BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kemiskinan 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang, sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Secara umum, istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda (Siagian, 2012: 2-4). Beberapa ahli mengemukakan definisi kemiskinan : 1. Mencher (dalam Siagian, 2012: 5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau Universitas Sumatera Utara sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. 2. Pearce (dalam Siagian, 2012: 7) mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan sumber daya manusia serta kelembagaan. 3. Castells (dalam Siagian, 2012: 10) mengemukakan, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. 2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi : a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan. b. Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi. c. Mental emosional atau temperamental, seperti : malas, mudah menyerah dan putus asa. d. Spiritual, seperti : tidak jujur, penipu, serakah dan tidak displin. e. Sosial psikologis, seperti : kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. Universitas Sumatera Utara f. Keterampilan, seperti : tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. g. Asset, seperti : tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaran dan modal kerja. 2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi : a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar. b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup. c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor infomal. d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung serta usaha mikro. e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak. f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat. g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural adjusment program). h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata. Universitas Sumatera Utara l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. (Siagian, 2012: 114-116) 2.2 Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Sosial 2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Makna dari Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Paradigma pemberdayaan sosial yang disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh Pemerintah dan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) berisi 3 poin yang diprioritaskan: 1. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 yaitu "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat" dan pasal 34 berbunyi "Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara." 2. Triple Tracks Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), Pro-Employment, ProIncome, Pro-Growth dalam bentuk agenda pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan. 3. Strategi Pemberdayaan Sosial adalah pengurangan beban pengeluaran beban pengeluaran rakyat dan peningkatan pendapatan rakyat yang diwujudkan dari Gerakan KUTABUNG (Kerja, Untung dan Tabung) Pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup Universitas Sumatera Utara masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi di antara permasalahan sosial dan ekonomi. Setiap upaya perbaikan harus dilandasi oleh komitmen individu yang kuat dan mencakup aspek intelektual, spiritual dan emosional. Sasaran yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemberdayaan adalah penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu berkisar antara 15 tahun hingga 55 tahun. Penduduk miskin pada kisaran usia ini yang sehat jasmani maupun rohani merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku aktif dalam pembangunan. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata 'power' (kekuatan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumbersumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2009:58). Universitas Sumatera Utara Menurut Kieffer, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons juga mengakukan tiga dimensi yang merujuk pada: 1. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. 2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. 3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan (Parsons, dalam Suharto, 2009: 63). 2.2.2 Pembangunan Sosial Pembangunan sosial secara khusus memiliki pengertian sebagai pembangunan yang menyangkut aspek non ekonomi dan dalam rangka tercapainya hak asasi atau kehidupan warga masyarakat sesuai harkat martabatnya sebagai manusia. Dalam rumusan Pre-Conference Working Party dari International Conference of Social Welfare, pembangunan sosial diartikan sebagai aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial, sistemsistem sosial dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal itu (Sumarnogroho, 1984, dalam Soetomo, 2010:312). Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa pembangunan sosial memberi perhatian kepada keseimbangan kehidupan manusia Universitas Sumatera Utara dalam memperbaiki atau menyempurnakan kondisi-kondisi sosial mereka. Rumusan tersebut termasuk pengertian pembangunan sosial yang memiliki cakupan yang cukup luas. Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara Kesejahteraan (Welfare State). Konsep tersebut bersumber dari pemahaman tentang fungsi negara. Dalam welfare state, negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya (Ndraha, 1987, dalam Soetomo, 2010:313). Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dalam banyak hal, hak rakyat untuk memperoleh kesejahteraan ini juga akan terkait dengan Hak-Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu pembangunan sosial merupakan tanggung jawab negara. 