikan bersama makanan (MIMS) Ambroksol HCl Diberikan bersama makanan (MIMS) Mikonazol nitrat 2% Mikonazol nitrat 2% Bifonazol Bifonazol Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 42 No. Nama Obat 234 Mycostatin Oral Susp 12 ml 235 Myco-Z Oint 10 G 236 Mylanta Liquid 150 ml 237 Mylanta Liquid 50 ml 238 Nebacetin Powder 5 G 239 Nellco Spesial OBH Syrup 100 ml 240 241 242 243 244 Nellco Spesial OBH Syrup 55 ml Neo Kaolana Syrup Neo Ultracilin Oint 10 G Neo-Rheumacyl Cream 30 G Nerisona Fatty Oint 10 G 245 Neurobion 5000 injeksi 246 Nifural Syrup 250mg/5ml 60 ml 247 Nipe Drop Paed 15 ml Komposisi Label Informasi Dapat digunakan ± makan. Biarkan di dalam rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS) - Nistatin Nistatin 100.000 u; Zn oksida 200 mg Per 5 ml mengandung Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2 200 mg; simetikon 20 mg Per 5 ml mengandung Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2 200 mg; simetikon 20 mg Bacitracin,neomycin Per 5 ml mengandung glycyrrhizae succus 100 mg; efedrin HCl 2,5 mg; parasetamol 135 mg; ammonium klorida 40 mg; klorfeniramin maleat 1,3 mg Per 5 ml mengandung glycyrrhizae succus 100 mg; efedrin HCl 2,5 mg; parasetamol 135 mg; ammonium klorida 40 mg; klorfeniramin maleat 1,3 mg Kaolin 700 mg; pektin 66 mg Dapat digunakan ± makan (MIMS) Klotrimazol 1% Camphor,eugenol,menthol,methylsalisilate Diflukortolon Valerat Vit. B1 100 mg; vit. B6 100 mg; vit. B12 5000 mcg Nifuroksazid Berikan sesudah makan (MIMS) Per ml mengandung isotifendil HCl 1 mg; asetaminofen 120 mg; fenilefrin HCl 1 Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 43 No. Nama Obat 248 Nipe Syrup 100 ml 249 Nosib Salep 250 Nymiko Suspensi 100k/ml 12 ml 251 OB Herbal Syrup 100 ml 252 OB Herbal Syrup 60 ml 253 Obat Batuk Hitam Syrup 100 ml 254 Obat Batuk Hitam Syrup 60 ml 255 Obat Batuk Ibu Anak 150 ml Komposisi mg Per 5 ml mengandung isotifendil HCl 2 mg; asetaminofen 120 mg; fenilefrin HCl 5 mg Asam salisilat 0,08 g; asam benzoat 0,08 g; sulfur presipatum 0,09 g; mentol 0,003 g Label Informasi Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS) Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api (IONI). Digunakan ± makan. Biarkan di dalam rongga mulut selama mungkin sebelum ditelan (MIMS) Nystatin Ekstr. zingiberis rhizoma 4,5 g; ekstr. kaempferiae rhizoma 1,5 g; ekstr. citrus aurantifolii fructus 1,5 g; ekstr. thymi herba 1,5 g; ekstr. menthae folia 0,75 g; ekstr. myristicae semen; ekstr. licorice Ekstr. zingiberis rhizoma 4,5 g; ekstr. kaempferiae rhizoma 1,5 g; ekstr. citrus aurantifolii fructus 1,5 g; ekstr. thymi herba 1,5 g; ekstr. menthae folia 0,75 g; ekstr. myristicae semen; ekstr. licorice Succus liquiritiae 500 mg; ammon Cl 300 mg; anise oil 0.015 mL; peppermint oil 0.01 mL per 15 ml Succus liquiritiae 500 mg; ammon Cl 300 mg; anise oil 0.015 mL; peppermint oil 0.01 mL per 15 ml Per 100 g mengandung bulbus fritillariae cirrhosae 852 mg; folium eriobotryae 195 mg; radix adenophorae 27 mg; poria 27 mg;exocarpium citri grandis 120 mg; radix platycodonis 72 mg; rhizoma pinelliae praeparatum 27 mg; - Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 44 No. Nama Obat 256 Obat Batuk Ibu Anak 75 ml 257 OBH Tropica Anak 60 ml 258 Otolin Ear