1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua mahluk hidup pasti selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan
hidupnya, tak terkecuali manusia, dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidupnya
selalu bergantung atau membutuhkan kerja sama dengan orang lain. Ini sebabnya
dikatakan manusia adalah mahluk sosial. Sudah sewajarnya manusia menjalin
hubungan kerja sama dengan sesama manusia. Kita pun mengetahui bahwa
disamping manusia sebagai mahluk sosial, ia juga adalah individu yang
karakternya berbeda dengan manusia yang lainnya. Dengan hal tersebut kita dapat
mengatur bagaimana setiap individu yang berbeda watak, fisik, mental, keinginan
dan kebutuhannya dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi yang
dicita-citakan.
Sebagaimana kita pahami bahwa di antara yang terkait dalam suatu
organisasi, maka pegawai menjadi unsur yang teramat penting, yang mana
pegawai mempunyai fungsi yang besar, dan itu merupakan fakta yang tak
terelakkan.Tenaga kerja atau karyawan adalah merupakan faktor produksi yang
bersifat senantiasa bergerak dan selalu berubah-ubah, mempunyai akal dan
perasaan serta motivasi, jika tenaga kerja sebagai faktor produksi merasa senang
bekerja dengan penuh semangat dan bergairah, maka dapat dipastikan bahwa
1
2
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi akan semakin mudah
tercapai.Sebab kebaikan daripada kinerja seorang karyawan salah satunya bisa
ditilik dari riwayat pekerjaannya, yang dimaksud dalam hal ini adalah
pengalaman, namun hal tersebut tidak selalu menjamin kinerja yang lebih baik.
Sering terjadi bahwa seorang yang belum dapat dikatakan berpengalaman ternyata
justru memiliki tingkat kinerja yang lebih baik.
Tentu semakin lama tingkat kompetensi semakin tinggi, persaingan antar
pegawai semakin lama semakin ketat. Maka dibutuhkanlah sebuah tingkat
pendidikan yang lebih mampan, yang lebih mampu bersaing untuk memasuki
dunia keorganisasian dengan lebih baik.
Dengan bertambahnya pengalaman seorang karyawan dalam dunia kerja,
maka akan bertambah pula pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan kecekatan
dalam pengabdian kerjanya di perusahaan. Dengan demikan semakin banyak
pengalaman kerja seseorang atau semakin lamanya waktu orang tersebut untuk
masa bekerja akan dapat meningkatkan kemampuan kerja sama atau dengan kata
lain akan mempengaruhi peningkatan kinerja orang yang bersangkutan tersebut.
Tentu saja pengalaman memang penting, namun akan lebih optimal jika
diimbangi dengan tingkat pengetahuan yang terus diperbarui. Mengapa? Karena
ilmu
pengetahuan
terus
menerus
berkembang,
sama
halnya
dengan
zaman.Masalah baru, alat dan prosedur baru, serta pekerjaan baru selalu
menciptakan kebutuhan baru bagi perusahaan. Maka, sebuah perusahaan jika tidak
3
ingin tertinggal juga harus mengikuti perkembangan zaman. Hal ini adalah
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Walau pengalaman kerja merupakan faktor yang penting, namun ada juga
perusahaan yang tidak begitu mengutamakan pengalaman kerja dalam penarikan
tenaga baru. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa tanpa pengalaman
kerja, tenaga kerja tersebut dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan atau
kehendak perusahaan.
Bilamana perusahaan menginginkan untuk membentuk seorang karyawan
agar perusahaan semakin mengikuti perkembangan zaman, maka yang dibutuhkan
adalah tingkat pendidikan karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam pendidikan terdapat proses yang terus menerus berjalan dan bukan
sesaat saja. Namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya penguasaan
teori untuk memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan
pencapaian tujuan perusahaan.
Kinerja pegawai sendiri dapat dijelaskan ke dalam beberapa hal, yaitu
kinerja individu yang berfungsi untuk menilai pekerjaan pegawai pada suatu
perusahaan/organisasi yang telah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis
pekerjaan dan periode waktu. Kemudian seorang pegawai dituntut untuk memiliki
perilaku sesuai dengan yang diharapkan, sehingga dapat melakukan komunikasi
4
dengan baik dalam organisasi untuk mencapai standar kinerja yang ditetapkan,
dan yang terakhir adalah ciri atau sifat yang dimiliki pegawai, dalam hal ini
umumnya berlangsung secara bertahap seperti sopan, santun, ramah, penampilan
yang rapi dan sebagainya.