2.3 Pembangunan Desa 2.3.1 Pengertian Desa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); kelompok rumah di luar kota yg merupakan kesatuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Desa, desa adalah masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Universitas Sumatera Utara setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembahasan mengenai “desa” dapat ditinjau dari perspektif legal, perspektif sosial dan budaya, dan perspektif ekosistem. Dari perspektif legal, pemahaman tentang desa dapat dilihat dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa yang mendeskripsikan desa dengan ciri-ciri sebagai berikut: “Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk memenuhi ketentuan legal tersebut, suatu desa harus mempunyai institusi pelaksana pemerintahan desa sebagai berikut: 1. Pemerintahan desa yang terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa sebagai penyelenggara Pemerintahan Desa (Pasal 7); 2. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan Perangkat Desa yang terdiri dari unsur pelayanan seperti Sekretariat Desa dan atau Tata Usaha; unsur pelaksana teknis lapangan; dan unsur Pembantu Kepala Desa di wilayah bagian Desa seperti Kepala Dusun (Pasal 7); 3. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa (Pasal 1); dan Universitas Sumatera Utara 4. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan desa yang merupakan mitra Pemerintah Desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan (Pasal 1). Berdasarkan sudut pandang sosial dan budaya, desa merupakan unit lokasi permukiman masyarakat yang paling kecil yang mempunyai tata pemerintahan dan tata sosial sendiri. Desa merupakan wilayah otonom yang lebih tua daripada unit wilayah lain di atasnya. Selain pemahaman tentang desa, dikenal juga pemahaman tentang kawasan dan kawasan perdesaan. Berdasarkan sudut pandang ekosistem, maka pemahaman tentang desa akan lebih tepat dijelaskan apabila menggunakan istilah kawasan perdesaan. Dengan demikian hubungan antara pemahaman desa ditinjau dari sudut pandang ekosistem dengan pemahaman tentang kawasan perdesaan akan menemukan benang merahnya. Desa merupakan suatu unit ekosistem yang paling kecil namun sangat kompleks. Suatu desa yang mempunyai ekosistem yang lengkap pada dasarnya merupakan suatu kawasan biologis yang mandiri, karena hal ini tidak terlepas dari faktor alasan pemilihan suatu desa menjadi tempat hunian (habitat) dari sekelompok masyarakat. Kehadiran manusia pada suatu lokasi dan kemudian memilihnya menjadi lokasi hunian sangat erat kaitannya dengan potensi dan daya dukung suatu tempat itu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang mendiami lokasi tersebut. Dengan demikian, desa pada awalnya merupakan tempat untuk hidup. Jika kemudian terdapat tata pemerintahan yang mengatur peri-kehidupan masyarakat desa, hal tersebut merupakan upaya untuk melestarikan potensi dan daya dukung Universitas Sumatera Utara suatu tempat agar layak dihuni. Dalam cara pandang terhadap desa dari sudut pandang desa sebagai kawasan perdesaan, maka suatu desa dapat dicirikan sebagai berikut: 1. Desa merupakan tempat bersemainya sistem ekologi yang memungkinkan suatu area tertentu mempunyai sumberdaya yang dibutuhkan oleh penghuninya. Dalam aspek ini, penghuni suatu kawasan perdesaan sangat menggantungkan potensi alam yang terdapat dalam lokasi tersebut, seperti sumber air baik berupa mata air, sungai, atau danau. Oleh karena itu, aspek konservasi sumberdaya yang berada di suatu kawasan perdesaan menempati derajat kepentingan yang tinggi. Tanpa adanya konservasi, maka suatu kawasan perdesaan tidak akan lestari. 2. Desa menyediakan area yang memungkinkan penghuninya melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan penghuninya sarana kehidupan. Dalam aspek ini, penghuni suatu kawasan perdesaan melakukan kegiatan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kegiatan bercocok tanam merupakan kegiatan utama yang menghiasi wajah kegiatan penghuni kawasan perdesaan. Tanpa kegiatan bercocok tanam sebagai kegiatan utama penghuni kawasan perdesaan, maka suatu kawasan perdesaan akan kehilangan karakternya sebagai kawasan perdesaan. 3. Penghuni kawasan perdesaan juga melakukan kegiatan lain yang masih berhubungan dengan urusan bercocok tanam, seperti mengatur saluran dan pembagian air, pemeliharaan lahan bercocok tanam, pengolahan hasil cocok tanam, penyimpanan hasil cocok tanam, dan seterusnya. Dengan kata lain, desa menjadi wahana bagi para penghuninya untuk melakukan kegiatan lain Universitas Sumatera Utara yang berhubungan dengan kegiatan utama di perdesaan. Hal ini mengharuskan para penghuni kawasan perdesaan menciptakan tata kelola desa yang merupakan embrio pemerintahan desa (Wrihatnolo, 2009). Tipologi menggambarkan tipe atau pola, ataupun sebagai pencerminan model berdasarkan kemiripan atau keserupaan ciri-ciri dan potensi dan kondisi sumber daya (alam, manusia, dan buatan) yang dimiliki oleh suatu desa, dapat pula dikaitkan dengan aspek topografinya, kegiatan ekonomi daerah yang dominan, kemampuan keswadayaan masyarakat, dan lainnya. Pertama, tipologi desa dapat dilakukan berdasarkan aspek topografinya, maka tipologi desa dibagi sekurang-kurangnya menjadi empat, yaitu : (1) desa daerah pegunungan, (2) desa dataran tinggi, (3) desa dataran rendah, dan (4) desa (pesisir) pantai. Kedua, tipologi desa didasarkan pada kegiatan pokoknya atau yang menonjol, maka dapat dibuat tipologi desa sebagai berikut : (1) desa agrobisnis, (2) desa agropolitan, (3) desa