Drop 10 ml 259 Otopain Ear Drop 8 ml 260 Otopraf Ear Drop 10 ml Komposisi Label Informasi fructus schisandrae chinensis 5 mg; semen trichosanthis 27 mg; flos farfarae 120 mg; radix polygalae 120 mg; semen armeniacea amarum 21 mg; rhizoma zingiberis recens 27 mg; radix glycyrrhizae 780 mg; menthol 35 mg Per 100 g mengandung bulbus fritillariae cirrhosae 852 mg; folium eriobotryae 195 mg; radix adenophorae 27 mg; poria 27 mg;exocarpium citri grandis 120 mg; radix platycodonis 72 mg; rhizoma pinelliae praeparatum 27 mg; fructus schisandrae chinensis 5 mg; semen trichosanthis 27 mg; flos farfarae 120 mg; radix polygalae 120 mg; semen armeniacea amarum 21 mg; rhizoma zingiberis recens 27 mg; radix glycyrrhizae 780 mg; menthol 35 mg Per 5 ml mengandung succus liquiritae 150 mg; parasetamol 120 mg; ammonium klorida 50 mg; pseudoefedrin HCl 7,5 mg; klorfeniramin malet 1 mg Kloramfenikol 5%; polimiksin B sulfat 10.000 iu; benzokain 1% nipagin 1% Per 5 ml mengandung polimiksin B sulfat 50.000 iu; neomisin sulfat 25 mg; fludrokortison asetat 5 mg; lidokain HCl 200 mg Fludrokortison asetat 1 mg; polimiksin B sulfat 10.000 iu; neomisin sulfat 5 mg; lidokain HCl 40 mg Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 45 No. Nama Obat 261 Otrivin Nasal Drop 10 ml 262 Pabanox Cream 20 G Komposisi Xylometazolin HCl Oxybenzone,padimate O,titanium dioxide 263 Panadol Drops 15 ml Parasetamol 264 Panadol Syrup 160 mg/5ml 30 ml Parasetamol 265 Panadol Syrup 160 mg/5ml 60 ml Parasetamol 266 Paracetamol Syrup 120mg/5ml 60 ml Parasetamol Na 22,5 meq; K 10 meq; Cl 17,5 sitrat 15 meq; dekstrosa 25 g Triklosan 267 Pedialyte Sol Steril 500 ml Phisohex Reformulated 268 Emulsi 2% 60 ml Label Informasi Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) meq; Digunakan ± makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 46 No. Nama Obat 269 Pirofel Gel 20 G 278 Polysilane Suspensi 180 ml Komposisi Piroksikam Per 5 ml mengandung AI(OH)3 400 mg; Mg(OH)2 400 mg; simetikon 100 mg Per 5 ml mengandung AI(OH)3 300 mg; Mg(OH)2 300 mg; simetikon 30 mg Deksametason 1 mg; neomisin sulfat 3,5 mg; polimiksin B sulfat 6.00 iu Per 5 ml mengandung metilpolisiloksan 25 mg; Mg(OH)2 100 mg; Al(OH)3 compressed gel (setara dengan Al(OH)3 306 mg) 1.55 g Per 5 ml mengandung metilpolisiloksan teraktivasi 125 mg; Mg(OH)2 100 mg; Al(OH)3 Compressed gel (setara dengan Al(OH)3 200 mg) 1.55 g Deksametason sodium fosfat 1 mg; neomisin sulfat 3,5 mg; polimiksin B sulfat 5.000 iu Polimiksin B sulfat 2,5 mg, gramisidin 0,025 mg Per 5 ml mengandung Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2 200 mg; dimetikon 80 mg Per 5 ml mengandung Al(OH)3 200 mg; Mg(OH)2 200 mg; dimetikon 80 mg 279 Primperan Ampul 10mg/2ml 2ml Metoklopramid HCl 280 Primperan Drop Paed 10 ml Metoklopramid HCl 270 Plantacid Forte Suspensi 100 ml 271 Plantacid Suspensi 100 ml 272 Polidemisin Eye Drop 5 ml 273 Polycrol Gel 100 ml 274 Polycrol Gel Forte 100 ml 275 Polydex Eye Drop 6 ml 276 Polygran Eye Drop 5 ml 277 Polysilane Suspensi 100 ml Label Informasi Berikan 1 jam sesudah makan dan menjelang tidur (MIMS) Berikan 1 jam sesudah makan dan menjelang tidur (MIMS) - Berikan 1 jam sesudah makan dan menjelang tidur (MIMS) Berikan 1 jam sesudah makan dan menjelang tidur (MIMS) Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS). Digunakan sebelum tidur (MTM) Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS).Digunakan sebelum tidur (MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 47 No. Nama Obat Komposisi 281 Primperan Syrup 50 ml 282 Profenid Suppos 100 mg Metoklopramid HCl Ketoprofen 283 Proris Suppos 125 mg Ibuprofen 284 Proris Susp 100mg/5ml 50 ml Ibuprofen 285 Proris Syrup Forte 50 ml 287 Pyravit Syrup 225 ml Ibuprofen Per ml mengandung polivinilpirolidon 20 mg; vit. A; Na hyaluronat; Na klorida; Na hidrogen fosfat; Na dihidrogen fosfat Per 5 ml mengandung INH 100 mg; piridoksin 10 mg 288 Pyricef Forte Syrup 60 ml Cefadroxil 289 Pyricef Syrup 60 ml 290 Ranitidine Ampul 25mg/ml 2 ml Cefadroxil Ranitidin HCl Fluocinolone acetonide,hydroquinon,tretinoin Karbosistein Karbosistein Karbosistein Per 5 ml mengandung pseudoefedrin 15 mg; terfenadin 20 mg 286 Protagenta Eye Drop 20mg/ml 10 ml 291 292 293 294 Refaquin Cream 15 G Rhinatiol Adult Syrup 100 ml Rhinatiol Infant Syrup 100 ml Rhinatiol Prometh Syrup 100 ml 295 Rhinofed Syrup 60 ml Label Informasi Berikan ½ jam sebelum makan (MIMS).Digunakan sebelum tidur (MTM) Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan jangan digunakan lebih dari 310 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH) Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan jangan digunakan lebih dari 3-10 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH) Jangan diberikan kepada anak dibawah 12 tahun dan jangan digunakan lebih dari 3- 10 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH) Digunakan ± makan, Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman paga GI (MIMS) Digunakan ± makan, Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman paga GI (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 48 No. Nama Obat 296 Ringer Lactate Infusion 500 ml 297 Rivanol Sol 100 ml 298 Rivanol Sol 300 ml 299 Rodeca Lotion 60ml 300 Rohto Cool Eye Drop 10 ml 301 302 303 304 305 306 Romilar Expectorant 100 ml Ryvell Drop 10mg/ml 10 ml Ryvell Syrup 60 ml Ryzen Drop 1mg/ml 20 ml Sagestam Cream 10 G Sagestam Eye Drop 5 ml 307 Sakatonik Liver Syrup 330 ml 308 Salep 24 15 G 309 Sanadryl DMP Syrup 120 ml Komposisi Per L mengandung Na laktat 3,1 g; NaCl 6 g; KCl 0,3 g; CaCl2 0,2 g; aqua pro injeksi Rivanol Rivanol Asam salisilat 20 mg; Zn oksida 20 mg; mentol 1 mg; kampora 2,5 mg Nafazolin hidroklorida 0,012%; asam borat; Na borat; dinatrium edetat; polisorbat 80; benzalkonium klorida; klorbutanol; l- menthol Dekstrometorfan HBr Label Informasi Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api atau nyala api (IONI) Sebaiknya tidak digunakan pada anak dibawah 2 tahun (MTM) Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM) Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM) Digunakan ± makan (MIMS, DIH, MTM) - Setirizin HCl Setirizin HCl Setirizin HCl Gentamisin sulfat Gentamisin sulfat Per 5 ml mengandung vit. B1 1,76 mg; vit. B2 0,15 mg; vit. B6 0,21 mg; vit. B12 0,3 mcg; vit. C 15 mg; nikotinamid 3 mg; Ca pantotenat 0,5 mg; Na hipofosfit 15 mg; Mangan sulfat 0,12 mg; Ferro sulfat 1,18 mg Asam salisil 2%; sulfur presipitum Bahan mudah terbakar, jauhkan dari api 4% atau nyala api (IONI) Per 