Kemudian juga para karyawan ini mempunyai peran yang sangat penting
untuk melangsungkan kelanggengan perusahaan. Kinerja karyawan yang baik
tentu bisa dijadikan salah satu faktor dasar tolak ukur keberhasilan perusahaan.
Dalam hal ini kinerja karyawan mengambil peran yang sangat penting dalam
upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Kinerja pegawai dirasakan semakin besar peranannya dalam kehidupan
organisasi, baik di pemerintahan maupun di perusahaan swasta, hal ini
dikarenakan kedudukan pegawai adalah faktor penentu dalam keberhasilan
kegiatan yang telah direncanakan yang sekaligus merupakan sasaran dan tujuan
yang hendak dicapai oleh suatu organisasi.
Dalam penulisan ini yang dibahas secara spesifik adalah mengenai pendidikan
para pegawai yang berijazah akhir Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Penguruan
Tinggi (D3 atau S1). Hal ini dikarenakan pendidikan tersebut berada dalam
lingkungan kerja Perusahaan.
Banyak diantara pegawai tersebut memiliki masa bekerja yang sudah sedemikian
lama, umumnya diatas lima belas tahun mereka bertahan. Ironisnya pegawai yang
senior tersebut hanya memiliki tingkat pendidikan SMA, sedangkan yang lulusan
5
perguruan tinggi jumlahnya sedikit sekali. Jikalau hal ini tetap dipertahankan
maka tak pelak, mereka akan memiliki kompetitor-kompetitor dari berbagai sub
bidang ilmu yang akan membuat mereka tertinggal jauh dibelakang. Seperti yang
telah kita ketahui bersama, dari waktu ke waktu zaman semakin berubah, pun juga
yang mengikutinya seperti halnya tuntutan kerja.
Bertitik tolak dari hal ini, penting kiranya dilakukan sebuah kegiatan analisa untuk
mengetahui keadaan dalam suatu perusahaan yang telah ditentukan. Oleh sebab
itu skripsi ini dapat dibuat dengan judul sebagai berikut : “PENGARUH
TINGKAT
PENDIDIKAN
TERHADAP
KINERJA
KARYAWAN
PT.
SUCOFINDO MEDAN”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
dibuat rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja karyawan PT.
Sucofindo pada Kantor Cabang Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh
tingkat pendidikan terhadap kinerja karyawan PT. Sucofindo Medan.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Dalam mengembangkan suatu analisis apabila apa yang ada di dalam
penelitian ini dianggap sebagai suatu hal yang belum pernah ada, maka
tentu ini akan menjadi bagian baru bagi ilmu pengetahuan.
2.
Pun juga bagi Instansi, dapat digunakan sebagai referensi untuk
pengambilan keputusan bagi para penggerak yang berada dalam perusahaan.
3.
Juga sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis selama
melakukan penelitian ini. Juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat di masa perkuliahan
untuk digunakan dalam praktek di lapangan.
1.5 KERANGKA TEORI
1.5.1
Definisi Pendidikan
Di dalam pembangunan yang berencana dan bertahap dengan harapan
terjadinya pertumbuhan yang mantab dan stabil, maka perencanaan
pendidikan dan perencanaan tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat
menentukan berhasil tidaknya pembangunan itu. Tenaga kerja sebagai obyek
dan juga subyek pembangunan perlu diperhatikan karena tenaga kerja itu
merupakan penggerak utama dari pembangunan itu. Aspek-aspek tenaga kerja
seperti pendidikan dan pembinaan kemampuannya perlu disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan pembangunan. Adanya suatu perencanaan tenaga kerja
adalah untuk mencegah terjadinya penghamburan dana dan daya serta
meningkatkan produksi dan produktivitas seoptimal mungkin. Hal ini
diutamakan untuk mencapai tingkat pengelolaan jabatan setinggi-tingginya.
7
Apabila kesempatan kerja itu telah tersedia timbul masalah-masalah lain
berupa soal-soal bagaimana, di mana, oleh siapa, dan kapan kesempatan kerja
itu akan diisi dengan tenaga kerja yang sesuai kuantitas dan kualitas sehingga
tercipta produktivitas yang wajar, sesuai dengan teknologi yang ada.