pariwisata, dan (4) desa non pertanian. Ketiga, tipologi desa dapat pula dilakukan berdasar kemampuan keswadayaannya, meliputi : (1) desa swadaya (tradisional), (2) desa swakarya (transisional) dan (3) desa swasembada Keempat, tipologi desa dapat pula dibedakan yaitu : (1) desa maju, (2) desa kurang maju, (3) desa berpenduduk padat, dan (4) desa terisolasi atau desa perbatasan. Kelima, tipologi desa dapat dilihat pula dari keterikatan antara dua variabel/faktor misalnya : (1) antara tingkat kemakmuran (yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan per kapita masyarakat) dan kemampuan berkembangnya suatu Universitas Sumatera Utara daerah perdesaan yang diperlihatkan oleh tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto-nya (PDRB). Keenam, tipologi desa (daerah) dapat pula dikelompokkan berdasarkan keterkaitan antara potensi pertumbuhan dengan ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan perdesaan. Potensi pertumbuhan meliputi sumber daya penduduk dan sumber daya alam yang dicerminkan oleh kegiatan-kegiatan sektoral dan sub sektoral di daerah perdesaan yang bersangkutan (sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan). Sedangkan prasarana pembangunan meliputi ketersediaan jaringan jalan dan irigasi, dan sarana pembangunan mencakup fasilitas pelayanan ekonomi (pasar, terminal, sarana angkutan, bank, koperasi, dan lainnya) dan fasilitas pelayanan sosial (fasilitas pendidikan seperti sekolah dan fasilitas kesehatan, misalnya Puskemas, Puskemas Pembantu, Klinik Keluarga, dan lainnya) (Adisasmita, 2006 : 73-75). 2.3.2 Pembangunan Desa Disadari bahwa pembangunan perdesaan telah banyak dilakukan sejak dari dahulu hingga sekarang, tetapi hasilnya belum memuaskan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Pembangunan perdesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan. Pembangunan perdesaan harus dilihat sebagai : (1) upaya mempercepat pembanguan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk memberdayakan masyarakat, dan (2) upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah efektif dan yang kokoh. Universitas Sumatera Utara Pembangunan perdesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu di analisis/ secara lebih terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek diluar perdesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan non spasial). Pembahasan berikut ini meliputi berbagai aspek yang terkait dengan kebijaksanaan dan strategi pembangunan perdesaan. 2.3.2.1 Tujuan Pembangunan Desa Tujuan pembangunan perdesaan jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan secara langsung melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional. Tujuan pembangunan perdesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Tujuan pembangunan perdesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan perdesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera. 2.3.2.2 Sasaran Pembangunan Desa Sasaran pembangunan perdesaan adalah terciptanya : Universitas Sumatera Utara 1. Peningkatan produksi dan produktifitas 2. Percepatan pertumbuhan 3. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif 4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat 5. Perkuatan kelembagaan. Pembangunan perdesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas masyarakat perdesaan. 2.3.2.3 Prinsip-Prinsip Pembangunan Perdesaan Pembangunan perdesaan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip yaitu : (1) transparansi (keterbukaan), (2) partisipatif, (3) dapat dinikmati masyarakat, (4) dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan (5) berkelanjutan (sustainable). Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan itu pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi (wawasan) pembangunan masa depan yang akan diwujudkan. Masa depan merupakan impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih indah dalam tercapainya tingkat kemakuran yang lebih tinggi. Pembangunan perdesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan Universitas Sumatera Utara lingkungan dan berkelanjutan serta malaksanakan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok pembangunan perdesaan, yaitu : 1. Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu (a) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, (b) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan (c) stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, termasuk desa dan kota, di setiap wilayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu. 2. Pembangunan berkelanjutan. desa dilaksanakan Penerapan prinsip dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu memanfaatkan sumber daya manusia secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefesien mungkin. 3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya. 2.3.2.4 Strategi Pembangunan Perdesaan Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan pembangunan perdesaan, terdapat paling sedikit empat jenis Universitas Sumatera Utara kegiatan, yaitu (1) Strategi pertumbuhan, (2) Strategi kesejahteraan, (3) Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, (4) strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh (Adisasmita, 2006 : 17-21). Strategi pembangunan masyarakat desa di Indonesia adalah : 1. Sesuai dengan strategi pembangunan nasional. 2. Dilakukan secara bertahap. 3. Tercapainya landasan yang kuat bagi masyarakat desa untuk tumbuh dan berkembang atas kemampuan sendiri. 4. Di dalam pelaksanaannya, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis harus dapat terbina dan terpelihara. 