5 ml mengandung dekstrometorfan HBr 10 mg; Digunakan ± makan (MIMS) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 49 No. Nama Obat 310 Sanadryl Expect Syrup 120 ml 311 San-B Plex Drop 15 ml 312 Sanbe Tears ED 8 ml 313 Sangobion Syrup 100 ml 314 Sanmag Suspensi 120ml 315 Sanmol Drop 15 ml 316 Sanmol Syrup 120mg/5ml 60 ml Komposisi Label Informasi difenhidramin HCl 12,5 mg; ammon Cl 100 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg Per 5 ml mengandung difenhidramin HCl 12,5 mg; amoon Cl 100 mg; K guaiakolsulfonat 30 mg; Na sitrat 50 mg; mentol 1 mg Digunakan ± makan (MIMS) Per 0,6 ml mengandung vit A 5.000 iu,vit D 400 iu,vit B1 1 mg,vit B2 1,2 mg,vit B6 1 mg,nicotinamide 10 mg,dexapanthenol 5 mg, vit C 50 mg Diberikan bersama makanan (MIMS) Dextran,hypromellose Per 5 ml mengandung besi (II) glukonat 125.5 mg; vit. B1 1 mg; vit. B2 1 mg; vit. B6 1.5 mg; nikotinamida 15 mg; biotin 300 mcg Per 5 ml mengandung Mg trisilikat 245 mg; koloid Al(OH)3 245 mg; simetikon 25 mg Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini Parasetamol lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini Parasetamol lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 50 No. Nama Obat 317 Sanorine Hijau 0,1% 200 ml 318 Sanoskin M Derm+ gel 20G 319 Sanprima Syrup 60 ml 320 Scott Emulsi 200 ml 321 Scott Emulsi 400 ml 322 Seven Seas Orange Syrup 323 324 325 326 327 328 Sofradex Eye Drop 8 ml Sporetik Dry Syrup 100mg/5ml 30 ml Stesolid Rektal 5 mg 2 ml Stesolid Sol Rektal 10 mg 250 ml Stimuno Syrup 100 ml Stimuno Syrup 60 ml Komposisi Asam hialuronat Eeco honey; gliserin; PEG 4000 Label Informasi propilen glikol; Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan (IONI, MTM); Diberikan bersama makanan atau segera sesudah makan; Tidak dianjurkan pada wanita hamil/menyusui (MIMS, MTM, DIH) Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air; Per 5 ml mengandung sulfametoksazol Hindari kulit dari paparan cahaya matahari atau cahaya 200 mg; trimetoprim 40 mg lampu secara langsung (MTM, DIH) Per 15 ml mengandung minyak hati ikan kod 2,94 g; vit. A 850 iu; vit. D 85 iu; Ca hipofosfit 144 mg; Na hipofosfit 72 mg Per 15 ml mengandung minyak hati ikan kod 2,94 g; vit. A 850 iu; vit. D 85 iu; Ca hipofosfit 144 mg; Na hipofosfit 72 mg Minyak hati ikan kod; konsentrat jus jeruk; vit. A; vit. D; Vit. E; Vit. C; Vit. B6; asam sitrat; gom akasia Per ml mengandung framisetin sulfat 5 mg; gramisidin 0,05 mg; dekametason 0,5 mg Sefiksim trihidrat Diberikan bersama makanan (MIMS) Diazepam Diazepam Ekstr. kering phyllanthus niruri L. Ekstr. kering phyllanthus niruri L. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 51 No. 329 330 331 Nama Obat Tantum Verde Oral Sol 750mg/5ml 120 ml Tantum Verde Oral Sol 750mg/5ml 60 ml Tarivid Otic Sol 5 ml Komposisi Benzidamin HCl Benzidamin HCl Ofloksasin 332 Tempra Drop 15 ml Parasetamol 333 Tempra Forte Syrup 60 ml Parasetamol 334 Tempra Syrup 100 ml Parasetamol 335 336 337 338 Parasetamol Tiamfenikol Tiamfenikol Per 100g gel mengandung heparin Tempra Syrup 50 ml Thiamycin Syrup 100mg/5ml 60 ml Thiamycin Syrup 250mg/5ml 60 ml Thrombophob Gel 20 G Label Informasi Digunakan ± makan (MIMS) Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Digunakan ± makan (MIMS). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari tanpa resep dokter. Anak : jangan menggunakan obat ini lebih dari 5 hari tanpa resep dokter, dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM) Jangan melalui rute im karena menimbulkan nyeri dan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 52 No. Nama Obat 339 Tobroson Eye Drop 340 Toplexil Syrup 60 ml 341 Transpulmin Syrup 100 ml 342 Transpulmin Syrup 60 ml 343 Tremenza Syrup 60 ml 344 Ultraproct N Cream 10 G 345 346 347 348 Ultraproct N Suppos Upixon 10 ml Vagistin Ovule Vectrine Dry Syrup 175mg/5ml 60 ml 349 350 351 352 Ventolin Expectorant Syrup 100 ml Ventolin Inhaler C/Fr 100Y 200 Dose Ventolin Nebules 250 mg Viaclav Syrup 60 ml Komposisi 20.000 iu Tiap ml mengandung tobramisin 3 mg; Deksametason sodium fosfat setara dengan Deksametason 1 mg Per 5 ml mengandung oksomemazin 1,65 mg; guaiafenesin 33,3 mg Per 5 ml mengandung pipazetat 10 mg; isotipendil HCl 2 mg; ekstr. liquorice 50 mg; gliseril guaiakolat 25 mg Per 5 ml mengandung pipazetat 10 mg; isotipendil HCl 2 mg; ekstr. liquorice 50 mg; gliseril guaiakolat 25 mg Per 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 30 mg; triprolidin HCl 1,25 mg Flukortolon pivalat 1 mg; lidokain HCl 20 mg Flukortolon pivalat 1 mg; lidokain HCl 40 mg Pyrantel palmoat Metronidazole,nystatin Erdostein Salbutamol sulfat 1 mg; guaiafenesin 50 mg Salbutamol sulfat Salbutamol sulfat Amoksisilin,asam klavulanat Label Informasi himatoma. Tempat injeksi sebaiknya dilakukan rotasi pada bagian kiri/kanan perut. Penggunaan melalui sub kutan, hanya pada jaringan sub kutan (bukan jaringan otot) (DIH) - Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS) Berikan bersama atau tanpa makanan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Digunakan ± makan (MIMS) Berikan sebelum atau sesudah makan (MIMS) Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan (MIMS) Gunakan dengan waktu yang teratur. Minum obat sampai Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014 53 No. Nama Obat Komposisi 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 Viru-Merz Serol Cream 1% 5 G Vitacid Cream 20 G Vitaquin Cream 15 G Voltaren Emulgel 1% 10 G Voltaren Emulgel 1% 20 G Voltaren Emulgel 1% 5 G Voltaren Emulgel 1% 50 G Vometa Drop 5mg/ml 10 ml Vometa Suspensi 5mg/5ml 60 ml Vosedon Suspensi 5mg/5ml 60 ml Tromantadin HCl Tretinoin Hydroquinone Diklofenak dietilamin Diklofenak dietilamin Diklofenak dietilamin Diklofenak dietilamin Domperidon Domperidon Domperidon 363 Zinkid 10mg/5ml Syrup 364 Zoter Cream 5 G Zinc sulfat Asiklovir Label Informasi habis kecuali mengalami efek samping yang tidak diinginkan(IONI, MTM) Digunakan ± makanan, dapat diberikan bersama makanan agar diabsorbsi lebih baik & untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (MIMS, MTM, DIH) Obat seluruhnya ditelan, tidak dikunyah; Diminum dengan menambahkan sejumlah besar air (MTM) Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS) Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS) Berikan 15-30 menit sebelum makan (MIMS) Berikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti (kemasan obat) Jangan digunakan disekitar mata (MTM) Universitas Indonesia Laporan praktek…., Puteri Isabella, FFUI, 2014