Kita tidak dapat pula menutup mata terhadap persoalan urbanisasi yang
meningkat, sebagai akibat dari tidak ada atau tidak menariknya pekerjaan
serta tidak betahnya orang-orang yang telah mencapai usia kerja sebagai
lulusan dan drop out dari sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan
lainnya yang tinggal di daerah pedesaan. Padahal di daerah perkotaan belum
cukup tersedia lapangan dan kesempatan kerja yang sesuai untuk menampung
mereka.
Karena semakin kompleksnya masalah ini dan agar penanggulangannya
dapat lebih berhasil baik maka perlu dibuat rencana yang menyeluruh
mengenai pendidikan dan pembinaan tenaga kerja itu bagi usaha-usaha
pembangunan. Sumber daya manusia mencakup semua energi ketrampilan,
bakat dan pengetahuan manusia yang digunakan untuk tujuan produksi dan
jasa-jasa yang bermanfaat. Pendekatan sumber daya manusia menekankan
bahwa tujuan pembangunan ialah memanfaatkan tenaga manusia sebanyak
mungkin dalam kegiatan-kegiatan yang menghasilkan produk atau jasa.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
8
seumur hidup.Agar pendidikan dapat dijangkau oleh seluruh rakyat, maka
penyelenggaraan pendidikan adalah menjadi tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Idris (1992 : 102), mendefinisikan pendidikan adalah sebagai berikut
:Serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan antara manusia dewasa
dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media
dalam memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam
arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar
menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang kemudian diamandemen menjadi Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Undang-undang ini di syahkan
pada tanggal 8 Mei 2003 pada masa pemerintahan Presiden Megawati
Sukarno Putri. Terdiri atas 22 Bab dan 77 pasal. (sumber : icalonlyone 2015)
yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. (sumber : slideshare 2015).
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
negara dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
9
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
1.5.2 Jalur-Jalur Pendidikan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan
dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu :
1) Jalur pendidikan sekolah
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.
Terdiri dari :
a) Pendidikan Umum.
Adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan peningkatan ketrampilan peserta didik dengan pengkhususan
yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir pendidikan.
b) Pendidikan Kejuruan.
Adalah merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
c) Pendidikan Luar Biasa.
Merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik atau mental.
d) Pendidikan Kedinasan.
Merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon
10
pegawai suatu Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah
non Departemen.
e) Pendidikan Keagamaan.
Merupakan pendidikan yang mempesiapkan peserta didik untuk
dapat
menjalankan
peranan
yang
menuntut
penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.
f) Pendidikan Akademik.
Merupakan
pendidikan
yang
diharapkan
terutama
pada
penguasaan ilmu pengetahuan.
g) Pendidikan Profesional.
Merupakan pendidikan yang diharapkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu.
2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
nilai moral dan ketrampilan.
1.5.3. Tingkat/Jenjang Pendidikan
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
11
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. (Wikipedia
Indonesia, 2015). Jadi yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan
formal atau akademis. Tingkat / jenjang pendidikan di Indonesia
meliputi:
1)
Pendidikan Usia Dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini dapat berbentuk sekolah
playgroup atau taman kanak-kanak.
2)
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi
jenjang pendidikan menengah, yaitu meliputi Sekolah Dasar (SD) dan
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat.
3)
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun, yaitu
meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan sederajatnya.
4)
Pendidikan Tinggi
12
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari
SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.
1.5.4. Peranan Pendidikan Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan disini maksudnya adalah pendidikan sekolah dan luar
sekolah yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan.Sumber
daya manusia mencakup semua energi ketrampilan, bakat, dan
pengetahuan manusia yang digunakan untuk tujuan produksi dan
jasa-jasa yang bermanfaat. Pendekatan sumber daya manusia
menekankan bahwa tujuan pembangunan ialah memanfaatkan tenaga
manusia
sebanyak
mungkin
dalam
kegiatan-kegiatan
yang
menghasilkan produk atau jasa. Peranan pendidikan dalam
pengembangan sumber daya manusia ialah sebagai berikut :
1) Hanya melalui pendidikanlah manusia dapat melaksanakan Pasal
31 UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran” yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea
keempat sebagai tuntunan konstitusional bagai rakyat Indonesia,
yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.”
2) Pendidikanlah yang berperan membangun manusia yang akan
melaksanakan transformasi sosial ekonomi yang sesuai dengan
tujuan bangsa Indonesia agar tumbuh dan berkembang atas
13
kekuatan sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur,
sebab pembangunan memerlukan ketrampilan-ketrampilan untuk
menggunakan teknologi maju.