5. Mampu mengubah struktur perekonomian desa. 6. Dapat menumbuhkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 7. Dapat mengatur dan mengendalikan penyebaran dan pertumbuhan penduduk. 8. Dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut beberapa prinsip yang telah ditetapkan. 9. Masyarakat desa harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. 10. Dapat memanfaatkan potensi desa secara rasional dan optimal tanpa menganggu keseimbangan dan kelestarian alam. 11. Dilakukan melalui tahapan desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada dengan pelaksanaan secara komprehensif (menyeluruh) dan koordinatif (Jayadinata & Pramanadika, 2006 : 89). Universitas Sumatera Utara 2.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri yang terdiri dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Visi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilsasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah : 1. peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya 2. pelembagaan sistem pembangunan partisipatif Universitas Sumatera Utara 3. pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal 4. peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat 5. pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi,misi dan strategi yang dikembangkan, maka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). 2.4.1 Pengertian Program Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (di ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Program adalah produk Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan, program dapat juga diartikan sebagai pernyataan tertulis mengenai : 1. Situasi wilayah. 2. Masalah yang dihadapi. 3. Tujuan yang ingin dicapai. 4. Cara mencapai tujuan, yaitu perencanaan kerja ysng berisi pertanyaanpertanyaan tentang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan dimana hal tersebut dilakukan. Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan, dan pelaksanaan program-program. Disebutkan pula bahwa perencanaan program merupakan proses yang berkelanjutan melalui semua warga masyarakat, penyuluhan, dan para ilmuwan untuk memusatkan pengetahuan dan keputusankeputusan dalam mencapai pembangunan yang lebih terarah dan mantap (Martinez, dalam Setiana, 2005 : 70). 2.4.2 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Tujuan umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan khusus meliputi : Universitas Sumatera Utara 1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. 2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal 3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif 4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat 5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir 6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa 7. Mengembangkan kerjasama antar pemangu kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. 2.4.3 Sasaran penerima bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 2.4.3.1 Lokasi Sasaran Lokasi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kecamatankecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam Program Pengembangan Kecamatan / Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. 2.4.3.1 Kelompok Sasaran Universitas Sumatera Utara Kelompok sasaran : 1. Masyarakat miskin perdesaan, 2. Kelembagaan masyarakat di perdesaan, 3. Kelembagaan pemerintah lokal. 2.4.4 Pendanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah pusat bersama pemerintah daerah, artinya program direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan daerah. 2.4.4.1 Sumber dan ketentuan alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat/BLM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Sumber dana berasal dari : 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 3. Swadaya Masyarakat 4. Partisipasi dunia usaha 2.4.4.2 Kriteria Alokasi Kriteria alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang miskin. Universitas Sumatera Utara 2.4.4.3 Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Langsung Masyarakat Mekanisme pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atau kas daerah ke rekening kolektif Bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (BPNPM) yang dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan/UPK diatur sebagai berikut : 1. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 2. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah daerah, dilakukan melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai aturan yang berlaku di daerah 3. Pengajuan pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara diatur dalam peraturan Direktur Jenderal PMD, Kementerian Dalam Negeri 4. Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran harus dilampiri dengan berita acara hasil pemeriksaan terhadap kesiapan lapangan yang dilakukan fasilitator kecamatan 5. Dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus dicairkan terlebih dahulu ke masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 6. Besaran dana Bantuan Langsung Masyarakat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dicairkan ke masyarakat harus utuh tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya. Universitas Sumatera Utara 2.4.4.4 Mekanisme Penyaluran Dana Proses penyaluran dari rekening kolektif Bantuan Langsung Masyarakat yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut: 1. Pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara Unit Pengelola Kegiatan dengan Tim Pengelola Kegiatan 2. Tim Pengelola Kegiatan menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan ( gambar desain, RAB, dan lampirannya) 3. Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah. 2.4.5 Ketentuan Dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Ketentuan dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi : Desa Berpatisipasi, Kriteria dan Jenis Kegiatan. 2.4.5.1 Desa Berpatisipasi Universitas Sumatera Utara Seluruh desa di kecamatan penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan berhak berpatispasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpatisipasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, bagi kecamatan yang memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan tesebut didasarkan atas kesepakatan desa-desa dengan mempertimbangkan kedekatan wilayah. Proses pembentukan desa cluster dilakukan dalam Musyawarah Antar Desa Sosialisasi. 2.4.5.2 Kriteria dan Jenis Kegiatan Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria : 1. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin 2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan 3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat 4. Didukung oleh sumber daya yang ada 5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui Bantuan Langsung Masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin 2. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan nonformal) 3. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal) 4. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) 2.5 Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam ini juga yang menjadi model kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dan dikembangkan menjadi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Universitas Sumatera Utara Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. 2.5.1 Tujuan dan Ketentuan 1. Tujuan Umum Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. 2. Tujuan Khusus Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar. a. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. b. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. 2.5.2 Ketentuan Dasar 1. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan. Universitas Sumatera Utara 2. Terlembagakan, artinya dana kegiatan Simpan Pinjam Perempuan disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman. 3. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang profesional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan. 4. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan. 5. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 2.5.3 Ketentuan Pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari alokasi Bantuan Langsung Masyarakat. 1. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan a. Sasaran Program Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. b. Bentuk Kegiatan Universitas Sumatera Utara Bentuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman. 2. Ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan Ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan adalah: a. Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun. b. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati. c. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota. d. Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik. e. Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana. 2.5.4 Mekanisme Pengelolaan Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut : 1. Musyawarah Antar Desa Sosialisasi Dalam Musyawarah Antar Desa Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dan dapat memanfaatkan. Universitas Sumatera Utara 2. Musyawarah Desa Sosialisasi Dalam Musyawarah Desa Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dan melakukan persiapan proses lanjutan. 3. Musyawarah Dusun Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung dengan proses sebagai berikut : a. Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok Simpan Pinjam Perempuan dan melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan daftar rumah tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat. b. Rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat. c. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri: 1) Daftar kelompok yang diidentifikasi 2) Kelompok Simpan Pinjam Perempuan dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, Universitas Sumatera Utara 3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin, 4) Rekap kebutuhan pemanfaat. 4. Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah: a. Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan melalui keputusan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam Musyawarah Khusus Perempuan merupakan usulan desa untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan. b. Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa. c. Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan. d. Dalam penulisan usulan Simpan Pinjam Perempuan paling tidak harus memuat hal sebagai berikut : 1) Sekilas kondisi kelompok Simpan Pinjam Perempuan 2) Gambaran Kegiatan dan Rencana anggota, kondisi Permodalan, yang menjelaskan kondisi kualitas pinjaman, kondisi operasional, Rencana Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan Rencana Kebutuhan Dana, 3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga miskin. 5. Verifikasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan adalah : Universitas Sumatera Utara a. Penetapan Formulir Verifikasi. Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets , Management, Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Contoh Formulir ada di formulir Petunjuk Teknis Operasional. b. Proses Pelaksanaan Verifikasi Verifikasi kelompok Simpan Pinjam Perempuan mencakup beberapa hal sebagai berikut : 1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam 2) Persyaratan Kelompok 3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian : a) Permodalan Kualitas Pinjaman b) Administrasi dan Pengelolaan c) Pendapatan d) Likuiditas (pendanaan jangka pendek) 4) Penilaian khusus rencana kegiatan. 5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi dengan daftar rumah tangga miskin. 6) Penilaian Kategorisasi Kelompok. Universitas Sumatera Utara 2.6 Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberikan batasan sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat. Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada dalam ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai Pancasila. Sebagai Negara Kesejahteraan yang bermodelkan "Negara Kesejahteraan Partisipatif" yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme Kesejahteraan atau welfare pluralism ditekankan bahwa negara harus tetap mengambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan Universitas Sumatera Utara sosial (social security), meskipun dalam operasionalisasinya tetap melibatkan masyarakat. Kesejahteraan Sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Konsepsi kedua adalah Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. Konsepsi ketiga yaitu aktivitas, suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009:2). 2.6.1 Pembangunan Kesejahteraan Sosial Pembangunan kesejahteraan sosial (PKS) adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup: 1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. Universitas Sumatera Utara 2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan. 3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihanpilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan. Ciri utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah komprehensif dalam arti setiap pelayanan sosial yang diberikan senantiasa menempatkan penerima pelayanan (beneficiaries) sebagai manusia, baik dalam arti individu maupun kolektivitas, yang tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturalnya. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan dan kelas sosial. Namun, prioritas utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya yang terkait dengan masalah kemiskinan. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial yang biasanya dikenal dengan nama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) antara lain meliputi orang miskin, penyandang cacat, anak jalanan, anak yang mengalami perlakuan salah (child abuse), pasangan yang mengalami perlakuan salah (spouse abuse), anak yang diperdagangkan atau dilacurkan, komunitas adat terpencil (KAT), serta kelompok-kelompok lain yang mengalami masalah psikososial, disfungsi sosial atau ketunaan sosial (Suharto, 2009:4-5). 2.7 Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada Departemen Sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barangbarang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Berdasarkan beberapa pengertian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Universitas Sumatera Utara 2.8 Program Pemerintah Yang Pernah Dilaksanakan di Desa Ononamolo II Lot Ada beberapa program pemerintah yang pernah dan sedang dilaksanakan di desa Ononamolo II Lot yaitu : 1. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), program ini dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat miskin yang ada di seluruh Indonesia dimulai pada tahun 2008 termasuk di desa Ononamolo II Lot. Secara umum, program ini turut menyumbang dalam sosial ekonomi masyarakat desa Ononamolo II Lot seperti kenaikan pendapatan, keringanan dalam biaya pendidikan dan kemudahan dalam akses kesehatan. Tetapi seperti yang kita ketahui bersama, program ini tidak berkelanjutan dan cenderung menimbulkan ketergantungan kepada masyarakat. 2. Program Beras Untuk Rakyat Miskin (RASKIN), program ini dimulai tahun 1998 sampai sekarang ini sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Program ini juga dirasakan oleh rumah tangga miskin yang ada di desa Ononamolo II Lot. Secara umum Camat Gunungsitoli Barat berpendapat bahwa program ini tetap berkontribusi dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat dalam hal pendapatan dan kesehatan seperti kenaikan pendapatan karena pengeluaran jauh lebih berkurang, dan terjaminnya perlindungan bagi masyarakat dalam kesehatan untuk bisa makan atau mencukupi kebutuhan jasmani mereka. Universitas Sumatera Utara 2.9 Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan Tentang Pengaruh Simpan Pinjam Perempuan dengan Sosial Ekonomi Masyarakat Penelitian tentang Simpan Pinjam Perempuan dan pengaruhnya terhadap sosial ekonomi keluarga pernah dilakukan oleh alumni Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Fahrur Rozi, di desa Sinonoan kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal dengan hasil penelitian adalah program pemberian bantuan modal usaha berupa Simpan Pinjam Perempuan cukup berpengaruh terhadap sosial ekonomi anggotanya, yang memberikan kontribusi sebesar 26,62 %. 2.10 Kerangka Pemikiran Kemiskinan masih menjadi faktor permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Pemerintah maupun masyarakat secara bersama-sama sudah membuat banyak cara untuk menanggulangi permasalahan ini. Langkah nyata adalah dengan bergerak bersama secara partisipatif. Salah satu program yang sudah ada sejak tahun 2007 adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program ini dirancang untuk membentuk kemandirian masyarakat. Salah satu daerah tertinggal yang mendapatkan program ini adalah Desa Ononamolo II Lot, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunung Gunungsitoli. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan disini dibentuk dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan. Seperti program Grameen Bank dengan Kredit Mikro bagi para perempuan di Bangladesh yang digagas oleh pembaharu peraih Nobel, Mohammad Yunus. Program ini bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara membentuk kemandirian masyarakat dengan titik tumpu pada perempuan dan berhasil mengangkat derajat perempuan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan. Indikator yang ingin dicapai melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini lebih terfokus pada pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Keempat hal itu merupakan 4 pilar yang dikaji untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekaligus untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat. Bagan Alur Pemikiran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Desa Ononamolo II Lot, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli Pengaruh / Tidak Berpengaruh Pekerjaan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Pendapatan Pendidikan/Keterampilan Kesehatan Universitas Sumatera Utara 2.11 Hipotesa Secara etimologi istilah hipotesa berasal dari bahasa Latin, yang terdiri dari dua kata, yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Dengan demikian secara sederhana hipotesa dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger (dalam Siagian, 2011:147) mengemukakan bahwa hipotesa adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat Masyarakat pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan terhadap tingkat sosial ekonomi rumah tangga kelompok Simpan Pinjam Perempuan. Ha : Terdapat pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap tingkat sosial ekonomi rumah tangga kelompok Simpan Pinjam Perempuan. 2.12 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.12.1 Definisi Konsep Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji (Siagian, 2011:136). Karena kajian konsep itu sangat multidimensional dan abstrak maka diperlukan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian yang disebut dengan definisi konsep. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut: 1. Pengaruh, yang dimaksud dengan pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang dilakukan yang ikut membentuk cara berpikir, sikap, dan perbuatan seseorang dan atau masyarakat yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan dan pelaksanaan program. 2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, yang dimaksud dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dalam penelitian ini adalah program yang dibentuk oleh pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di desa. Pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. 3. Sosial Ekonomi, yang dimaksud dengan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat kesehatan. Universitas Sumatera Utara 4. Simpan Pinjam Perempuan, yang dimaksud dengan Simpan Pinjam Perempuan dalam penelitian ini adalah kegiatan simpan pinjam khusus untuk kelompok perempuan sebagai bentuk pemberian modal. 2.12.2 Definisi Operasional Perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka. Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur. (Siagian, 2011:141). Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dilakukan pengukuran melalui indikator-indikator sebagai berikut: 1. Variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Indikatornya adalah: a. Lama Keanggotaan b. Frekuensi Kegiatan c. Implementasi dan Pengetahuan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan yaitu kelompok Simpan Pinjam Perempuan mengetahui sosialisasi, edukasi dan implementasi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan Universitas Sumatera Utara sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan. d. Kemudahan dalam akses pendanaan usaha adalah masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan. e. Pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha adalah dengan adanya dana Simpan Pinjam Perempuan yang produktif, sehingga kebutuhan pendanaan usaha masyarakat dapat terpenuhi. f. Penanggulangan rumah tangga miskin adalah kegiatan Simpan Pinjam Perempuan yang dilakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat miskin ke arah yang lebih sejahtera. 2. Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi rumah tangga yaitu segala kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Indikatornya: a. Pekerjaan adalah merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan indikator: 1) Jenis usaha yang dikembangkan 2) Jenis pekerjaan suami 3) Aktivitas ekonomi seperti status bekerja b. Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama, dengan indikator: 1) Pendapatan dari hasil usaha 2) Tanggungan dalam keluarga Universitas Sumatera Utara 3) Besarnya keluarga 4) Kepemilikan tanah 5) Tabungan 6) Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan sandang, pangan, papan c. Pendidikan adalah kualitas pendidikan anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk mengenyam dan memperoleh proses pendidikan suatu lembaga penyelenggara pendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi dengan ukuran kemampuan menyekolahkan anak. d. Kesehatan adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga. Indikatornya yang dipakai adalah kemampuan untuk membeli obat-obatan peningkatan gizi, dan kemampuan untuk berobat ke rumah sakit, puskesmas dan pengobatan tradisional. Universitas Sumatera Utara