3) Pendidikan besar sekali peranannya dalam pembangunan sumber
daya manusia, yaitu membina manusia menjadi tenaga produktif
atau man power. Itulah sebabnya, ada pendekatan pendidikan
yang dikenal dengan man power approach.
4) Dengan perantaraan pendidikanlah dapat dilaksanakan perubahan
sosial
budaya,
yaitu
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
penyesuaian nilai dan sikap yang mendukung pembangunan,
penguasaan berbagai ketrampilan dalam penggunaan teknologi
maju untuk mempercepat proses pembangunan.
5) Pendidikanlah yang berperan membentuk kepribadian yang
berorientasi kepada prestasi merupakan inti wiraswata, antara lain
bekerja dengan rencana dan berani mengambil resiko yang
diperhitungkan
dengan
baik,
bertanggung
jawab
atas
pekerjaannya, bekerja dengan hasil yang jelas yang dapat diukur
dengan sukses atau gagal.
6) Pendidikanlah yang mampu memberikan sumbangan terhadap
manusia agar manusia dapat memperhitungkan dimensi sumber
daya manusia dan pengembangan lapangan kerja.
7) Pendidikanlah yang berperan untuk memberikan perawatan yang
baik terhadap tenaga kerja yang akan mengisi pembangunan
mengenai kesehatannya, peningkatan kemampunannya, disiplin
14
kerjanya,
pengetahuannya
dan
ketrampilan-ketrampilannya
diperlukan latihan.
8)
Pendidikanlah
yang
membekali
manusia
agar
mampu
mengantisipasi lapangan pekerjaan yang mencukupi, sesuai
dengan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat, sehingga
teratasi pengangguran dari kelompok usia kerja, atau terdapat
keseimbangan kesempatan kerja dengan jumlah angkatan kerja.
9) Pendidikanlah yang mampu memberikan sumbangan terhadap
manusia di desa-desa yang hasil kerja dan penghasilannya sebagai
sumber daya yang rendah. Pada umumnya rakyat di desa hidup
sebagai buruh, tani yang tidak mempunyai keahlian, maupun
ketrampilan tertentu, hanya hidup dari nenek moyangnya, dan
terutama hanya mengandalkan tulang dan ototnya. Dengan kata
lain, energi dan potensinya tidak berdaya guna dan berhasil.
10) Pendidikan pulalah yang berperan untuk memberikan pedoman
kepada manusia, agar kepada rakyat di desa-desa diberikan
pendidikan yang dapat mengubah sikap dan pandangan hidupnya,
tanpa mengubah sifat tradisi naluri yang baik-baik dan
menguntungkan bagi kehidupan dan penghidupannya, serta
memperhatikan sampai seberapa jauh budaya rakyat desa untuk
dapat menerima pendidikan itu. Pada umumnya rakyat di desa
sukar untuk menerima gagasan pembaharuan dari luar, karena
masih kuat ikatan tradisinya, baik terhadap lingkungan alam
maupun terhadap lingkungan sosial budayanya.
15
1.6 Definisi Kinerja Karyawan
Kinerja atau prestasi kerja didefinisikan dalam beragam rumusan, akan
tetapi pengertian kinerja pada umumnya menunjuk pada keberhasilan
pegawai dalam menjalankan tugasnya menurut kriteria yang ditentukan untuk
jangka waktu tertentu (sumber : wikipedia 2015).
Kinerja juga merupakan suatu hasil kerja dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.
Mangkunegara (2001) telah menyatakan, Pengertian kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan oleh atasan kepadanya. Selain itu, kinerja juga dapat diartikan
sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya
kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
Pengertian kinerja adalah hasil pegawai yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing. Dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
16
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi
organisasi.
Kinerja
karyawan
merupakan
hasil
pegawai,
atau
kemampuannya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dapat dilihat dari
dua sudut, yaitu kemampuan individu dan kinerja pegawai dalam rangka
mencapai tujuan organisasi pemerintah.
Secara sederhana kinerja diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang
pegawai pada bidang pekerjaan yang ditekuni selama periode waktu tertentu.
Kinerja didefinisikan secara formal sebagai jumlah kualitas dari tugas
yang terselesaikan secara individu, kelompok atau organisasi. Kinerja
manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan
manajerial
yang
meliputi
antara
lain
perencanaan,
investigasi,
pengkoordinasian, penyediaan, pengevaluasian, pengaturan staf, negosiasi,
perwakilan dan pengendalian.
Hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan 3 aspek,
yaitu :
1.Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan.
2.Kualitas, yaitu mutu yang diselesaikan.
3.Ketepatan waktu yaitu kesesuaian dengan waktu yang telah direncanakan.
17
Pendapat lain dikemukakan Siswanto (1987 : 194-196) yang menyatakan
ada 8 indikator yang secara umum digunakan dalam menilai kinerja
pegawai,yaitu:
1.Kesetiaan
2.Prestasi kerja
3. Tanggung jawab
4. Ketaatan
5. Kejujuran
6. Kerjasama
7. Prakarsa
8. Kepemimpinan.
Kinerja merupakan penilaian atasan langsung kepada karyawan atas
kesuksesan mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Indikator untuk mengukur
kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu (Robbins,
2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan
dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
18
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan
dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu
tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan
tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
1.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Prawirasentono (1999) telah menyatakan, Efektivitas dan efisiensi.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan
bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak
dicari kegiatan mempunyai nilai yang penting dari hasil yang dicapai
sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif dinamakan tidak
efisien. Sebaliknya bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh
maka kegiatan tersebut efisien.
Dharma (2005) telah menyatakan, Otoritas (wewenang). Arti
otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi
kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai
dengan
kontribusinya
(sumbangan
tenaganya).
Perintah
tersebut
menyatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
dalam organisasi tersebut.
19
Juga, disiplin kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia kerja. Satu
hal lagi yang mempengaruhi kinerja adalah inisiatif, yaitu berkaitan
dengan daya dan kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu
yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi, inisiatif adalah daya dorong
kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi.
Mengukur kinerja secara struktur organisasi hal yang dinilai adalah
keefektifan dan tingkat efisiensi struktur organisasi tersebu. Bisa dinilai
struktur organisasi yang ada kurang memenuhi efektifitas, berarti kinerja
organisasi tersebut dianggap tidak memenuhi kebutuhan lagi. Oleh karena
itu perlu dipertimbangkan tentang kemungkinan menyempurnakan struktur
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja
dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun
prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh
seseorang.
Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan
cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang.
Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga
(institutional
performance)
atau
kinrja
perusahaan
(corporate
performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila
kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar
kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik.
20
1.6.2. syarat penilaian kerja
Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan
penilaian kinerja yang efektif, yaitu (1) adanya kriteria kinerja yang dapat
diukur secara objektif; dan (2) adanya objektivitas dalam proses evaluasi
(Gomes, 2003:136).
Sedangkan dari sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang
Siagian (2008-223-224) menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja
berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat
untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen,
seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta
berbagai aspek lain dalam proses manajemen sumber daya manusia.
Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus dilakukan
secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara
rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara
sistematik.
21
Dengan demikian, dalam melalukan penilaian atas prestasi kerja para
pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para pejabat
pimpinan dan bagian kepegawaian
1.6.3. metode penilaian kerja
Terdapat beberapa metode dalam mengukur prestasi kerja,
sebagaimana diungkapkan oleh Gomes (2003:137-145), yaitu :
1. Metode Tradisional. Metode ini merupakan metode tertua dan paling
sederhana untuk menilai prestasi kerja dan diterapkan secara tidak
sistematis maupun sistematis. Yang termasuk kedalam metode
tradisional adalah : rating scale, employee comparation, check list,
free form essay, dan critical incident. (a) Rating scale. Metode ini
merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak digunakan,
dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk
mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisitaif, ketergantungan,
kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerjanya. (b)
Employee comparation. Metode ini merupakan metode penilaian yang
dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang pegawai
dengan pegawai lainnya. Metode ini terdiri dari : (1) Alternation
ranking : yaitu metode penilaian dengan cara mengurutkan peringkat
(ranking) pegawai dimulai dari yang terendah sampai yang tertinggi
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. (2) Paired comparation :
yaitu metode penilaian dengan cara seorang pegawai dibandingkan
22
dengan seluruh pegawai lainnya, sehingga terdapat berbagai alternatif
keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat digunakan untuk
jumlah pegawai yang relatif sedikit. (3) Porced comparation
(grading) : metode ini sama dengan paired comparation, tetapi
digunakan untuk jumlah pegawai yang relative banyak. (c) Check list.
Metode ini hanya memberikan masukan/informasi bagi penilaian yang
dilakukan oleh bagian personalia. (d) Freeform essay. Dengan metode
ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan
dengan orang/karyawan/pegawai yang sedang dinilainya. (e) Critical
incident Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian
mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian
dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai
macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai
inisiatif, kerjasama, dan keselamatan.
2. Metode Modern. Metode ini merupakan perkembangan dari metode
tradisional dalam menilai prestasi kerja. Yang termasuk kedalam
metode modern ini adalah : assesment centre, Management By
Objective (MBO=MBS), dan human asset accounting.
•
Assessment
centre.
Metode
ini
biasanya
dilakukan
dengan
pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari luar,
dari dalam, maupun kombinasi dari luar dan dari dalam.
•
Management by objective (MBO = MBS). Dalam metode ini pegawai
langsung diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan
dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam menentukan
23
sasarannya masing-masing yang ditekankan pada pencapaian sasaran
perusahaan.
•
Human asset accounting. Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai
sebagai individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja
dinilai dengan cara membandingkan terhadap variabel-variabel yang
dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan.(sumber : wordpress
2015)
1.7 Hubungan Antara Pendidikan dan Kinerja
Pendidikan sekolah
yang bersifat umum, pada dasarnya hanya
mengakibatkan penguasaan pengetahuan tertentu, yang tidak dikaitkan dengan
jabatan atau tugas tertentu.
Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu menyebabkan seorang
pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar apabila
mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat, akan
lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dengan
demikian jelas bahwa pendidikan akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Pola pendidikan memberikan kemampuan kepada karyawan untuk:
a. Menyesuaikan dan menyederhanakan situasi yang kompleks.
b. Menganalisa masalah untuk menentukan penyebab yang kritis dalam unit kerja.
c. Memilih tindakan terbaik untuk memecahkan masalah.
24
d. Mengantisipasi masalah-masalah sehingga mereka dapat mencegah terjadinya
masalah berikutnya.
Kecepatan dan kecermatan perlu selalu diperhatikan, ditingkatkan dan dipelihara
oleh para karyawan, sehingga dari kombinasi tersebut dapat selalu berfungsi
untuk terus memperbaiki kinerja agar semakin baik. Maka yang diuntungkan
dari hal itu adalah pegawai itu sendiri, pimpinan dan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah faktor untuk membangun kinerja karyawan, di samping itu tentunya ada
faktor-faktor lain juga berpengaruh terhadap kondisi tenaga kerja.
1.8 HIPOTESIS
Berdasarkan tinjauan diatas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ho : Tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. Sucofindo Medan.
Ha : Tingkat pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. Sucofindo Medan.
25
1.9 DEFINISI KONSEP
Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.9.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya
saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan. Peneliti
menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses pengembangan
kemampuan
ke
arah
yang
diinginkan
oleh
organisasi
yang
bersangkutan.Tingkat pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 2:
a.
Pendidikan sekolah (formal )
b.
Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal)
1.9.2. Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan penilaian atasan langsung kepada karyawan
atas kesuksesan mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Indikator untuk
mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu:
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Ketepatan waktu
4. Efektivitas
5. Kemandirian
26
Konsep penelitian
Variabel X
Pendidikan yang
terdiri dari :
1. Pendidikan
Formal
2. Pendidikan
NonFormal
Variabel Y
Kinerja karyawan yang terdiri
dari:
1. Kualitas.
2. Kuantitas.
3. Ketepatan waktu.
4. Efektifitas.
5. Kemandirian
1.10 DEFINISI OPERASIONAL
Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat dilakukan identifikasi terhadap
variabel-variabel yang akan diteliti,yaitu :
1)
Variabel bebas (X), adalah variabel yang secara bebas dapat mempengaruhi
variabel terikat, tetapi variabel bebas tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh
variabel terikat. Maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Tingkat Pendidikan (X).
2)
Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja Karyawan (Y).
27
1.11 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
PENDAHULUAN
`
Bab ini memuat latar belakang masalah, Rumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi konsep,
definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informasi
penelitian, rincian data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, analisis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN, ANALISIS, DAN INTERPRETASI DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan
interprestasi atas permasalahan yang diteliti
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang di peroleh dari penelitian.
Download